provinsi: Aceh

  • Wapres Gibran Janji Pasang Starlink untuk Pengungsi di Gayo Lues Aceh

    Wapres Gibran Janji Pasang Starlink untuk Pengungsi di Gayo Lues Aceh

    Bisnis.com, JAKARTA — Wakil Presiden (Wapres) Gibran Rakabuming Raka berjanji bakal memasang perangkat Starlink ini untuk pengungsi Gayo Lues, Aceh.

    Gibran memastikan pemerintah akan segera merespons keluhan masyarakat dengan menyiapkan Starlink agar komunikasi warga tetap terjaga.

    “Nanti kita pasangkan Starlink supaya internet bisa segera digunakan. Listrik, BBM, dan jaringan komunikasi kita percepat semuanya,” ujar Gibran dalam keterangan tertulis, Kamis (18/12/2025).

    Selain fasilitas komunikasi, Gibran juga menegaskan komitmen pemerintah pusat untuk merenovasi rumah rusak untuk percepatan pemulihan bencana di Sumatra.

    Mantan Wali Kota Solo itu memastikan pembangunan rumah warga terdampak bakal dilakukan di lokasi yang lebih aman. Oleh sebab itu, lokasi pembangunan bakal ditentukan pemerintah.

    “Pak Presiden sudah beberapa kali turun langsung ke lokasi bencana dan berkomitmen membangun kembali rumah-rumah warga. Lokasinya nanti ditentukan bersama pemerintah daerah, yang penting aman bagi masyarakat,” pungkasnya.

    Sekadar informasi, peninjauan Gibran ke sejumlah titik di Aceh dilakukan untuk memastikan kondisi masyarakat terdampak serta penanganan infrastruktur vital pascabencana tertangani secara cepat dan tepat.

    Adapun, turut mendampingi Wapres dalam kunjungan kerja ini di antaranya Wakil Menteri Pekerjaan Umum Diana Kusumastuti, Wakil Kepala Badan Pengatur BUMN Aminuddin Ma’aruf, hingga Plt. Sekretaris Wakil Presiden Al Muktabar.

    Dalam pemberitaan sebelumnya, Gibran Rakabuming juga menerima laporan soal 95 jembatan terputus saat melakukan kunjungan di Aceh.

    Gibran mengatakan bahwa perbaikan puluhan jembatan ini merupakan tugas dari pemerintah pusat agar pemberian bantuan bisa lebih lancar.

    “Tadi dilaporkan ke saya, ada 95 jembatan yang terputus. Jadi, ini PR untuk kami dari [pemerintah] pusat agar segera memperbaiki jembatannya, supaya arus logistik, sembako, dan BBM bisa kembali lancar,” ujar Gibran dalam keterangan tertulis, Rabu (17/12/2025).

    Dia menambahkan kunjungan ini merupakan upaya mengawal arahan Presiden Prabowo Subianto agar penanganan pascabencana tidak hanya berfokus pada bantuan darurat, tetapi juga pada pemulihan infrastruktur yang terdampak.

    Kemudian, mantan Wali Kota Solo ini juga mengimbau kepada seluruh pihak seperti pemerintah pusat, pemerintah daerah, TNI-Polri, BUMN, dan berbagai pihak terkait lainnya.

    “Nanti kita gotong royong semua ya dengan pemerintah daerah, dengan TNI Polri juga, jadi saya mohon warga di sini benar-benar diprioritaskan,” imbuhnya.

  • Bencana Alam, Ekstraktivisme dan Degrowth

    Bencana Alam, Ekstraktivisme dan Degrowth

    Bisnis.com, JAKARTA – Merebaknya bencana banjir yang melanda Sumatra dewasa ini tidak bisa hanya dipandang sebagai bencana alamiah semata, melainkan tergolong krisis ekologi ekstrem menuju runtuhnya ekologi (ecological collapse).

    Banjir bandang yang menerjang Sumatra Barat, Sumatra Utara dan Aceh telah menimbulkan korban jiwa hingga perkiraan kerugian ekonomi Rp68,67 triliun. Pemicunya adalah alih fungsi lahan akibat deforestasi sawit dan pertambangan mineral (Celios, 2025). Padahal pemerintah Indonesia beberapa pekan sebelumnya telah mengikuti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Perubahan Iklim (COP30) di Belem, Brasil.

