ANTARA – Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail menyebut posko angkutan lebaran Gorontalo tahun 2025 siap menyambut para pemudik hingga arus balik pada libur panjang Idul Fitri 1446 H. Hal tersebut diungkapkan Gubernur Gorontalo Gusnar Ismail usai apel dan pembukaan posko angkutan lebaran di Bandar Udara (Bandara) Djalalludin Tantu, Kabupaten Gorontalo, Jumat, (21/3)
(Adiwinata Solihin/Arif Prada/Ludmila Yusufin Diah Nastiti)
provinsi: GORONTALO
-

Resmi dibuka, Posko Angkutan Lebaran Gorontalo 2025 siap beroperasi
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5164029/original/075150000_1742104403-Sulawesi-Myzomela_DSC6283_Tomohon-North-Sulawesi-Jul-07-2024-1536x1067.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Cui-Cui Sulawesi, Burung Kecil Endemik yang Kian Langka di Tanah Celebes
Liputan6.com, Gorontalo – Cui-cui Sulawesi (Myzomela chloroptera), burung penghisap nektar madu yang termasuk dalam famili Meliphagidae, menjadi salah satu spesies langka yang hanya ditemukan di wilayah Indonesia.
Burung ini tersebar terbatas di Sulawesi, Taliabu, Selayar, dan Tanah Jampea. Keunikan Cui-cui Sulawesi (selebes) terletak pada warna bulunya yang mencolok serta kebiasaannya menghisap nektar bunga sebagai sumber utama makanannya.
Burung ini berperan penting dalam ekosistem sebagai penyerbuk alami tanaman hutan. Namun, populasi Cui-cui Sulawesi kini menghadapi ancaman akibat deforestasi dan perburuan liar.
Warga di sekitar kawasan hutan Taman Nasional Bogani Nani Wartabone menyatakan keprihatinannya terhadap semakin berkurangnya populasi burung ini.
Hendra (45), seorang warga Desa Duano, Gorontalo, menuturkan bahwa dulunya burung ini sering terlihat di pepohonan dekat pemukiman.
“Dulu, suara kicauannya sering terdengar di pagi hari. Tapi sekarang sudah jarang sekali,” ujarnya.
Menurutnya, penyebab utama berkurangnya Cui-cui Sulawesi adalah berkurangnya pohon-pohon berbunga dan pohon buah yang menjadi habitat dan sumber makanannya.
Hal senada juga diungkapkan oleh Ani Rahman (38), warga Kabupaten Kabupaten Pohuwato. Ia menekankan pentingnya kesadaran masyarakat dalam menjaga keberadaan burung ini.
“Kalau kita terus menebang hutan tanpa reboisasi, nanti anak cucu kita tidak akan mengenal burung ini lagi,” katanya.
“Apalagi di Kabupaten Pohuwato saat ini banyak aktivitas yang merusak hutan. Mulai dari tambang hingga perusahaan besar,” ujarnya.
Dirinya mendorong langkah konservasi yang lebih serius untuk menjaga populasi Cui-cui Sulawesi. Pelestarian habitat serta pengawasan terhadap perburuan liar menjadi kunci utama agar spesies ini tetap lestari di alam.
“Kesadaran masyarakat dan dukungan dari berbagai pihak, diharapkan Cui-cui Sulawesi dapat terus berkicau di hutan-hutan Indonesia untuk generasi mendatang,” ia menandaskan.
Mengintip Kandang Kambing Saanen Ribuan
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2811393/original/044829700_1558412910-20190520-Tradisi-Malam-Qunut-Di-Gorontalo--ARFANDI-2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Ramadan di Gorontalo Kurang Lengkap Tanpa Tradisi Malam Qunut, Apa itu?
Liputan6.com, Gorontalo – Memasuki pertengahan Ramadan, masyarakat Kabupaten Gorontalo menyambut tradisi unik yang telah berlangsung secara turun-temurun, yakni Malam Qunut.
Tradisi yang digelar setiap 15 Ramadan ini ditandai dengan kemunculan pasar malam khas di Kecamatan Batudaa, yang didominasi oleh pedagang pisang dan kacang.
Pasar malam tersebut menjadi daya tarik tersendiri bagi warga, yang berbondong-bondong datang untuk membeli pisang dan kacang sebagai bagian dari perayaan tradisi ini.
Malam Qunut diyakini sebagai wujud rasa syukur masyarakat atas setengah perjalanan ibadah puasa yang telah dijalani.
Tradisi Malam Qunut memiliki akar sejarah panjang di Gorontalo. Menurut cerita yang berkembang, dahulu masyarakat Batudaa memiliki kebiasaan mandi bersama usai salat Tarawih pada malam pertengahan Ramadan. Saat menunggu giliran mandi, mereka mengonsumsi camilan berupa pisang dan kacang.
