provinsi: GORONTALO

  • Heboh Hujan Jelly di Gorontalo, 3 Kemungkinan Penyebabnya Menurut BMKG, Pernah Terjadi di Skotlandia – Halaman all

    Heboh Hujan Jelly di Gorontalo, 3 Kemungkinan Penyebabnya Menurut BMKG, Pernah Terjadi di Skotlandia – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, GORONTALO –  Fenomena hujan jelly menghebohkan masyarakat Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

    Peristiwa ini terjadi di Desa Leyao Kecamatan Tomilito, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, sekitar pukul 20.00 WITA, Sabtu (15/2/2025).

    Sejumlah warga merekam momen tersebut dan membagikannya ke media sosial Facebook.

    Dilansir TribunGorontalo.com dari akun FB Selvina, hujan jeli ini sempat menimbulkan kecurigaan dari warga setempat.

    Warga yang saat itu masih terjaga, mulai mengamati butiran hujan yang jatuh dari langit.

    Karena penasaran, warga mulai menampung butiran-butiran putih itu ke dalam wadah.

    Awalnya warga mengira benda itu adalah es batu.

    Namun setelah dipegang, teksturnya lengkel menyerupai jelly.

    Insiden ini diketahui baru pertama kali terjadi.

    Menurut warga setempat, Ewan Saputra, dirinya bersama warga lainnya kaget dengan peristiwa alam yang terjadi di Dusun Ato Atas Desa Leyao tersebut. 

    Fenomena itu baru disadari warga setelah beberapa saat hujan turun.

    Sebab, yang justru nampak di permukaan tanah adalah butiran jeli atau seperti agar-agar yang memenuhi pekarangan rumah dan jalan.

    “Ada yang sibuk mengambil wadah untuk menampung hujan jelly , sebagian warga memilih mengabadikan momen yang tidak pernah terjadi di desa tersebut,” katanya.

    Hujan jelly di desa itu terjadi sekitar 30 menit dan warga merasakan hujan yang turun cukup deras. 

    “Belum diketahui apakah butiran jelly  memenuhi seluruh desa atau hanya terjadi di satu lokasi di dusun tersebut, mengingat peristiwa langka ini terjadi malam hari,” jelas Ewan.

    Hujan jelly  nampak lembek dan butirannya terasa lembut seperti agar-agar, tetapi warga memilih menghindar agar tidak terkena langsung.

    Hujan Jelly Pernah Terjadi di Skotlandia

    Hujan jelly diketahui pernah terjadi di Skotlandia, Eropa, pada tahun 2009.

    Dikutip dari BBC, seseorang menemukan butiran jelly di Pentlands.

    Penemuan ini memicu beragam teori konspirasi.

    Beberapa dugaan menyebutkan bahwa zat tersebut adalah sejenis jamur, ekskresi hewan, atau bahkan ‘ingus bintang’ dari meteorit.

    Kemudian pada Agustus 2009, ada bukti ilmiah baru yang menunjukkan bahwa materi misterius ini mungkin berasal dari suatu cairan dari katak. 

    Untuk mencoba memecahkan misteri tersebut, Out of Doors telah meminta beberapa ilmuwan untuk memeriksa sampel jeli.

    Hans Sluiman, seorang ahli alga di Royal Botanic Garden Edinburgh, mengatakan kepada para pendengar BBC bahwa ia yakin gel itu sendiri bukanlah tumbuhan atau hewan.

    Dr Andy Taylor mempelajari jamur di Macaulay Institute di Aberdeen. Ia mengatakan ada filamen jamur di lendir tersebut tetapi setuju dengan Hans bahwa jamur tersebut tumbuh di dalam lendir.

    Rekan akademis Hans Sluiman lalu menemukan referensi tahun 1926 di jurnal Nature tentang ‘pembusukan bintang’. 

    Referensi tersebut mendukung teori bahwa burung dari beberapa spesies tertentu memakan katak atau kodok. Burung itu kemudian memuntahkan ovariumnya hingga jatuh ke daratan. 

