provinsi: JAWA TENGAH

  • Update Longsor Pekalongan: Satu Lagi Korban Ditemukan, Diyatno Korban Ke-22 yang Ditemukan Tewas – Halaman all

    Update Longsor Pekalongan: Satu Lagi Korban Ditemukan, Diyatno Korban Ke-22 yang Ditemukan Tewas – Halaman all

    Jenazah yang ditemukan adalah Diyatno (42), warga Desa Gumelem. Diyatno adalah korban ke 22 yang ditemukan dalam kondisi meninggal.

    Tayang: Jumat, 24 Januari 2025 06:36 WIB |
    Diperbarui: Jumat, 24 Januari 2025 06:39 WIB

    TRIBUN JATENG/Indra Dwi Purnomo

    Tim SAR Gabungan kembali menemukan seorang korban longsor di Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (23/1/2025). Setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim Inafis Polres Pekalongan, jenazah yang ditemukan adalah Diyatno (42), warga Desa Gumelem. 

    TRIBUNNEWS.COM, KAJEN – Tim SAR Gabungan kembali menemukan seorang korban longsor di Petungkriyono, Pekalongan, Jawa Tengah, Kamis (23/1/2025).

    Setelah dilakukan pemeriksaan oleh tim Inafis Polres Pekalongan, jenazah yang ditemukan adalah Diyatno (42), warga Desa Gumelem.

    “Hari ini, korban ditemukan tim SAR gabungan satu orang, lokasinya di persawahan melintasi dari jalan raya. Dari rumah pak carik sekira 500 meter jauhnya,” kata Dandim 0710 Pekalongan Letkol Inf Rizky Aditya kepada Tribunjateng.com, Kamis (23/1/2035).

    Letkol Rizky mengungkapkan, di lokasi yang tidak jauh dari penemuan korban  ada potensi satu lagi ditemukan. Namun kondisinya masih tertutup tembok.

    “Mudah-mudahan nanti bisa, dan cuaca mendukung. Cuaca tadi di lokasi pencarian sudah terlihat gerimis rintik-rintik, dikhawatirkan ada hujan di atas,” ungkapnya.

    Pantauan Tribunjateng.com, setelah dilakukan pemeriksaan, jenazah korban langsung dibawa keluarga untuk langsung dimakamkan di TPU desa setempat.

    Dengan ditemukannya seorang korban, hingga hari ketiga pencarian di Posko Lapangan mencatat jumlah korban jiwa mencapai 22 orang.

    Sementara korban yang masih hilang sebanyak 4 orang.

    Operasi dilanjutkan kembali Jumat (24/1/2025) hari ini. 

    Korban Meninggal Hingga Kamis (23/1/2025):

    Revalina (19), perempuan, warga Sipetung.
    Suyati, perempuan, warga Tlogohendro.
    Kiki Pramudita (23), laki-laki, warga Garung, Desa Yosorejo.
    Sutar (49), warga Tlogopakis.
    Riyanto (50/L), warga Yosorejo.
    Ayat (27), warga Desa Kasimpar.
    Sumeri (30), warga Garung, Desa Yosorejo.
    Doni (27/L), warga Desa Gumelem.
    Winarko (27/L), warga Desa Gumelem.
    Supari (37), warga Desa Kasimpar.
    Sularso (44/L), warga Desa Kasimpar.
    Inawati (23/P), warga Desa Kasimpar.
    Afkar (4/L), warga Desa Kasimpar.
    Khusnul Cholifah (35/P), warga Desa Kasimpar.
    Rokhim (40/L), warga Desa Kasimpar.
    Rahmono (24/L), warga Desa Tlogohendro.
    Joni Yulianto (45/L), warga Sragi.
    Aisah (18/P), warga Desa Wonodadi Songgodadi
    Ta’ari (41/L), warga Desa Garung Yosorejo
    Afkar Arbiyan (5 bulan/L), warga Desa Kasimpar
    Ta’adi (34/L), warga Desa Wonodadi Songgodadi Petungkriyono
    Diyatno, warga Desa Gumelem

