provinsi: BANTEN

  • Harga Minyakita Masih Tinggi, KSP Usul Kuota Bulog & ID Food Diperbesar

    Harga Minyakita Masih Tinggi, KSP Usul Kuota Bulog & ID Food Diperbesar

    Bisnis.com, JAKARTA — Kantor Staf Presiden (KSP) meminta agar pasokan minyak goreng Minyakita dari produsen kepada BUMN Pangan, yakni Perum Bulog dan ID Food, diperbesar untuk menekan harga jual di masyarakat.

    Pasalnya, saat ini, harga Minyakita masih melampaui harga eceran tertinggi (HET) sebesar Rp15.700 per liter. Per 3 Oktober 2025, rata-rata harga Minyakita dibanderol Rp17.900 per liter atau naik 14,01% dari HET.

    Bahkan, pada periode yang sama, rata-rata harga Minyakita tertinggi mencapai Rp45.000 per liter di Kabupaten Puncak Jaya, sedangkan harga terendah di level Rp14.000 per liter di Kabupaten Pandeglang.

    Tenaga Ahli Utama KSP Bodro Pambuditomo mengatakan, saat ini harga Minyakita relatif stabil di level tinggi. Meski begitu, Bodro menyebut, berdasarkan hasil verifikasi lapangan yang dilakukan KSP di sejumlah pasar, ditemukan adanya perbedaan harga Minyakita di masyarakat.

    Dia menjelaskan perbedaan harga Minyakita ini berasal dari perbedaan sumber pasokan. Pertama, produk Minyakita yang disalurkan oleh BUMN Pangan cenderung memiliki harga yang lebih terjangkau, bahkan ada yang dijual mendekati atau di bawah HET.

    “Harga Minyakita yang dipasok oleh BUMN Pangan, yang mana harganya secara relatif terjangkau, mendekati HET dan beberapa mungkin di bawah HET,” kata Bodro dalam rapat koordinasi pengendalian inflasi daerah 2025 di Kantor Kemendagri, Jakarta, Senin (6/10/2025). 

    Di sisi lain, lanjut dia, ada pula produk yang disuplai melalui agen dengan harga yang relatif tinggi, mencapai Rp17.000 per liter atau lebih. Untuk itu, Bodro menilai perlu adanya peningkatan pasokan Minyakita dari produsen kepada BUMN Pangan.

    “Oleh karena itu, izinkan kami memberikan masukan agar kita dapat memperkuat BUMN Pangan karena sudah terbukti pasokan mereka punya dampak kuat dalam meredam harga yang tinggi atau menurunkan,” tuturnya.

    Lebih lanjut, Bodro menuturkan bahwa saat ini porsi pasokan Minyakita dari produsen ke BUMN Pangan baru mencapai sekitar 8%. Dia menilai angka tersebut masih bisa ditingkatkan hingga ke level 20–30% agar dampaknya terhadap stabilisasi harga bisa lebih signifikan.

    “Mungkin [porsi Minyakita dari produsen ke BUMN Pangan] bisa ditingkatkan di angka mungkin 20-30%, itu mungkin cukup ideal dan diharapkan bisa berdampak untuk menurunkan harga,” pungkasnya.

  • Paparan Radioaktif Cikande Dinilai Akibat Sikap Ceroboh 
                
                    
                        
