Pemkot Tangsel Tolak Penutupan Jalan Puspitek oleh BRIN
Tim Redaksi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
Pemerintah Kota Tangerang Selatan (Tangsel) menolak rencana penutupan Jalan Puspitek, Muncul, Setu, yang dilakukan oleh Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Wali Kota Tangsel Benyamin Davnie mengatakan, jalan tersebut adalah akses publik yang selama ini telah digunakan warga sejak lama, bahkan memiliki dasar hukum kepemilikan yang tertulis dalam Keputusan Gubernur Banten Nomor 620/Kep.16-HUK/2023 dan Perda Nomor 1 Tahun 2023 tentang RTRW Banten.
“Kami juga menolak penutupan jalan ini. Ini yang akan kita perjuangkan secara distraksi,” ujar Benyamin Davnie dalam keterangannya, Senin (13/10/2025).
Benyamin mengaku telah bersurat ke BRIN dan melaporkan masalah rencana penutupan akses jalan Tangsel-Bogor ke Gubernur Banten, Andra Soni.
“Saya sudah berkirim surat ke BRIN dan sudah lapor ke Gubernur Banten, dan gubernur tidak menolak, tidak menghendaki penutupan jalan ini,” kata dia.
Lebih lanjut, Benyamin menjelaskan bahwa berdasarkan dokumen resmi, lahan di sisi Tangsel merupakan aset Pemerintah Provinsi Banten, sementara sisi seberangnya milik Pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Karena itu, ia menilai BRIN tidak memiliki dasar hukum untuk menutup akses jalan tersebut.
“Jelas secara hukum, sertifikat hak pakai milik Provinsi Banten, yang kesananya milik Provinsi Jawa Barat. Sehingga dengan demikian jalan ini milik masyarakat,” jelas dia.
Adapun dalam pernyataannya itu, Benyamin diminta warga untuk menandatangani sebuah surat pernyataan sebagai komitmen dan bentuk dukungan Pemkot Tangsel terhadap aspirasi warga.
“Masyarakat minta komitmen kami, itu jelas saya tandatangani karena kami berkomitmen,” imbuh dia.
Benyamin menegaskan, persoalan akan diselesaikan melalui jalur hukum apabila BRIN tetap mengklaim memiliki aset di kawasan tersebut.
“Kalau pihak BRIN merasa punya atau memiliki aset ini, kemudian provinsi Banten juga berdasarkan sertifikat punya alas hukumnya bertarung saja dipengadilan,” ucap dia.
Sebelumnya, sejumlah spanduk berisi penolakan warga terkait penutupan Jalan Puspitek, Muncul, Setu, Tangerang Selatan (Tangsel) oleh Badan Riset Inovasi Nasional (BRIN) terpampang di sepanjang jalan tersebut.
Berdasarkan pantauan
Kompas.com
di lokasi, spanduk penolakan sudah terpasang dekat gerbang masuk BRIN Tangsel.
Dalam spanduk itu, warga menyampaikan keberatan atas rencana penutupan akses jalan yang selama ini menjadi jalur penghubung utama antara wilayah Tangsel dan Bogor.
Beberapa spanduk bertuliskan nada protes berupa “Tolak dan Lawan Penutupan Jalan Provinsi Banten-Jawa Barat Oleh BRIN” dan “Ayo Kita Lawan Kesombongan dan Kesewenang-wenangan BRIN, Tolak Penutupan Jalan Serpong-Muncul-Parung oleh BRIN”, dipasang oleh warga.
Selain menolak penutupan jalan, warga juga memasang spanduk yang meminta Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) untuk mengusut dugaan adanya unsur korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN).
“KKN Tolong Usut!! Apakah penutupan jalan oleh BRIN sepihak ada unsur KKN?” tulis dalam salah satu spanduk.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
provinsi: BANTEN
-
/data/photo/2025/10/13/68ecf1ef065df.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Warga Sebut BRIN Pernah Berjanji Tak Tutup Jalan Puspitek Megapolitan 13 Oktober 2025
Warga Sebut BRIN Pernah Berjanji Tak Tutup Jalan Puspitek
Tim Redaksi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com –
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) disebut pernah berjanji tidak akan menutup Jalan Puspitek, Muncul, Setu, Tangerang Selatan (Tangsel), saat warga melakukan aksi protes pada tahun lalu.