    Pencarian dan evakuasi korban longsor di Petungkriyono, Kabupaten Pekalongan. (Tribunjateng/Dina Indriani)

    Identitas Korban yang Belum Ditemukan:

    M Teguh Imanto, warga Desa Kayupuring
    Tegar Hariyanto, warga Batang
    M Nasrullah Amin, warga Pekalongan
    Aurel, warga Kasimpar
    (dro)

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’9′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Korban Tenggelam Bengawan Solo di Kanor Bojonegoro Belum Ditemukan

    Korban Tenggelam Bengawan Solo di Kanor Bojonegoro Belum Ditemukan

    Bojonegoro (beritajatim.com) – Pencarian korban hilang terseret arus sungai Bengawan Solo di Desa/Kecamatan Kanor Kabupaten Bojonegoro sudah memasuki hari ketiga. Dalam pencarian yang dilakukan Tim SAR Gabungan itu namun belum membuahkan hasil.

    Korban Tasam (60) asal RT 01 RW 04 Desa/Kecamatan Kanor, Bojonegoro yang terseret arus dan tenggelam di Bengawan Solo saat mencari kayu dengan cara melempar jangkar. Diduga karena arus saat itu deras korban terseret kayu yang akan ditangkap.

    Hilangnya Tasam dilaporkan warga pada Selasa (21/1/2025) sekitar pukul 15.00 WIB. Kemudian pihak desa yang mendapat laporan itu langsung dilaporkan ke Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Bojonegoro. Selanjutnya dilakukan pencarian oleh Tim SAR Gabungan.

    Dalam proses pencarian hari ketiga ini, pola pencarian dibagi menjadi tiga search rescue unit (SRU) dan meniyisir hingga perairan Bengawan Solo turut Kecamatan Babat Kabupaten Lamongan.

    Proses pencarian hari ketiga, sesuai dengan data dari BPBD Bojonegoro diikuti sebanyak 75 personel SAR gabungan dari 16 unsur. Menggunakan perahu LCR serta satu perahu besi dari Kodim 0813 Bojonegoro. “Pembagian tiga SRU untuk memfokuskan pencarian pada suatu area,” ujar Kalaksa BPBD Bojonegoro Laela Noer Aeny.

    Tiga area yang disisir mulai dari tempat kejadian hingga jembatan penghubung Kanor-Rengel (Kare), kelompok kedua menyisir Jembatan Kare hingga Jembatan Cincim di perbatasan Bojonegoro-Lamongan, dan kelompok ketiga mencari mulai dari Jembatan Cincim hingga Bendung Gerak Babat, turut Kecamatan Sekaran, Lamongan. [lus/but]

  • Produsen kue keranjang alami peningkatan pesanan jelang Imlek

    Produsen kue keranjang alami peningkatan pesanan jelang Imlek

    Sumber foto: Antara/elshinta.com.

    Produsen kue keranjang alami peningkatan pesanan jelang Imlek
    Dalam Negeri   
    Editor: Sigit Kurniawan   
    Kamis, 23 Januari 2025 – 23:45 WIB

    Elshinta.com – Produsen kue keranjang di Kota Malang, Jawa Timur mengalami peningkatan jumlah pesanan sebanyak 40 persen menjelang perayaan Tahun Baru Imlek 2025, dibandingkan momen yang sama pada 2024.

    Salah seorang pemilik usaha kue keranjang asal Kelurahan Sukoharjo, Kecamatan Klojen, Kota Malang bernama Sonia Winoto (28) di Kota Malang, Kamis, mengatakan mendapatkan sekitar 300 kotak kue keranjang yang lebih tinggi ketimbang 2024 yang sebanyak 200 kotak.

    “Tahun lalu saya mendapatkan pesanan kue keranjang itu sekitar 200an kotak, kalau Imlek tahun ini 300 kotak. Ada peningkatan 40 persenan,” kata Sonia.

    Sonia yang mengerjakan pembuatan kue keranjang dengan dibantu oleh beberapa orang keluarganya ini, sudah menerima pesanan dari pelanggan sejak Januari 2025.

