Atasi Kemiskinan lewat Pendidikan, Pemprov Jateng Kucurkan Beasiswa Rp 17,2 Miliar untuk Anak Miskin
Tim Redaksi
KOMPAS.com
– Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) mengucurkan
beasiswa
senilai Rp 17,2 miliar untuk ribuan anak dari keluarga miskin guna menjamin keberlanjutan
pendidikan
di Jateng.
Bantuan pendidikan tersebut diberikan karena Gubernur Jateng
Ahmad Luthfi
meyakini bahwa pendidikan merupakan kunci utama dalam mengentaskan
kemiskinan
.
“Di Jawa Tengah, tingkat kemiskinan masih 9,58 persen. Namun, identitas masyarakat bukan hanya berasal dari sandang, pangan, dan papan, melainkan pendidikan sebagai pokok terpenting,” ujarnya melalui siaran pers, Sabtu (28/6/2025).
Pernyataan tersebut disampaikan Luthfi saat menghadiri acara pelepasan angkatan V Sekolah Unggulan CT Arsa Foundation Sukoharjo, Sabtu.
Pada 2025,
Pemprov Jateng
telah menyalurkan beasiswa bagi anak tidak sekolah (ATS) yang mencakup 1.100 anak putus sekolah atau rentan putus sekolah di tingkat sekolah menengah atas (SMA), sekolah menengah kejuruan (SMK), dan sekolah luar biasa (SLB).
Total anggaran yang dikucurkan mencapai Rp 2,2 miliar. Setiap anak menerima bantuan senilai Rp 2 juta. Adapun penerima beasiswa terdiri dari 200 siswa SMA, 893 siswa SMK, dan 7 siswa SLB.
Selain itu, beasiswa juga diberikan kepada 15.000 siswa dari keluarga miskin untuk memenuhi kebutuhan personal peserta didik dengan total anggaran mencapai Rp 15 miliar.
Sasaran penerima beasiswa tersebut meliputi 6.000 siswa SMA, 7.000 siswa SMK, dan 2.000 siswa SLB.
Menurut Luthfi, langkah ini merupakan bagian dari pendekatan sistemik yang tidak hanya fokus pada pembangunan infrastruktur, tetapi juga penguatan kualitas sumber daya manusia (SDM).
Mantan Kepala Kepolisian Daerah (Kapolda) Jateng itu juga telah memberikan arahan langsung kepada seluruh kepala daerah di Jateng untuk mendukung inisiatif serupa di daerah masing-masing.
“Kami memberikan direktif kepada seluruh jajaran bupati dan wali kota untuk mendukung program ini. Jika pendidikan anak-anak kita terjamin, maka secara tidak langsung pengangguran terbuka bisa ditekan,” jelas Luthfi.
Ia menegaskan bahwa pendidikan yang layak akan membuka peluang kerja dan mengurangi beban sosial ekonomi di masa depan.
“Begitu seseorang punya pendidikan yang memadai, maka dia memiliki bekal keterampilan dan kesempatan kerja yang lebih baik. Hal ini adalah kunci untuk menekan kemiskinan secara berkelanjutan,” tandas Luthfi.
Dalam acara pelepasan para siswa, Luthfi mengajak 101 lulusan SMA Unggulan CT Arsa Foundation Sukoharjo agar tidak takut bermimpi besar.
“Saya anak petani, dulu (makan) telur satu dibagi enam. Namun, saya bisa jadi gubernur. Kalian pasti bisa lebih dari saya,” ucapnya.
Dalam kesempatan itu, Luthfi menyaksikan pelepasan 101 siswa dari berbagai daerah di Jateng, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Madiun Raya. Seluruh siswa tersebut berasal dari keluarga kurang mampu yang tercatat dalam Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (desil 1).