Warga Muncul, Herman (54), mengatakan, isu penutupan Jalan Puspitek oleh BRIN sempat beredar pada 2024, tetapi tidak terjadi lantaran ditentang oleh warga.
“Dulu sudah pernah ada rencana penutupan sekitar satu tahun lalu. Waktu itu kami demo beberapa kali dan mereka (BRIN) bilang tidak ada penutupan,” ujar Herman saat ditemui
Kompas.com
di Jalan Puspitek, Kelurahan Muncul, Kecamatan Setu, Tangsel, Senin (13/10/2025).
Namun, kata Herman, sekitar tiga minggu lalu warga kembali menerima informasi bahwa BRIN berencana menutup sebagian jalan tersebut, mulai pagi hingga sore hari.
Saat itu pihak BRIN sempat mengundang warga untuk menghadiri sosialisasi terkait rencana penutupan jalan itu.
Akan tetapi, pertemuan tersebut dinilai tidak transparan dan tidak melibatkan masyarakat secara luas.
“Mereka memanggil kami di hari Jumat, mulai jam 10.00 WIB. Karena waktunya berdekatan dengan Salat Jumat, pertemuan bubar dan tidak ada hasil. Jadi warga merasa tidak dihargai,” jelas dia.
Tidak terima dengan tindakan BRIN, warga kemudian melaporkan persoalan ini kepada Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) dan Wali Kota Tangsel.
“Dari situ warga bereaksi, tapi kami tetap menempuh jalur damai. Kami minta pemerintah daerah dan DPRD untuk turun tangan,” kata Herman.
Setelah laporan itu, warga dipanggil untuk audiensi bersama pemerintah daerah. Dalam pertemuan tersebut, mereka meminta agar rencana penutupan jalan dibatalkan.
“Alhamdulillah Wali Kota dan DPRD mendukung penuh warga. Mereka menyatakan jalan ini aset provinsi, bukan milik BRIN. Jadi tidak bisa ditutup sepihak,” kata Herman.
Menurut Herman, pemerintah daerah juga telah meminta agar pihak BRIN mencabut tanda-tanda penutupan jalan yang sudah terpasang di lokasi.
Kini, warga berjaga dengan membangun posko berupa tenda untuk mengawal janji pemerintah daerah agar Jalan Puspitek yang menjadi akses jalan Tangsel–Bogor tetap terbuka untuk masyarakat.
“Kita akan tetap kawal, kalau sampai ada tindakan sepihak lagi dari BRIN, kami pasti bereaksi,” ucap Herman.
Sementara itu, Kuasa hukum warga sekaligus Ketua LBH Ansor Tangsel, Suhendar, menilai alasan BRIN menutup jalan karena kawasan tersebut disebut sebagai “objek vital nasional” tidak masuk akal.
“Katanya objek vital, tapi di dalam (BRIN) banyak tempat disewakan, ada lapangan sepak bola, gedung serbaguna, sampai
guest house
yang dikomersialkan. Jadi alasan itu kontradiktif,” kata Suhendar.
Selain itu, menurut dia, rencana penutupan jalan bertentangan dengan sejumlah aturan yang menegaskan status jalan Serpong–Muncul–Parung sebagai milik Pemerintah Provinsi Banten.
Berdasarkan Keputusan Gubernur Banten Nomor 620/Kep.16-Huk/2023 dan Perda Nomor 1 Tahun 2023 tentang RTRW Banten disebutkan nahwa ruas Serpong–Muncul–Parung adalah jalan provinsi.
Hal ini membuat BRIN tidak memiliki hak resmi untuk menutup akses publik itu.
Selain itu, kata Suhendar, hal serupa juga tertuang dalam Perda Kota Tangerang Selatan Nomor 9 Tahun 2019 tentang RTRW Kota Tangsel 2011–2031.
“Kalau dasar hukumnya masih hidup, artinya itu aset daerah. Tapi BRIN menutup jalan tanpa mekanisme hukum yang berlaku,” kata Suhendar.