                            Nasional
                        
                        6 Oktober 2025

    Paparan Radioaktif Cikande Dinilai Akibat Sikap Ceroboh Nasional 6 Oktober 2025

    Paparan Radioaktif Cikande Dinilai Akibat Sikap Ceroboh
    Tim Redaksi
    JAKARTA, KOMPAS.com
    – Analis Geopolitik dan Hubungan Internasional, Dian Wirengjurit, menilai kasus radioaktif Cesium-137 (Cs-137) di Cikande, Kabupaten Serang, merupakan bentuk kecerobohan dari pihak yang tidak bertanggung jawab.
    Hal ini disampaikan Dian ketika dimintai tanggapan dalam diskusi publik bertajuk “Perang Dunia – Nuklir dan Masa Depan Peradaban” di Perpusnas, Jakarta Pusat, Senin (6/10/2025).
    “Di Cikande, radiasinya tidak seberbahaya uranium. Cesium itu tidak seberbahaya, jauh di bawah uranium. Kalaupun ada kebocoran, radiasinya ke udang, katanya kena ke manusia, buat saya itu jelas ketidakprofesionalan, kecerobohan,” ujar Dian di lokasi, Senin.
    Mantan Duta Besar (Dubes) Indonesia untuk Iran ini mengatakan, penolakan ekspor udang bukan kali pertama terjadi di Indonesia.
    “Kalau cuma radiasi ke udang, sehingga udang kita dikeluarkan ke Amerika itu bukan yang pertama. Kita itu kandungan magnesium tinggi saja dikeluarkan oleh Eropa,” tegas Dian.
    Meski radiasi Cesium-137 tidak seberbahaya uranium, Dian menuturkan bahwa penanganan profesional tetap perlu dilakukan agar tidak menimbulkan dampak bagi lingkungan maupun kesehatan masyarakat.
    Ia meminta pemerintah menindak tegas perusahaan-perusahaan “nakal” yang mengakibatkan adanya kebocoran itu.
    “Saya yakin teman-teman BRIN (Badan Riset dan Inovasi Nasional) bisa mengatasi. Mudah-mudahan jangan terlalu cemas, saya yakin ahli nuklir kita banyak, mampu pasti. Hanya perusahaannya yang mesti ditegur keras,” tandasnya.
    Sebelumnya, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, terdapat sembilan orang yang terdeteksi positif hasil whole-body counter (WBC) dalam pemeriksaan paparan radioaktif Cesium-137 (Cs-137) di Cikande, Banten.
    Mereka telah ditangani di RS Fatmawati Jakarta.
    Semuanya dilaporkan tidak bergejala dan dalam kondisi baik.
    “Untuk perawatannya diberikan obat prussian blue,” kata Kepala Biro Komunikasi dan Informasi Publik Kemenkes Aji Muhawarman di Jakarta, Jumat (3/10/2025), seperti dilansir
    Antara
    .
    Menurut dia, paparan Cs-137 dapat menimbulkan sejumlah efek.
    Pada jangka pendek, paparan tinggi bisa menyebabkan sindrom radiasi akut berupa mual, muntah, diare, kelelahan, sakit kepala, hingga penurunan sel darah putih.
    Paparan juga dapat menimbulkan kerusakan kulit dan jaringan yang ditandai dengan kemerahan, lepuh, atau luka bakar radiasi.
    Pada paparan radiasi yang tinggi, ada risiko perdarahan, infeksi berat, kerusakan organ, dan kematian.
    Sedangkan pada jangka panjang, kata dia, di mana paparan rendah berulang atau internal, ada peningkatan risiko kanker akibat kerusakan DNA, penurunan daya tahan tubuh karena gangguan sumsum tulang, dan imunitas.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warga Siapkan Bambu untuk Usir Monyet Liar di Rawa Buntu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Oktober 2025

    Warga Siapkan Bambu untuk Usir Monyet Liar di Rawa Buntu Megapolitan 6 Oktober 2025