Meski berasal dari latar belakang prasejahtera, para siswa ini berhasil menorehkan prestasi membanggakan. Sebanyak 85 siswa diterima di perguruan tinggi negeri (PTN) terbaik, 7 siswa di perguruan tinggi luar negeri, 7 siswa di perguruan tinggi swasta ternama, dan 2 siswa di politeknik.
Salah satu kisah datang dari Esa, siswa asal Purworejo, anak tunggal dari ibu
single parent
, yang telah diterima di Institut Pertanian Bogor (IPB) pada jurusan Proteksi Tanaman.
“Sekarang sedang proses daftar Kartu Indonesia Pintar (KIP) agar bisa lanjut kuliah dengan beasiswa,” katanya.
Kisah inspiratif juga datang dari Daffa Aziz Firmansyah asal Cilacap. Putra seorang petani yang kini menderita strok ini mencuri perhatian karena berhasil diterima di 14 universitas luar negeri, termasuk University of Sydney, Monash University, dan Nanyang Technological University (NTU).
Melihat pencapaian putranya, ibu Daffa, Suwarti, hanya bisa bersyukur. Sebagai petani, ia tidak pernah mengira buah hatinya mampu melanjutkan pendidikan, bahkan diterima di perguruan tinggi luar negeri.
Menanggapi prestasi para siswa, Luthfi menekankan bahwa tidak semua orang mampu mengubah garis kemiskinan secara instan.
Namun, ia percaya bahwa melalui pembiayaan dan pemberian beasiswa, anak-anak dari keluarga prasejahtera kini dapat mengakses pendidikan bermutu dan menunjukkan prestasi.
“
Beasiswa
ini adalah bentuk nyata kolaborasi antara pemprov, pemerintah daerah (pemda), dan masyarakat. Kita berupaya memangkas kemiskinan dari sektor pendidikan,” ujar Luthfi.
Senada dengan Luthfi, Ketua CT Arsa Foundation Anita Ratnasari Tanjung menyatakan bahwa sekolah ini lahir dari semangat untuk memutus rantai kemiskinan.
“Cikal bakal kami dari tsunami. Kala itu, kami menyekolahkan anak-anak asal Aceh dan Medan. Kemudian pada 2010 kami mulai mendirikan sekolah. Saat ini, sudah berdiri 147 sekolah dan masjid. Atas dasar itu, CT Arsa ditunjuk sebagai percontohan sekolah rakyat,” jelasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
provinsi: DI YOGYAKARTA
-
/data/photo/2025/06/28/685fb2a02cda1.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Masyarakat Dapat Manfaatkan Internet Cepat dari Sekolah Rakyat Nasional 28 Juni 2025
Masyarakat Dapat Manfaatkan Internet Cepat dari Sekolah Rakyat
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Kementerian Komunikasi dan Digital (Kemenkomdigi) menghadirkan akses internet cepat 200 Mbps untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di
Sekolah Rakyat
di Sleman, Yogyakarta.
Hal ini disampaikan Menteri Komunikasi dan Digital (Menkomdigi)
Meutya Hafid
saat menghadiri acara di Balai Besar Pendidikan dan Pelatihan Kesejahteraan Sosial (BBPPKS) Sleman, Yogyakarta, Sabtu (28/6/2025).
“Nanti tergantung kebutuhannya masing-masing, tapi sekali lagi bahasanya internet yang cepat. Kalau ini 200 Mbps memang karena juga digunakan untuk keperluan lainnya,” ujar Meutya.
Dia mengatakan, nantinya internet cepat ini tidak hanya akan digunakan bagi pelajar, tetapi dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar lokasi Sekolah Rakyat.
“Jadi tidak hanya Sekolah Rakyatnya nanti yang bisa menggunakan aksesnya, tapi juga ekosistem terdekat dari
sekolah rakyat
itu juga bisa mendapatkan manfaat dari juga akses internet yang cepat di sekolah rakyat itu,” ujar Meutya.
