provinsi: JAWA TENGAH

  • Luthfi-Yasin Gelar Rembug ‘Ngopeni Nglakoni’ Membangun Jateng Bareng

    Luthfi-Yasin Gelar Rembug ‘Ngopeni Nglakoni’ Membangun Jateng Bareng

    Jakarta

    Pasangan cagub-cawagub Jawa Tengah Ahmad Luthfi dan Taj Yasin menggelar acara ‘Rembug Ngopeni Nglakoni’ bersama masyarakat sebagai langkah menyatukan visi-misi pemerintahan yang akan dijalankan dengan harapan masyarakat.

    Acara yang mengambil tema ‘Kembali Mengabdi Untuk Jawa Tengah’ ini akan digelar pada 1-2 Februari 2025 di Kalipepe Land Boyolali. Dalam acara ini, peserta rembug yang dilibatkan adalah tim pemenangan, parpol koalisi, cendekiawan, relawan hingga tim transisi.

    “Kita buat acara rembug ini yang pertama tujuannya untuk menyerap aspirasi dan permasalahan langsung di masyarakat yang disampaikan oleh peserta dari berbagai elemen. Kemudian yang kedua untuk mewujudkan visi, misi dan janji politik pak Luthfi dam Gus Yasin selama memimpin Jawa Tengah nanti dan ke depannya,” ungkap penanggung jawab acara, Muhammad Isnaini, di Semarang, Selasa (28/1/2025).

    Isnaini menyebut acara rembug ini murni gagasan dari Luthfi-Yasin yang sudah dirancang lama karena melihat tantangan memajukan Jawa Tengah dan menyejahterakan masyarakatnya bukan hal yang mudah.

    “Ini ide gagasan lama dari beliau-beliau saat ditetapkan maju pilgub. Baik Pak Luthfi maupun Gus Yasin melihat tantangan memajukan Jawa Tengah dan menyejahterakan masyarakatnya bukan hal yang mudah sehingga harus banyak merangkul dan melibatkan banyak pihak termasuk langsung dari masyarakat sendiri. Jadi setiap kebijakan yang diambil nantinya selalu berpihak pada masyarakat. Tujuannya tak lain adalah untuk memperkuat pondasi dalam membangun kolaborasi istilahnya ‘collaborative governance’,”jelas Isnaini.

    Acara rembug ‘Ngopeni Nglakoni’ akan ditutup dengan hiburan masyarakat gratis dan terbuka untuk umum yang menghadirkan artis Ndarboy Genk, Denny Klo dan DJ Syifa Allofa sebagai penampil.

    (fjp/rfs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Prakiraan Cuaca Hari Ini Selasa, 28 Januari 2025, BMKG: 14 Wilayah Potensi Hujan Lebat – Halaman all

    Prakiraan Cuaca Hari Ini Selasa, 28 Januari 2025, BMKG: 14 Wilayah Potensi Hujan Lebat – Halaman all

    Berikut ini potensi hujan BMKG Hari Ini Selasa, 28 Januari 2025, beberapa lokasi di Indonesia berpotensi angin kencang, hingga hujan sangat lebat.

    Tayang: Selasa, 28 Januari 2025 07:07 WIB

    Warta Kota/Henry Lopulalan

    Ilustrasi saat cuaca sedang hujan lebat. – Berikut ini potensi hujan BMKG Hari Ini Selasa, 28 Januari 2025, beberapa lokasi di Indonesia berpotensi angin kencang, hingga hujan sangat lebat. 

    TRIBUNNEWS.COM – Berikut daerah yang berpotensi hujan hari ini, Selasa, 28 Januari 2025, menurut informasi dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).

    Dikutip dari meteo.bmkg.go.id, berikut daerah-daerah yang perlu mewaspadai potensi cuaca ekstrem.

    Prakiraan Cuaca Selasa, 28 Januari 2025

    Hujan dengan Intensitas Ringan Berpotensi Terjadi di Wilayah:

    Hujan dengan Intensitas Sedang Berpotensi Terjadi di Wilayah:

    Aceh
    Sumatera Utara
    Riau
    Kepulauan Riau
    Sumatera Selatan

    DKI Jakarta
    D.I Yogyakarta
    Bali

    Nusa Tenggara Barat
    Nusa Tenggara Timur
    Kalimantan Tengah
    Kalimantan Selatan
    Kalimantan Utara
    Sulawesi Utara
    Gorontalo
    Sulawesi Barat
    Sulawesi Selatan
    Sulawesi Tenggara

    Hujan dengan Intensitas Lebat Berpotensi Terjadi di Wilayah:

    Kepulauan Bangka Belitung
    Bengkulu
    Lampung
    Banten
    Jawa Barat
    Jawa Tengah
    Jawa Timur
    Kalimantan Barat
    Kalimantan Timur
    Sulawesi Tengah
    Maluku Utara
    Maluku
    Papua Barat
    Papua

    Hujan dengan Intensitas Sangat Lebat Berpotensi Terjadi di Wilayah:

    Hujan dengan Intensitas Ekstrem Berpotensi Terjadi di Wilayah:

    (Tribunnews.com/Garudea Prabawati)

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’1′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Terpisah! Mayat Uswatun Khasanah Dibuang ke Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek

    Terpisah! Mayat Uswatun Khasanah Dibuang ke Ngawi, Ponorogo dan Trenggalek

    Surabaya (beritajatim.com) – Sebelumnya, potongan tubuh korban mutilasi Iswatun Khasanah (29) ditemukan di Ngawi di dalam koper merah merek Rein Deer berukuran 28 inchi yang terletak di saluran air di Desa Dadapan, Kendal, Ngawi. Namun, kondisi jenazah saat ditemukan tidak lengkap.

    Selang beberapa hari penyelidikan, akhirnya terduka pelaku yang merupakan suami siri korban, ditangkap dan mangaku telah membuang potongan tubuh lainnya seperti kepala dan kaki di tiga kota berbeda.

    Adapun potongan kaki kanan dan kiri ditemukan ditemukan di kawasan hutan perbatasan Ponorogo-Magetan, tepatnya di Desa/Kecamatan Sampung, Minggu 26/1/2025). Potongan kaki tersebut ditemukan dalam kondisi terbungkus seperti paket.

    Pada hari yang sama, potongan kepala korban juga ditemukan. Namun lokasi penemuannya berbeda, ditemukan di pinggir jalan Desa Slawe, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek. Diketahui kepala Uswatun Khasanah terbungkus plastik kresek putih berlapis-lapis, layaknya paket dengan banyak lakban.