    Warga Siapkan Bambu untuk Usir Monyet Liar di Rawa Buntu
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Sejumlah warga Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, menyiapkan bambu untuk mengusir kawanan monyet liar yang berkeliaran di lingkungan mereka.
    Tujuannya, agar monyet-monyet itu tidak turun ke halaman rumah warga.
    “Jadi kami antisipasi saja bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” ujar warga setempat, Ijjo (30), saat ditemui Kompas.com di lokasi, Senin (6/10/2025).
    Warga khawatir jika kawanan monyet itu masuk ke permukiman warga dan turun ke halaman rumah, ditakutkan akan menyerang anak-anak.
    Apalagi saat kawanan monyet itu datang, banyak anak-anak yang antusias untuk melihatnya.
    “Khawatir turun, takut ada (monyet) yang gigit anak-anak dan Alhamdulillah enggak ada (monyet) yang turun sama sekali,” kata dia.
    Adapun sekelompok monyet yang masuk ke pemukiman warga di Rawa Buntu itu baru pertama kali terjadi.
    Ia meminta Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) segera mengambil langkah agar kawanan monyet tersebut bisa dikembalikan ke habitatnya
    “Ada yang besar, ada yang kecil. Kayaknya memang dari Puspitek karena baru pertama kali ada kejadian seperti ini,” jelas dia.
    Sementara itu, Ketua RT 003/001 Rawa Buntu, Lily (48), mengatakan, monyet-monyet itu pertama kali terlihat pada Sabtu (4/10/2025), sekitar pukul 11.00 WIB.
    “Saya menyaksikan sendiri. Jadi mungkin monyet itu keluaran dari Puspitek (kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), karena di sana tempat mereka. Kampung mereka, ibaratnya sering orang kasih makan,” kata Lily.
    Ia menduga, hewan liar itu keluar dari Puspitek lantaran lokasi tersebut tengah dilakukan pembangunan stadion sepak bola.
    “Sekarang terusik karena ada pembangunan stadion bola di Puspitek, di lokasi Brin,” kata dia.
    Menurut Lily, rombongan monyet tersebut sempat berpindah dari satu rumah ke rumah lain melalui atap rumah warga.
    Meskipun tidak sampai turun ke halaman rumah, warga tetap merasa khawatir karena banyak anak-anak yang turut menyaksikan kedatangan sekelompok monyet itu.
    “Inikan termasuk binatang buas juga, takutnya nyerang anak-anak,” jelas dia.
    Saat peristiwa itu terjadi, mereka sempat memanggil petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Tangsel, namun gagal menangkap monyet karena hewan-hewan itu berada di atas pohon yang palinh tinggi.
    “Pas Damkar datang, monyetnya enggak mau turun, ada di atas pohon paling tinggi. Setelah Damkar pulang, mereka turun lagi dan masuk ke pemukiman warga,” jelas dia.
    Ia menuturkan, ada sekitar 12 ekor monyet yang terlihat berkeliaran di lingkungannya.
    Warga pun diminta untuk tidak mendekat atau memancing perhatian hewan liar tersebut.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang terluka,” ucap Lily.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kawanan Monyet Liar Masuk Permukiman di Rawa Buntu, Warga Tangsel Resah
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Oktober 2025

    Kawanan Monyet Liar Masuk Permukiman di Rawa Buntu, Warga Tangsel Resah Megapolitan 6 Oktober 2025

    Kawanan Monyet Liar Masuk Permukiman di Rawa Buntu, Warga Tangsel Resah
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com —
    Sekelompok monyet liar terlihat berkeliaran di kawasan permukiman warga Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, pada Sabtu (4/10/2025).
    Kemunculan hewan-hewan tersebut membuat warga resah karena khawatir akan menyerang anak-anak.
    “Inikan termasuk binatang buas juga, takutnya nyerang anak-anak,” ujar Ketua RT 003/001 Rawa Buntu, Lily Alay (48), saat ditemui
    Kompas.com
    , Senin (6/10/2025).
    Lily mengimbau warga agar tidak mendekati kawanan monyet saat hewan-hewan itu masuk ke permukiman.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat.
    Alhamdulillah
    sejauh ini tidak ada yang terluka,” kata dia.
    Saat kejadian, warga sempat memanggil petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Kota Tangerang Selatan untuk menangkap dan mengembalikan monyet-monyet tersebut ke habitatnya. Namun, upaya itu tidak berhasil karena kawanan monyet bertahan di atas pohon tertinggi.
    “Pas Damkar datang, monyetnya enggak mau turun, ada di atas pohon paling tinggi. Setelah Damkar pulang, mereka turun lagi dan masuk ke pemukiman warga,” jelas Lily.
    Sementara itu, seorang warga bernama Ijjo (30) mengatakan, warga akhirnya menyiapkan bambu untuk berjaga-jaga agar monyet tidak turun ke halaman rumah.
    “Jadi kami antisipasi saja, bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” kata dia.
    Menurut Ijjo, kemunculan kawanan monyet di Rawa Buntu merupakan peristiwa pertama yang terjadi. Ia menduga hewan-hewan itu berasal dari kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek).
    “Ada yang besar, ada yang kecil. Kayaknya memang dari Puspitek karena baru pertama kali ada kejadian seperti ini,” ucapnya.
    Warga berharap Pemerintah Kota Tangerang Selatan segera mengambil langkah agar kawanan monyet tersebut dapat dikembalikan ke habitat aslinya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Kawanan Monyet Liar Masuk Permukiman di Rawa Buntu, Warga Tangsel Resah
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Oktober 2025

    Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu, Diduga karena Habitatnya Terganggu Megapolitan 6 Oktober 2025

    Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu, Diduga karena Habitatnya Terganggu
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Sekelompok monyet liar berkeliaran di kawasan permukiman warga Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan, pada Sabtu (4/10/2025).
    Warga menduga monyet-monyet tersebut keluar dari kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (Puspitek) karena habitatnya yang terganggu.
    “Sekarang terusik karena ada pembangunan stadion bola di Puspitek, di lokasi Brin,” ujar Ketua RT 003 RW 002 Rawa Buntu, Lily Alay (48) saat ditemui Kompas.com, Senin (6/10/2025).
    Ia menduga, keberadaan proyek pembangunan di Puspitek membuat kawanan monyet itu kehilangan kenyamanan dan sumber makanan.
    Padahal, Puspitek itu tempat kawanan monyet liar itu tinggal dan banyak orang yang memberi makan saat berada di sana.
    “Mungkin karena lapar, atau penyebab lainnya, jadi mereka kabur dari tempat itu, karena mungkin sudah enggak nyaman, akhirnya mereka masuk ke pemukiman warga, ke tempat umumlah,” kata dia.
    Lily mengatakan, kawanan monyet tersebut sempat terlihat di sekitar atap rumah warga pada pukul 11.00 WIB.
    Bahkan monyet-monyet itu sempat berpindah dari satu atap rumah ke rumah lainnya.
    Meskipun tidak sampai turun ke halaman rumah, warga tetap merasa khawatir karena banyak anak-anak yang turut menyaksikan kedatangan sekelompok monyet itu.
    “Inikan termasuk binatang buas juga, takutnya nyerang anak-anak,” kata dia.
    Saat peristiwa itu terjadi, mereka sempat memanggil petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Tangsel, namun gagal menangkap monyet karena hewan-hewan itu berada di atas pohon yang paling tinggi.
    “Pas Damkar datang, monyetnya enggak mau turun, ada di atas pohon paling tinggi. Setelah Damkar pulang, mereka turun lagi dan masuk ke pemukiman warga,” ujar dia.
    Ia menuturkan, ada sekitar 12 ekor monyet yang terlihat berkeliaran di lingkungannya.
    Warga pun diminta untuk tidak mendekat atau memancing perhatian hewan liar tersebut.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang terluka,” kata dia.
    Warga lainnya, Ijjo (30), mengatakan, monyet-monyet itu sempat terlihat sejak pagi di jalan raya dekat warung soto Boyolali dan minimarket sekitar kawasan tersebut.
    “Dari pagi sekitar jam enam sudah kelihatan di jalan depan Alfa. Terus menjelang siang mereka naik ke pohon-pohon di belakang permukiman,” kata Ijjo.
    Namun, untuk berjaga-jaga, warga sempat banyak yang menyiapkan bambu untuk menghalau monyet agar tidak turun ke bawah.
    “Jadi kami antisipasi saja bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” kata dia.
    Menurut Ijjo, jumlah monyet yang terlihat di kawasan itu baru pertama kali terjadi di sekitaran rumahnya.
    Ia meminta Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) segera mengambil langkah agar kawanan monyet tersebut bisa dikembalikan ke habitatnya
    “Ada yang besar, ada yang kecil. Kayaknya memang dari Puspitek karena baru pertama kali ada kejadian seperti ini,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Warga Siapkan Bambu untuk Usir Monyet Liar di Rawa Buntu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        6 Oktober 2025

