Alasan Gunungkidul Belum Melaksanakan Program Makan Bergizi Gratis
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
–
Program Makan Bergizi Gratis
(MBG) di Kabupaten
Gunungkidul
, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), masih tertunda pelaksanaannya.
Hal ini disebabkan oleh adanya proses perbaikan minor pada Dapur Sehat yang akan digunakan untuk menyediakan makanan tersebut.
“Untuk saat ini, kami masih melakukan persiapan. Memang dapur kami belum bisa dioperasikan karena masih ada pembenahan minor,” ujar Komandan Kodim 0730 Letkol Inf Roni Hermawan, saat ditemui usai peresmian unit pemadam kebakaran di Kantor BPBD Gunungkidul, Wonosari, Selasa (14/1/2025).
Roni menjelaskan bahwa beberapa perbaikan yang harus diselesaikan meliputi keretakan pada bangunan di sekitar Kantor Kodim 0730.
“Sampai dengan Januari, saat masa penghujan, tanah di Gunungkidul yang mengandung kapur membuat lantai terangkat ketika tersiram air,” tambahnya.
Selain itu, Roni juga menyoroti perlunya perbaikan pada akses jalan masuk ke Dapur Sehat.
FITRI RACHMAWATI S.SOS Perwakilan siswa aktif membantu persiapan Program Makan Bergizi Gratis (MBG) perdana di Sekolah Mereka, di SMK 1 Mataram, Senin (13/1/2025) untuk 977 siswa.
Ia menyebutkan bahwa akses jalan tersebut memerlukan pengerasan, dan pihaknya telah berkoordinasi dengan Dinas Pekerjaan Umum Perumahan Rakyat dan Kawasan Permukiman (DPUPRKP) Gunungkidul untuk menyelesaikan masalah ini.
Kekurangan lainnya yang dihadapi adalah minimnya unit armada untuk distribusi makanan.
“Saat ini kami baru memiliki dua armada, yang mampu memuat 1000-1500 boks makanan,” ungkap Roni.
Ketika Dapur Sehat sudah beroperasi, program ini akan melayani sekitar empat sekolah
pilot project
program MBG, yaitu:
Selain itu, program ini juga ditujukan bagi ibu hamil, menyusui, serta balita yang berada di sekitar Dapur Sehat.
“Kami akan melayani dalam radius 3-5 kilometer, sehingga dibutuhkan armada tambahan,” jelas Roni.
Terkait waktu pelaksanaan program, pihaknya belum dapat memberikan kepastian.
“Saya akan secepatnya melaksanakan program ini. Saya tidak mau menunda-nunda karena ini adalah program dari Presiden Prabowo Subianto, jadi saya tetap harus mendukung,” tegasnya.
Sebelumnya, SMK N 3 Wonosari di Gunungkidul terpilih sebagai salah satu sekolah
pilot project
untuk
program Makan Bergizi Gratis
(MBG) yang digagas oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Sekolah ini telah melakukan berbagai persiapan, termasuk menyerahkan data jumlah murid yang akan menerima program tersebut.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
provinsi: DI YOGYAKARTA
-

Warga Semarang Tewas Diduga Dianiaya Polisi, Komisi III DPR: Usut Tuntas dan Transparan
Jakarta, Beritasatu.com – Anggota Komisi III DPR Hasbiallah Ilyas mendesak Polri mengusut tuntas kasus tewasnya Darso, warga Semarang, yang diduga dianiaya oknum Satlantas Polresta Yogyakarta. Hasbi, sapaan akrabnya, menekankan pentingnya transparansi dalam penanganan kasus ini untuk memastikan keadilan.
“Kami minta agar penanganan kasus ini berjalan tuntas dan dilakukan secara transparan. Polri tidak boleh ragu memberikan sanksi kepada petugas yang menyalahi prosedur,” ujar Hasbiallah Ilyas, Selasa (14/1/2025).
Hasbi menegaskan, transparansi dalam pengusutan kasus ini sangat penting. Hal ini untuk memastikan penyelidikan dilakukan secara adil dan tidak ada pihak yang dilindungi.
