Pemda DIY Minta Kejelasan Status Relawan Dapur MBG, BGN: Tak Perlu Dipermasalahkan
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) meminta Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG) untuk memberikan kejelasan mengenai status relawan yang membantu di dapur SPPG.
Hal ini disampaikan oleh Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Ni Made Dwipanti Indrayanti, dalam pernyataannya pada Kamis (6/11/2025).
Made menjelaskan bahwa
Pemerintah DIY
melalui Satgas Percepatan Makan Bergizi Gratis (MBG) DIY menyarankan agar SPPG atau Badan Gizi Nasional (BGN) memberikan kejelasan mengenai status pekerjaan relawan.
“Kami juga menyarankan ini sebagai salah satu keputusan kami dari Satgas DIY, tenaga kerja juga perlu ada
jaminan ketenagakerjaan
,” ujarnya.
Menurut Made, jika relawan memiliki kontrak yang jelas, mereka akan lebih senang untuk mengikuti sertifikasi penjamah makanan.
Sebaliknya, relawan yang tidak memiliki kejelasan kontrak akan mengalami kesulitan.
“Tenaga kerja perlu ada jaminan ketenagakerjaan, penting bagi mereka untuk memperhatikan (SPPG dan BGN), tidak hanya sekadar melengkapi kegiatan mereka saja,” tambahnya.
Made juga mengungkapkan bahwa sebelumnya ada protes dari relawan yang merasa hanya digunakan sekali tanpa adanya kepastian hukum.
“Kemarin kan ada yang protes juga, hanya dipakai sekali sempat protes juga tapi kan tidak ada kekuatan (hukum),” katanya.
Ia menjelaskan bahwa di setiap SPPG, hanya ada tiga orang yang memiliki kontrak resmi, yaitu ketua SPPG, ahli gizi, dan bagian administrasi.
“Selain itu, dibilang relawan itu sekitar 40-an. Ada yang masak, cuci piring,” kata dia.
Relawan di dapur SPPG dibayar per hari dengan nominal kurang lebih Rp 100.000.
“Tujuan dari SPPG ini kan padat karya membuka lapangan kerja. Per hari ini ada 14 ribu sekian (SPPG) tenaga kerja yang diambil, 776.000 masyarakat Indonesia mendapatkan lapangan pekerjaan,” jelasnya.
Dadang menambahkan bahwa ke depan, pihaknya akan memberikan
pelatihan penjamah makanan
kepada relawan yang terlibat untuk meningkatkan keterampilan mereka.
“Kita ini bantu masyarakat yang tidak punya pekerjaan. Tidak perlu dipermasalahkan, justru program ini dampaknya luar biasa dalam membuka lapangan pekerjaan di sekitar dapur. Tidak perlu skill, tidak perlu S1 atau S2. Tapi jabatan tertentu harus dipenuhi, seperti ahli gizi, akuntansi, dan koki yang harus bersertifikat. Lainnya bisa kita latih,” pungkasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
provinsi: DI YOGYAKARTA
-
/data/photo/2025/09/26/68d638457d255.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pemda DIY Minta Kejelasan Status Relawan Dapur MBG, BGN: Tak Perlu Dipermasalahkan Yogyakarta 6 November 2025
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5404995/original/067028700_1762421422-Pelaku_pembunuhan_di_Gamping_Sleman.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Usai Bunuh Kekasih di Gamping Sleman, Lukas Tenggak Obat Nyamuk di Makam Orang Tua
Liputan6.com, Jakarta Lukas Budi Widodo (54), pelaku pembunuhan terhadap kekasihnya di Mejing Lor, Gamping, DI Yogyakarta, ditangkap polisi di area makam orang tua dalam kondisi lemas usai menenggak obat nyamuk cair.
Lukas merupakan pelaku tunggal dalam kasus pembunuhan RI yang terjadi pada Selasa (4/11/2025) pagi di rumah kontrakan korban. Korban ditemukan meninggal dunia dengan luka sayatan di leher.
Saat dihadirkan di Polresta Sleman pada Kamis (6/11/2025), kondisi Lukas masih tampak lemas. Sejak ditangkap, ia langsung mendapatkan perawatan intensif di RS Bhayangkara Polda DIY.