    3 Penyebabnya Menurut BMKG

    Prakirawan Stasiun Meteorologi (Stamet) Djalaluddin Gorontalo, Naufal Pramudya Irawan,  mengatakan ada  beberapa kemungkinan penyebab terjadinya hujan bertekstur seperti jelly di Dusun Ato Atas, Desa Leyao, Gorontalo Utara, pada Sabtu (15/2) malam pukul 20.00 WITA.

    “Beberapa proses bisa menjadi salah satu kemungkinan penyebabnya,” kata Naufal di Gorontalo dikutip dari Kompas.TV.

    Menurut Naufal, kemungkinan pertama adalah adanya fenomena biologis, yakni hujan jelly disebabkan oleh hewan laut kecil, seperti ubur-ubur atau plankton yang terangkat ke atmosfer oleh badai atau angin kencang.

    Partikel gelatin dari organisme-organisme ini bisa jatuh bersama dengan hujan.

    Kemungkinan kedua adalah fenomena meteorologi, yakni saat angin yang sangat kuat mengangkat bahan-bahan dari permukaan laut atau kolam yang kemudian terbawa ke atmosfer dan turun kembali sebagai hujan ketika kondisi memungkinkan.

    Kemungkinan ketiga adalah adanya pencemaran atau limbah.

    Ia menyebut, pada beberapa kasus, hujan jelly terkait dengan limbah industri atau pencemaran air yang menghasilkan bahan-bahan gelatin atau mirip jelly, meskipun hal ini sangat jarang dan lebih mengarah ke fenomena yang merusak lingkungan.

    Namun, kata Naufal, untuk mengetahui secara pasti penyebab turunnya hujan yang menyerupai jelly tersebut, diperlukan penelitian lebih lanjut.

    Sumber: Tribun Gorontalo/Kompas.TV

     

  • Ragukan Fenomena Hujan Jeli di Gorontalo, BMKG: Perlu Verifikasi

    Ragukan Fenomena Hujan Jeli di Gorontalo, BMKG: Perlu Verifikasi

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyatakan keraguan terhadap laporan mengenai fenomena hujan jeli yang dikabarkan terjadi di Kecamatan Tomilito, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

    “Keabsahannya masih perlu diverifikasi,” ujar Ketua Tim Prediksi dan Peringatan Dini Cuaca Direktorat Meteorologi Publik BMKG, Ida Pramuwardani pada Minggu (16/2/2025).

    Ida menjelaskan, meskipun ada kemungkinan-kemungkinan ilmiah terkait hujan jeli di Gorontalo, tetapi BMKG tidak dapat langsung berasumsi tanpa bukti yang valid. Hingga saat ini, pihaknya belum memperoleh data yang bisa memastikan kebenaran peristiwa tersebut.

    “Dalam kondisi alami, fenomena seperti ini tidak mungkin terjadi,” tegasnya.

    Namun, BMKG tengah berkoordinasi dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Gorontalo serta mencoba menghubungi pemilik akun media sosial yang pertama kali mengunggah video terkait dugaan hujan jeli. Jika informasi tersebut terbukti benar, BMKG akan meneliti lebih lanjut penyebabnya.

    BMKG juga mengimbau masyarakat Gorontalo agar tetap tenang dan tidak terburu-buru mempercayai fenomena yang belum terverifikasi kebenarannya.

    Sebelumnya, warga Desa Leyao, Kecamatan Tomilito, Gorontalo Utara, dilaporkan dikejutkan oleh fenomena hujan yang menghasilkan butiran menyerupai jeli pada Sabtu (15/2/2025) sekitar pukul 20.00 Wita.

    Kejadian ini terekam dalam video amatir berdurasi 28 detik yang diunggah akun Instagram @infosulawesidotcom pada Minggu (16/2/2025) sore.

    Salah seorang warga setempat Ewan Saputra mengaku terkejut saat melihat butiran jeli memenuhi pekarangan rumah dan jalan setelah hujan reda. Ia menyebut beberapa warga bahkan mengumpulkan butiran tersebut dalam wadah karena penasaran dengan teksturnya yang lembek, mirip agar-agar.