“Transparansi pengusutan kasus ini harus dilakukan agar semua pihak mengetahui penyebab kematian dan siapa yang terlibat,” tegasnya.
Hasbi juga meminta Polri memberikan hukuman tegas kepada oknum yang terbukti bersalah. Menurutnya, sanksi tegas menjadi langkah penting untuk menjaga integritas institusi kepolisian.
“Siapa pun anggota kepolisian yang terlibat dalam kasus ini, jangan ragu untuk diberikan hukuman tegas jika terbukti bersalah,” tegas Hasbi terkait kasus warga Semarang tewas diduga dianiaya polisi.
Selain itu, Hasbi mengusulkan agar Polri secara berkala melakukan pemeriksaan psikologi terhadap anggotanya. Hal ini penting untuk mencegah kasus serupa terulang.
“Kasus penganiayaan yang melibatkan kepolisian ini jangan sampai terulang lagi. Pencegahan harus dilakukan, termasuk pemeriksaan psikologi secara rutin,” ujarnya.
Darso, warga Kampung Gilisari, Semarang, meninggal dunia pada 29 September 2024 setelah diduga dianiaya oleh sejumlah anggota Satlantas Polresta Yogyakarta. Peristiwa bermula saat beberapa polisi bertamu ke rumah Darso pada 21 September 2024 pukul 06.00 WIB.
Setelah dua jam pergi bersama polisi, Darso tidak kembali ke rumah. Sang istri, Poniyem, kemudian mendapat kabar Darso dirawat di rumah sakit dengan luka lebam pada wajah, kepala, perut, dan dada.
Sebelum meninggal, Darso sempat bercerita kepada istrinya ia dipukul oknum polisi. Darso dirawat selama enam hari sebelum akhirnya meninggal dunia. Kepolisian Daerah Jawa Tengah berencana melakukan ekshumasi untuk mengetahui penyebab kematian secara pasti.
Kasus warga Semarang tewas diduga dianiaya polisi menjadi sorotan publik dan DPR. Desakan agar Polri bertindak tegas dan transparan mencerminkan harapan masyarakat untuk keadilan. Penanganan yang tuntas akan menjadi ujian bagi institusi kepolisian dalam menjaga kepercayaan publik.
-

Detik-detik Poniyem Terima Uang Rp 25 Juta dari Polisi Yogyakarta: Saat Itu Kondisinya Tertekan
TRIBUNJATENG.COM,SEMARANG – Misteri kematian Darso masih belum menemukan titik terang. Apa penyebab meninggalnya warga Mijen, Semarang tersebut.
Sejumlah kejanggalan pun muncul.
Diantaranya soal uang Rp 25 juta yang diterima istri Darso, Poniyem. Uang itu diterima Poniyem dalam kondisi galau.
Sekarang uangnya pun masih utuh.
Poniyem menunjukkan foto Darso semasa hidup di rumahnya di Purwosari, Mijen, Kota Semarang, Sabtu (11/1/20245). (Tribun Jateng/ Iwan Arifianto)
Misteri uang Rp 25 Juta
Penyelidikan kasus dugaan penganiayaan mendiang Darso (43) oleh anggota Satlantas Polresta Yogyakarta mengungkap beberapa fakta baru.
Fakta-fakta tersebut di antaranya pemberian uang sebesar Rp 25 juta diindikasikan sebagai uang damai dan kejadian kencing bersama antara polisi dengan Darso di pinggir jalan.
“Soal uang Rp 25 juta, kalau memang tidak ada penganiayaan mengapa sampai memberi uang Rp 25 juta ke keluarga Darso? Jumlah tersebut bukan uang kecil untuk anggota Satlantas dalam rangka takziah atau uang duka,” kata Kuasa Hukum keluarga Darso, Antoni Yudha Timor selepas proses ekshumasi di TPU Sekrakal, Gilisari, Purwosari, Mijen, Kota Semarang, Senin (13/1/2025).
