Arus Mudik di Exit Tol Tamanmartani Sleman Padat, Mendekati 700 Kendaraan Per Jam
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Jumlah kendaraan yang keluar dari exit tol fungsional Tamanmartani, Kabupaten
Sleman
, pada H-2 Lebaran mengalami peningkatan.
Kendaraan pemudik
yang keluar dari
exit Tol Tamanmartani
sampai siang ini hampir menyentuh 700 kendaraan per jam.
Pengamatan
Kompas.com
pada 29 Maret 2025 siang, tampak adanya
kepadatan kendaraan
di exit tol fungsional Tamanmartani.
Terlihat sempat terjadi antrean kendaraan yang hendak keluar dari exit tol.
Hal tersebut terjadi karena akses jalan keluar exit tol fungsional Tamanmartani hanya cukup untuk satu kendaraan saja.
Selain itu, saat keluar, akan bertemu dengan kendaraan-kendaraan yang melintas di Jalan LPMP.
Meski terjadi kepadatan, arus lalu lintas di luar
exit tol Tamanmartani
, yakni di Jalan LPMP, masih tampak lancar.
“Sampai dengan pukul 13.00 WIB tadi, kendaraan yang keluar di exit tol Tamanmartani sudah di atas 500 (per jam), dan bahkan sekarang sudah mendekati 700 per jam,” ujar Kasubdit Kamsel Ditlantas Polda DIY, AKBP Widya Mustikaningrum, saat ditemui di exit tol fungsional Tamanmartani, Sabtu (29/03/2025).
Widya menyampaikan bahwa kendaraan yang keluar dari exit tol fungsional Tamanmartani mulai pagi hari sudah mencapai 300 kendaraan per jam.
Kemudian, menuju siang, kembali meningkat untuk per jamnya.
Diungkapkan Widya, puncak jumlah
kendaraan pemudik
di exit tol fungsional Tamanmartani terjadi pada 28 Maret 2025.
Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa pada 29 Maret 2025 ini juga bisa menjadi puncak.
“Kalau dibilang puncak, kita lihat kemarin, ya, jam segini sudah menyentuh angka 700. Tapi tidak menutup kemungkinan juga di hari ini masih bisa dikatakan puncak, ya. Karena teman-teman lihat sendiri, tidak ada putusnya (kendaraan) yang keluar dari Tamanmartani,” urainya.
Widya mengungkapkan bahwa rata-rata jumlah kendaraan yang keluar dari exit tol fungsional Tamanmartani mengalami peningkatan 10 persen.
Kendaraan pemudik yang keluar dari exit tol Tamanmartani didominasi oleh kendaraan dari luar daerah.
“Pelat-pelat luar yang jelas. Kalau diambil rata-rata, naik per jamnya, rata-rata di belasan persen, 10 sampai belasan persen,” pungkasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
provinsi: DI YOGYAKARTA
-
/data/photo/2025/03/29/67e7b640ba1cc.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Arus Mudik di Exit Tol Tamanmartani Sleman Padat, Mendekati 700 Kendaraan Per Jam Yogyakarta 29 Maret 2025
-
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/4943754/original/026697800_1726218186-photo__1_.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Mengenal Sumpil, Makanan Khas Kendal yang Sering Dijumpai Saat Lebaran
Liputan6.com, Yogyakarta – Sumpil merupakan salah satu makanan tradisional yang identik dengan perayaan Lebaran di Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah. Makanan ini berupa ketupat yang dibungkus dengan daun bambu dan berbentuk limas segitiga.
Sumpil berbeda dengan ketupat pada umumnya yang menggunakan anyaman janur. Makanan khas Kendal ini memiliki ciri khas tersendiri dalam pembuatan dan penyajiannya.
Mengutip dari berbagai sumber, proses pembuatan sumpil dimulai dengan mencuci beras hingga bersih dan ditiriskan. Daun bambu yang digunakan sebagai pembungkus harus dilap dengan serbet untuk memastikan kebersihannya.
Daun tersebut kemudian dibentuk menjadi contong di bagian pangkalnya sebelum diisi dengan beras. Setelah beras dimasukkan, daun bambu ditekuk ke samping hingga rapat membentuk segitiga.
Ujung daun disemat dengan lidi agar tidak terbuka. Sumpil kemudian direbus dalam air mendidih hingga matang.
Setelah diangkat, sumpil disiram air dingin untuk menghentikan proses pemasakan. Makanan ini biasanya disajikan bersama berbagai hidangan pendamping seperti tempe mendoan, gorengan, atau sayuran.
Teksturnya yang padat dan gurih membuat sumpil cocok dipadukan dengan kuah santan atau sambal kacang. Selain sebagai hidangan hari raya, sumpil juga kerap ditemukan dalam acara-acara tradisional di Kendal.
Tradisi sumpil tidak lepas dari sejarah penyebaran Islam di Jawa. Awalnya makanan ini diperkenalkan pada masa Sunan Kalijaga sebagai bagian dari budaya weh-wehan atau saling berbagi.
Bentuk limas segitiga pada sumpil memiliki makna filosofis tersendiri. Garis segitiga yang mengarah ke atas melambangkan hubungan manusia dengan Tuhan, sedangkan garis yang mengarah ke bawah melambangkan hubungan antarsesama umat.
Meskipun tidak sepopuler ketupat biasa, sumpil tetap bertahan sebagai warisan kuliner yang sarat makna. Masyarakat Kaliwungu hingga kini masih mempertahankan tradisi membuat sumpil, terutama saat menyambut hari raya Idulfitri.
Selain sebagai hidangan, sumpil juga menjadi bagian dari ritual masyarakat Kendal. Pada momen tertentu, makanan ini dibagikan kepada tetangga atau kerabat sebagai bentuk silaturahmi.
Penulis: Ade Yofi Faidzun
-