    Sementara itu, sebagian warga lainnya memilih menghindari fenomena yang berlangsung sekitar 30 menit tersebut karena merasa belum pernah melihat kejadian serupa sebelumnya.

    “Hingga kini belum diketahui apakah butiran jeli ini menyebar di seluruh desa atau hanya di lokasi tertentu, mengingat peristiwa ini terjadi pada malam hari,” ujarnya dalam menanggapi hujan jeli di Gorontalo.

  • Geger Hujan Jelly di Gorontalo, BMKG Buka Suara

    Geger Hujan Jelly di Gorontalo, BMKG Buka Suara

    Jakarta

    Fenomena hujan jelly terjadi di Desa Leayo, Tomilito, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo, hingga bikin geger warga. Warga yang penasaran menampung jelly tersebut di dalam ember.

    “Iya, pertama muncul hujan jelly pas di jalan depan rumah saya di sana saya langsung live siaran Facebook tidak hitung menit sudah banyak warga yang melihat banyak yang komentar,” kata warga Leayo, Ewan (37), dilansir detikSulsel, Minggu (16/2/2025).

    “Baru pertama kali dan ini fenomena yang aneh, setau saya tidak pernah ada, dan saya saja baru dengar kalau ada hujan jelly,” tambahnya.

    Kepala Stasiun Meteorologi Kelas I Gorontalo Cucu Kusmayancu mengatakan fenomena hujan jelly merupakan kondisi cuaca yang wajar. Dia menyebut ada tiga faktor yakni biologis, fenomena meteorologi, dan pencemaran limbah. Lebih lanjut Cucu menerangkan hujan jelly biasanya disebabkan oleh hewan laut kecil yakni ubur-ubur.

    “Proses biologis hujan jelly seringkali disebabkan oleh hewan laut kecil seperti ubur-ubur atau plankton yang terangkat ke atmosfer oleh badai atau angin kencang. Partikel gelatin dari organisme-organisme ini bisa jatuh bersama dengan hujan,” jelasnya.

    Cucu mengaku fenomena hujan jelly butuh penelitian lebih lanjut. Dia menyebut kasus itu baru pertama kali terjadi di Gorontalo Utara.

    “Untuk mengetahui penyebab secara pastinya membutuhkan penelitian lebih lanjut,” katanya.

    Baca selengkapnya di sini.

    (taa/ygs)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Heboh Hujan Jelly di Gorontalo, Fenomena Langka yang Geger Warga

    Heboh Hujan Jelly di Gorontalo, Fenomena Langka yang Geger Warga

    PIKIRAN RAKYAT – Fenomena hujan berbentuk seperti butiran jelly mengguyur Gorontalo Utara pada Sabtu 15 Februari 2025 sekira pukul 20.00 WITA. Kejadian itu pun menghebohkan warga Desa Leyao Kecamatan Tomilito Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

    Warga setempat, Ewan Saputra mengatakan bahwa dia bersama warga lainnya kaget dengan peristiwa alam yang terjadi di Dusun Ato Atas Desa Leyao tersebut. Fenomena itu pun baru disadari warga setelah beberapa saat hujan turun.

    Sebab, bukan air hujan, yang justru nampak di permukaan tanah adalah butiran jelly atau seperti agar-agar memenuhi pekarangan rumah dan jalan. Beberapa warga yang mengamati peristiwa itu merekam momen tersebut karena merasa baru pertama kali melihat kejadian itu.

    “Ada yang sibuk mengambil wadah untuk menampung hujan jelly, sebagian warga memilih mengabadikan momen yang tidak pernah terjadi di desa tersebut,” kata Ewan Saputra, Sabtu 15 Februari 2025 malam.

    Fenomena hujan berbentuk seperti butiran jelly terjadi sekitar pukul 20.00 WITA, menghebohkan warga di Desa Leyao Kecamatan Tomilito Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo.

    Hujan jelly di desa itu terjadi sekitar 30 menit, dan warga merasakan hujan yang turun cukup deras.