Namun, rencana penutupan jalan masih terus dijalankan sehingga warga menilai langkah BRIN yang hanya melakukan koordinasi dengan polisi tanpa melibatkan DPRD atau Pemprov Banten sebagai bentuk arogansi kelembagaan.
“Ini bentuk arogansi. Mereka mengabaikan proses hukum dan politik daerah. Kalau memang mau ubah status jalan, harus dibahas dengan DPRD,” jelas dia.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
/data/photo/2025/10/13/68ecd2d601f6c.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Spanduk, Posko, dan Perlawanan Warga soal Penutupan Jalan Puspitek Megapolitan 13 Oktober 2025
Spanduk, Posko, dan Perlawanan Warga soal Penutupan Jalan Puspitek
Editor
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com
– Suasana di Jalan Puspitek, Muncul, Setu, Tangerang Selatan (Tangsel), tak seperti biasanya pada Senin (13/10/2025) pagi.
Sejumlah spanduk yang dipasang oleh warga bernada protes itu terbentang di sepanjang jalan.
Warga menolak rencana Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) yang disebut akan menutup akses utama penghubung Tangsel–Bogor itu.
Kalimat pada tulisan-tulisan itu beragam yakni “Tolak dan Lawan Penutupan Jalan Provinsi Banten–Jawa Barat oleh BRIN” dan “Ayo Kita Lawan Kesombongan dan Kesewenang-wenangan BRIN.”.
Ada juga seruan yang lebih keras, “KKN Tolong Usut!! Apakah penutupan jalan oleh BRIN sepihak ada unsur KKN?”.
Menurut warga, jalan itu bukan sekadar aspal yang menghubungkan dua wilayah, tapi urat nadi ekonomi mereka.
Herman (54), warga setempat, mengatakan, penutupan itu akan mematikan aktivitas masyarakat.
“Jalan ini sudah digunakan masyarakat sejak lama dan sangat vital secara ekonomi maupun sosial. Kalau ditutup, dampaknya luar biasa,” kata Herman kepada
Kompas.com
.
Ia menambahkan, rencana itu dilakukan sepihak tanpa koordinasi dengan pemerintah daerah maupun warga sekitar.
“Jadi itu sepihak saja dari mereka, pihak Provinsi Banten juga tidak tahu dengan rencana itu,” ujarnya.
Warga kini mendirikan posko di sekitar lokasi sebagai bentuk pengawasan. Mereka bertekad tak akan diam jika BRIN tetap menutup jalan tersebut.
“Kita akan tetap kawal, kalau sampai ada tindakan sepihak lagi dari BRIN, kami pasti bereaksi,” ucap Herman.
Bagi warga Muncul dan sekitarnya, penolakan ini bukan sekadar aksi spontan, tapi perlawanan terhadap keputusan yang dianggap menyingkirkan kepentingan rakyat kecil.
Jalan yang selama ini menjadi nadi pergerakan ekonomi, kini berubah menjadi medan protes terbuka.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/895755/original/081905300_1433755083-Ilustrasi-Gelombang-Panas-2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
BMKG Ungkap Penyebab Cuaca Terasa Sangat Panas Beberapa Hari Terakhir
Liputan6.com, Jakarta – Belakangan ini temperatur di sejumlah daerah di Indonesia terasa begitu panas. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) mengungkap, temperatur terasa sangat panas karena posisi matahari sekarang sudah bergeser di selatan wilayah Indonesia.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto, Senin 913/10/2025), menjelaskan temperatur ideal untuk wilayah perkotaan rata-rata maksimum adalah 31-34 derajat Celcius.
“Saat ini kenapa terlihat panas? Karena di sisi selatan matahari sekarang itu udah bergeser di selatan wilayah Indonesia,” jelasnya.
“Ini juga menyebabkan pertumbuhan awan hujan itu juga sudah jarang di wilayah selatan,” tambahnya.
Minimnya pertumbuhan awan menyebabkan tidak ada awan yang menutup sinar matahari sehingga terasa secara langsung. Hal itu menyebabkan cuaca panas di sejumlah wilayah Indonesia terasa lebih panas dari biasanya.