    Sekelompok Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu Megapolitan 6 Oktober 2025

    Sekelompok Monyet Masuk ke Permukiman Warga Rawa Buntu
    Tim Redaksi
    TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
    – Sekelompok monyet liar berkeliaran di kawasan permukiman warga di Rawa Buntu, Serpong, Tangerang Selatan.
    Kemunculan monyet tersebut membuat warga resah karena khawatir mengganggu anak-anak dan warga sekitar.
    Ketua RT 003/001 Rawa Buntu, Lily (48), mengatakan, monyet-monyet itu pertama kali terlihat pada Sabtu (4/10/2025), sekitar pukul 11.00 WIB.
    “Saya menyaksikan sendiri. Jadi mungkin monyet itu keluaran dari Puspitek (kawasan Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi), karena di sana tempat mereka. Kampung mereka, ibaratnya sering orang kasih makan,” ujar Lily saat ditemui Kompas.com di lokasi, Senin (6/10/2025).
    Ia menduga, hewan liar itu keluar dari Puspitek lantaran lokasi tersebut tengah dilakukan pembangunan stadion sepak bola.
    “Sekarang terusik karena ada pembangunan stadion bola di Puspitek, di lokasi Brin,” kata dia.
    Menurut Lily, rombongan monyet tersebut sempat berpindah dari satu rumah ke rumah lain melalui atap rumah warga.
    Meskipun tidak sampai turun ke halaman rumah, warga tetap merasa khawatir karena banyak anak-anak yang turut menyaksikan kedatangan sekelompok monyet itu.
    “Inikan termasuk binatang buas juga, takutnya nyerang anak-anak,” ujar dia.
    Saat peristiwa itu terjadi, mereka sempat memanggil petugas dari Dinas Pemadam Kebakaran (Damkar) Tangsel, namun gagal menangkap monyet karena hewan-hewan itu berada di atas pohon yang paling tinggi.
    “Pas Damkar datang, monyetnya enggak mau turun, ada di atas pohon paling tinggi. Setelah Damkar pulang, mereka turun lagi dan masuk ke pemukiman warga,” kata dia.
    Ia menuturkan, ada sekitar 12 ekor monyet yang terlihat berkeliaran di lingkungannya.
    Warga pun diminta untuk tidak mendekat atau memancing perhatian hewan liar tersebut.
    “Saya sudah imbau warga supaya jangan mendekat. Alhamdulillah sejauh ini tidak ada yang terluka,” ucap dia.
    Warga lainnya, Ijjo (30), mengatakan monyet-monyet itu sempat terlihat sejak pagi di jalan raya dekat warung soto Boyolali dan minimarket sekitar kawasan tersebut.
    “Dari pagi sekitar jam enam sudah kelihatan di jalan depan Alfa. Terus menjelang siang mereka naik ke pohon-pohon di belakang permukiman,” kata Ijjo.
    Namun, untuk berjaga-jaga, warga sempat banyak yang menyiapkan bambu untuk menghalau monyet agar tidak turun ke bawah.
    “Jadi kami antisipasi saja bawa bambu supaya monyetnya enggak turun,” kata dia.
    Menurut Ijjo, jumlah monyet yang terlihat di kawasan itu baru pertama kali terjadi di sekitaran rumahnya.
    Ia meminta Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Pemkot Tangsel) segera mengambil langkah agar kawanan monyet tersebut bisa dikembalikan ke habitatnya
    “Ada yang besar, ada yang kecil. Kayaknya memang dari Puspitek karena baru pertama kali ada kejadian seperti ini,” ucap dia.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Menkes Ungkap Kondisi 9 Pasien di RS Fatmawati yang Terpapar Radioaktif di Cikande