    “Belum diketahui apakah butiran jelly memenuhi seluruh desa atau hanya terjadi di satu lokasi di dusun tersebut, mengingat peristiwa langka ini terjadi malam hari,” ujar Ewan Saputra.

    Hujan jelly nampak lembek dan butirannya terasa lembut seperti agar-agar. Namun, warga memilih menghindar agar tidak terkena langsung.

    Apa Itu Hujan Jelly?

    Hujan jelly merujuk pada fenomena ketika zat seperti gel atau jelly turun dari langit bersama hujan. Fenomena ini tergolong langka dan telah beberapa kali dilaporkan di berbagai belahan dunia, meskipun penyebab pastinya masih menjadi perdebatan.

    Penyebab Terjadinya Hujan Jelly

    Menurut Koordinator Data dan Informasi BMKG Gorontalo, Roni Ridwan Bandani, ada beberapa kemungkinan penyebab hujan jelly di Desa Leyao:

    Proses Biologis

    Salah satu teori utama menyebutkan bahwa hujan jelly bisa berasal dari organisme laut seperti ubur-ubur atau plankton. Hewan-hewan kecil ini mungkin terangkat ke atmosfer oleh badai atau angin kencang, lalu jatuh kembali ke daratan dalam bentuk substansi gelatin ketika hujan turun.

    Fenomena Meteorologi

    Dalam kondisi tertentu, angin yang sangat kuat dapat mengangkat material dari perairan seperti laut atau danau, kemudian membawanya ke atmosfer. Saat kondisi atmosfer berubah, material tersebut jatuh kembali ke bumi bersama hujan dalam bentuk yang aneh, seperti jelly.

    Pencemaran atau Limbah

    Ada kemungkinan bahwa hujan jelly terjadi akibat limbah industri atau pencemaran air yang mengandung senyawa kimia tertentu. Limbah ini bisa menghasilkan zat berbentuk gel yang terbawa oleh angin atau hujan. Namun, kemungkinan ini lebih jarang terjadi dibandingkan faktor biologis atau meteorologi.

    Butuh Penelitian Lebih Lanjut

    Fenomena hujan jelly memang menarik dan misterius, tetapi untuk mengetahui penyebab pastinya, diperlukan penelitian lebih mendalam. Para ilmuwan dan ahli cuaca perlu mengumpulkan sampel zat jelly yang turun dan menganalisisnya di laboratorium guna mengetahui asal-usulnya secara pasti.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pemerintahan Gusnar-Idah terapkan empat hari kerja

    Pemerintahan Gusnar-Idah terapkan empat hari kerja

    Gorontalo (ANTARA) – Pemerintahan Gubernur dan Wakil Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail dan Idah Syahidah Rusli Habibie langsung menerapkan kebijakan empat hari kerja.

    “Kebijakan efisiensi oleh pemerintah pusat yang berdampak pada penyesuaian jam kerja ASN akan langsung diterapkan. Pemerintahan Gusnar-Idah memastikan hal tersebut,” kata Gusnar, Gubernur terpilih yang akan dilantik bersama Wakil Gubernur pada 20 Februari 2025 tersebut.

    Gusnar dalam keterangan tertulisnya di Gorontalo, Minggu, mengatakan bahwa pemerintah daerah harus selaras dengan kebijakan efisiensi yang ditetapkan oleh Presiden Prabowo.

    “Harus ikut, tapi esensi pelayanan publiknya tetap harus dirasakan masyarakat,” katanya.

    Gusnar mengatakan salah satu pertimbangan penting yaitu hari kerja ASN akan disesuaikan menjadi empat hari kerja.

    “Jadi hari Jumat akan berlaku yang namanya kerja dari mana saja atau Work From Anywhere (WFA),” katanya.

    Di sisi lain, menurut Gusnar, kebijakan efisiensi ini memiliki efek lain berupa adaptasi terhadap transformasi digital oleh ASN Pemprov Gorontalo.

    Menurut dia dunia yang serba terkoneksi harus disikapi secara serius oleh segenap ASN Pemprov Gorontalo, sebab demikian maka kebijakan yang bersifat digitalisasi apapun akan siap diikuti oleh ASN di daerah ini.