“Pelaku kami tangkap sekitar pukul 13.00 WIB di makam orang tuanya usai penyelidikan lanjut. Dia bermaksud bunuh diri dengan meminum obat nyamuk cair sasetan dan sempat merekam video permohonan maaf,” kata Kasat Reskrim Polresta Sleman AKP Matheus Wiwit K.
Berdasarkan pemeriksaan yang dilakukan petugas, aksi nekat Lukas, seorang ayah satu anak, berawal dari penolakan korban atas keinginannya untuk kembali menjalin hubungan serius. Diketahui, pelaku dan korban sudah tiga bulan menjalin hubungan asmara.
Karena cintanya ditolak, pelaku mendatangi rumah kontrakan korban. Keduanya sempat terlibat cekcok, di mana salah satu pemicunya adalah permintaan pelaku untuk meminta kembali uang jatah bulanan senilai Rp 5 juta yang pernah diberikan kepada korban.
“Sakit hati cintanya ditolak (tidak mau diajak balikan), dan emosi saat korban melakukan pukulan ke bagian mulut hingga gigi palsu pelaku terlepas,” jelas Wiwit.
Emosi yang memuncak membuat pelaku membanting korban dan membenturkan kepalanya beberapa kali ke lantai hingga pingsan. Pelaku kemudian mengambil pisau dapur dan menyayat leher korban hingga tewas.
Kapolsek Gamping AKP Bowo Susilo, menerangkan bahwa aksi pelaku ini bersifat spontan dan tidak terencana. Sesuai rekaman kamera pengawas (CCTV), pelaku mendatangi rumah korban pukul 06.43 WIB dan keluar empat menit kemudian, tepatnya pukul 06.47 WIB.
“Karena bingung atas aksinya, pelaku dengan bersepeda motor kemudian menuju ke Magelang. Di sana dia berniat meminta ampun kepada kedua orang tuanya dan bunuh diri,” terang Bowo.
Saat ditemukan pertama kali, pelaku dalam kondisi lemas dan diduga telah mengonsumsi obat nyamuk cair yang dicampur dengan air mineral sekitar satu jam sebelumnya.
Polresta Sleman menjerat Lukas dengan Pasal 338 atau Pasal 351 ayat (3) KUHPidana dengan ancaman hukuman maksimal 15 tahun penjara.
-

Medsos Kosmetik Pinkflash ‘Digeruduk’ Konsumen, Keluhkan Iritasi Mata hingga Insisi
Jakarta –
Media sosial Pinkflash mendadak ‘diserbu’ keluhan konsumen terkait produk eyeshadow yang ditarik Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM RI). Ini kali kedua Pinkflash tersandung kasus kosmetik positif bahan terlarang yakni pewarna tekstil K3, yang bersifat karsinogenik atau berisiko memicu kanker.
Dalam kolom komentar Pinkflash, terpantau lebih dari 15 orang mengalami keluhan tak jauh berbeda, yakni masalah di mata. Beberapa di antaranya ada yang harus menjalani operasi, insisi atau penyayatan kecil pada kelopak mata untuk menghilangkan benjolan, hingga penanganan lain yang tak sekadar cukup memakai obat tetes mata.
Kepada detikcom, Danis (23), konsumen setia Pinkflash, juga menceritakan masalah serupa. Ia mengaku sudah lima kali bolak-balik ke rumah sakit.
“Awal mulanya itu kelopak mata, sampai area bawah bulu mata aku gatal-gatal dan panas gitu, lama-lama kelopak mata aku sakit dan jadi agak membengkak merah, pas cuci muka sakit banget,” terang Danis saat dihubungi Kamis (6/11/2025).
Keluhan itu tak kunjung membaik dan bengkak semakin besar bahkan hingga mengeluarkan nanah. Danis sudah coba mengobatinya dengan obat minum dan salep biasa dari dokter, tetapi tak kunjung mereda.
“Total aku ke dokter 5 kali, satu kali spesialis mata dan langsung tindakan insisi mata,” sebut perempuan domisili DI Yogyakarta.
Di tengah keluhan tersebut, Danis masih menggunakan produk eye make up dari Pinkflash. “Aku pakai lengkap dari Pinkflash semua, sampai eyeliner, dan juga maskara-nya,” sambung Danis.
Keluhan baru membaik setelah Danis memutuskan untuk menyetop pemakaian eyeshadow tersebut. Eyeshadow yang digunakannya dan kini sudah ditarik BPOM RI adalah Pinkflash 3 Pan PF-E23 BR02.