Meutya mengatakan, dalam konteks Sekolah Rakyat,
Komdigi
punya dua kewajiban utama. Pertama, memastikan adanya infrastruktur digital, termasuk koneksi internet yang cepat dan stabil.
“Kedua, melakukan komunikasi publik yang transparan, agar semua program dapat tersampaikan dengan baik ke masyarakat,” ujar Meutya.
Meutya menyampaikan, program Sekolah Rakyat mengalami peningkatan target dari 100 sekolah menjadi 200, sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto. Proses rekrutmen siswa pun sudah selesai.
“Alhamdulillah hari ini didampingi Pak Sekjen Kementerian Sosial, yang selama ini sudah berjibaku untuk menyelesaikan targetnya,” ujar Meutya.
“Target awalnya 100 sekolah, lalu dinaikkan menjadi 200 sekolah rakyat,” jelasnya.
Dalam kesempatan tersebut, Meutya juga menyampaikan bahwa seluruh fasilitas dan infrastruktur sudah siap mendukung pembelajaran di tahun ajaran baru.
“Hari ini kita juga akan memberikan arahan kepada para orang tua dan anak-anak. Fasilitas sudah kita lihat bersama, Insya Allah semua siap untuk mendukung tahun ajaran yang akan segera dimulai,” ungkapnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Cegah dan Atasi Anak Kecanduan Gadget, Ini Jurus Jitu Kak Seto
Jakarta –
Gadget menjadi bagian yang tak terpisahkan dari kehidupan sehari-hari, bahkan bagi anak-anak. Namun, penggunaan yang berlebihan tanpa pengawasan bisa memberikan dampak yang buruk.
Fenomena ini patut menjadi perhatian serius bagi banyak orang tua. Ketua Lembaga Perlindungan Anak Indonesia (LPAI) Pusat, Seto Mulyadi atau yang akrab disapa Kak Seto memberikan beberapa tips untuk orang tua dalam mengatasi anak yang kecanduan gadget.
Dampak Kecanduan Gadget pada Anak
Dikutip dari laman Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah V Yogyakarta, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud), ada sejumlah dampak negatif yang bisa dirasakan oleh anak yang kecanduan gadget. Berikut di antaranya:
1. Dampak Fisik
Masalah penglihatan: Paparan layar yang lama bisa menyebabkan kelelahan mata, sakit kepala, dan kerusakan mataGangguan tidur: Gadget yang digunakan sebelum tidur bisa mengganggu kualitas dan durasi tidur anakObesitas: Saat kecanduan gadget, anak cenderung kurang aktif secara fisik dan mengalami kenaikan berat badan.
2. Dampak Psikologis
Depresi: Anak yang kecanduan gadget berisiko mengalami depresi serta harga diri yang rendahKecemasan: Ketika sudah ketergantungan pada gadget, anak merasa cemas saat tidak bisa mengaksesnyaAttention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas (GPPH): Penggunaan gadget berlebihan bisa mengganggu kemampuan anak dalam berkonsentrasi pada tugas yang diberikan
3. Dampak Sosial
Isolasi sosial: Cenderung menarik diri dari interaksi sosial dan lingkungan sekitarnya.Komunikasi buruk: Anak kesulitan dalam menjalin komunikasi yang efektif dengan orang sekitarJurus Jitu Kak Seto Atasi Anak Kecanduan Gadget
Kak Seto mengatakan bahwa permasalahan gadget pada anak masih menjadi hal yang pelik di kalangan orang tua. Kak Seto mewajibkan orang tua harus kreatif dalam menyelesaikan permasalahan gadget.
1. Beri Edukasi bahwa Gadget Bisa Berbahaya
Orang tua harus menarik perhatian anak agar terlepas dari gadget. Misalnya, dengan mendongeng, main sulap, atau menyanyi dengan edukasi tentang gadget.