    Indonesia mengusung bisnis perdagangan karbon yang bersumber dari hutan dan lautan. Menjadi paradoksnya karena fakta empirisnya deforestasi kian merajalela buat perkebunan sawit dan pertambangan mineral kritis (emas, bauksit, nikel dan tembaga) legal maupun ilegal tak terkendali. Riset Cheong (2025) menegaskan bahwa pasar karbon malah menciptakan “paradoks kredit karbon global”.

    Pasalnya, mekanisme pasar karbon justru (i) gagal mengurangi emisi gas rumah kaca (EGRK) dan diversifikasinya; (ii) memperburuk ketidakadilan global dan melemahkan keadilan iklim; (iii) mendistorsi kebijakan iklim yang menekankan efektivitas biaya karena melampaui kebutuhan ekologis; dan (iv) menunda perubahan ekonomi secara struktural untuk mencapai dekarbonisasi. Merebaknya bencana banjir yang melanda Sumatra dewasa ini tidak bisa hanya dipandang sebagai bencana alamiah semata.

    Melainkan tergolong krisis ekologi ekstrem menuju runtuhnya ekologi. Pemicunya adalah tindakan ekstraktivisme yang dilakukan manusia secara masif dan terus-menerus tanpa kendali demi mengakumulasi kapital dan mengejar pertumbuhan tinggi alias PDB oriented. Cara pandang ini dibangun atas logika kapitalisme/neoliberal dengan tiga karakteristiknya yang merusak lingkungan dan degradasi ekologi: pertama, logika akumulasi kapital tanpa henti.

    Aktivitas eksploitasi dan ekstraktivisme terhadap sumber daya alam (hutan dan mineral kritis) berlangsung tanpa batas demi akumulasi kapital tanpa batas. Prosesnya terus berputar dengan dalih menghasilkan nilai tambah. Akibat ekstraksi sumber daya alam dan produksinya (termasuk hilirisasi) yang masif menyebabkan transformasi energi dan material menjadi emisi dan limbah.

    Kedua, dinamika ekspansi ke segala ruang yang ditandai perluasan kebun sawit dan pertambangan mineral kritis menyebabkan tinggi deforetasi dan alih fungsi lahan. Semua tindakan ini bertujuan mempertahankan akumulasi modal. Soalnya, sistem kapitalisme neoliberal terus berekspansi agar menemukan pasar, sumber daya hingga menciptakan kebutuhan baru. Tindakan ekspansionis tersebut meningkatkan tekanan terhadap ekosistem tanpa batas. Imbasnya seluruh planet bumi bertranformsi menjadi arena akumulasi modal.

    Ketiga, cara pandang kapitalisme/neoliberal memandang eksternalisasi bukan sebagai beban produksi. Pasalnya, asumsi yang dibangun adalah alam akan memulihkan dirinya sendiri. Makanya, dalam mengejar efisiensi dan profit mengabaikan biaya kerusakan lingkungan yakni polusi air, udara, dan tanah. Ironisnya lagi biaya semacam ini dibebankan pada masyarakat dan ekosistem.

    Sementara, keuntungan dari eksploitasi dan ekstraksi sumber daya alam dinikmati korporasi/privat (Magnette, 2025). Inilah yang memicu “krisis sosial-ekologis” yang tak bisa dianggap sebagai dampak sampingan. Melainkan, prasyarat yang melekat dalam kapitalisme itu sendiri. Makanya sistem ini mengharuskan pertumbuhan produksi dan konsumsi tanpa batas yang kelak berbenturan dengan keterbatasn biofisik dan daya dukung planet bumi.

    Karakteristik inilah yang menjustifikasi pemilik modal, elite penguasa pemburu rente, kaum komprador hingga oligarki menguras sumber daya alam di pulau Sumatra. Imbasnya, banjir bandang yang kini kita saksikan jadi konsekuensinya. Makanya, diperlukan kebijakan radikal secara ekonomi politik karena kondisinya “darurat” sehingga negara berperan sebagai “vektor penentu arah” untuk mencegah “krisis sosial-ekologis yang lebih parah.

    SOLUSI RADIKAL

    Menyaksikan dampak yang ditimbulkan banjir bandang di Sumatra, seyogianya negara mesti menerapkan solusi radikal agar bencana ini tak berulang di wilayah lain Indonesia. Tawaran solusi radikalnya ialah menerapkan paradigma degrowth berkelanjutan terhadap ekspansi perkebuhan sawit dan ekstraksi tambang mineral kritis di Indonesia.