    Kemudian, total 300 kotak kue keranjang pesanan pelanggan itu dikerjakannya hingga akhir Januari ini.

    “Konsumen saya rata-rata datang dari Jakarta. Saya membuat kue keranjang ketika momen Imlek saja. Harga per kotak Rp48 ribu sampai Rp55 ribu,” ujarnya.

    Produk makanan khas Imlek yang diolahnya ini baru akan dikerjakan ketika ada pesanan masuk dan para pelanggannya yang merupakan perorangan.

    “Soalnya ini (kue keranjang) tidak bisa tahan lama. Suhu ruang kurang lebih empat hari dan kalau dimasukkan ke lemari pendingin bisa sekitar tujuh harian,” kata dia.

    Menurut dia kenaikan jumlah pesanan ini disebabkan adanya varian baru kue keranjang yang ditawarkannya, yakni bermotif warna ala porselen khas negeri China.

    Lebih lanjut, untuk motif warna tersebut dibuat dengan menggunakan bahan dasar yang berasal dari bunga telang.

    “Tahun ini ada yang varian baru sih pakai bunga telang, warnanya biru putih dari porselen khas China,” ucap dia.

    Selain bunga telang, varian lain juga tersedia, seperti original atau gula merah, mix antara taro, matcha, dan red velvet.

    Agar kue keranjang produknya bisa cepat habis dikonsumsi pelanggan, maka ukurannya dibuat lebih minimalis.

    “Per hari rata-rata bisa membuat sampai lima sampai delapan kilogram, itu bisa menjadi kira-kira 60 sampai 70 kotak,” tuturnya.

    Sumber : Antara

  • Mobil Oshima Yukari Dievakuasi, Keluarga Menangis, Barang Pribadi Masih Ditemukan Utuh – Halaman all

    Mobil Oshima Yukari Dievakuasi, Keluarga Menangis, Barang Pribadi Masih Ditemukan Utuh – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Mobil milik Oshima Yukari, pramugari yang dilaporkan menjadi korban kebakaran Glodok Plaza, Tamansari, Jakarta Barat telah dievakuasi.

    Pihak keluarga dan petugas mengevakuasi mobil Oshima Yukari dari lantai 7 plaza, Kamis (23/1/2025).

    Tampak keluarga tak kuasa menahan tangis saat melihat mobil milik sang pramugari.

    Dari tayangan video, mobil berwarna putih milik Oshima masih dalam kondisi baik.

    Petugas pun masih bisa mengendarai mobil tersebut.

    Walaupun demikian di body mobil masih terlihat noda gosong di bagian badan mobil.

    Mengutip tayangan YouTube TVOne News, tampak barang pribadi di dalam mobil Oshima masih utuh, termasuk karcis masuk plaza hingga barang lainnya.

    Oshima Yukari Sempat Hadiri Ultah di Lantai 8

    Diberitakan sebelumnya Oshima Yukari jadi salah satu korban yang masuk daftar orang hilang dalam kebakaran Glodok Plaza Jakarta.

    Edi Sunarsono (68), ayah Oshima, mengatakan saat ini pihak keluarga telah menjalani tes DNA di rumah sakit.

    Tes DNA itu dilakukan untuk mencocokkan dengan DNA korban.

    Edi, yang dihubungi melalui telepon, mengaku kaget saat keluarganya di Jakarta, mengabarkan sang anak masuk dalam daftar orang hilang dalam kebakaran Glodok Plaza, Rabu (15/1/2025).

    Dirinya juga berharap Oshima, putri tercintanya ditemukan.

    “Kalau kami masih berharap semoga Oshima selamat. Siapa tahu ada keajaiban dari Tuhan. Tapi jika memang sudah menjadi jasad, saya ikhlas dan akan kami bawa pulang ke Kendal,” kata Edi, Sabtu (18/1/2025).

    Pria yang akrab disapa Soni ini menambahkan, saat kebakaran, anaknya bersama teman-temannya berada di lantai 8 Glodok Plaza Jakarta. Osima menghadiri acara ulang tahun sahabatnya, dilansir Kompas.com.