    Polisi juga sudah melakukan olah TKP kasus mutilasi Uswatun Khasanah di Hotel Adisurya Kediri, Jawa Timur, pada Minggu (26/1/2025). Dalam olah TKP tersebut, petugas menghadirkan terduga pelaku.

    Terkait motif pembunuhan terhadap warga asal Blitar ini pun masih terus didalami oleh pihak kepolisian untuk mengungkap latar belakang dan detail kejadian yang sebenarnya. [fyi/aje]

  • Tabiat Antok Tersangka Mutilasi Uswatun Khasanah: Sempat Nyanyi Sephia, Menangis hingga Minta Maaf – Halaman all

    Tabiat Antok Tersangka Mutilasi Uswatun Khasanah: Sempat Nyanyi Sephia, Menangis hingga Minta Maaf – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Tabiat Rohmad Tri Hartanto (RTH) alias Antok (33) tersangka pembunuhan dan mutilasi Uswatun Hasanah (29) terungkap. 

    Diawali dari senyum ketika diborgol.

    Lalu saat diinterograsi Antok menyanyikan lagu Sheila On 7 berjudul Sephia dan menyebut korban Uswatun Hasanah merupakan kekasih gelapnya.

    Video Rohmad Tri Hartanto alias RTH alias Antok (33) menyanyikan lagu Sheila On 7 berjudul Sephia saat diinterogasi polisi pun viral ditonton lebih dari 6 ribu pengguna TikTok.

    Tak hanya itu, Antok juga berkali-kali menangis saat menjalani pemeriksaan di Ruang Subdit III Jatanras Ditreskrimum Mapolda Jatim, Surabaya.

    Antok diduga merupakan seorang psikopat.

    Meski begitu dingin dan kejam saat mengeksekusi Uswatuh Hasanah, Antok mengaku menyesal dan meminta maaf kepada keluarga korban. 

    “Ya saya menyesal,” ujar Antok, Senin (26/1/2025) seraya menundukkan kepala selama berjalan cepat menyibak kerumunan awak media yang berjejal mengarahkan lensa kameranya ke wajahnya.

    Bahkan, ia juga menyempatkan untuk menyampaikan permohonan maaf kepada pihak korban beserta keluarga besar korban di Kabupaten Blitar. Bahwa dirinya menyesali perbuatannya. 

    “Saya minta maaf kepada korban dan keluarga korban. Saya minta maaf,” pungkas Antok seraya meringkuk di balik pintu ruang petugas Humas Polda Jatim di gedung tersebut

    Diketahui, kasus ini terungkap setelah adanya penemuan potongan tubuh di Ngawi, Jawa Timur.

    Potongan tubuh korban pertama kali ditemukan warga di dalam koper yang dibuang di sebuah selokan di Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Kamis (23/1/2025) sekitar pukul 09.00.

    Sementara, kepala korban mutilasi Ngawi, Uswatun Hasanah ditemukan di wilayah Jurug Bang, Desa Slawe, Kecamatan Watulimo, Kabupaten Trenggalek, Minggu (26/1/2035).

    Dari penyelidikan polisi terungkap korban mutilasi tersebut bernama Uswatun Khasanah, wanita asal Blitar berusia 29 tahun.

    Nasibnya miris dibunuh dan dimutilasi, mendiang Uswatun Khasanah akhirnya mendapatkan keadilan.

    Pada Minggu (26/1/2025) sekitar pukul 00.00 WIB, polisi berhasil menangkap pelaku pembunuhan dan mutilasi terhadap ibu 2 anak itu.

    “Alhamdulillah, pelaku mutilasi berhasil kami tangkap tadi malam sekitar jam 24.00 WIB,” kata  Dirreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Farman saat dikonfirmasi, Minggu, (26/1/2024).

     

    Antok Tersangka Mutilasi Uswatun Khasanah Nyanyi Sephia saat Diinterogasi

    Beredar video Rohmad Tri Hartanto alias RTH alias Antok (33), pelaku pembunuhan dan mutilasi Uswatun Khasanah menyanyikan lagu Sheila On 7 berjudul Sephia saat diinterogasi polisi.

    Melalui video TikTok @hellboyjatanraspolda, petugas awalnya menanyakan soal hubungannya dengan korban.

    Sambil mencairkan suasana, polisi menanyakan siapa Uswatun Khasanah bagi pelaku.

    “Iku po bojo sirimu?” tanya polisi.

    (Apa itu istri sirimu?)

    “Kekasih gelap,” sahut Antok lirih.

    “Kekasih gelap? Wo Sephia nu, kon kelahiran tahun piro? Ruh kon lagu Sephia iku?” ujar pihak kepolisian menambahkan.

    “92, tahu,” jawab Antok.

    Tangkap layar Unit Jatanras Polda Jawa Timur live bersama pelaku mutilasi Uswatun Khasanah (TikTok @hellboyjatanraspolda)

    Lalu Antok lanjut menyanyikan dua penggal pertama lirik lagu Sephia yang dipopulerkan oleh Sheila On 7 tersebut.

    Video live interogasi pelaku pembunuhan dengan mutilasi tersebut ditonton lebih dari 6 ribu pengguna TikTok.

    Diketahui Antok telah diamankan tim Unit Jatanras di Madiun pada Sabtu (25/1/2025) dini hari.

     

    Antok Tersangka Mutilasi Uswatun Khasanah selalu Menangis saat Diinterogasi

    Rohmad Tri Hartanto (RTH) alias Antok (33) tersangka pembunuhan dan mutilasi Uswatun Hasanah (29) berkali-kali menangis saat menjalani pemeriksaan di Ruang Subdit III Jatanras Ditreskrimum Mapolda Jatim, Surabaya.

    Hal itu, diungkap oleh Kasubdit III Jatanras Ditreskrimum Polda Jatim, AKBP Arbaridi Jumhur, Senin (25/1/2025).

    Tersangka Rohmad bakal terdiam sejenak lalu menundukkan kepala dengan kondisi mata sembab dan menangis, saat bercerita tentang kedua anaknya.

    Terkadang, pembahasan mengenai keluarga dan anaknya, Rohmad selalu berkelit di dalam proses interogasi yang dilakukan penyidik. 

    Pasalnya, salah satu motifnya membunuh lalu memutilasi korban, karena dendam atas ucapan menyakitkan yang kerap dilontarkan korban.

    Jumhur menerangkan, korban diduga berkali-kali mengolok-olok anak tersangka dengan umpatan yang tak pantas.

    Sehingga, tersangka begitu merasa dendam atas perkataan korban.

    Nah, saat penjelasan soal keluarga dan anak secara tiba-tiba diungkit di tengah penyidikan, tersangka selalu terdiam, menundukkan kepala lalu menangis dan menyeka-nyeka air mata yang membasahi pipinya.