Uang sebesar Rp 25 juta tersebut diterima oleh istri Darso, Poniyem (42) di rumah pemilik rental tempat Darso bekerja di wilayah Cangkiran, Mijen, Kota Semarang, Sabtu (14/12/2024).
Pemberian uang itu, Poniyem mengaku menerimanya dalam kondisi tertekan lantaran mendatangi mediasi seorang diri.
Antoni menilai, uang sebesar Rp 25 juta ada indikasi sebagai uang damai.
Sebab, selama tiga bulan ada beberapa pihak yang mencoba untuk melakukan mediasi.
Namun, kasus itu baru dipegang pihaknya pada 23 Desember 2024.
Bahkan, para polisi itu sempat menyatakan minta maaf dan mau bertanggung jawab.
“Uang ini yang perlu didalami oleh penyidik. uangnya masih utuh, karena ketika diterima oleh istri korban, langsung diserahkan kepada adik korban yang saat ini sebagai pelapor untuk dikembalikan,” ucapnya.
Namun, keluarga kesulitan melakukan pengembalian uang.
Antoni menilai, merasa keluarga belum mengembalikan uang tersebut karena komunikasi dengan terlapor yakni seorang polisi berinisial IS buntu.
“Ya komunikasi buntu dari 23 Desember 2024 sampai 8 Januari 2025. Kami akhirnya melapor ke Polda Jateng pada Jumat 10 Januari 2025,” katanya.
Keraguan lainnya yang dirasakan oleh keluarga Darso adalah dalih anggota Satlantas Polresta Yogyakarta mendatangi Darso untuk pemberian surat klarifikasi.
Keluarga menyebut tidak menerima sepucuk surat pun.
“Kalau mau menyerahkan surat mengapa harus membawa Darso sampai keluar rumah,” terangnya.
Di samping itu, keluarga mempertanyakan soal korban yang dibawa sejauh 500 meter dari rumahnya.
Lalu korban disebut minta turun karena hendak buang air kecil yang disusul para anggota polisi.
“Kami anggap aneh karena ngapain polisi jauh-jauh dari Yogyakarta ke Semarang hanya kencing bersama-sama,” terangnya.
Dari runutan kejadian itu, Antoni menilai ada potensi pelanggaran Standard Operating Procedure (SOP).
“Keluarga korban menceritakan polisi datang tanpa perkenalan tanpa surat, terus diduga adanya pemukulan sampai kehilangan nyawa, lantas SOP mana yang tidak dilanggar?,” ungkapnya.
Sementara keluarga Darso heran pasca kejadian tersebut Toni dan Feri malah menghilang.
Darso dalam kecelakaan di Yogyakarta sedang bersama Toni dan Feri.
Mereka terlibat kecelakaan di Jalan Mas Suharto, Danjurejan, Yogyakarta pada Jumat, 12 Juli 2024.
Dalam kecelakaan itu, pengendara motor Tuti Wijayanti alami luka-luka selepas terlibat kecelakaan dengan mobil Avanza pelat H9047YQ yang dikemudikan Darso.
“Saya meminta keluarga Darso untuk segera menghubungi mereka agar mau ketemu dengan saya, tapi sampai hari ini belum ada hasil. Saya berharap nanti penyidik yang memanggil Toni dan Feri,” jelas Antoni.
Pemanggilan Toni dan Feri, lanjut Antoni, sangat penting dilakukan.
Meskipun keduanya hanya terlibat dalam kejadian kecelakaan bukan dugaan penganiayaan tetapi dua kejadian tersebut adalah dua hal yang tidak terpisahkan.
“Informasi yang saya dapat Toni adalah kepala desa di salah satu desa di Boja Kendal, istrinya anggota kepolisian. Kalau Feri saya belum dapat informasi,” terangnya.
Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jawa Tengah Kombes Dwi Subagio mengungkapkan, belum memperoleh informasi soal kedatangan anggota Polresta Yogyakarta ke Semarang untuk mendatangi korban. “Soal itu nanti Polda DIY yang menyampaikan,” katanya.
Belasan Saksi Diperiksa
Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jawa Tengah telah memeriksa 13 saksi berkaitan dengan laporan dugaan penganiayaan yang menimpa Darso sopir rental Semarang.