    “Ceritanya, Oshima berangkat menghadiri ulang tahun bersama tiga kawan lainnya, dua perempuan dan satu laki-laki.”

    “Tapi yang laki-laki selamat dan dirawat di rumah sakit,” ujarnya.

    Diberitakan sebelumnya, kebakaran di Glodok Plaza terjadi pada Rabu sekitar pukul 21.30 WIB.

    Sebanyak 230 personel dan 45 unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan untuk mengatasi kobaran api yang diduga bermula dari diskotek di lantai 7 gedung, sebelum merambat ke lantai 6, 8, dan 9.

    Oshima Yukari merupakan seorang pramugari yang berasal dari Kendal, Jawa Tengah.

    Dirinya kelahiran tahun 1995, di mana kini berusia 30 tahun.

    Ayah Oshima, mengatakan sang putri telah menjalani profesi sebagai pramugari selama 10 tahun.

    Diketahui, ayah Oshima juga merupakan seorang seniman ternama di Kendal.

    Edi Sunarsono sendiri adalah Ketua Bidang Produksi Dewan Kesenian Kabupaten Kendal.

    Edi menyebut, sejak SMA, anaknya tersebut banyak mempunyai prestasi sebagai model. 

    Dirinya juga mengatakan Oshima tinggal bersama sang tante di Jakarta.

    “Itulah yang membawa Oshima menjadi pramugari selepas SMA,” kenang Soni, Sabtu (18/1/2025).

    Soni menambahkan, saat kebakaran, anaknya bersama teman-temannya berada di lantai 8 Glodok Plaza Jakarta. Osima menghadiri acara ulang tahun sahabatnya.

    “Ceritanya, Oshima berangkat menghadiri ulang tahun bersama tiga kawan lainnya, dua perempuan dan satu laki-laki.”

    “Tapi yang laki-laki selamat dan dirawat di rumah sakit,” ujarnya.

    Sementara itu, terlihat dari instagram Oshima, @osimayukari, dirinya memiliki belasan ribu pengikut di sosial medianya tersebut.

    Tampak dirinya kerap kali membagikan foto-foto dirinya bersama dengan rekan-rekannya.

    Termasuk ketika traveling di Indonesia hingga luar negeri.

    Oshima diketahui merupakan pramugari dari maskapai penerbangan BBN Airlines Indonesia.

    Sebelumnya, dirinya pernah menjadi pramugari di maskapai penerbangan Air Asia.

    Unggahan Terakhir

    Unggahan terakhir Osima Yukari, saat ini masi hilang di insiden kebakaran Glodok Plaza. (Istimewa)

    Dalam unggahan terakhir yang dibagikan pada Selasa (14/1/2025), Osima membagikan video pendek ceritanya sebagai seorang pramugari.

    Ia menulis keterangan “Welcome on Board” di sosial media TikTok, dilansir TribunJateng.com.

    Dalam video itu, Osima mengenakan seragam dress biru tua kombinasi biru muda.

    Osima tampak tersenyum ke kamera, lalu memperlihatkan pesawat lepas landas.

    Kemudian, ia memperlihatkan video saat dirinya berjalan di cabin.

    Sebagian artikel ini telah tayang di TribunJateng.com dengan judul Unggahan Terakhir Osima Yukari, Pramugari Asal Kendal Korban Kebakaran Glodok: Welcome On Board

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati) (Kompas.com/Slamet Priyatin) (TribunJateng.com/Like )

  • Musrenbang Perempuan dan Anak di Kota Semarang, Noegroho Edy Rijanto : Inovasi Pemkot Semarang

    Musrenbang Perempuan dan Anak di Kota Semarang, Noegroho Edy Rijanto : Inovasi Pemkot Semarang

  • Prabowo Perintahkan Kepala BNPB Gerak Cepat Tangani Bencana Longsor di Pekalongan

    Prabowo Perintahkan Kepala BNPB Gerak Cepat Tangani Bencana Longsor di Pekalongan

  • Nusakambangan, Saksi Bisu Perjalanan Sistem Pemasyarakatan Indonesia

    Nusakambangan, Saksi Bisu Perjalanan Sistem Pemasyarakatan Indonesia

    Liputan6.com, Cilacap – Nusakambangan di Jawa Tengah mengukir sejarah panjang sebagai pulau pemasyarakatan sejak era kolonial Belanda. Pulau yang membentang sepanjang 36 kilometer di selatan Kabupaten Cilacap ini bertransformasi dari Pulau Bunga menjadi kompleks lembaga pemasyarakatan berkeamanan tinggi.