    “Sama itu, korban mengumpat soal anak pelaku. Itu yang bikin pelaku sedih. Dia kalau kami tanyakan soal anak, nangis dia. Sayang sama anaknya juga,” ujarnya Jumhur.

    Jumhur menerangkan, di tengah perjalanan hubungan percintaan antara korban dan tersangka, memang kerap terjadi prahara. 

    Ternyata, korban selalu memaksa agar tersangka segera menikahi dirinya secara sah dengan sebuah prasyarat yang sulit dilakukan tersangka.

    Yakni, tersangka harus menceriakan istri sahnya sesegera mungkin.

     

    Antok Minta Maaf telah Mutilasi Uswatun Hasanah

    Penyidik Ditreskrimum Polda Jatim sudah mengorek semua keterangan dari Rohmad Tri Hartanto (RTH) alias Antok (33) mengenai cara memutilasi wanita kekasihnya, Uswatun Hasanah (29).

    Pria asal Tulungagung itu ternyata hanya memakai pisau dapur biasa namun bisa membuat tubuh korban menjadi tiga bagian sebelum dibuang di tiga daerah. 

    Bahkan aksi kejam RTH itu seperti dilakukan dengan dingin karena ia seperti berpengalaman meski hanya memakai sebilah pisau biasa.

    Pisau yang menjadi salah satu dari belasan barang bukti kasus tersebut dipampang di meja konferensi pers Gedung Bidang Humas Mapolda Jatim, Senin (27/1/2025). 

    Pisau tersebut hanya pisau dapur yang berukuran sejengkal orang dewasa. Sarung mata besi pisaunya, berwarna hijau muda. 

    Begitu juga dengan pegangan tangannya. Lazim dipakai ibu rumah tangga mengiris bumbu dapur berukuran kecil.  

    Tetapi anehnya, pisau itu bisa begitu luar biasa fungsinya saat dipegang tersangka RTH untuk membagi bagian tubuh manusia. 

    Menurut Direktur Ditreskrimum Polda Jatim, Kombes Pol Farman, tersangka mengakui menggunakan pisau itu pada jasad Uswatun Khasanah

    Kesaksian dari tersangka itu, tertuang dalam catatan berita acara pemeriksaan (BAP) selama berlangsungnya proses interogasi atas kasus tersebut.  Dan pisau tersebut dibeli di minimarket dekat hotel Kota Kediri. 

    Karena dipakaikan oleh petugas kepolisian dengan masker penutup hidung dan mulut berwarna biru gelap kehitaman.  Rohmad saat dikejar-kejar awak media mengaku menyesal menghilangkan nyawa korban dengan begitu sadisnya. 

    “Ya saya menyesal, mas,” ujar Antok seraya menundukkan kepala selama berjalan cepat menyibak kerumunan awak media yang berjejal mengarahkan lensa kameranya ke wajahnya.

    Pihak kepolisian menggelar konferensi pers terkait kasus pembunuhan disertai mutilasi mayat dalam koper yang ditemukan di Ngawi, pada Senin (27/1/2025). (Tribunnews.com)

    Bahkan, ia juga menyempatkan untuk menyampaikan permohonan maaf kepada pihak korban beserta keluarga besar korban di Kabupaten Blitar. Bahwa dirinya menyesali perbuatannya. 

    “Saya minta maaf kepada korban dan keluarga korban. Saya minta maaf,” pungkas Antok seraya meringkuk di balik pintu ruang petugas Humas Polda Jatim digedung tersebut.

     

    Kronologi Lengkap Kasus Mutilasi Uswatun Khasanah, Mayat Wanita dalam Koper di Ngawi

    Inilah kronologi lengkap kasus mutilasi Uswatun Khasanah, mayat wanita yang ditemukan dalam koper di Ngawi, Jawa Timur, Kamis (23/1/2025) lalu.

    Dalam konferensi pers di Mapolda Jawa Timur, Senin (27/1/2025), Rohmad Tri Hartanto atau RTH alias Antok (32), pelaku pembunuhan dan mutilasi korban dihadirkan polisi mengenakan baju tahanan.

    Dalam konfrensi pers itu, polisi mengungkap cara pelaku menghabisi nyawa korban, berikut menghadirkan barang buktinya. 

    Diketahui sebelumnya, setelah jasad korban termutilasi Senin (20/1/2025), pelaku membuang potongan tubuh korban di tiga lokasi. 

    Yakni di Trenggalek, kemudian di Ponorogo dan Ngawi.

    Direktur Ditreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Farman mengatakan, tersangka diduga kuat sudah merencanakan perbuatannya menghabisi korban. 

    Karena sejak Minggu (19/1/2025), tersangka diduga sudah memancing korban untuk bertemu dan menjemputnya di Terminal Gayatri, Tulungagung, pukul 17.00 WIB. 

    Oleh pelaku, korban diiming-imingi uang Rp1 juta agar dapat diajak bertemu dan menginap dengan tersangka di hotel kawasan Jalan Mayor Bismo, Semampir, Kota Kediri, sekitar pukul 22.00 WIB.

    Selama di dalam hotel, tersangka terlibat cekcok dengan korban. Hingga akhirnya tersangka berupaya mencekik leher korban. 

    Korban berontak hingga akhirnya kepala korban terbentur lantai kamar hotel dan mengalami luka pendarahan. 

    Luka pendarahan pada kepala dan hidung korban membuat wanita dua anak itu, tak sadarkan diri. 

    “Pengakuannya ada percekcokan dan terjadilah korban dicekik oleh yang bersangkutan tersangka, sehingga meninggal. Setelah korban meninggal. Tersangka mulai kebingungan dan berpikir untuk membuang mayat korban,” ujarnya di Ruang Konferensi Pers Gedung Bidhumas Mapolda Jatim, pada Senin (27/1/2025). 

    Menyadari korban tak sadarkan diri dan dipastikan meninggal, tersangka menutupi tubuh korban dengan kain seprai kasur warna putih. 

    Lalu, tersangka pergi dari hotel membawa mobil MPV Suzuki Ertiga milik korban untuk mengambil koper warna merah di rumahnya Tulungagung, sekitar pukul 00.30 WIB, pada Senin (20/1/2025). 

    Farman menyebutkan, tersangka mengajak keponakannya berinisiatif MAM untuk membawa koper warma merah, tali pramuka, kantong kresek warna hitam dan putih 10 buah untuk di bawa kembali di hotel. 

    Setibanya di hotel, sekitar pukul 01.30 WIB, tersangka meminta saksi MAM kembali pulang untuk bersiap kembali lagi menjemput dirinya pukul 05.00 WIB. 