Terkait potensi hujan, Guswanto menjelaskan, Indonesia sudah memasuki musim hujan sejak Agustus. Namun, karena wilayah yang luas maka periode musim hujan tidak dialami serentak di seluruh daerahnya.
Menurut prakiraan BMKG, sekitar bulan November hampir semua daerah di Indonesia sudah mengalami musim hujan. BMKG juga memprakirakan potensi cuaca ekstrem di sejumlah wilayah dalam sepekan ke depan, termasuk di wilayah Sumatera Utara serta di wilayah Jawa bagian tengah.
“Nanti di Desember, Januari, Februari itu sudah serentak,” jelasnya.
Sebelumnya, prakiraan BMKG memperlihatkan temperatur tinggi di sejumlah kota pada Senin (13/10/2025), yang berkisar antara 27 sampai 35 derajat Celcius. Termasuk wilayah Serang, Semarang, Yogyakarta, dan Surabaya yang memiliki temperatur 32 sampai 35 derajat Celcius.
-
/data/photo/2025/09/13/68c52bff2ace3.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Proyek Pedestrian Ciater Raya Capai 45 Persen, Ditargetkan Rampung Akhir Tahun Ini Nasional 13 Oktober 2025
Proyek Pedestrian Ciater Raya Capai 45 Persen, Ditargetkan Rampung Akhir Tahun Ini
Tim Redaksi
TANGERANG SELATAN, KOMPAS.com —
Pembangunan jalur pedestrian di Jalan Ciater Raya, Kota Tangerang Selatan, kini memasuki tahap puncak pengerjaan.
Pemerintah Kota (Pemkot) Tangerang Selatan menargetkan proyek sepanjang 2,1 kilometer ini rampung pada Desember 2025.
Kepala Dinas Sumber Daya Air, Bina Marga, dan Bina Konstruksi (DSDABMBK) Tangsel, Robby Cahyadi, mengatakan progres proyek telah mencapai sekitar 45 persen pada Oktober ini.
“Hampir setengah. Emang sekarang ini sedang puncak-puncaknya pengerjaan supaya selesai di awal Desember 2025,” ujar Robby dalam keterangannya yang dikutip
Kompas.com,
Senin (13/10/2025).
Robby menjelaskan, proyek pedestrian Ciater Raya memiliki masa kontrak 135 hari kalender, terhitung sejak awal Agustus hingga Desember 2025.
Saat ini, aktivitas konstruksi tengah digencarkan dengan melibatkan alat berat dan penumpukan material di beberapa titik sepanjang jalan.
“Jadi mohon maaf kepada para pejalan kaki terganggu memang karena ada tumpukan material,” kata Robby.
Proyek dengan anggaran sekitar Rp 7,1 miliar ini bertujuan memperbaiki kondisi trotoar yang sebelumnya rusak dan membahayakan keselamatan pejalan kaki.
Robby menambahkan, trotoar baru nantinya akan dilengkapi dengan lampu tenaga surya (
solar cell
),
guiding block
untuk disabilitas, serta rak sepeda di sejumlah titik.
Selain di Ciater Raya, pembangunan pedestrian juga dilakukan di enam ruas jalan lain yang tergolong jalur arteri dan kolektor sekunder.
“Jadi Ciater ini kan memang salah satu ruas yang cukup sibuk dan ruang dalam, jadi dia masuk ke dalam fungsinya arteri sekunder sehingga memang secara keselamatan juga ke jalan kaki harus disediakan ruang khusus,” jelas Robby.
Robby berharap kehadiran trotoar yang lebih tertata dapat mendorong masyarakat untuk lebih sering berjalan kaki sekaligus menjaga fasilitas publik yang telah dibangun pemerintah.
“Ini pedestrian disediakan untuk para pejalan kaki agar nyaman dan juga aman,” ucapnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
/data/photo/2025/10/13/68ed016d3e753.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/5366601/original/054107200_1759246878-Untitled.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)



:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/1339886/original/004463900_1473248172-20160907-Curah-Hujan-Jakarta-JT2.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)