Pelaporan tersebut dilayangkan keluarga di SPKT Polda Jateng pada Jumat (10/1/2025) malam. Terlapor yakni anggota Satlantas Polresta Yogyakarta berinisial IS.
“Kami telah melakukan pemeriksaan saksi sebanyak 13 orang terdiri keluarga Darso, masyarakat sekitar, dan rumah sakit (RS Permata Medika),” jelas Direktur Reserse Kriminal Umum (Dirreskrimum) Polda Jawa Tengah Kombes Dwi Subagio selepas ekhumasi di TPU Sekrakal, Gilisari, Purwosari, Mijen, Kota Semarang, Senin (13/1/2025).
Dwi menyebut, kasus ini prosesnya dalam rangka penyelidikan sehingga belum bisa menyimpulkan kasus tersebut ada unsur pidana atau tidaknya.
“Proses ekshumasi ini untuk mendukung bisa menentukan ada pidana atau tidak,” ungkapnya.
Terkait terlapor yakni IS anggota Satlantas Polresta Yogyakarta, Polda Jawa Tengah belum melalukan koordinasi untuk melakukan pemanggilan. Dwi menyebut, hendak memastikan dulu unsur pidananya terlebih dahulu baru melakukan pemanggilan.
“Kami belum koordinasi dengan Polda DIY, kami tentukan dulu ini ada proses pidana atau tidak,” tuturnya.
Makam Dibongkar
Kondisi makam Darso selepas dibongkar di ekshumasi di TPU Sekrakal, Gilisari, Purwosari, Mijen, Kota Semarang, Senin (13/1/2025). (Iwan Arifianto)
Makam Darso (43) korban diduga penganiayaan oleh anggota Satlantas Polresta Yogyakarta telah dibongkar oleh Polda Jawa Tengah, Senin (13/1/2025).
Proses pembongkaran dimulai pukul 10.00 WIB yang berakhir pada pukul 12.05.
Petugas gabungan dari tim forensik membawa dua boks kontainer selepas proses pembongkaran makam.
Istri Darso, Poniyem (42) yang menyaksikan proses ekshumasi mengaku, merasa tertekan melihat makam suaminya dibongkar.
Terlebih, keluarganya sempat keberatan makam Darso dibongkar.
“Namun, demi kebenaran kami rela makam suami dibongkar. Biar tidak simpang siur dan hasilnya nyata,” kata Poniyem selepas proses ekshumasi di TPU Sekrakal, Gilisari, Purwosari, Mijen, Kota Semarang, Senin (13/1/2025).
Poniyem mengungkapkan, proses ekshumasi ini bisa menguatkan keterangannya soal adanya dugaan penganiayaan.
Dia menyebut, melihat sendiri ada luka lebam suami di bagian kepala.
Kondisi tersebut juga dikuatkan oleh penuturan suaminya sendiri.
“Suami dijemput mereka (terlapor) dalam kondisi sehat. Tidak sakit apapun. Tiba-tiba dibawa ke rumah sakit,” ungkapnya.
Darso diketahui memiliki riwayat sakit jantung. Jantungnya telah dipasang sebanyak lima ring.
Kondisi Darso yang sakit jantung telah diidapnya selama lebih dari enam bulan.
Dalam sehari-hari, Darso memang tidak bisa aktivitas berat.“Suami saya mungkin kaget dijemput, takut atau tertekan jadi jiwanya terguncang ditambah mendapatkan perlakuan tersebut,” katanya.
Proses ekshumasi dilakukan oleh tim gabungan terdiri dari penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Jateng bersama Tim Kedokteran Forensik Bidang Kedokteran dan Kesehatan (Biddokkes) bekerjasama dengan Persatuan Dokter Forensik Indonesia (PDFI) dari Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Semarang (Unimus) dan Fakultas Kedokteran Universitas Sultan Agung (Unissula) Semarang.