    Berdasarkan analisis dari penyidik, Farman menyebutkan, durasi waktu sekitar 3,5 jam dari waktu kejadian tersebut, merupakan waktu yang dipakai tersangka untuk memutilasi korban. 

    “Kalau lihat tempus kejadian, pukul 00.30. Kemudian keluar dari hotel bawa koper merah pukul 05.30. Ya sekitar 5 jam,” katanya.

     

    Mutilasi Korban

    Sebelum kembali ke hotel Kota Kediri, Farman mengatakan, tersangka membeli berbagai macam perlengkapan alat untuk membunuh dan mengemas jenazah korban nantinya. 

    Perlengkapan itu, dibeli tersangka di sebuah minimarket kawasan Kota Kediri, terdiri dari pisau dan kemasan plastik. 

    Menurut Farman, tersangka kebingungan untuk menghilangkan jenazah korban. 

    Karena mustahil membawa jenazah korban dengan cara diangkat begitu saja melintasi lorong hotel menuju ke mobil. 

    Sehingga, tersangka berinisiatif untuk memasukkan jenazah korban ke dalam koper, agar dapat membuangnya di suatu tempat tersembunyi nantinya. 

    Namun, upaya tersangka menghilangkan barang bukti terkendala karena tubuh korban tidak muat dimasukkan ke dalam koper tersebut. 

    Tak pelak, tersangka berinisiatif memotong beberapa bagian tubuh korban agar dapat muat masuk ke dalam koper. 

    Semula, lanjut Farman, tersangka memotong kepala korban. Namun, tubuh korban tetap tak muat dimasukkan koper. 

    Lalu, tersangka kembali memotong pangkal paha korban kaki kiri. Namun, hasilnya sama, tubuh korban masih juga belum muat.

    Alhasil, tersangka kembali memotong bagian betis paha kaki kanan korban, dan akhirnya tubuh korban muat dikemas dalam koper tersebut. 

    Sehingga, ungkap Farman, tersangka memiliki tiga potongan bagian tubuh yang dikemas dalam wadah plastik dan selotip berlapis-lapis. 

    “Tapi karena tidak cukup, akhirnya dimutilasi. Diawali mulai kepala korban. Saat dimasukkan, ternyata enggak cukup lagi. Kemudian di mutilasi lagi kaki kiri sampai batas paha. Diupayakan masukkan lagi, ternyata enggak cukup lagi. Kemudian, betis yang dimutilasi (kaki kanan),” terangnya. 

     

    Motif Pembunuhan dan Mutilasi

    Diketahui Antok telah diamankan tim Unit Jatanras di Madiun pada Sabtu (25/1/2025) dini hari.

    Terbaru, Dirreskrimum Polda Jatim, Kombes M Farman mengungkapkan motif pembunuhan dengan mutilasi yang dilakukan Rohman Tri Hartanto alias Antok.

    Ia mengungkapkan Antok membunuh dan memutilasi korban karena cemburu dan rasa sakit hati.

    “Hasil dari pemeriksaan terhadap tersangka diketahui motifnya adalah korban sakit hati dan cemburu,” ujarnya, Senin.

    Tersangka yang awalnya mengaku sebagai suami siri korban, sakit hati karena korban pernah kepergok memasukkan laki-laki lain ke dalam kos.

    “Korban pernah ketahuan memasukkan laki-laki ke dalam kos korban, sementara tersangka di sekitar kos mengaku sebagai suami siri dari korban,” ujarnya, dikutip Kompas.com.

    Korban dieksekusi di sebuah hotel di Kediri, Jawa Timur, Minggu (19/1/2025).

    Kombes Farman menambahkan, sebelum korban dibunuh, pelaku telah menyiapkan uang sebesar Rp1 juta untuk diberikan kepada korban.

    “Korban sering minta uang ke pelaku. Tanggal 19 (dieksekusi) di hotel, tersangka sudah menyiapkan uang 1 juta untuk diberikan kepada korban karena sebelumnya sudah ada chat dengan korban,” jelas dia.

    Uswatun Khasanah diduga dibunuh dan dimutilasi di kamar 301 hotel di Kediri, sebelum jasadnya dimasukkan dalam koper dan dibuang di Kabupaten Ngawi. (Kolase Tribunnews.com)

    Di sisi lain, ternyata korban juga tak terima, Antok telah memiliki seorang anak perempuan.

    Korban pun merasa kesal dan mendoakan anak perempuan Antok dengan kalimat yang kurang baik.

    Hal tersebut membuat Antok sakit hati.

    “Korban pernah berucap kepada tersangka, korban mendoakan nanti sudah besar akan menjadi PSK, tersangka sakit hati,” ucapnya.

    Farman juga menyebut korban sempat meminta Antok untuk menghilangkan anak keduanya.

    “Korban tidak terima, pelaku punya anak kecil. Korban sempat meminta supaya pelaku menghilangkan anak keduanya,” tuturnya. (tribun network/thf/TribunSumsel.com/Surya.co)

  • https://www.beritasatu.com/lifestyle/2868567/dampak-banjir-grobogan-2-ka-daop-6-yogyakarta-memutar-dan-waktu-tempuh-bertambah-2-jam

    https://www.beritasatu.com/lifestyle/2868567/dampak-banjir-grobogan-2-ka-daop-6-yogyakarta-memutar-dan-waktu-tempuh-bertambah-2-jam

  • Karyawan Non Muslim di Hotel Ciputra Semarang Rayakan Natal Penuh Sukacita dan Keakraban

    Karyawan Non Muslim di Hotel Ciputra Semarang Rayakan Natal Penuh Sukacita dan Keakraban

  • Fenomena ‘Brain Drain’, Pakar UGM Desak Hentikan Rekrutmen Kerja Jalur ‘Ordal’

    Fenomena ‘Brain Drain’, Pakar UGM Desak Hentikan Rekrutmen Kerja Jalur ‘Ordal’

    Liputan6.com, Yogyakarta – Fenomena brain drain atau hengkangnya kaum intelektual, ilmuwan dan cendekiawan yang memilih menetap di luar negeri kini tengah marak di Indonesia.

    Menurut pakar Pembangunan Sosial dan Kesejahteraan Fisipol UGM, Hempri Suyatna fenomena brain drain di Indonesia sebenarnya sudah terjadi sejak lama.

    Ia memberikan contoh di tahun 1960-an banyak mahasiswa Indonesia yang berkuliah di luar negeri dan tidak kembali ke Indonesia dan memilih bekerja di luar negeri.