“Kalau bisa nyanyi, misalnya gadget dikenalkan dengan lagu. Misalnya ‘gadget-gadget banyak manfaatnya, tapi juga bisa bahaya. Ayo adik bermain gadget dengan cerdas dan bijaksana’,” kata Kak Seto kepada detikcom, Rabu (5/6/2024).
2. Membatasi Penggunaan Gadget
Sejak dini, orang tua harus mengajarkan soal kebijaksanaan pada anak. Salah satunya dengan membatasi penggunaan gadget. Dalam hal ini, orang tua harus berperan aktif memberikan waktunya kepada anak sebagai pengganti bermain gadget.
“Anak bisa bermain yang lain atau jalan-jalan sama Ayah sama Bunda. Jadi gadget bukan satu-satunya pilihan,” terang Kak Seto.
3. Kenalkan dengan Permainan Tradisional
Orang tua juga bisa mengenalkan anak tentang permainan-permainan tradisional. Kak Seto mengatakan, permainan ni jauh akan lebih memberikan manfaat yang positif dibandingkan dengan hanya bermain gadget.
“Kalau perlu mempopulerkan lagi permainan tradisional. Ada engklek, ada gobak sodor, ada main egrang, bekel, dan lainnya,” kata Kak Seto.
Dengan begitu, ada keseimbangan. Anak bisa mengembangkan kecerdasan fisik, kecerdasan sosial, kecerdasan spiritual, moral, dan lain sebagainya.
“Sehingga anak berkembang secara utuh dan lengkap,” tutupnya.
(elk/tgm)
-
/data/photo/2025/06/27/685e8ded95753.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Komdigi-Mafindo Bikin Chatbot AI untuk Deteksi Konten Asli atau Palsu Nasional 27 Juni 2025
Komdigi-Mafindo Bikin Chatbot AI untuk Deteksi Konten Asli atau Palsu
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Kementerian Komunikasi dan Digital (
Komdigi
) menyatakan tengah menyiapkan chatbot berbasis kecerdasan buatan (AI) yang dapat membantu masyarakat memverifikasi keaslian konten digital, termasuk teks, gambar, video, dan suara.
Hal ini diungkapkan oleh Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Komdigi, Bonifasius Wahyu Pudjianto, di Yogyakarta, Jumat (27/6/2025).
“Saat ini pemerintah berkolaborasi dengan masyarakat sipil seperti Mafindo (Masyarakat Antifitnah Indonesia) untuk membuat tools berbasis AI,” jelas dia.
“Salah satunya adalah chatbot yang kini dalam tahap
soft launching
, yang memungkinkan publik melakukan
cek fakta
terhadap berbagai jenis konten,” lanjut Bonifasius.
Menurutnya, chatbot tersebut merupakan pengembangan dari portal cekfakta.com, yang kini ditingkatkan kemampuannya agar tidak hanya memverifikasi teks, tetapi juga video, gambar, hingga audio.
“Kita bisa melakukan pengecekan terhadap konten bukan hanya teks, tetapi juga video, image, atau voice, apakah itu benar atau tidak,” jelasnya.
Bonifasius juga menekankan pentingnya edukasi kepada masyarakat, serta mendorong transparansi dari para kreator konten digital.
Ia menyebut, konten yang dibuat menggunakan AI sebaiknya disertai disclaimer atau watermark, agar publik dapat membedakan konten buatan AI dan konten asli.
“Ke depan, konten kreator diharapkan menyertakan keterangan apakah konten tersebut real atau generated. Itu tahap awal sebelum kita mengecek kebenaran kontennya,” katanya.
Saat ditanya soal kemungkinan penerapan aturan wajib
watermark
untuk konten berbasis AI, Bonifasius menyatakan hal itu belum diberlakukan saat ini.
Namun, opsi tersebut sedang dikaji dan kemungkinan akan masuk dalam
roadmap
regulasi AI.
“Mungkin ke depan akan disesuaikan, dan itu bisa masuk dalam roadmap AI yang sedang dibahas,” ujarnya.