“Kami melakukan ekshumasi jenazah Darso ini bagian dari scientific crime Investigation yaitu untuk menemukan penyebab kematian almarhum Darso dianiaya atau tidak,” kata Kepala bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Polda Jawa Tengah Kombes Artanto.
Menurutnya, petugas membawa sejumlah sampel organ tubuh dari Darso. Sampel ini akan dibawa ke laboratorium untuk penyelidikan.
“Tim Kedokteran forensik akan melakukan penelitian dalam bentuk kegiatan patologi anatomi. Ini salah satu bentuk pendukung dari penyebab kematian daripada almarhum Darso,” bebernya.
Terkait lamanya proses sampel, dia menilai tergantung nanti petugas dalam melakukan pendalaman.
Namun, kondisi jenazah yang sudah tiga bulan dimakamkan nantinya akan berpengaruh.
“Ya tentunya antara jenazah baru dan jenazah lama berpengaruh namun dari scientific crime Investigation dokter punya keahlian menemukan jawaban dari hasil penelitian,” terangnya.
Diberitakan sebelumnya, Seorang warga Gilisari Purwosari Mijen, Kota Semarang, Darso (43) meninggal dunia selepas diduga dianiaya oleh sejumlah polisi dari Satuan Lalu Lintas (Satlantas) Polresta Yogyakarta pada Sabtu, 21 September 2024.
Akibat kejadian itu, korban meninggal dunia selepas dirawat di rumah sakit dengan sejumlah luka lebam pada Minggu, 29 September 2024.
Keluarga sempat diberi uang sebesar Rp25 juta dari para terduga pelaku sebagai uang damai pada Sabtu, 14 Desember 2024.
“Iya sebelum meninggal dunia , suami saya dijemput jam 6 pagi oleh tiga orang pakai mobil. Dijemput dalam kondisi sehat, 2 jam kemudian saya dikabari sudah di rumah sakit,” ujar istri Darso, Poniyem (42) di Mapolda Jawa Tengah, Jumat (10/1/2025) malam.
Poniyem mendatangi Mapolda Jawa Tengah untuk membuat laporan kejadian penganiayaan berujung suaminya meninggal dunia.
Poniyem yakin suaminya dihajar oleh orang-orang yang mendatangi rumahnya.
Sebab, suaminya selama di rumah sakit mengaku dihajar oleh orang-orang tersebut.
“Saya lihat ada luka lebam-lebam di kepala bagian pipi kanan,” terangnya.
Kasus ini akhirnya dilaporkan ke Polda Jateng terkait dugaan tindak pidana penganiayaan yang mengakibatkan kematian yang sebagaimana diatur dalam pasal 351 ayat 3 KUHP junto pasal 170 yang diduga dilakukan oleh oknum dari Satlantas Polresta Yogyakarta di SPKT Polda Jateng pada Jumat (10/1/2025) malam.
Terlapor yakni anggota Satlantas Polresta Yogyakarta berinisial IS.
Dalam pelaporan tersebut, mereka sudah membawa sejumlah bukti seperti hasil rontgen gesernya ring jantung korban, foto dan video serta bukti-bukti lainnya.
Termasuk saksi dari keluarga korban.(iwn)
-

Harga Gabah di Bawah HPP, Petani Kulonprogo Menjerit Desak Bulog Segera Bertindak
FAJAR.CO.ID, KULONPROGO – Para petani di Kulonprogo, salah satu sentra padi di Yogyakarta, menghadapi situasi sulit. Harga gabah hasil panen raya mereka hanya dihargai Rp5.100 per kilogram, jauh di bawah Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp6.500 per kilogram.
Kondisi ini membuat petani menanggung kerugian besar dan berharap Bulog segera turun tangan menyerap hasil panen sesuai ketentuan HPP.
“Informasi dari pemerintah, harga gabah harusnya Rp6.500. Tapi kenyataannya, kami hanya bisa menjual di harga Rp5.100. Artinya, kami rugi Rp1.400 per kilogram,” ungkap Yudi Indarto, Ketua Kelompok Tani Mandiri, Pedukuhan 1, Bojong Panjatan, Kulonprogo, saat ditemui di lokasi panen miliknya, Senin, 13 Januari 2025.