    Gusnar menegaskan WFA tidak boleh mengabaikan pelayanan masyarakat.

    “Sektor pendidikan, kesehatan, dan perizinan yang benar-benar diperlukan masyarakat akan diatur lagi agar pelayanan masyarakat tetap maksimal. Kalau rapat dan pertemuan saya kira manfaatkan fitur zoom. Makanya kami akan evaluasi secara berkala terkait kebijakan WFA ini agar efisiensi berlaku dan pelayanan publik tetap berjalan,” imbuhnya.

    Pewarta: Susanti Sako
    Editor: Riza Mulyadi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Cara Cetak Sertifikat Tanah Mandiri 2025, Ini Daftar Lokasi Lengkapnya

    Cara Cetak Sertifikat Tanah Mandiri 2025, Ini Daftar Lokasi Lengkapnya

    PIKIRAN RAKYAT – Kementerian Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) menghadirkan inovasi baru dalam pencetakan sertifikat tanah elektronik dengan mesin anjungan pencetakan sertifikat elektronik.

    Mesin ini tersedia di 83 kantor pertanahan di Indonesia dan memungkinkan pencetakan sertifikat tanah secara mandiri, cepat, dan efisien tanpa perlu antre panjang.

    Langkah-Langkah Mencetak Sertifikat Tanah Elektronik

    Agar dapat mencetak sertifikat tanah elektronik menggunakan mesin anjungan, beberapa langkah berikut harus diikuti:

    Menerima Pemberitahuan
    Setelah sertifikat tanah elektronik selesai diproses, pemberitahuan akan dikirimkan melalui WhatsApp. Mengunjungi Kantor Pertanahan
    Datangi kantor pertanahan yang telah dilengkapi mesin anjungan pencetakan sertifikat elektronik. Memasukkan Barcode
    Masukkan barcode yang telah diterima melalui WhatsApp ke dalam mesin anjungan. Memindai KTP
    Lakukan pemindaian KTP untuk verifikasi identitas. Mencetak Sertifikat Elektronik
    Setelah proses verifikasi selesai, sertifikat elektronik akan langsung tercetak dalam hitungan detik. Fitur Keamanan dan Keunggulan Mesin

    Mesin anjungan pencetakan sertifikat elektronik tidak hanya berfungsi untuk mencetak sertifikat tetapi juga memiliki beberapa fitur unggulan, di antaranya:

    Verifikasi Data melalui Aplikasi Sentuh Tanahku Dilengkapi dengan Sistem Keamanan Canggih untuk melindungi data dari potensi penyalahgunaan Desain Kokoh dan Tahan Lama, memastikan mesin dapat digunakan dalam jangka waktu lama dengan performa optimal Proses Cepat dan Mudah, sehingga menghemat waktu tanpa perlu antre panjang Lokasi Kantor Pertanahan yang Memiliki Mesin Anjungan

    Saat ini, mesin anjungan pencetakan sertifikat elektronik tersedia di 83 kantor pertanahan yang tersebar di berbagai kota di Indonesia. Beberapa di antaranya meliputi:

    Sumatera: Medan, Pekanbaru, Palembang, Banda Aceh, Jambi Jawa: Jakarta, Bandung, Surabaya, Semarang, Yogyakarta Kalimantan: Pontianak, Balikpapan, Banjarmasin Sulawesi: Makassar, Manado, Gorontalo Bali & Nusa Tenggara: Denpasar, Mataram, Kupang Papua & Maluku: Jayapura, Ambon, Sorong

    Mesin anjungan ini akan terus diperluas ke lebih banyak kantor pertanahan di seluruh Indonesia agar lebih banyak masyarakat dapat merasakan manfaatnya.

    Manfaat Sertifikat Tanah Elektronik

    Sertifikat tanah elektronik memberikan berbagai keuntungan bagi pemilik tanah, antara lain:

    Keamanan Lebih Baik: Risiko kehilangan atau pemalsuan sertifikat berkurang secara signifikan. Kemudahan Akses: Dokumen dapat diakses kapan saja secara digital. Efisiensi Waktu dan Biaya: Tidak perlu mengurus pencetakan manual di kantor pertanahan.