3 Orang Terluka, Puluhan Bangunan Rusak
Jakarta –
Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bantul menyebut banjir dan longsor membuat puluhan bangunan rusak. Selain itu, ada 3 orang terluka akibat tertimpa material longsoran.
Kepala Bidang Kedaruratan, Logistik dan Peralatan BPBD Bantul, Antoni Hutagaol mengatakan ada 12 kapanewon yang terdampak banjir genangan, pohon tumbang, hingga tanah longsor. Kapanewon itu meliputi Kasihan, Dlingo, Bantul, Banguntapan, Imogiri, Jetis, Kretek, Pajangan, Piyungan, Pleret, Sewon, dan Srandakan.
“Berdasarkan data, akibat hujan deras kemarin ada 4 kejadian pohon tumbang, 23 gerakan tanah, 1 jembatan ambrol, dan 26 lokasi terdampak genangan air,” katanya dilansir detikJogja, Sabtu (29/3/2025).
Secara lebih rinci, ada 6 unit rumah rusak, 1 bangket rusak, 5 akses jalan terganggu, 3 talut rusak, 4 fasilitas pendidikan rusak, 1 jembatan ambrol, dan 21 permukiman rusak. Kurugian ditaksir mencapai Rp 150 juta.
Menyoal korban jiwa, Antoni mengaku tidak ada. Namun, ada tiga warga yang mengalami luka-luka. Ketiganya adalah AA (3), Susilowati (36), keduanya warga Watu Glundung, Wukirsari, Imogiri, Bantul. Sedangkan satu lagi adalah Saniyah (54), warga Kemasan, Karangtengah, Imogiri, Bantul.
(rdp/imk)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini
-

InJourney Prediksi Okupansi Hotel Melonjak di Hari Kedua Lebaran 2025 – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – InJourney Hospitality melakukan berbagai persiapan menghadapi puncak kunjungan wisatawan selama Idulfitri 2025 yang diprediksi terjadi pada hari kedua Lebaran, yakni 1 April 2025.
Sebagai perbandingan, pada periode yang sama di tahun 2024, tingkat hunian hotel di bawah naungan InJourney Hospitality mencapai 77,9 persen dengan jumlah kamar terjual 3.623.
Direktur Utama InJourney Hospitality, Christine Hutabarat menyampaikan, InJourney Hospitality telah mengantisipasi lonjakan tingkat hunian dengan memastikan kualitas layanan serta pengalaman pelanggan tetap terjaga di seluruh properti yang dikelola.
“Kami juga terus melakukan berbagai improvement dari sisi operasional, fasilitas, serta peningkatan kompetensi personel guna menjamin kenyamanan para tamu selama periode Idulfitri 2025” ujar Christine dikutip Sabtu (29/3/2025).
Ia menyebut, seluruh klaster hotel diperkirakan mengalami peningkatan tingkat hunian, dimana tingkat hunian tertinggi di region Bali sebesar 81,2 persen.
Hal tersebut akan diikuti oleh Klaster Jawa dengan tingkat hunian sebesar 76,7 persen dan Klaster Sumatera dengan tingkat hunian sebesar 75,4 persen serta Klaster Kalimantan dengan tingkat hunian 71,4 persen.
Adapun tingkat hunian unit hotel di bawah naungan InJourney Hospitality diprediksi mengalami peningkatan sepanjang Idulfitri Tahun 2025 dimana tingkat hunian tertinggi yaitu The Meru Sanur.
Selanjutnya Merusaka Nusa Dua, Truntum Kuta, Inna Sindhu Beach Bali dan The Manohara Yogyakarta.

:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5177874/original/087457600_1743235118-IMG-20250329-WA0005.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)