Menurut Yudi, harga HPP sebesar Rp6.500 sebenarnya memberikan harapan besar bagi petani. Namun, tanpa intervensi Bulog, gabah mereka hanya diserap oleh tengkulak dengan harga jauh di bawah HPP.
“Selama ini, gabah kami hampir selalu dibeli tengkulak. Bulog belum pernah menyerap hasil panen di sini. Harga yang kami dapatkan bahkan pernah lebih rendah, hanya Rp3.500 hingga Rp4.000 per kilogram,” jelas Yudi.
Yudi menambahkan, para petani terpaksa menjual gabah dengan harga murah karena kebutuhan mendesak.
“Kami butuh uang untuk keperluan sehari-hari, seperti kebutuhan dapur, biaya sekolah anak, hingga kebutuhan bayi. Karena itu, kami tidak punya pilihan selain menerima harga yang ditawarkan pembeli,” katanya.
Senada dengan Yudi, petani lain bernama Triyono juga mendesak Bulog untuk segera menyerap gabah hasil panen raya dengan harga sesuai HPP.
-

Apakah Varises Bisa Hilang Setelah Melahirkan? Ini Penjelasannya
YOGYAKARTA – Varises adalah masalah yang ditandai dengan menonjolnya pembuluh darah pada bagian kaki. Masalah ini juga dapat terjadi pada setiap wanita setelah persalinan. Lantas, apakah varises bisa hilang setelah melahirkan?
Penyebab varises setelah melahirkan
Varises setelah melahirkan atau postpartum varicose veins dapat membuat tampilan kaki seseorang terlihat tidak enak dipandang. Kondisi ini dapat terjadi dan berkembang selama kehamilan.
Pada umumnya, varises pada ibu hamil terjadi karena adanya peningkatan volume darah dan perkembangan janin dalam kandungan yang menekan pembuluh darah.
Di bawah ini adalah beberapa kondisi yang berisiko menimbulkan varises setelah melahirkan.
Sudah pernah melahirkan sebelumnya
Pada usia kehamilan 35–38 minggu, volume darah tubuh ibu hamil dapat meningkat hingga 48%.
Peningkatan volume darah ini tentunya berguna untuk mendukung perkembangan janin. Kondisi inilah yang dapat membuat pembuluh darah melebar selama masa kehamilan.
Kondisi ini menyebabkan kerusakan jangka panjang pada dinding pembuluh darah. Hal ini tentu akan meningkatkan risiko varises bagi yang sebelumnya pernah melahirkan.
Melemahnya dinding pembuluh darah akan menyebabkan darah terkumpul dalam pembuluh darah. Sehingga, pembuluh darah akan membengkak dan menjadikan varises tampak lebih jelas.
Kehamilan pada usia yang lebih tua
Karena proses penuaan, dinding dan katup pembuluh darah tidak bekerja optimal seperti sebelumnya. Pembuluh darah cenderung menjadi kurang elastis atau kaku.
Para ahli juga mengatakan bahwa wanita yang hamil di atas 35 tahun lebih berisiko mengalami tekanan darah tinggi selama kehamilan (hipertensi gestasional).
Kombinasi dari melemahnya fungsi pembuluh darah, tekanan darah tinggi, serta pertumbuhan janin selama kehamilan inilah yang akan menimbulkan varises.
Kenaikan berat badan saat hamil
Pada umumnya, seseorang akan mengalami kenaikan berat badan saat hamil sekitar 11,5–16 kilogram (kg).
Kenaikan berat badan dapat menambah tekanan pada pembuluh darah kaki. Tekanan ini kemudian menghambat aliran darah kembali ke jantung dan membuat pembuluh darah membengkak.
Berat badan yang naik tentu tidak selamanya menimbulkan varises setelah melahirkan. Hal ini dapat terjadi jika seseorang mengalami kegemukan (overweight) atau obesitas sebelumnya.
