Jakarta, Beritasatu.com – Asosiasi Produsen Serat dan Benang Filament Indonesia (Apsyfi) mengungkapkan, informasi terbaru mengenai banyaknya pabrik tekstil tutup yang terdampak oleh impor ilegal sehingga mengakibatkan pemutusan hubungan kerja (PHK) massal.
Ketua Umum Apsyfi, Redma Gita Wirawasta, dalam konfirmasinya di Jakarta pada Jumat (7/3/2025) menyampaikan, penutupan pabrik dan PHK tersebut terjadi pada Januari 2023 hingga Desember 2024, dan pabrik-pabrik tersebut berada di Banten, Jawa Barat, dan Jawa Tengah.
Dilansir dari Antara, Jumat (7/3/2025), berikut daftar lengkapnya penutupan pabrik tekstil domestik yang mengakibatkan PHK besar-besaran:
1. PT Adetex (500 tenaga kerja dirumahkan)
2. Agungtex Group (2.000 tenaga kerja dirumahkan)
3. PT Alenatex (tutup-PHK 700 tenaga kerja)
4. PT Apac Inti Corpora (pengurangan tenaga kerja)
5. PT Argo Pantes Bekasi (tutup-berhenti produksi)
6. PT Asia Citra Pratama (tutup-berhenti produksi)
7. PT Asia Pacific Fiber Kaliwungu (pengurangan tenaga kerja)
8. PT Asia Pacific Fiber Karawang (PHK 2.500 tenaga kerja)
9. PT Bitratex (pengurangan tenaga kerja)
10. PT Centex – Spinning Mills (tutup-berhenti produksi)
11. PT Chingluh (PHK 2.000 tenaga kerja)
12. PT Damatex ( tutup-berhenti produksi)
13. PT Delta Merlin Tekstil I-Duniatex Group (PHK 660 tenaga kerja)
14. PT Delta Merlin Tekstil II-Duniatex Group (PHK 924 tenaga kerja)
15. PT Djoni Texindo (tutup – berhenti produksi)
16. PT Dupantex (tutup-berhenti produksi)
17. PT Efendi Textindo (tutup-berhenti produksi)
18. PT Fotexco Busana Internasional (tutup-berhenti produksi)
19. PT Grand Best (PHK 300 tenaga kerja)
20. PT Grand Pintalan (tutup-berhenti produksi)
21. PT Grandtex (tutup-berhenti produksi)
22. PT Gunatex (tutup-berhenti produksi)
23. PT HS Aparel (tutup)
24. PT Indachi Prima (pengurangan tenaga kerja)
25. PT Jelita (tutup-berhenti produksi)
26. PT Kabana (PHK 1.200 tenaga kerja)
27. PT Kaha Apollo Utama (tutup-berhenti produksi)
28. PT Kahatex (pengurangan tenaga kerja)
29. PT Kintong (tutup-berhenti produksi)
30. Kusuma Group (PT Pamor, PT Kusuma Putra, PT Kusuma Hadi) (tutup-PHK 1.500 tenaga kerja)
31. PT Lawe Adyaprima Spinning Mills (tutup-berhenti produksi)
32. PT Lojitex (tutup-berhenti produksi)
33. PT Lucky Tekstil (PHK 100 tenaga kerja)
34. PT Mafahtex Tirto (tutup-berhenti produksi)
35. PT Miki Moto (tutup – berhenti produksi)
36. PT Mulia Cemerlang Abadi (tutup-berhenti produksi)
37. PT Mulia Spindo Mills (tutup-berhenti produksi)
38. PT Nikomas (bertahap ribuan pekerja)
39. PT Ocean Asia Industry (tutup-PHK 314 tenaga kerja)
40. PT Panca Sindo (tutup-berhenti produksi)
41. PT Pismatex (pailit -PHK 1.700 tenaga kerja)
42. PT Polyfin Canggih (pengurangan tenaga kerja)
43. PT Pulaumas Tekstil (PHK 460 tenaga kerja)
44. PT Rayon Utama Makmur (tutup)
45. PT Ricky Putra Globalindo, Tbk. (tutup-berhenti produksi)
46. PT Sai Aparel (relokasi sebagian)
47. PT Saritex (tutup-berhenti produksi)
48. PT Sembung Tex (tutup-berhenti produksi)
49. PT Sinar Pan
50. PT South Pacific Viscose (pengurangan tenaga kerja)
51. Sritex Group (2.500 tenaga kerja dirumahkan)
52. PT Starpia (tutup)
53. PT Sulindafin (tutup-berhenti produksi)
54. PT Sulindamills (tutup-berhenti produksi)
55. PT Tifico Fiber Industries (pengurangan tenaga kerja)
56. PT Tuntex (tutup – PHK 1.163 tenaga kerja)
57. PT Wiska Sumedang (tutup – PHK 700 tenaga kerja)
58. PT Primissima (tutup – berhenti produksi)
59. PT Sritex (pailit-pengawasan kurator)
60. PT Asia Pacific Fibers Karawang (berhenti beroperasi)
61. PT Lucky Print (berhenti beroperasi)
Redma mengungkapkan, selain dalam periode dua tahun terakhir, pihaknya juga menerima laporan terkini mengenai sejumlah pabrik tekstil tutup pada Januari 2025, yaitu PT Mbangun Praja Industri.
“Pada Januari 2025, PT Mbangun Praja Industri juga terpaksa tutup,” ujarnya.
Ia juga menyatakan harapannya agar pemerintah segera mengambil langkah untuk mengendalikan impor, serta memberantas praktik impor ilegal yang merugikan industri dalam negeri.
“Pengendalian impor serta pemberantasan praktik impor ilegal sangat diperlukan,” pungkasnya menjelaskan laporan mengenai banyaknya pabrik tekstil tutup.