    Degrowth berkelanjutan adalah penurunan skala produksi dan konsumsi secara adil sehingga meningkatkan kesejahteraan manusia serta memperbaiki kondisi ekologis di tingkat lokal maupun global, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang” (Schneider et al., 2010).

    Penerapan paradigma degrow-th berkelanjutan di Indonesia sangat tepat buat menghentikan aktivitas ekspansi sawit dan pertambangan mineral di Indonesia. Termasuk di pesisir dan pulau kecil seperti nikel, emas serta mangan (Karim dkk 2025). Pasalnya, keterbatasan daya dukung ekosistem dan ketersediaan sumber daya alam, mau tidak mau pendekatan degrowth jadi keniscayaan supaya bencana ekologis tak berulang yang memakan korban manusia, dan kerugian ekonomi besar.

  • Permukiman di Aceh Tamiang Hilang Tertimbun Kayu Gelondongan

    Permukiman di Aceh Tamiang Hilang Tertimbun Kayu Gelondongan

    GELORA.CO -Permukiman dan kebun warga di Dusun Sukamaju, Kampung Pengidam, Kecamatan Bandar Pusaka, Aceh Tamiang, hilang akibat tertimbun tumpukan kayu gelondongan yang terbawa banjir bandang pada 26-29 November 2025. 

    Bencana tersebut mengakibatkan puluhan rumah warga serta fasilitas ibadah rusak dan lenyap dari permukaan.

    “Selain hancur diterjang banjir banyak rumah warga tertimbun kayu gelondongan,” kata Sofyan Pranata, salah seorang warga Kampung Pengidam, Aceh Tamiang, Rabu 17 Desember 2025.

    Sofyan menjelaskan, material kayu gelondongan yang terbawa arus banjir tidak hanya menimbun permukiman warga, tetapi juga menutup areal kebun milik masyarakat setempat yang selama ini menjadi sumber penghidupan.

    “Luas areal yang ditutupi kayu gelondongan tersebut hampir empat ektare,” kata Sofyan dikutip dari RMOLAceh.

    Diketahui, Kecamatan Bandar Pusaka menjadi salah satu wilayah paling parah terdampak banjir di Kabupaten Aceh Tamiang

  • Pengusaha Minta Pajak Internet Dikurangi Agar 5G Ngebut

    Pengusaha Minta Pajak Internet Dikurangi Agar 5G Ngebut

    Bisnis.com, JAKARTA—Asosiasi Penyelenggara Telekomunikasi Seluruh Indonesia (ATSI) meminta pemerintah meninjau ulang kebijakan pungutan dan pajak di sektor telekomunikasi agar pengembangan jaringan generasi kelima (5G) di Indonesia dapat melaju lebih cepat.

    Direktur Eksekutif ATSI Marwan O Baasir menegaskan 5G bukan sekadar teknologi baru, melainkan bagian dari peta jalan (roadmap) pengembangan jaringan yang tidak bisa dihentikan oleh operator. Menurutnya, keberlanjutan pembangunan jaringan menjadi keniscayaan seiring meningkatnya peran internet dalam kehidupan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi digital.

    “Continuity-nya harus terjadi. Operator harus jalan di 5G,” kata Marwan ditemui usai talkshow bertajuk ‘Ancaman Kejahatan Digital serta Urgensi Registrasi Pelanggan Seluler Berbasis Biometrik Face Recognition’ yang digelar Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) bersama ATSI di Jakarta, Rabu (17/12/2025).

    Namun, Marwan menilai terdapat dua tantangan utama yang dihadapi operator dalam mengakselerasi 5G, yakni model bisnis dan struktur biaya, khususnya terkait harga spektrum serta beban pajak dan pungutan.

    Dia mempertanyakan konsistensi kebijakan pemerintah yang di satu sisi menekankan pentingnya internet bagi masyarakat, tetapi di sisi lain masih membebani layanan tersebut dengan pajak yang tinggi.

    Menurut Marwan, internet kini telah menjadi kebutuhan fundamental masyarakat sekaligus tulang punggung ekonomi digital nasional. Oleh karena itu, kebijakan fiskal seharusnya lebih berpihak pada perluasan akses dan peningkatan keterjangkauan layanan.