    “Adanya fenomena ini terus terjadi saat ini di mana banyak tenaga-tenaga terampil dan profesional Indonesia yang memilih berkarir di luar negeri daripada di Indonesia,” kata Hempri, Kamis 23 Januari 2025.

    Hempri mengatakan data Direktorat Jenderal Imigrasi Kemenkumham, sejak tahun 2019 hingga 2022 ada 3.912 warga negara Indonesia (WNI) yang beralih menjadi warga negara Singapura menegaskan Indonesia terancam kehilangan SDM yang berkualitas dan memiliki potensi. Kondisi tersebut menunjukkan jika Singapura menjadi tempat yang lebih nyaman untuk karir.

    ”Bisa dikatakan Singapura dianggap lebih baik sebagai tempat untuk berkarier dan mendapatkan kesempatan ekonomi dan pendidikan,” ujarnya.

    Ia menjelaskan fenoeman brain drain ini sebagian besar warga yang pindah memiliki rentang usia produktif, yakni 25-35 tahun sangat disayangkan. Bahkan dari laporan peringkat human flights and brain index tahun 2024 yang dikeluarkan oleh The Global Economy, Indonesia saat ini berada pada peringkat ke-88 dari 175 negara.

    “Selama ini anak-anak muda ini punya kemampuan potensial, kreativitas, dan inovasi yang lebih unggul. Hal ini tentunya sangat disayangkan ketika mereka harus pergi ke luar negeri. Indonesia tidak hanya kekurangan tenaga-tenaga terampil, tetapi ini dapat mengakibatkan munculnya ketimpangan ekonomi antar negara maupun lambatnya akselerasi pembangunan di Indonesia,” ujarnya.

    Meminimalisir fenomena brain drain maka, menurut Hempri, solusinya adalah konsep link and match apalagi program ini sebenarnya sudah lama dikembangkan termasuk yang terakhir di era Menteri Nadiem Makarim kemarin dengan program Kampus Merdeka melalui beberapa program seperti magang, wirausaha, pertukaran mahasiswa, dan sebagainya. Model-model semacam ini sebenarnya cukup menarik agar di satu sisi mahasiswa juga siap masuk ke pasar kerja ketika sudah lulus, namun banyak kendala yang dihadapi di lapangan.

    “Misalnya soal pendampingan pasca kegiatan dan sebagian mahasiswa mengikuti program-program tersebut yang seringkali lebih berorientasi pada mendapatkan nilai sehingga hal-hal yang dipelajari selama pelaksanaan kegiatan kurang berkembang dengan optimal,” paparnya.

    Hempri juga mendesak pemerintah agar segera membuat Grand Design Pembangunan Kependudukan yang menjadi semacam blue print di dalam penyusunan peta kebutuhan dan ketersediaan lapangan kerja. Hal ini agar sesuai dengan keahlian yang dimiliki para lulusan dari Perguruan Tinggi.

    “Harapannya dengan adanya link and match antara pendidikan dengan pasar kerja diharapkan akan mampu meminimalkan anak-anak muda terampil untuk bekerja di luar negeri,” jelasnya.

    Namun menurutnya peta kebutuhan ini tidak akan cukup mengingat situasi pasar kerja yang dinamis. Bahkan selama proses rekrutmen tenaga kerja hanya mengandalkan sistem kekerabatan atau kekeluargaan ataupun lebih dikenal dengan istilah Ordal (orang dalam) maka program tersebut hanya sia-sia belaka.

    “Kita lihat kondisi ini yang seringkali masih dominan di kita sehingga orang yang memiliki kompetensi baik belum tentu diterima di pasar kerja,” ujarnya.

     

    Kemenperin Bidik Animator Andal dari Cilacap

  • Gak Ada Akhlak! Mahasiswa di Kupang Curi Uang Gereja untuk Kencani Wanita

    Gak Ada Akhlak! Mahasiswa di Kupang Curi Uang Gereja untuk Kencani Wanita

    Liputan6.com, Kupang – Seorang mahasiswa di Kota Kupang, NTT berinisial, RL (21) ditangkap polisi karena mencuri kotak uang kolekte di gereja, Kamis 23 Januari 2025.

    Kepada polisi, RL mengaku uang hasil curian itu ia pakai untuk judi online dan mengencani wanita lewat aplikasi MiChat.

    “Hasil curian dipakai RL untuk bermain judi online dan kencan dengan perempuan,” ujar Kapolresta Kupang Kota, Kombes Pol. Aldinan R.J.H Manurung, Sabtu 25 Januari 2025.

    Saat ditangkap, polisi mendapati barang hasil curian berupa satu unit kamera recorder merk Panasonic dan satu buah kotak kolekte yang berisi uang tunai.

    Pencurian itu dilakukan di dalam salah satu gereja di Kelurahan Kolhua, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang. Dari hasil pemeriksaan, RL yang merupakan warga perumahan BTN Kolhua ini mengaku sudah tiga kali mencuri di gereja itu.

    “Seluruh uang hasil curian itu digunakan untuk bersenang-senang,” katanya.

    Selain mengamankan RL, polisi juga mengamankan barang bukti uang tunai sebesar Rp 5.365.000. “Total kerugian yang dialami pihak gereja sekitar Rp10.000.000,” ungkap Kapolresta.

     

    Putus Cinta, Pemuda Kebumen Nekat Sebar Foto Syur Mantan Pacarnya

  • Pesan Toleransi dari Grebeg Sudiro: Kisah di Balik Harmoni Akulturasi, Persatuan, dan Kebhinekaan – Halaman all

    Pesan Toleransi dari Grebeg Sudiro: Kisah di Balik Harmoni Akulturasi, Persatuan, dan Kebhinekaan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Di tengah hiruk-pikuk Pasar Gede Solo, tatapan Wiharto tertuju pada ornamen lampion khas Imlek yang berbaris rapi di depan pasar.

    Tempo bicaranya terdengar lebih cepat, raut wajahnya penuh semangat menceritakan momen lebih dari 17 tahun silam yang selalu dia ingat.

    Wiharto yang merupakan Koordinator Komunitas Paguyuban Pasar Gede (Komppag) ini adalah salah satu inisiator event Grebeg Sudiro yang pertama kali diadakan pada 2007.

    “Awalnya Grebeg Sudiro berawal dari pembicaraan kecil warga Sudiroprajan yang ingin bergabung dalam kegiatan-kegiatan di Pasar Gede.”

    “Melihat potensi kawasan wilayahnya, kami jadikan kegiatan ini berdiri sendiri, meskipun lokasinya tetap di kawasan Pasar Gede yang masuk wilayah Kelurahan Sudiroprajan,” cerita Wiharto saat dijumpai Tribunnews di Pasar Gede Solo, Selasa (14/1/2025).