    Menkes Ungkap Kondisi 9 Pasien di RS Fatmawati yang Terpapar Radioaktif di Cikande

    Jakarta

    Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyebut 9 pasien yang terkena paparan zat radioaktif cesium-137 di Cikande, Banten, berangsur membaik. Mereka semula menjalani pengobatan di RS Fatmawati.

    Menkes mengklaim kadar cemaran radioaktif cesium-137 yang ditemukan pada 9 pasien tersebut relatif rendah.

    “Sekarang sudah membaik. Itu kan ada ambang batasnya. Mereka belum sampai di taraf yang membahayakan,” sebut Menkes saat ditemui di Gedung BPOM RI, Jakarta Pusat, Senin (6/10/2025).

    “Jadi boleh dikasih obat saja cukup dan bisa pulang. Jadi nggak ada yang perlu dirawat,” tandasnya.

    Pemerintah menyediakan program pemeriksaan kesehatan gratis bagi warga sekitar yang berada di zona berisiko tinggi yakni Cikande, Banten, Jawa Barat. Karenanya, ia mengimbau masyarakat untuk memanfaatkan fasilitas tersebut demi melihat kemungkinan paparan.

    “Imbauan-nya untuk masyarakat yang ada di sekitar melakukan program cek kesehatan gratis dengan alat itu ada namanya Geiger Muller untuk cek radiasinya.”

    Alat tersebut disebutnya bisa memantau eksposure seseorang terhadap radiasi.

    (naf/kna)

  • Supermoon 7 Oktober 2025, BMKG Warning Banjir Rob Hantam Jakarta

    Supermoon 7 Oktober 2025, BMKG Warning Banjir Rob Hantam Jakarta

    Jakarta, CNBC Indonesia – Fenomena Bulan berada pada jarak terdekat dengan Bumi atau diistilahkan ‘Fase Perigee’, sekaligus Bulan Purnama alias ‘Supermoon’ akan terkadi pada 7 Oktober 2025 besok.

    Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengatakan fenomena ini berpotensi meningkatkan ketinggian air laut maksimum. Dalam keterangan resmi tertanggal 30 September 2025, BMKG mengatakan banjir pesisir (rob) berpotensi terjadi di beberapa wilayah Indonesia.

    Hal ini berdasarkan pantauan data water level dan prediksi pasang surut. Adapun wilayah-wilayah pesisir yang dimaksud adalah sebagai berikut:

    Pesisir Sumatera Utara
    Pesisir Sumatera Barat
    Pesisir Kep. Bangka Belitung
    Pesisir Banten
    Pesisir DKI Jakarta
    Pesisir Jawa Barat
    Pesisir Jawa Tengah
    Pesisir Jawa Timur
    Pesisir Bali
    Pesisir Nusa Tenggara Barat
    Pesisir Nusa Tenggara Timur
    Pesisir Kalimantan Utara
    Pesisir Kalimantan Timur
    Pesisir Kalimantan Selatan
    Pesisir Kalimantan Tengah
    Pesisir Sulawesi Utara
    Pesisir Maluku

    “Potensi banjir pesisir yang secara umum berdampak pada aktivitas masyarakat di sekitar pelabuhandanpesisir, seperti aktivitas bongkar muat di pelabuhan, aktivitas di pemukiman pesisir, serta aktivitas tambak garam dan perikanan darat,” tulis BMKG dalam keterangan resminya, dikutip Senin (6/10/2025).

