Foto News
Rengga Sancaya – detikHealth
Selasa, 09 Des 2025 15:00 WIB
Aceh – Upaya memperkuat layanan kesehatan bagi warga terdampak bencana di Aceh Utara terus dilakukan di tengah tantangan medan yang sulit.

Foto News
Rengga Sancaya – detikHealth
Selasa, 09 Des 2025 15:00 WIB
Aceh – Upaya memperkuat layanan kesehatan bagi warga terdampak bencana di Aceh Utara terus dilakukan di tengah tantangan medan yang sulit.

Banda Aceh, Beritasatu.com – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Aceh Tamiang kembali beroperasi normal setelah sempat lumpuh total akibat banjir bandang akhir November 2025. Layanan medis dan konektivitas di RSUD kini sudah berjalan seperti sedia kala, siap melayani masyarakat terdampak.
Bupati Aceh Tamiang Armia Fahmi mengatakan operasional RSUD sudah pulih dan dapat digunakan sepenuhnya untuk melayani masyarakat. Pemulihan ini sejalan dengan perintah dari menteri kesehatan yang menekankan agar pelayanan kesehatan harus diprioritaskan di RSUD Aceh Tamiang.
“Salah satu kebutuhan krusial, yaitu air bersih untuk layanan medis, kini sudah tersedia. Ketersediaan ini berkat bantuan cepat dari PDAM, Bapaldam Iskandar Muda dan Polda Aceh. Begitu halnya dukungan tenaga medis juga mengalir. Sejumlah relawan tenaga medis dari Sumatera Utara telah turun membantu. Mereka umumnya adalah para relawan yang menawarkan diri secara sukarela,” kata Armia dalam keterangannya, Selasa (9/12/2025).
Armia menjelaskan tim medis juga ikut turun ke posko-posko darurat untuk memberikan pelayanan. Di antaranya fokus menangani ibu hamil dan balita, sebagai kelompok yang paling rentan terdampak pascabencana. Selain layanan medis, Bank Aceh turut berpartisipasi aktif dengan membantu menyuplai kebutuhan obat-obatan bagi masyarakat.
“Masyarakat yang berobat pascabanjir umumnya mengalami keluhan seperti batuk, gatal-gatal, dan penyakit kulit lainnya yang sering muncul akibat sanitasi yang kurang baik setelah air surut,” tambahnya.
Untuk memperluas jangkauan pelayanan kesehatan ke wilayah terdampak, Pemerintah Kabupaten Aceh Tamiang juga telah mendirikan 10 unit puskesmas darurat di sejumlah lokasi strategis.
Kehadiran puskesmas darurat ini diharapkan dapat mempermudah akses kesehatan bagi warga yang tinggal jauh dari RSUD utama.
Armia mengimbau masyarakat untuk segera memanfaatkan layanan kesehatan yang telah diaktifkan kembali dan posko darurat apabila merasakan gangguan kesehatan pascabanjir bandang di Aceh Tamiang.

Banda Aceh, Beritasatu.com – Gempa bumi dengan kekuatan magnitudo (M) 5,4 mengguncang wilayah Sinabang, Aceh, pada Selasa (9/12/2025) siang pukul 14.02 WIB. Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memastikan gempa ini tidak berpotensi menimbulkan tsunami.
Episentrum gempa tersebut berada di 54 km Barat Laut Sinabang, Aceh. Gempa berkedalaman 10 km. BMKG memastikan tidak berpotensi tsunami.
Meskipun gempa ini tidak berpotensi tsunami, masyarakat diimbau untuk tetap waspada dan berhati-hati terhadap kemungkinan terjadinya gempa bumi susulan.
Warga diminta untuk tidak mudah termakan isu yang tidak jelas sumbernya dan hanya merujuk informasi resmi dari BMKG serta otoritas kebencanaan setempat terkait perkembangan situasi gempa susulan.

Aceh Tamiang, Beritasatu.com – Pemulihan pascabanjir bandang di Kuala Simpang, Aceh Tamiang, terus berlangsung hingga Selasa (9/12/2025). Sejumlah pelaku usaha kecil mulai membersihkan tempat usaha mereka yang sebelumnya terendam lumpur dan dipenuhi sampah kiriman banjir.
Salah satu pemilik kedai kopi, Perry, menuturkan pembersihan berjalan sangat sulit. Lumpur tebal memenuhi hampir seluruh lantai kedai, sedangkan tumpukan sampah membuat area usaha semakin sulit dibersihkan. Banyak peralatan kedai yang juga rusak akibat terendam banjir.
“Kesulitannya banyak. Kita enggak tahu mau buang sampah ini ke mana. Lumpurnya tinggi, ada yang selutut, ada sepaha. Alat-alat juga seadanya, cuma bisa kuras pelan-pelan,” ujarnya saat ditemui di kedainya.
Perry mengaku tidak sempat menyelamatkan barang ketika banjir datang. Air naik dalam waktu singkat, membuat ia dan rekan kerjanya hanya fokus menyelamatkan diri.
“Waktu kejadian, bisa selamat saja sudah syukur. Yang lain enggak kepikir lagi. Yang penting selamat, keluarga selamat karena air tiba-tiba naik,” tuturnya.
Meski dalam kondisi sulit, Perry tetap berupaya membersihkan kedainya secara mandiri sembari menunggu bantuan tambahan dari pemerintah. Sejumlah alat berat sudah mulai bekerja di sekitar lokasi, tetapi pembersihan masih lambat karena tebalnya endapan lumpur.
“Alat berat sudah mulai jalan pelan-pelan. Yang lain ya semprot pakai air bersih. Harapannya pemerintah bisa lebih cepat menanggulangi kondisi ini,” katanya.
Di kawasan Kuala Simpang, puluhan rumah dan tempat usaha terdampak banjir bandang. Selain merusak bangunan, banjir meninggalkan tumpukan sampah dan endapan lumpur tebal yang menghambat pemulihan warga.