    Mengutip dari berbagai sumber, sejarah Nusakambangan sebagai pulau pemasyarakatan bermula pada 1861 ketika pemerintah kolonial Belanda memanfaatkan tenaga narapidana untuk membangun Benteng Karang Bolong di bagian tenggara pulau. Para narapidana yang disebut Perantayan ini menjadi cikal bakal masuknya orang-orang hukuman ke pulau tersebut.

    Pembangunan lembaga pemasyarakatan di Nusakambangan dimulai dengan pendirian Bui Permisan pada 1908 di bagian selatan pulau. Lokasi ini dipilih dengan pertimbangan keamanan, mengingat kawasan tersebut dikelilingi Samudra Hindia dan hutan lebat.

    Pemerintah kolonial kemudian membangun sejumlah lembaga pemasyarakatan lain secara bertahap. Ekspansi pembangunan lembaga pemasyarakatan berlanjut dengan berdirinya Bui Karang Anyar dan Nirbaya pada 1912.

    Selanjutnya, Bui Batu dibangun pada 1925, disusul Bui Karang Tengah dan Geliger pada 1928, serta Bui Besi pada 1929. Pembangunan terus berlanjut dengan pendirian Bui Limus Bunti dan Cilacap pada 1935.

    Pascakemerdekaan Indonesia, pembangunan lembaga pemasyarakatan di Nusakambangan tetap berlanjut. Bui Kembang Kuning yang dibangun pada 1950 menjadi lembaga pemasyarakatan terakhir dengan kapasitas seribu orang.

    Total terdapat 12 lembaga pemasyarakatan yang tersebar di pulau tersebut. Sebelum menjadi pulau pemasyarakatan, Nusakambangan telah dihuni penduduk yang tersebar di berbagai wilayah seperti Jumleng, Kembang Kuning, dan Kaliwangi.

    Pada 1986, pemerintah kolonial memindahkan sebagian besar penduduk asli ke Kampung Laut, Jojok, dan Cilacap untuk mengamankan fungsi pulau sebagai basis pertahanan. Sistem pengelolaan narapidana di Nusakambangan menerapkan pola pembinaan melalui kegiatan perkebunan karet sejak era kolonial.

    Populasi pulau terdiri dari tiga kelompok masyarakat yaitu pegawai lembaga pemasyarakatan, narapidana, serta guru sekolah dasar dan petugas mercusuar. Keberadaan lembaga pemasyarakatan mengubah wajah Nusakambangan yang sebelumnya dikenal sebagai Pulau Bunga pada masa Kerajaan Mataram.

    Julukan tersebut muncul ketika Raja Mangkurat I mengutus abdinya mencari bunga Wijaya Kusuma di pulau ini. Kini, Nusa Kambangan yang dikelilingi Samudra Hindia menjadi simbol sistem pemasyarakatan Indonesia dengan pengamanan berlapis.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Kampung Siluman, Desa yang Lenyap dalam Letusan Merapi 1930

    Kampung Siluman, Desa yang Lenyap dalam Letusan Merapi 1930

    Liputan6.com, Yogyakarta – Letusan Gunung Merapi pada tahun 1930 menghapus sebuah kampung bernama Siluman dari peta, menyisakan misteri dan jejak sejarah yang kini menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Merapi di Jawa Tengah.

    Kampung Siluman, yang juga dikenal sebagai Kampung Saluman atau Seluman, dahulu terletak di area yang kini masuk dalam wilayah administratif Desa Sidorejo, Kecamatan Kemalang, Klaten. Lokasi ini berada di sisi barat Sungai Woro, dengan pemandangan langsung ke arah mulut kawah dan puncak Gunung Merapi.