    Dengan hadirnya mesin anjungan pencetakan sertifikat elektronik, pencetakan sertifikat tanah menjadi lebih mudah, cepat, dan aman. Inovasi ini merupakan langkah maju dalam digitalisasi layanan pertanahan di Indonesia.

    Masyarakat dapat mengakses layanan ini tanpa perlu antre panjang, cukup dengan beberapa langkah sederhana. Ke depannya, lebih banyak kantor pertanahan akan dilengkapi dengan mesin ini guna mendukung transformasi digital di sektor pertanahan.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • BMKG: Mayoritas Daerah Berpotensi Diguyur Hujan pada Hari Ini

    BMKG: Mayoritas Daerah Berpotensi Diguyur Hujan pada Hari Ini

    Jakarta, Beritasatu.com – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan sebagian besar wilayah di Indonesia pada hari ini, Minggu (16/2/2025), berpotensi diguyur hujan.

    Hujan dengan intensitas bervariasi, mulai dari hujan ringan hingga hujan disertai petir.

    Prakirawan BMKG Apdillah dalam video perkiraan cuaca yang dipantau melalui kanal YouTube BMKG di Jakarta menyampaikan, hujan ringan diperkirakan terjadi di beberapa kota besar, seperti Medan, Padang, Riau, Jambi, Palembang, dan Bandarlampung.

    “Berikutnya, hujan ringan juga berpotensi terjadi di Serang, Jakarta, Semarang, Yogyakarta, Surabaya, Denpasar, Tanjung Selor, dan Samarinda,” katanya.

    Selanjutnya, Banjarmasin, Manado, Gorontalo, Palu, Mamuju, Kendari, dan Makassar. Kemudian, Ambon, Sorong, Manokwari, Jayawijaya, Jayapura, dan Merauke.

    Berikutnya, hujan dengan intensitas sedang diprakirakan terjadi di Bengkulu, Kupang, serta di beberapa wilayah di Timur Indonesia, seperti Ternate dan Nabire.

    Sementara itu, beberapa wilayah lain diprakirakan mengalami hujan disertai petir, seperti Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung; Palangka Raya, Kalimantan Tengah; dan Bandung, Jawa Barat.

    Tidak hanya hujan, ada pula kondisi cuaca berawan tebal yang berpotensi terjadi di Banda Aceh, Aceh; Tanjung Pinang, Kepulauan Riau; Pontianak, Kalimantan Barat; dan Mataram, Nusa Tenggara Barat.

    Menurut Apdillah, prakiraan cuaca tersebut adalah gambaran umum di masing-masing wilayah. Oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk selalu memantau informasi cuaca terkini yang diperbarui setiap tiga jam melalui aplikasi Info BMKG.

    Dikatakan, informasi cuaca terkini juga dapat diakses melalui laman web BMKG, yaitu www.bmkg.go.id atau media sosial @info.bmkg.

  • Cuaca Indonesia Hari Ini Minggu 16 Februari, BMKG Perkirakan Kota-Kota Ini Hujan – Page 3

    Cuaca Indonesia Hari Ini Minggu 16 Februari, BMKG Perkirakan Kota-Kota Ini Hujan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memprakirakan sebagian besar wilayah di Indonesia turun hujan dengan intensitas yang beragam pada hari ini, Minggu (16/2/2025). 

    Prakirawan BMKG Apdillah mengungkapkan, hujan berintensitas ringan diperkirakan akan terjadi di beberapa kota besar, seperti Medan, Sumatera Utara; Padang, Sumatera Barat; Pekanbaru, Riau; Jambi; Palembang, Sumatera Selatan; dan Bandar Lampung.