    Lebih lanjut, BMKG mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan siaga untuk mengantisipasi dampak dari Pasang Maksimum Air Laut, serta memperhatikan update informasi cuaca maritim dari BMKG.

    Adapun lokasi dan waktu potensi terjadinya banjir pesisir di berbagai wilayah Indonesia berada dalam periode 5-16 Oktober 2025. Lebih spesifik di wilayah pesisir Jakarta, potensi banjir rob diprediksi dalam periode 9-14 Oktober 2025 di wilayah berikut ini:

    Pesisir Kamal Muara
    Pesisir Kapuk Muara
    Pesisir Pluit
    Pesisir Ancol
    Pesisir Kamal
    Pesisir Marunda
    Pesisir Cilincing
    Pesisir Tanjung Priok
    Pesisir Kalibaru
    Pesisir Muara Angke, Penjaringan.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Ketahuan Main Judi Online, 39 Warga Tangerang Dicoret dari Daftar Penerima Bansos – Page 3

    Ketahuan Main Judi Online, 39 Warga Tangerang Dicoret dari Daftar Penerima Bansos – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Sebanyak 39 warga di Kabupaten Tangerang, dicoret namanya dari daftar penerima bantuan sosial (Bansos) Program Keluarga Harapan (PKH), usai terbukti main judi online atau Judol.

    Langkah ini dilakukan oleh Kementerian Sosial (Kemensos), dengan menghentikan penyaluran bantuan sekaligus mencoret nama ke-39 warga tersebut dari daftar penerima.

    “Dari puluhan keluarga penerima manfaat (KPM) ini merupakan hasil eliminasi atas laporan resmi dari Kemensos. Saat ini ke 39 KPM tersebut di non-aktifkan bansosnya,” ujar Kepala Bidang Program Keluarga Harapan (PKH) Dinas Sosial Kabupaten Tangerang, Endang Ramdhani, Senin (6/10/2025).

    Dia juga menjelaskan, upaya pemblokiran ke 39 KPM itu merupakan hasil temuan pengawasan terhadap rekening bank dan transaksi dompet digital oleh Kementerian Sosial (Kemensos) dan Pusat Laporan dan Analisis Transaksi (PPATK).

    Kemudian, dari hasil laporan Kemensos dan PPATK tersebut, Dinas Sosial langsung melakukan verifikasi terhadap 39 KPM yang diblokir dari penerimaan bansos. Pada saat itu, pengawasan bukan hanya kepada rekening penerima, melainkan juga rekening milik anggota keluarga yang tercantum dalam Kartu Keluarga (KK).

     

  • Cerita Korban Terpapar Cesium-137 Hingga Harus Konsumsi Obat Warna Hitam 9 Butir Tiap Hari

    Cerita Korban Terpapar Cesium-137 Hingga Harus Konsumsi Obat Warna Hitam 9 Butir Tiap Hari

    Setelah beberapa hari menjalani pengobatan, Eli diperbolehkan pulang. Eli mengaku tidak lagi merasakan gejala apapun. Warga Kabupaten Serang, Banten itu bersama dua teman lainnya yang ikut memeriksa diri ke laboratorium di Serpong, masih rutin mengkonsumsi obat anti radiasi.

    “Pulang dari Tangerang saya dikasih obat anti radiasi, obatnya itu 63 butir, sehari itu 9 butir, selama 3 kali sehari, sampai abis saja itu 63 butir,” terangnya.

    Saat obat itu sudah habis, tenaga kesehatan dari Puskesmas Cikande mengantarkan kembali obat-obatan yang harus Eli dan dua teman lainnya konsumsi. Mereka tidak tahu sampai kapan harus menenggak obat berwarna hitam itu.

    “Selanjutnya kita pengen sehat lah, intinya mah, ini isu radioaktif kan, itu obat juga untuk penangkal kali kan, saya juga enggak tahu,” jelasnya.

    Kini, dia sudah tidak bekerja, karena pabriknya sudah ditutup akibat paparan radioaktif Cesium 137.