    Mengutip dari berbagai sumber, peristiwa letusan 18 Desember 1930 tersebut tercatat sebagai salah satu erupsi paling mematikan di abad ke-20. Berdasarkan dokumentasi pemerintah Hindia Belanda, bencana ini menghancurkan 13 desa secara total dan 23 desa lainnya mengalami kerusakan sebagian.

    Total korban jiwa mencapai 1.369 orang, serta 2.100 hewan ternak tidak selamat. Sebelum kehancurannya, aktivitas Gunung Merapi mulai menunjukkan peningkatan sejak November 1930.

    Tanda-tanda awal dimulai dengan suara gemuruh dari lereng gunung pada 23 November, yang terus meningkat intensitasnya hingga puncak letusan. Dahsyatnya erupsi bahkan terlihat jelas dari Kota Yogyakarta.

    Di lokasi bekas Kampung Siluman saat ini, tidak ada sisa-sisa pemukiman yang dapat ditemukan. Area tersebut kini dipenuhi hutan pinus dan padang rumput.

    Ketiadaan jejak fisik kampung dijelaskan karena konstruksi rumah penduduk saat itu menggunakan bahan-bahan sederhana seperti bambu dan kayu, yang mudah terbakar oleh awan panas. Satu-satunya penanda keberadaan manusia di area tersebut adalah beberapa gundukan tanah yang dipercaya sebagai makam tanpa penanda.

    Menurut catatan sejarah lokal, hanya sepasang suami istri yang selamat dari bencana tersebut karena sedang berada di luar kampung saat letusan terjadi. Pasangan ini kemudian menetap di Desa Sidorejo.

    Kawasan bekas Kampung Siluman kini resmi menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Merapi dan dikenal sebagai blok kawasan Saluman. Lokasi ini menjadi pengingat akan dahsyatnya kekuatan alam dan rapuhnya pemukiman manusia di hadapan bencana vulkanik.

    Letusan 1930 tidak hanya menghancurkan Kampung Siluman, tetapi juga berdampak pada perekonomian kolonial. Sebelum bencana, pemerintah Hindia-Belanda mencatat keuntungan hingga 54 juta gulden pada 1928 dari hasil pertanian. Akan tetapi, pada 1932, mereka mengalami kerugian sebesar 9 juta gulden.

    Penulis: Ade Yofi Faidzun

  • Polri Kirim Ratusan Brimob Bantu Evakuasi Korban Banjir-Longsor Jateng

    Polri Kirim Ratusan Brimob Bantu Evakuasi Korban Banjir-Longsor Jateng

    Jakarta

    Bencana banjir dan tanah longsor terjadi di Pekalongan, Grobogan hingga Kendal, Jawa Tengah (Jateng). Polri mengirimkan satuan Brimob Polda Jawa Tengah untuk membantu proses evakuasi korban bencana alam di beberapa Kabupaten.

    “Satbrimobda Jawa Tengah bergerak serentak membantu proses evakuasi korban dan penanganan bencana alam yang terjadi di beberapa wilayah di Jawa Tengah,” ungkap Wakil Komandan Korps Brimob (Wadankorbrimob) Polri Irjen Ramdani Hidayat dalam keterangan tertulis, Jumat (24/1/2025).

    Ramdani menjelaskan, sebanyak 50 personel diturunkan membantu proses evakuasi korban banjir akibat tanggul Sungai Pencongan, Kecamatan Wonokerto, Kabupaten Pekalongan. Sementara itu, sebanyak 152 personel dikerahkan untuk membantu proses evakuasi korban bencana longsor di Desa Kesimpar, Petungkriyono, Pekalongan.

    “Mereka bersama stakeholder terkait bersama-sama membangun tanggul sementara dari pasir yang dimasukkan ke dalam karung,” jelasnya.

    Saat proses pencarian, kata Ramdani, pihaknya menemukan satu jenazah korban longsor. Sementara 5 korban masih dilakukan pencarian

    “Dari laporan sebanyak 21 korban meninggal dunia, 13 lainnya luka ringan. Sejak pagi hingga sore pencarian, sudah menemukan 4 jenazah,” ungkap Ramdani.