Danis menyesalkan temuan tersebut lantaran ia juga sebelumnya sempat memakai produk Pinkflash bermasalah yang ditarik dengan alasan serupa beberapa waktu sebelumnya, yakni Pinkflash Pallate PF-E15 02.
Dihubungi terpisah, wanita di Palembang juga mengeluhkan hal yang sama. Citra mengaku tertarik membeli eyeshadow Pinkflash karena warnanya cukup mencolok, meski tidak dipakai setiap hari.
“Awalnya saya beli produk itu karena tertarik warna-warna-nya cantik, tapi saya jarang menggunakannya untuk sehari-hari, saya gunakan ketika saya mau pergi acara-acara saja.”
Sayang, tidak lama setelah menggunakannya, ia malah kerap mengalami iritasi dan bintitan. Citra sempat mengira bintitan yang dialami hanya keluhan biasa.
“Tetapi lama kelamaan benjolan itu semakin membesar tetapi rasanya tidak sakit, setelah itu saya coba untuk konsultasi ke dokter, dokter bilang harus dioperasi karena bisa mengganggu ke-estetikan mata, dan pada keesokan nya saya disarankan untuk operasi,” sesalnya.
Citra semula berpikir masalah yang muncul di mata tidak terkait produk Pinkflash, melainkan hanya karena masalah higiene atau kebersihan saja.
“Maka dari itu setelah saya sudah pulih operasi saya masih tetap menggunakan produk tersebut dan setiap menggunakan produk apapun di saya selalu membersihkan double cleansing untuk menghindari hal itu terjadi lagi. Tetapi setelah itu saya tetap mengalami bintitan setelah saya menggunakan eyeshadow tersebut,” lanjutnya.
Citra kemudian menyetop pemakaian produk tersebut dan tidak pernah mengalami keluhan yang sama lagi.
“Saya hanya menggunakan eyeshadow dan eyeliner saja dari produk Pinkflash,” cerita dia.
-

Gus Ipul Ajak Sri Sultan dan Menhub Dudy Sambangi Siswa SRMA 20 Sleman
Yogyakarta (beritajatim.com) – Menteri Sosial RI Saifullah Yusuf atau Gus Ipul mengajak Menteri Perhubungan Dudy Purwagandhi dan Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X meninjau proses belajar mengajar di Sekolah Rakyat Menengah Atas (SRMA) 20 Sleman, Kamis (6/11/2025).
Kunjungan ini sekaligus menjadi ajang interaksi langsung antara para pejabat negara dengan para siswa yang tinggal dan menuntut ilmu di sekolah rakyat tersebut.
Pada kesempatan ini, rombongan melihat sejumlah ruang belajar, termasuk kelas Biologi yang tengah diampu oleh Fransiska Ari Puspita, guru muda asal Gunung Kidul. Ia menjelaskan konsep klasifikasi makhluk hidup menggunakan game edukatif Word Wall.
“Dengan cara ini, anak-anak lebih cepat mengingat materi karena tampilannya menarik dan mereka bisa berkompetisi sehat,” ujar Fransiska di depan para tamu.
Di kelas itu pula, tampak sejumlah siswa yang bersemangat mengikuti permainan, meski rasa grogi tak bisa disembunyikan. Salah satunya Pramudya Dwi Ardiansyah (16), remaja asal Kalasan.
“Deg-degan tapi senang bisa ketemu langsung sama beliau,” ucapnya polos saat melihat kedatangan dua menteri dan Sri Sultan.
Rombongan kemudian beralih meninjau asrama serta ruang makan siswa. Gus Ipul menegaskan bahwa SRMA bukan hanya fokus pada akademik, tetapi juga pembentukan karakter.
“Ritme hidup anak-anak di sini tidak hanya menuntut kedisiplinan, tapi juga melatih tanggung jawab dan spiritualitas mereka,” kata Gus Ipul.
Suasana penuh kehangatan tercipta saat para siswa memperkenalkan diri hingga menyampaikan cita-citanya. Lambang menjawab lantang ketika Gus Ipul bertanya apakah ia betah tinggal di sekolah rakyat.
“Siap, kerasan, Pak!” balasnya tegas.
Bahkan, Ikhsan Fajar Susandi menceritakan rutinitas mereka bangun pukul 03.00 WIB untuk salat tahajud, belajar, hingga mengisi hari dengan aktivitas pendidikan lainnya.