Meski tidak terlibat langsung dalam penjadwalan roadmap tersebut, ia memastikan bahwa Komdigi memiliki direktorat khusus yang menangani pengembangan ekosistem AI, termasuk aspek regulasinya.
“Untuk target penyelesaian
roadmap
, kita tunggu saja. Nanti akan dicek kembali,” pungkasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/06/27/685e8ded95753.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Komdigi Petakan 5 Sektor Prioritas Pemanfaatan AI di Indonesia Nasional 27 Juni 2025
Komdigi Petakan 5 Sektor Prioritas Pemanfaatan AI di Indonesia
Tim Redaksi
YOGYAKARTA, KOMPAS.com
– Kementerian Komunikasi dan Digital (
Kemenkomdigi
) memetakan lima sektor utama yang menjadi prioritas dalam pemanfaatan
kecerdasan buatan
(artificial intelligence/AI) di Indonesia.
“Nah, ada lima sektor yang menjadi prioritas pemanfaatan AI,” kata Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Komdigi,
Bonifasius Wahyu Pudjianto
, di Sekolah Tinggi Multi Media (MMTC) Yogyakarta, Jumat (27/6/2025).
“Pelayanan publik, pendidikan dan riset, reformasi birokrasi, industri, dan ketahanan pangan. Nah, mungkin kalau kita lihat dari teknologi AI sendiri, sebenarnya dia bisa mencakup berbagai aspek,” lanjut dia.
Ia menambahkan bahwa pemanfaatan AI telah meluas ke berbagai bidang seperti pertanian, peternakan, perikanan, logistik, dan keuangan digital (fintech).
“Jadi, teman-teman, start-up memanfaatkan untuk pertanian, peternakan, perikanan, logistik, fintech, dan lain-lain,” ujar dia.
Bonifasius juga menyoroti potensi AI dalam mendorong ekonomi kreatif, khususnya dalam produksi konten multimedia dan film.
Ia menyebut salah satu contoh film pendek berbasis AI bertema sejarah Nusantara.
“Di YouTube, ada film berbasis AI yang menceritakan tentang era Kerajaan Majapahit dan Gajah Mada. Film ini bahkan ditayangkan di
AI Film Festival
di Cannes tahun ini,” ucapnya.
Meski masih dalam bentuk klip dan belum dirilis secara komersial, film tersebut dianggap sebagai contoh konkret bagaimana AI dapat dimanfaatkan untuk produksi sinema, edukasi sejarah, dan penguatan identitas budaya.
Menurutnya, perkembangan ini menunjukkan bahwa pemanfaatan AI di Indonesia tidak hanya berfokus pada aspek teknologi semata, tetapi juga menyentuh sektor budaya dan kreativitas.
“AI itu menempati posisi yang strategis, karena ini adalah teknologi masa depan, namun memberikan dampak yang sangat signifikan saat ini. Kita sudah memiliki strategi nasional kecerdasan buatan, tapi itu dibuat tahun 2020-2045,” tegas dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Eksklusif The Rain, Bernafas dengan Karya Baru dan Tantangannya
JAKARTA – Sudah cukup lama sejak The Rain merilis album terakhirnya, Mereka Bilang Kita Tidak Terjebak Bersama (2019), namun mereka tetap konsisten mengeluarkan karya baru. Dalam lima tahun terakhir – band beranggotakan Indra Prasta (vokal utama, gitar), Iwan Tanda (gitar, vokal), Ipul Bahri (bass, vokal) dan Aang Anggoro (drum, vokal) – sudah merilis belasan single, yang terbaru berjudul Sendiri Tak Sendirian.
Lagunya bercerita tentang seseorang yang belum menemukan pendamping hidup namun tetap percaya bahwa semua ada waktunya – bahagia yang bukan hanya tentang mencapai tujuan, tapi juga dapat dirasakan di tiap lembar perjalanan.