    “Berikutnya, hujan ringan juga berpotensi terjadi di Serang, Banten; Jakarta; Semarang, Jawa Tengah; Yogyakarta; Surabaya, Jawa Timur; Denpasar, Bali; Tanjung Selor, Kalimantan Utara; Samarinda, Kalimantan Timur; Banjarmasin, Kalimantan Selatan; Manado, Sulawesi Utara; Gorontalo, Gorontalo; Palu, Sulawesi Tengah; Mamuju, Sulawesi Barat; Kendari, Sulawesi Tenggara; dan Makassar, Sulawesi Selatan,” katanya, seperti dikutip dari Antara.

    Hujan ringan juga diperkirakan mengguyur Kota Ambon, Maluku; Sorong, Papua Barat Daya; Manokwari, Papua Barat; Jayawijaya, Papua Tengah; Jayapura, Papua; dan Merauke, Papua Selatan.

    Berikutnya, hujan dengan intensitas sedang diprakirakan terjadi di Bengkulu; dan Kupang, Nusa Tenggara Timur; serta di beberapa wilayah di Timur Indonesia, seperti Ternate, Maluku Utara; Nabire, Papua Tengah.

    Tak itu, beberapa wilayah juga diprakirakan mengalami hujan disertai petir, seperti Pangkal Pinang, Kepulauan Bangka Belitung; Palangka Raya, Kalimantan Tengah; dan Bandung, Jawa Barat.

     

  • Komdigi Prioritaskan Internet Rumah Terjangkau, Bukan PNBP

    Komdigi Prioritaskan Internet Rumah Terjangkau, Bukan PNBP

    Bisnis.com, JAKARTA — Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menegaskan bahwa tujuan utama dari seleksi pita frekuensi 1,4 GHz adalah menghadirkan layanan internet tetap (fixed broadband) yang terjangkau bagi masyarakat.

    Inisiatif ini diharapkan dapat menyediakan akses internet cepat di perumahan dengan biaya yang ramah di kantong, alih-alih mengejar Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) yang lebih tinggi. Dalam proses seleksi pita frekuensi, pemerintah berpotensi memperoleh PNBP. 

    Sebagai contoh, pada seleksi pita 2,1 GHz sebelumnya, negara berhasil meraup Rp605,05 miliar per tahun dari pemenang lelang. Dengan kewajiban pembayaran tambahan sebanyak dua kali pada tahun pertama, total pendapatan yang diperoleh mencapai sekitar Rp1,82 triliun.

    Menanggapi potensi PNBP dari seleksi 1,4 GHz, Direktur Jenderal Infrastruktur Digital Kementerian Komdigi, Wayan Toni Supriyanto, menyatakan bahwa pihaknya belum dapat memberikan angka pasti karena besaran PNBP baru dapat ditentukan setelah proses seleksi atau evaluasi selesai.

    “Saat ini, fokus kami bukan pada perolehan PNBP setinggi-tingginya, tetapi lebih kepada penggelaran layanan akses internet ke rumah-rumah (fixed broadband) dengan harga yang terjangkau bagi masyarakat,” ujar Wayan kepada Bisnis, Minggu (16/2/2025).

    Wayan menambahkan bahwa penyediaan pita frekuensi 1,4 GHz untuk layanan Broadband Wireless Access (BWA) memiliki beberapa tujuan strategis mulai dari meningkatkan penetrasi layanan akses tetap internet pita lebar (fixed broadband) hingga Mendukung penetrasi jaringan serat optik.

    Komdigi memperkirakan harga layanan internet rumah dari pita 1,4 GHz ini bisa mencapai Rp100.000-Rp150.000 per bulan untuk kecepatan 100 Mbps.

    Diketahui, Komdigi berencana menggelar seleksi pita frekuensi 1,4 GHz untuk mempercepat pemerataan internet cepat di seluruh Indonesia.

    Izin penggunaan spektrum frekuensi ini akan dibagi menjadi 15 zona. 

    Dalam draf Rancangan Peraturan Menteri tentang Penggunaan Spektrum Frekuensi Radio pada Pita Frekuensi 1,4 GHz, hak penggunaan frekuensi akan diberikan dalam bentuk Izin Penggunaan Frekuensi Radio (IPFR) kepada penyelenggara jaringan tetap lokal berbasis packet switched dengan wilayah layanan regional.