Seiring waktu, ritual mandi mulai ditinggalkan, namun kebiasaan makan pisang dan kacang tetap lestari hingga kini. Filosofi di balik tradisi ini dipercaya melambangkan kebersamaan dan keberkahan, menjadikannya bagian penting dalam budaya masyarakat setempat.
Tahun ini, perayaan Malam Qunut kembali digelar dengan meriah. Rarusan warga memadati lapangan Batudaa untuk meramaikan pasar pisang dan kacang yang menjadi ciri khas tradisi ini.
“Kalau Ramadan tiba, kami selalu menantikan tradisi ini. Pasar pisang dan kacang menjadi ikon yang tidak bisa dilewatkan,” ujar Kasmat, seorang warga Kota Gorontalo yang turut serta dalam perayaan.
Senada dengan itu, Rahmad Ali, warga Gorontalo Utara, mengungkapkan bahwa sejak kecil ia sudah mengenal tradisi ini.
“Sejauh yang saya ingat, pasar pisang dan kacang selalu ada saat pertengahan Ramadan. Ini sudah menjadi bagian dari budaya kami,” katanya.
Selain menjadi tradisi budaya, Malam Qunut juga dianggap sebagai wisata religi tahunan yang mendatangkan berkah. Beberapa warga meyakini bahwa makan pisang dan kacang pada malam tersebut memiliki makna spiritual tersendiri.
“Ada keberkahan tersendiri dalam tradisi ini. Selain sebagai ajang silaturahmi, Malam Qunut juga menjadi simbol kebersamaan masyarakat Gorontalo di bulan Ramadan,” kata Rani warga lokal yang juga penjual pisang.
Dengan tetap lestarinya Malam Qunut, masyarakat Gorontalo terus menjaga warisan budaya yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Tradisi ini tidak hanya menjadi momen kebersamaan, tetapi juga bagian dari identitas kearifan lokal yang memperkaya nuansa Ramadan di tanah serambi madinah.
Bencana Banjir dan Longsor Kolosal Cilacap, Pemerintah Tergagap
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5163433/original/058664500_1742011410-IMG-20250315-WA0004.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Penuh Sesak, Lapas Gorontalo Pindahkan Belasan Narapidana ke LP Boalemo dan Pohuwato
Liputan6.com, Gorontalo – Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIA Gorontalo terus berupaya mengatasi kelebihan kapasitas (overcrowded) dengan melakukan redistribusi narapidana ke Lapas Boalemo dan Pohuwato.
Langkah ini bertujuan menciptakan lingkungan pemasyarakatan yang lebih kondusif serta meningkatkan kualitas pembinaan bagi warga binaan.
Dalam proses pemindahan ini, sebanyak 15 narapidana telah direlokasi. Sebanyak delapan orang dipindahkan ke Lapas Boalemo, sementara tujuh lainnya ditempatkan di Lapas Pohuwato.
Pemindahan ini dipimpin langsung oleh Kepala Satuan Pengamanan Lapas, Yarham Pantu, didampingi Kepala Seksi Administrasi Keamanan dan Ketertiban, Sabarudin, serta Kepala Seksi Pembinaan Narapidana dan Anak Didik, Kasdin.
Kepala Lapas Kelas IIA Gorontalo, Sulistyo Wibowo, menegaskan bahwa redistribusi narapidana merupakan bagian dari strategi pengelolaan kapasitas lapas yang lebih baik.
“Overcrowded berdampak signifikan terhadap layanan pemasyarakatan, termasuk aspek pembinaan, kesehatan, serta keamanan di dalam lapas. Oleh karena itu, pemindahan ini menjadi langkah strategis untuk mengoptimalkan pembinaan dan memastikan lingkungan yang lebih aman,” ujar Sulistyo.
Selain solusi jangka pendek melalui redistribusi, pemerintah juga tengah menyiapkan kebijakan jangka panjang guna meningkatkan kapasitas serta kualitas pemasyarakatan di Gorontalo.
Upaya ini mencakup perbaikan fasilitas, peningkatan jumlah petugas, serta penguatan program rehabilitasi bagi narapidana.
Dengan langkah ini, diharapkan kondisi lapas semakin tertata dan mendukung program pembinaan yang lebih efektif bagi warga binaan.
Pemerintah berkomitmen untuk terus meningkatkan kesejahteraan narapidana serta memastikan hak-hak mereka tetap terpenuhi sesuai dengan standar pemasyarakatan yang humanis.
Detik-detik Pemindahan 58 Napi Terorisme dan Tahanan Terorisme Nusakambangan




:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5164023/original/078236500_1742103696-bad66bf140da472b993a423f890e9104.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