Tema galau masih jadi andalan The Rain sampai saat ini. Bukan tanpa alasan, Indra sebagai penulis lagu mengatakan, pesan dan harapan yang ingin disampaikan akan lebih efektif melalui lagu galau.
“Kita senang sekali menyelipkan harapan lewat lagu-lagu sedih. Harus diakui, lagu sedih itu lebih mudah masuknya, orang lebih mudah menggalau dengan lagu-lagu sedih,” kata Indra saat The Rain mengunjungi kantor VOI di Tanah Abang, Jakarta Pusat baru-baru ini.
Eksklusif The Rain (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)
Bukan hanya tema galau, band asal Yogyakarta itu juga konsisten dengan proses kreatif mereka – satu lagu diaransemen dengan berbagai versi, hingga pada akhirnya yang terbaik dipilih bersama oleh para personel.
Indra menyebut cara tersebut jadi yang paling ampuh bagi The Rain. Mereka tidak ingin menyesal karena penggarapan dirasa kurang maksimal.
“Jadi, kadang-kadang kita bisa menghabiskan waktu berbulan-bulan di studio untuk menggarap sebuah lagu, dan hasilnya memuaskan banget,” tambah Indra. “Karena ketika lagu itu sudah dirilis, yaudah, enggak bisa balik lagi.”
The Rain tidak menjelaskan kenapa memilih untuk merilis banyak single ketimbang album baru. Namun Ipul menuturkan, bandnya sudah berada pada masa di mana tidak ingin menahan karya-karya yang sudah layak untuk diperdengarkan ke publik.
“Dulu itu pernah ada masa di mana kita mau rilis, berpikir untuk rilis itu setelah sekian lama dari rilisan sebelumnya. Jadi, rilis lagu satu, setengah tahun kemudian kita baru kepikiran harus bikin lagu lagi. Kita pernah pada masa itu, dan itu terus terang, bikin repot,” tutur Ipul.
“Ada tekanan ke kita sendiri bahwa kita harus ngeluarin karya, terus ada waktu produksi yang juga pasti akan mepet, karena kalau kita tunda, akan jadi panjang sekali rilisan berikutnya. Akhirnya kita kita akali dengan apapun lagu yang ada, yaudah masukin aja, terus kita workshop per periode itu bisa tiga lagu sekaligus, enggak harus kita selesaikan semua, tapi seenggaknya kita punya lagu yang siap untuk kita garap lebih serius,” imbuhnya.
Mencari Tantangan lewat Rilisan Lagu Baru
Eksklusif The Rain (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)
Bagi band yang sudah lebih dari dua dekade seperti The Rain, mengaransemen ulang lagu lama jadi pilihan wajar, namun Indra cs memilih untuk mengeluarkan karya baru yang masih segar untuk pendengarnya.
Indra mengatakan, kepuasan merilis lagu baru jauh lebih besar ketimbang menghadirkan kembali lagu lama. Berkarya layaknya nafas bagi The Rain – untuk terus menantang diri sekaligus jadi alasan untuk tetap bertahan di industri musik.
“Karena kami masih merasakan excitement ketika menggarap karya baru, menanti kejutan yang dibawa oleh karya baru itu, lagunya akan membawa kita ke mana dan memberi kejutan apa nantinya. Ya itu, murni hanya karena itu,” ucap sang vokalis.
Lagipula menulis lagu baru, kata Indra, layaknya fingering (melatih jari) bagi seorang gitaris. Sebagai sekumpulan musisi, The Rain juga ingin terus berkembang.
Caption
“Dalam menggarap lagu, kan bukan cuma lirik dan notasi, tapi juga aransemennya. Kita harus terus mengasah kemampuan itu supaya enggak tumpul.”