    Karnaval Budaya Grebeg Sudiro 2024. (Tribunnews)

    Potensi kawasan Sudiroprajan dinilai memiliki kekuatan akulturasi budaya Tionghoa-Jawa.

    Seperti adanya Pasar Gede, Kelenteng Tien Kok Sie, toko sinshe, hingga bangunan khas arsitektur Tionghoa di sepanjang aliran Kali Pepe.

    Masih jelas tergambar di ingatan Wiharto, kala itu ia mewakili Pasar Gede saat membahas cikal bakal Grebeg Sudiro.

    Sejumlah pihak bertukar pikiran, mulai dari Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK), Kelompok Sadar Wisata (Pokdarwis), pihak Kelurahan Sudiroprajan, dan sejumlah tokoh masyarakat, termasuk dari Kelenteng Tien Kok Sie.

    “Waktu itu dengan beberapa tokoh Sudiroprajan, Pak Lurah waktu itu namanya Pak Sigit, ada Pak Lilik, ada tokoh dari Kelenteng, total ada 5-10 orang. Saya paparkan tentang historisitas kawasan, bagaimana karakteristik arsitektur Pecinan,” ujar Wiharto.

    Koordinator Komunitas Paguyuban Pasar Gede (Komppag) Solo, Wiharto di Pasar Gede, Selasa (14/1/2025). (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)

    Grebeg Sudiro kemudian dipilih menjadi nama kegiatan yang mencerminkan nilai akulturasi itu. 

    Dalam tradisi Jawa, grebeg biasanya diadakan pada hari-hari besar Islam seperti Grebeg Suro, Grebeg Maulid, atau Grebeg Idul Adha. 

    “Nah sehingga kami mengadopsi itu menjadi kultur masyarakat di wilayah Pecinan. Kemasan bentuk akulturasi budaya, sehingga yang kami jadikan gunungan bukan tumpeng, tetapi kue keranjang dan jajanan-jajanan khas Tionghoa,” ungkap Wiharto.

    Sementara Sudiro diambil dari nama Kelurahan Sudiroprajan.

    Kegiatan Grebeg Sudiro di Awal Terbentuknya

    Wiharto mengungkapkan, kegiatan Grebeg Sudiro awalnya dikenal dengan tradisi Buk Teko.

    Buk, dalam Bahasa Jawa berarti bangunan balok dari semen yang berada di jembatan dan biasa digunakan untuk duduk. Sementara Teko merupakan wadah minum atau poci.

    Wiharto mengatakan, ada cerita di balik nama Buk Teko. Yaitu kisah Raja Surakarta, Paku Buwono (PB) X yang tidak sengaja menjatuhkan tutup teko di sekitar jembatan yang berada di Kelurahan Sudiroprajan.

    Sejak saat itu, jembatan itu dinamakan Buk Teko oleh masyarakat setempat.

    “(Grebeg Sudiro) pada awalnya ada kirab kecil dari kelurahan menuju Buk Teko, kemudian mulai kendurenan hingga kesenian yang digelar,” ungkap Wiharto.

    Hingga saat ini, tradisi Buk Teko itu tetap dijalankan sebagai pembuka rangkaian acara Grebeg Sudiro tiap tahunnya.

    “Setelah itu ada perkembangan-perkembangan, ada inovasi,” ujar Wiharto.

    Termasuk di antaranya kegiatan Umbul Mantram atau panjat doa sebagai penanda awal mula dimulainya rangkaian Grebeg Sudiro.

    Akulturasi Budaya dan Kebhinekaan Memupuk Toleransi dan Persatuan

    Wiharto percaya bahwa perbedaan budaya dapat memupuk persatuan.

    Termasuk Grebeg Sudiro hadir sebagai cermin nyata akulturasi budaya, di mana tradisi Jawa dan Tionghoa berpadu harmonis.

    “Grebeg Sudiro event yang sudah diakui secara nasional, menjadi tipologi pola akulturasi, kerukunan, yang membangun proses-proses bernegara, itu menjadi percontohan toleransi, bisa menjadi peredam potensi konflik, kita bisa bersatu,” ungkapnya.

    Kebudayaan, kata Wiharto, tidak saling bertolak belakang, namun justru saling melengkapi.

    “Grebeg Sudiro itu kebersamaan, akulturasi, persatuan, kebhinekaan, dan itu sebuah heritage yang intangible warisan nenek moyang yang bisa kita jalankan hingga hari ini.”

    “Sehingga kita bisa berdamai, dan benturan-benturan bisa diredam,” ujarnya.

    Wiharto berharap Grebeg Sudiro yang telah menjadi wujud kebhinekaan dapat merajut persatuan, dapat lebih memberi kemakmuran.

    “Kami berharapnya Grebeg Sudiro memberikan nilai kemakmuran untuk masyarakat Sudiroprajan secara khusus, sehingga kampung Sudiroprajan dalam segala potensinya bisa lebih dimasifkan,” ungkap Wiharto.

    Selain itu, ia berharap potensi Grebeg Sudiro seperti cerita dan sejarahnya dapat diuri-uri.

    “Kalau bisa lampionnya bisa ditarik lebih luas hingga masuk wilayah Kampung Sudiroprajan, ada photo booth, sehingga menarik ke sana.”

    “Berharap ada juga penataan kawasan, mengedepankan simbolik akulturasi Jawa dan Tionghoa di Sudiroprajan,” ungkapnya.

    Peran Serta Bersama

    Ditemui terpisah, Lurah Sudiroprajan, Agustinus Deny Khristiawan menyebut sejak berdiri hingga sekarang, Grebeg Sudiro melibatkan kebersamaan dalam pelaksanaannya.

    Berbagai kalangan masyarakat bersanding dan berkolaborasi untuk menggelar rangkaian Grebeg Sudiro.

    “Kepanitiaan Grebeg Sudiro ada dari Pokdarwis, Kelenteng Tien Kok Sie, Pasar Gede, dan kelurahan, dilibatkan semua dalam kepanitiaan,” ungkap Deny saat dijumpai di kantornya, Selasa (14/1/2025).

    Deny menyebut Grebeg Sudiro menjadi wujud persandingan budaya Jawa dan China yang telah merasuk ke dalam kehidupan masyarakat.

    “Persandingan budaya sudah bercampur, sudah tidak bisa dikotak-kotakkan (Jawa dan China), ini perpaduan budaya,” ujarnya.

    Lurah Sudiroprajan, Kecamatan Jebres, Surakarta, Agustinus Deny Khristiawan di kantornya, Selasa (14/1/2025). (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)

    Deny berhadap dengan rangkaian Grebeg Sudiro ini, jumlah wisatawan yang datang ke Kota Solo dapat meningkat.