Berdiri atau duduk terlalu lama
Kesibukan seseorang untuk merawat bayi yang baru lahir umumnya membuat aktivitas jadi terbatas. Aktivitasnya akan cenderung lebih banyak berdiri atau duduk, contohnya untuk menyusui si kecil.
Kebiasaan berdiri atau duduk terlalu lama tentu menambah risiko varises setelah melahirkan.
Tekanan pada pembuluh darah kaki akan menghambat aliran darah. Posisi tubuh yang banyak diam ini juga mengakibatkan darah lebih mudah terkumpul pada pembuluh vena kaki.
Memiliki riwayat keluarga dengan varises
Seseorang yang memiliki orangtua atau saudara kandung yang mengidap varises memiliki risiko lebih tinggi untuk mendapatkan masalah kesehatan serupa.
Faktor genetik diduga bisa menjadi penyebab varises setelah melahirkan. Hal ini kemungkinan dapat melemahkan kekuatan katup dan dinding pembuluh darah vena seseorang.
Katup dan dinding vena yang lemah akan membuat darah menggenang atau bahkan mengalir mundur. Sehingga, pembuluh darah akan membengkak dan mengalami varises.
Apakah varises bisa hilang setelah melahirkan?
Kemunculan varises setelah melahirkan adalah kondisi yang wajar. Pembuluh darah yang menonjol pada permukaan kulit ini umumnya akan membaik 3–4 bulan setelah seseorang melakukan persalinan.
Dalam beberapa kasus, gejala varises pascapersalinan dapat muncul berupa gejala kaki terasa berat, gatal, serta nyeri yang berlangsung dalam waktu lama.
Di bawah ini adalah sejumlah cara menghilangkan varises setelah melahirkan yang bisa Anda lakukan.
Turunkan berat badan
Pola makan yang buruk setelah melahirkan akan menyebabkan berat badan naik. Kondisi inilah yang dapat menambah risiko seseorang terkena varises setelah melahirkan.
Oleh karena itu, penting untuk menjaga pola makan untuk membantu mengurangi berat badan setelah melahirkan.
Selain itu, imbangi pula dengan olahraga ringan yang dapat membantu menjaga sirkulasi darah, misalnya berjalan kaki, jogging, atau berenang.
Tetap aktif bergerak
Varises lebih mungkin terjadi jika seseorang jarang gerak atau olahraga. Oleh sebab itu, sebaiknya luangkan waktu setiap 30 menit untuk berjalan setelah berdiri atau duduk lama.
Anda juga dapat melakukan stretching atau peregangan sederhana untuk melancarkan kembali sirkulasi darah dalam tubuh.
Tinggikan kaki saat berbaring
Meninggikan posisi kaki juga membantu mengurangi tekanan pada pembuluh darah kaki. Hal ini juga dapat meningkatkan sirkulasi darah agar varises tidak makin parah.
Baringkan tubuh Anda dalam posisi telentang, selanjutnya letakkan kaki pada 3–4 tumpukan bantal. Untuk merasakan manfaat yang lebih maksimal, Anda bisa melakukannya beberapa kali sehari.
Kenakan stocking kompresi
Penggunaan stocking kompresi akan memberikan tekanan pada kaki dan pergelangan kaki. Hal ini membantu pembuluh darah vena memompa darah kembali ke jantung.
Dengan demikian, tidak akan ada darah yang diam atau stagnasi pada pergelangan kaki.
Prosedur medis untuk varises, misalnya skleroterapi atau suntik varises, biasanya cukup ampuh untuk memudarkan tampilan pembuluh darah yang membengkak.
Namun, prosedur ini tidak disarankan untuk ibu menyusui. Para ahli belum memastikan apakah kandungan cairan skleroterapi dapat masuk ke dalam ASI dan memengaruhi bayi.
Jika merasa khawatir dengan terjadinya varises setelah melahirkan, lebih baik konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan perawatan yang tepat.
Demikianlah ulasan mengenai apakah varises bisa hilang setelah melahirkan. Kunjungi VOI.id untuk mendapatkan informasi menarik lainnya.
/data/photo/2025/01/14/6785de31cfec7.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)



.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