    Sementara itu di Kendal, 12 personel membantu melakukan patroli pengecekan rumah warga yang terdampak banjir diakibatkan tanggul sungai Bodri Patebon jebol.

    “Juga membantu warga membersihkan lumpur di dalam rumah,” ungkapnya.

    “Dapur lapangan memasak di Balaidesa Kebon Agung sejumlah 2000 bungkus untuk pengungsi. Dan mendistribusikannya kepada warga yang terdampak banjir,” jelasnya.

    Foto: Personel Brimob juga mendirikan dapur lapangan di Kebon Agung untuk memberikan konsumsi bagi masyarakat yang terdampak bencana banjir di Demak (dok istimewa).

    Tak hanya itu, Ramdani mengatakan bahwa pihaknya menyiagakan tim SAR di setiap kompi jajaran Mako Satbrimob Polda Jawa Tengah. Mobil dapur lapangan juga disiagakan hingga melakukan mapping guna mendeteksi dini terhadap wilayah yang berpotensi terjadinya bencana alam.

    (whn/whn)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Umbul Ponggok, Sumber Mata Air Pengubah Nasib Desa

    Umbul Ponggok, Sumber Mata Air Pengubah Nasib Desa

    Liputan6.com, Yogyakarta – Pemanfaatan sumber mata air jernih di Desa Ponggok, Klaten, Jawa Tengah telah mengubah status desa ini dari kategori miskin menjadi desa terkaya di Indonesia. Transformasi drastis ini bermula dari pengelolaan sumber mata air yang sebelumnya hanya digunakan untuk kebutuhan sehari-hari warga.

    Mengutip dari berbagai sumber, pada tahun 2015, pemerintah desa Ponggok mulai melakukan pembenahan dengan memanfaatkan Dana Desa dari pemerintah pusat. Fokus utama pembangunan tertuju pada pengembangan sumber mata air yang kemudian dikenal dengan nama Umbul Ponggok.

    Kejernihannya dengan warna biru cerah menjadi daya tarik utama destinasi wisata ini. Pengembangan Umbul Ponggok tidak berhenti pada lokasi wisata semata.

    Pemerintah desa juga membangun berbagai fasilitas pendukung seperti area kuliner, toilet, lahan parkir, dan tempat ibadah. Infrastruktur ini menjadi penunjang kenyamanan wisatawan yang berkunjung.

    Kesuksesan Umbul Ponggok mendorong pengembangan lima destinasi wisata baru di desa tersebut. Umbul Besuki, Umbul Sigedang, Ponggok Ciblon, Bale Tirto, dan Soko Alas menyusul menjadi tujuan wisata yang menarik pengunjung.

    Pembangunan fasilitas akomodasi berupa homestay dan guest house turut melengkapi fasilitas wisata di desa ini. Transformasi Desa Ponggok tercermin dari peningkatan pendapatan desa yang melambung tinggi.

    Dari pendapatan awal Rp80 juta per tahun, angka tersebut melonjak menjadi Rp3,9 miliar pada tahun pertama pengembangan wisata. Pencapaian ini terus meningkat hingga mencapai Rp14 miliar per tahun.

    Peningkatan pendapatan desa berdampak langsung pada kesejahteraan 2.000 penduduk Desa Ponggok. Sektor pariwisata membuka lapangan kerja baru bagi warga dari berbagai kelompok usia.

    Pos-pos pekerjaan seperti pemandu wisata, pelayanan, dan administrasi terisi oleh pemuda, ibu-ibu, hingga lansia setempat. Pengelolaan pendapatan desa juga diarahkan untuk peningkatan kualitas hidup warga melalui program beasiswa pendidikan dan bantuan kesehatan. Desa yang memiliki akar sejarah sejak tahun 1800-an ini telah membuktikan bahwa pengelolaan potensi alam secara optimal dapat mengubah nasib sebuah desa.

     

    Penulis: Ade Yofi Faidzun