    Terutama dengan hadirnya bazar UMKM dan wisata perahu Imlek yang digelar hingga 31 Januari 2025.

    “Kami juga berharap agenda yang telah diakui nasional ini dapat meningkatkan UMKM dan sebagai sarana hiburan masyarakat,” ujarnya.

    “Dan tentunya terkait keharmonisan, dengan adanya Grebeg Sudiro ini semakin meningkatkan kerukunan antarumat beragama di wilayah Sudiroprajan khususnya dan bisa menjadi contoh secara luas,” ujarnya.

    Daya Tarik Wisata

    Dijumpai terpisah, Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surakarta, Gembong Hadi Wibowo mengatakan rangkaian perayaan Imlek di Kota Bengawan menjadi daya tarik wisatawan.

    “Momen Imlek dan Grebeg Sudiro menjadi salah satu daya tarik wisatawan,” ungkapnya saat dijumpai Tribunnews, Rabu (15/1/2025). 

    Pemerintah Kota Surakarta melalui Disbudpar memberikan dukungan terhadap Grebeg Sudiro melalui promosi wisata.

    “Kami juga memfasilitasi untuk mengusulkan dan mengawal ke event unggulan Jawa Tengah dan event unggulan nasional,” ungkapnya.

    Kepala Bidang Destinasi dan Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kota Surakarta, Gembong Hadi Wibowo (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)

    Diketahui, mulai 2024, Grebeg Sudiro telah masuk dalam Karisma Event Nusantara (KEN).

    KEN merupakan program kolaborasi antara Kementerian Pariwisata dengan pemerintah daerah yang bertujuan untuk mempromosikan destinasi wisata dan ekonomi kreatif di Indonesia.

    Artinya, Grebeg Sudiro telah diakui sebagai event nasional yang turut menjadi unggulan di Indonesia.

    “Grebeg Sudiro menjadi percontohan bagaimana akulturasi budaya terjadi. Grebeg Sudiro, lanjut Gembong mampu menggaungkan bahwa perbedaan etnik dapat hidup berdampingan dengan harmonis,” pungkasnya.

    ‘Harmony in Diversity’

    Ketua Panitia Grebeg Sudiro 2025, Arsatya Putra Utama mengungkapkan tema yang diangkat dalam gelaran Grebeg Sudiro tahun ini adalah “Harmony in Diversity”, harmoni dalam keberagaman.

    “Seluruh kegiatan Grebeg Sudiro akan dipusatkan di area Sudiroprajan, yang merupakan pusat budaya Jawa-Tionghoa di Surakarta,” ungkapnya saat dihubungi Tribunnews. 

    Sebanyak 54 kelompok seni dan lebih dari 3.000 peserta karnaval terlibat dalam Grebeg Sudiro 2025. 

    Rangkaian acara Grebeg Sudiro juga melibatkan setidaknya 300 UMKM dari berbagai paguyuban seperti Kepatihan Wetan, Pasar Kliwon, dan Kampung Baru.

    Arsatya juga mengungkapkan Grebeg Sudiro telah diakui sebagai 10 acara unggulan di Provinsi Jawa Tengah.

    Selain itu, ia juga menyambut gembira masuknya Grebeg Sudiro dalam daftar Karisma Event Nusantara (KEN). 

    Berikut rangkaian Grebeg Sudiro 2025.

    1. Umbul Mantram

    Kamis, 16 Januari 2025
    Pukul 18.00 WIB – selesai
    Lokasi: Kelurahan Sudiroprajan

    2. Karnaval Budaya

    Minggu, 26 Januari 2025
    Pukul 13.00 WIB – selesai
    Lokasi: Kawasan Pasar Gede

    3. Bazar Potensi UMKM

    17-31 Januari 2025
    Pukul 18.00 – 23.00 WIB
    Lokasi: Area Pasar Gede

    4. Wisata Perahu Hias Kali Pepe

    17-31 Januari 2025
    Pukul 18.00 – 23.00 WIB
    Lokasi: Kali Pepe

    Wisata perahu hias di Kali Pepe dalam rangkaian Grebeg Sudiro 2025. (Dok Pemkot Surakarta)

    5. Gelar Harmony In Diversity

    24-29 Januari 2025
    Pukul 18.00 – 23.00 WIB
    Lokasi: Parkir Utara Balai Kota Surakarta

    6. Semarak Harmony In Diversity dan Pesta Kembang Api

    Selasa, 28 Januari 2025
    Pukul 18.00 WIB – selesai
    Lokasi: Area Pasar Gede

    (Tribunnews.com/Wahyu Gilang Putranto)

  • Pengakuan Ayah Uswatun Khasanah, Ungkap Gerak-gerik Rohmad Usai Dikenalkan Sebagai Suami Siri – Halaman all

    Pengakuan Ayah Uswatun Khasanah, Ungkap Gerak-gerik Rohmad Usai Dikenalkan Sebagai Suami Siri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, BLITAR – Nur Khalim, ayah Uswatun Khasanah (29) mengaku Rohmad Tri Hartanto (RTH) aliasi Antok (33), pelaku pembunuhan dan mutilasi terhadap anaknya pernah datang dan bertemu di rumah Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar, Jawa Timur.

    Saat itu Antok diperkenalkan sebagai suami siri Uswatun Khasanah.

    Pertemuan pertama Nur Khalim dan Antok terjadi sekitar tiga tahun lalu.

    “Anak saya pernah pulang ke rumah bawa laki-laki dikenalkan sebagai suami siri namanya Antok, rumahnya Tulungagung. Itu sekitar tiga tahun lalu,” kata Nur Khalim di Garum, Kabupaten Blitar, Senin (27/1/2025). 

    Saat ditunjukkan foto Antok, Nur Khalim langsung menyebut pria itu yang dulu dikenalkan kepadanya sebagai suami siri korban. 

    “Ya itu Antok, yang pernah dikenalkan kepada saya sebagai suami siri anak saya,” ujar Nur Khalim sambil jarinya menunjuk foto Antok yang diperlihatkan dari layar ponsel. 

    Ketika itu, Nur Khalim sempat marah kepada korban.

    Alasanya Nur Khalim, sebagai ayah kandung tidak pernah diminta menjadi wali pernikahan Uswatun Khasanah.

    “Waktu itu saya sempat marah, saya tidak pernah merasa menjadi wali nikah anak saya,” katanya. 

    Menurut Nur Khalim, Antok memang jarang datang ke rumah Nur Khalim di Desa Bence, Kecamatan Garum, Kabupaten Blitar. 