    Terdapat tiga regional dengan pembagian zona layanan yang berbeda:

    -Regional 1: Zona 4, Zona 5, Zona 6, Zona 7, Zona 9, dan Zona 10.

    -Regional 2: Zona 1, Zona 2, Zona 3, Zona 8, dan Zona 15.

    -Regional 3: Zona 11, Zona 12, Zona 13, dan Zona 14..

    Pembagian Zona:

    Berikut adalah pembagian wilayah di masing-masing dari 15 zona tersebut:

    Zona 1: Provinsi Aceh dan Provinsi Sumatera Utara.

    Zona 2: Provinsi Sumatera Barat, Provinsi Riau, dan Provinsi Jambi.

    Zona 3: Provinsi Kepulauan Bangka Belitung, Provinsi Sumatera Selatan, Provinsi Bengkulu, dan Provinsi Lampung.

    Zona 4: Provinsi Banten, Provinsi DKI Jakarta, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi.

    Zona 5: Provinsi Jawa Barat (kecuali Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Depok, Kota Bekasi, dan Kabupaten Bekasi).

    Zona 6: Provinsi Jawa Tengah dan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

    Zona 7: Provinsi Jawa Timur.

    Zona 8: Provinsi Bali, Provinsi Nusa Tenggara Barat, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur.

    Zona 9: Provinsi Papua, Provinsi Papua Barat, Provinsi Papua Selatan, Provinsi Papua Tengah, Provinsi Papua Pegunungan, dan Provinsi Papua Barat Daya.

    Zona 10: Provinsi Maluku dan Provinsi Maluku Utara.

    Zona 11: Provinsi Sulawesi Barat, Provinsi Sulawesi Selatan, dan Provinsi Sulawesi Tenggara.

    Zona 12: Provinsi Sulawesi Utara, Provinsi Gorontalo, dan Provinsi Sulawesi Tengah.

    Zona 13: Provinsi Kalimantan Tengah dan Provinsi Kalimantan Barat.

    Zona 14: Provinsi Kalimantan Selatan, Provinsi Kalimantan Utara, dan Provinsi Kalimantan Timur.

    Zona 15: Provinsi Kepulauan Riau.

  • Hujan Jeli Hebohkan Warga Gorontalo Utara
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        16 Februari 2025

    Hujan Jeli Hebohkan Warga Gorontalo Utara Regional 16 Februari 2025

    Hujan Jeli Hebohkan Warga Gorontalo Utara
    Editor
    GORONTALO, KOMPAS.com
    – Fenomena hujan berbentuk seperti butiran jeli yang terjadi pukul 20.00 Wita pada Sabtu (15/2/2025) menghebohkan warga di Desa Leyao Kecamatan Tomilito
    Gorontalo
    Utara, Provinsi Gorontalo.
    Warga setempat, Ewan Saputra mengatakan, ia bersama warga lainnya kaget dengan peristiwa alam yang terjadi di Dusun Ato Atas Desa Leyao tersebut.
    Fenomena itu baru disadari warga setelah beberapa saat hujan turun.
    Sebab, yang justru nampak di permukaan tanah adalah butiran jeli atau seperti agar-agar yang memenuhi pekarangan rumah dan jalan.
    Beberapa warga yang mengamati peristiwa itu merekam momen tersebut karena merasa baru pertama kali melihat kejadian itu.
    “Ada yang sibuk mengambil wadah untuk menampung
    hujan jeli
    , sebagian warga memilih mengabadikan momen yang tidak pernah terjadi di desa tersebut,” katanya.
    Hujan jeli
    di desa itu terjadi sekitar 30 menit dan warga merasakan hujan yang turun cukup deras.
    “Belum diketahui apakah butiran jeli memenuhi seluruh desa atau hanya terjadi di satu lokasi di dusun tersebut, mengingat peristiwa langka ini terjadi malam hari,” katanya.
    Hujan jeli nampak lembek dan butirannya terasa lembut seperti agar-agar, tetapi warga memilih menghindar agar tidak terkena langsung.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.