Keragaman keyakinan juga tampak hidup di Sekolah Rakyat. Renatha Merah Delima (16), siswi Katolik asal Kalasan, mengatakan dirinya nyaman tinggal di sekolah ini.
“Di sini enak, teman-temannya baik dan ada Bu Gita yang selalu mengajak kami ke gereja setiap Sabtu sore,” ungkapnya.
Sri Sultan pun mengapresiasi proses pendidikan karakter yang terbangun di sekolah rakyat. “Semangat menuntut ilmu, karakter yang baik harus dibentuk dari sekarang,” ujarnya.
Sementara Menhub Dudy menegaskan dukungannya terhadap program Sekolah Rakyat yang menjadi prioritas Presiden.
“Kami tidak hanya memberi bantuan transportasi, tapi ingin memastikan anak-anak ini mendapatkan akses pendidikan yang layak, dari Sabang sampai Merauke. Karena dari sinilah masa depan negeri ini dimulai,” tegasnya.
Kunjungan diakhiri dengan peninjauan dapur dan menu makan siang. Aroma nasi hangat, ayam goreng, dan sayur kacang menjadi penutup agenda, menegaskan bahwa kehidupan sehari-hari para siswa Sekolah Rakyat bukan sekadar belajar, tetapi juga pembentukan mental dan karakter secara utuh.(ted)
-

Polda DIY investigasi penyebab kecelakaan KA Bangunkarta di Sleman
“Saat ini masih dalam investigasi, masih penyelidikan dari kami tentunya bersama-sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI),”
Yogyakarta (ANTARA) – Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih menginvestigasi penyebab kecelakaan Kereta Api (KA) Bangunkarta jurusan Jombang-Pasar Senen dengan sebuah mobil dan dua sepeda motor di Prambanan, Sleman pada Selasa (4/11).
“Saat ini masih dalam investigasi, masih penyelidikan dari kami tentunya bersama-sama dengan PT Kereta Api Indonesia (KAI),” ujar Kabid Humas Polda DIY Kombes Pol Ihsan di Yogyakarta, Rabu.
Menurut Ihsan, polisi telah memeriksa sejumlah saksi untuk menguatkan keterangan dan rangkaian kejadian.
Berdasarkan keterangan awal saksi di lokasi, kata dia, peristiwa itu terjadi saat KA Bangunkarta melintas dan terdengar benturan keras di dekat palang pintu perlintasan. Saksi kemudian mendapati sebuah mobil berwarna oranye berada di lokasi kejadian.
“Setelah mendengar suara benturan keras, kemudian saksi melihat dan mengecek lokasi atau TKP, dan melihat mobil warna oranye tertabrak kereta api yang melintas. Ini tidak jauh dari palang kereta api,” ujar Ihsan.
Menurut Ihsan, saksi juga menyampaikan bahwa salah satu palang pintu sisi utara dalam kondisi tidak tertutup saat kereta melintas. “Saksi juga melihat bahwa salah satu palang sebelah utara tidak tertutup,” ucapnya.
Meski demikian, dia menegaskan bahwa pemeriksaan masih berjalan sehingga belum ada kesimpulan, termasuk mengenai kemungkinan kelalaian.
“Ini masih dalam proses investigasi, ya. Masih didalami penyidik, masih dilidik,” ujar dia.
Sementara itu, Manajer Humas PT KAI Daop 6 Yogyakarta Feni Novida Saragih mengatakan proses pemeriksaan bersama kepolisian masih berlangsung sehingga pihaknya belum dapat menyampaikan informasi lebih jauh.
Terkait status penjaga palang pintu di lokasi, Feni menyebut untuk saat ini dinonaktifkan. “Dinonaktifkan,” kata dia.
Sebelumnya, kecelakaan KA Bangunkarta dengan sebuah mobil dan dua sepeda motor terjadi di perlintasan antara Stasiun Brambanan dan Maguwo, Prambanan, Sleman, D.I Yogyakarta, Selasa (4/11) sekitar pukul 10.35 WIB.
Tiga orang meninggal dunia dan enam lainnya luka-luka dalam insiden tersebut.
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Agus Setiawan
Copyright © ANTARA 2025Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.


/data/photo/2025/11/06/690bf79854dba.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/11/06/690b8447920ea.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
/data/photo/2025/11/05/690b24cb42aca.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)