Nagan Raya, Beritasatu.com – Kementerian Pekerjaan Umum (PU) melalui Balai Pelaksanaan Jalan Nasional (BPJN) bergerak cepat membangun jembatan darurat di Beutong Ateuh Banggalang pada Selasa (9/12/2025). Langkah ini diambil untuk membuka kembali akses utama yang terputus akibat banjir beberapa hari sebelumnya.
Jembatan tersebut menjadi satu-satunya jalur penghubung bagi warga yang terdampak banjir. Keberadaannya sangat penting untuk memastikan proses evakuasi dan distribusi bantuan berjalan tanpa hambatan.
Pembangunan jembatan darurat memanfaatkan susunan batang kayu yang disusun berlapis sehingga mampu menopang kendaraan ringan serta pejalan kaki selama masa tanggap darurat.
Sekretaris Daerah (Sekda) Kabupaten Nagan Raya, Zulkifli, mengatakan jembatan darurat ini merupakan solusi jangka pendek agar masyarakat tidak terisolasi. Pemerintah daerah juga memastikan jalur evakuasi aman dan segera dapat digunakan.
“Tujuan pembangunan jembatan ini memang untuk mempermudah proses evakuasi dan pengiriman logistik kepada korban banjir yang masih mengungsi,” ujarnya kepada Beritasatu.com.
Zulkifli menambahkan jembatan tersebut memungkinkan kendaraan ringan, termasuk sepeda motor, melintas sehingga distribusi logistik bisa berlangsung lebih lancar. “Alas jembatan masih dalam pemasangan. Ini saya bersama bupati mau langsung ke lokasi, nanti hasilnya kami kabarkan lagi,” tutupnya.
Pembangunan jembatan darurat ini diharapkan dapat memulihkan konektivitas wilayah dan mempercepat penanganan bagi warga terdampak bencana di Beutong Ateuh.

Bisnis.com, JAKARTA — Upaya pemulihan infrastruktur telekomunikasi pasca bencana di Aceh terkendala pasokan listrik. Akibatnya, sebanyak 60,7% Base Transceiver Station (BTS) di wilayah tersebut masih belum berfungsi meski perangkat dalam kondisi baik.
Adapun banjir besar menerpa wilayah Aceh pada 28 November 2025 tengah malam. Dampaknya, sejumlah korban jiwa berjatuhan dan infrastruktur alami kerusakan.
Menteri Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) Meutya Hafid melaporkan pemulihan jaringan di Sumatra Utara dan Sumatra Barat sudah mencapai 95% dan 97-98%. Namun, Aceh masih menjadi pekerjaan rumah terbesar.
Meutya menegaskan hambatan utama pemulihan BTS di Aceh adalah ketiadaan pasokan daya listrik.
“Kita masih punya PR di Aceh, yaitu 60,7% masih terdampak, ini dikarenakan power,” ujar Menteri Komdigi, dikutip di ruang Komisi 1 DPR RI Senin (9/12/2025).
Menteri memproyeksikan pemulihan BTS dapat langsung melonjak hingga 75% jika pasokan listrik pulih. Kondisi ini juga menunjukkan ketergantungan mutlak infrastruktur telekomunikasi terhadap ketersediaan energi listrik.
Komdigi mengakui percepatan pemulihan konektivitas di Aceh sangat bergantung pada kinerja Perusahaan Listrik Negara (PLN). Koordinasi lintas sektor ini menjadi titik kritis dalam penanganan pascabencana.
“Kami akui untuk di Aceh kami masih perlu bekerja lebih giat lagi terkhusus bekerja sama dengan PLN, karena saat ini memang listriknya belum pulih sehingga BTS-BTS belum dapat berjalan dengan baik,” kata Menteri Komdigi.
Untuk menjamin koordinasi tim Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan pemerintah daerah, Komdigi mengerahkan solusi berbasis satelit. Sebanyak 17 titik dilayani Satelit Republik Indonesia (SATRIA-1) dan 91 titik menggunakan Starlink, berdasarkan usulan masyarakat dan anggota Komisi I DPR.
Penggunaan teknologi satelit ini ternyata memiliki keterbatasan teknis. Dalam rapat dengan Komisi I, terungkap Starlink tidak stabil saat digunakan secara bergerak di medan bencana.
Anggota Komisi I DPR RI, Rachel Maryam menyampaikan laporan relawan lapangan soal kendala operasional Starlink.
“Starlink itu kalau dia dalam keadaan diam dia bisa beroperasi, tapi kalau dia bergerak katanya dia hilang jaringannya,” ujar Maryam dalam rapat yang sama. Keterbatasan ini menambah kerumitan operasi penyelamatan yang menuntut mobilitas tinggi dari tim di lapangan. (Muhammad Diva Farel Ramadhan)