    Dalam setahun, kata Nur Khalim, Antok datang ke rumah di Blitar hanya tiga sampai enam kali. 

    Tiap ikut pulang bersama Uswatun Khasanah ke Blitar, Antok paling lama hanya menginap dua hari, lalu kembali lagi ke Tulungagung. 

    “Biasanya, tiga minggu kemudian datang lagi ke Blitar. Saya tidak pernah mengobrol dengan dia, hanya menyapa biasa. Setahun terakhir ini, dia memang tidak pernah datang ke Blitar,” ujarnya.

    Antok Berupaya Tutupi Perselingkuhan

    Ternyata pengakuan Antok sebagai suami siri hanya sebagai kedok untuk menutupi perselingkuhannya dengan korban Uswatun Khasanah.

    Polisi menyebut tak ada bukti bila Antok dan Uswatun Khasanah sudah menikah secara agama.

    Direktur Ditreskrimum Polda Jatim Kombes Pol Farman mengatakan pelaku dan korban hanya sebatas teman dekat, bukan suami siri seperti yang diakuinya.

    Kombes Farman mengatakan, pihaknya tidak menemukan dokumen atau surat pernyataan dalam bentuk apapun yang menandai status siri pernikahan mereka. 

    Polisi juga ragu jika tersangka merupakan suami siri korban.

    Namun, polisi tak menyangkal jika tersangka sebatas teman dekat atau pacar yang hubungannya spesial. 

    “Untuk mengelabuhi agar yang bersangkutan tidak dicurigai saat di kos-kosan (korban di Tulungagung),” ujar Farman di depan Gedung Bidang Humas Mapolda Jatim, pada Senin (27/1/2025).

    Mengapa bisa disebut spesial.

    Karena, mereka sudah menjalin komunikasi dan hubungan selama tiga tahun. 

    Bahkan, tersangka sering berkunjung dan menginap di indekos korban. 

    Kata Farman, tersangka selalu beralibi kepada masyarakat di sekitar indekos bahwa mereka sudah berstatus suami istri secara siri. 

    Namun, tidak ada bukti konkret mengenai yang menandai pernikahan siri mereka. 

    Artinya, klaim pernikahan siri cuma sebatas klaim sepihak tanpa disertai bukti yang dapat dipertanggungjawabkan. 

    “Dia mengaku sebagai suami sirinya. Iya (selingkuhan). Sudah kami cek apakah betul sudah dilakukan pernikahan siri, faktanya tidak ada. Sudah 3 tahun,” ungkap Farman. 

    Tersangka Antok pun telah berkeluarga, memiliki istri sah dan dikaruniai dua anak. 

    Hubungan pernikahan sah tersangka RTH pun masih baik-baik saja, bersatu dan tidak dalam keadaan bersengketa dalam bentuk apapun. 

    “Hasil penyelidikan kami, dia sudah punya keluarga. Istri dan anak. Kehidupan mereka, dari hasil lidik, kehidupan mereka cukup. Status hukum pernikahan tersangka masih bersatu. Iya sah,” ujarnya.

    Berharap Pelaku Dihukum Berat

    Nur Khalim, ayah dari korban Uswatun Khasanah merasa bersyukur pelaku pembunuhan terhadap anaknya sudah ditangkap.

    Ia berharap pelaku dihukum berat. 

    “Jelas (pelaku) harus dihukum berat. Anak saya sudah jadi korban mutilasi, kalau bisa (pelaku) ya harus dihukum mati. Dia yang bertindak melukai anak saya,” kata Nur Khalim di Blitar. 

    Nur Khalim juga berharap bagian tubuh lain anaknya yang sudah ditemukan bisa segera diserahkan ke keluarga untuk dimakamkan jadi satu dengan tubuh korban.

    “Kami belum tahu kapan potongan tubuh anak saya dikirim ke rumah duka. Memprihatinkan sekali tubuh anak saya yang terpisah,” katanya. 

    “Saya juga berterimakasih kepada kepolisian yang sudah membantu menemukan pelaku dan jenazah anak yang dibuang pelaku,” ujarnya.

    Sementara itu tersangka Antok mengungkapkan penyesalan dan permintaan maaf kepada keluarga korban.

    Hal tersebut disampaikannya dengan singkat saat digiring polisi seusai konferensi pers di Mapolda Jatim pada Senin (27/1/2025).

    Antok yang mengenakan kaus oranye bertuliskan ‘Tahanan Dittahti Polda Jatim’, terlihat berjalan cepat dengan kedua tangannya diborgol di belakang.

    Wajahnya tertutup masker biru gelap, menyembunyikan sebagian besar wajahnya saat media mengejar untuk mengabadikan momen tersebut.

    Saat itu, dia menyatakan penyesalan atas tindakannya yang menghilangkan nyawa korban dengan sangat brutal.

    “Saya menyesal,” kata Antok seraya menundukkan kepala saat melewati kerumunan wartawan.

    Dia juga meminta maaf kepada keluarga korban di Kabupaten Blitar, menyatakan penyesalan yang mendalam atas perbuatannya.

    Atas perbuatannya Antok dijerat pasal 340 KUHP tentang pembunuhan berencana, Pasal 338 KUHP tentang pembunuhan, Pasal 351 Ayat 3 KUHP tentang penganiayaan yang mengakibatkan kematian, serta Pasal 365 Ayat 3 KUHP tentang pencurian dengan kekerasan yang menyebabkan korban meninggal.

    Ancaman hukuman yang dihadapi tersangka bisa mencapai hukuman mati atau penjara seumur hidup.

    Diketahui terungkapnya kasus pembunuhan dan mutilasi yang dilakukan Antok berawal saat warga menemukan sebuah koper di selokan Desa Dadapan, Kecamatan Kendal, Kabupaten Ngawi, Jawa Timur, Kamis (23/1/2025).

    Koper tersebut berisi jasad manusia.

    Meskipun jasad tidak utuh, tanpa kaki dan kepala, hanya dalam kurung waktu satu hari, identitas korban mampu diidentifikasi polisi dari sidik jarinya.

    Polisi pun akhirnya menangkap Antok tak lama setelah penemuan jasad korban.

    Berdasarkan petunjuk Antok, potongan tubuh korban yang sebelumnya dibuang di wilayah Ngawi, Trenggalek, dan Ponorogo bisa ditemukan.

    (tribunmataraman.com/ Samsul Hadi/ surya.co.id/ luhur pambudi)
     

    Sebagian dari artikel ini telah tayang di Tribunmataraman.com dengan judul Pengakuan Ayah Korban Mutilasi Kediri: Pelaku Pernah ke Rumah 3 -6 Kali