Ipul menambahkan, “Kalau remake itu kan sebenarnya bukan sesuatu yang mudah juga. Paling enggak sama bagus dengan lagu aslinya atau lebih bagus. Kalau kita bikin remake masih yang kayak yang kemarin juga, masih mirip-mirip, ya buat apa?”
Membuat lagu baru juga jadi cara The Rain untuk terus mengikuti perkembangan industri musik, tidak hanya dari segi musikal, namun juga aspek-aspek lain yang mengikutinya.
“Kita beradaptasi dengan kondisi industri musik, dari awal kita ikut label, ya kita juga melihat, belajar, sampai akhirnya kita memutuskan untuk kita jalan sendiri. Itu kan bagian dari belajar dan beradaptasi,” kata Ipul. “Musiknya juga begitu, kita ada referensi band yang kita punya masing-masing. Yang di awal itu kita kayaknya ngeliat ke sana referensinya. Sejalan waktu, pada akhirnya kita membentuk diri kita sendiri dari referensi itu.”
Tak Terbebani untuk Hasilkan Lagu Hits
Eksklusif The Rain (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)
Harapan agar lagu baru didengar banyak orang pasti ada, namun The Rain tidak menjadikannya sebagai beban. Lagipula, para personel sepakat dengan stigma yang menyatakan “sulitnya musisi menghasilkan lagu hits ketika usianya sudah berkepala empat”.
“Umur terproduktif pasti akan berlalu, imajinasi terliar itu ada masanya dan pasti akan berlalu juga. Tapi kalau kita balikin ke imajinasi, itu kan enggak ada batasnya. Batasnya kita yang bikin. Kita sih suka menantang diri sendiri aja, sampai mana imajinasi di dalam kepala kita ini bisa mengembara, untuk membuat karya-karya baru yang mungkin tadinya enggak kepikiran,” tutur Indra.
“Kita juga nggak maksain harus ikut tren yang sekarang. Soalnya kadang enggak cocok juga buat kita. Jadi, bikin aja lagu,” tambah Aang.
Tujuan The Rain tidak untuk membuat lagu yang bisa menjadi hits seperti Terlatih Patah Hati, yang menurut mereka tidak untuk diulang, mengingat peran besarnya sebagai ‘karya penyelamat’.
“Buat The Rain, lagu itu salah satu penyelamat. Lagu itu penyemangat kita buat bikin banyak karya baru yang tentunya kita enggak akan maksain untuk bikin Terlatih Patah Hati part dua. Karena enggak akan bisa. Ada hal-hal yang enggak akan bisa diulang kembali. Salah satunya lagu-lagu hits itu,” kata sang vokalis.
Eksklusif The Rain (Foto: Bambang E Ros, DI: Raga/VOI)
Lebih jauh, Terlatih Patah Hati juga dapat dilihat sebagai alasan The Rain yang terus bertahan dan tidak pernah berganti formasi sejak dibentuk 24 tahun lalu.
“Itu lagu bisa dibilang titik balik juga buat kita,” ucap Iwan.
Merefleksikan awal perjalanannya sebagai band, personel The Rain bahkan mengaku tidak pernah terbayang untuk menjadi sebuah band yang dikenal luas penikmat musik Tanah Air dengan karya-karya yang masih didengar hingga lintas generasi.
“Ketika kita ngeband awal, cita-citanya sederhana waktu itu, Cuma punya karya dan didengar banyak orang. Cuma itu,” ujar Ipul.
“Dan setelah itu, enggak punya pikiran panjang kalau The Rain akan sampai di mana. Ya kan anak band, seenggaknya punya album dan sign sama label, gitu aja,” kata Indra.
“Dan tau-tau udah 24 tahun kemudian aja, rasanya ‘mau sampai kapan ya?’ Ya semampunya kita dikasih umur dan semampunya kita dikasih kemampuan.”
/data/photo/2025/06/28/685fd07fbb510.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)



/data/photo/2025/06/05/684124e1cc9bf.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)