    “Internet itu penting banget. Udah nomor tiga. Masa masih pajak terus sih? Pajak masih tinggi, gitu. Cukup lah ambil kemewahan pajak dari kuota-kuota internet ini,” ujarnya.

    Dia menambahkan, pembebanan pajak yang berlebihan justru berpotensi menghambat adopsi layanan digital di masyarakat. ATSI pun mendorong agar kontribusi penerimaan negara bukan pajak (PNBP) dari sektor telekomunikasi diturunkan ke level yang lebih rasional.

    Dia mengungkapkan, ATSI bersama sejumlah asosiasi lain telah mengusulkan penurunan PNBP dari kisaran 12,4% menjadi lebih rendah agar ruang investasi operator semakin longgar. Penurunan PNBP dinilai penting untuk mendorong percepatan pembangunan jaringan 5G.

    “Iya lah, PNBP-nya turunin lah, gitu. [supaya lebih cepat] Iya kan? Di bawah 10%?” kata Marwan.

    Di sisi lain, Marwan menyampaikan bahwa operator masih menunggu kepastian pemerintah terkait dokumen dan jadwal lelang spektrum untuk 5G. Meski demikian, dia menilai pemerintah akan mempertimbangkan kondisi terkini, termasuk upaya pemulihan konektivitas di wilayah terdampak bencana di Sumatra dan Aceh.

    “Mungkin pemerintah punya pemikiran sendiri, mungkin ditarik awal tahun kan. Saya rasa si pemerintah cukup bijak,” katanya.

    Sementara itu, Kementerian Komunikasi dan Digital (Komdigi) menargetkan penetrasi internet 5G di Indonesia mencapai 32% dari total populasi pada 2030. Pada awal 2025, penetrasi 5G masih berada di kisaran 4%–5%, dan per Oktober 2025 baru mencapai sekitar 10% dari total populasi. Angka tersebut masih tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia yang penetrasi 5G-nya telah mencapai 80%.

    Untuk mempercepat adopsi 5G, Komdigi menyiapkan lelang sejumlah pita frekuensi strategis, termasuk 700 MHz dan 2,6 GHz, selain pita 1,4 GHz. Pita 700 MHz merupakan frekuensi low band dengan jangkauan luas, sedangkan 2,6 GHz termasuk mid band yang menawarkan keseimbangan antara cakupan dan kapasitas. Kedua spektrum tersebut diharapkan menjadi katalis percepatan pembangunan dan pemerataan jaringan 5G di Tanah Air.

  • Kemenkes Kirim 600 Tenaga Medis Relawan ke Wilayah Bencana Aceh

    Kemenkes Kirim 600 Tenaga Medis Relawan ke Wilayah Bencana Aceh

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI bergerak cepat merespons bencana banjir dan tanah longsor yang melanda sejumlah wilayah di Provinsi Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara. Sebanyak 641 tenaga kesehatan telah dikerahkan untuk membantu pemulihan dan pelayanan medis di lokasi terdampak di Provinsi Aceh.

    “Untuk batch 1 fokus ke Aceh karena di sana masih ada faskes (fasilitas kesehatan) belum jalan,” kata Aji Mulawarman dari Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes, Kamis (18/12/2025).

    Kebutuhan terbesar berada di tingkat Puskesmas dan Posko dengan total 522 posisi. Guna memberikan pelayanan kesehatan yang komprehensif bagi korban banjir dan longsor di Aceh, tim yang diterjunkan terdiri dari berbagai lintas disiplin ilmu. Tim utama di garda terdepan meliputi dokter spesialis, dokter umum, serta perawat.

    Dukungan medis ini diperkuat oleh tenaga farmasi, radiolog, tenaga teknik laboratorium, ahli gizi, psikolog klinis sampai tenaga kesehatan lingkungan dan perekam medis.

    Berikut lokasi penempatan tenaga medis relawan di Provinsi Aceh.

    1. Aceh Tamiang

    Kebutuhan RSUD: 26

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 57

    Total Permintaan: 83

    Penempatan Batch 1: 80

    2. Aceh Utara

    Kebutuhan RSUD: 13

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 163

    Total Permintaan: 176

    Penempatan Batch 1: 171

    3. Pidie Jaya

    Kebutuhan RSUD: 40

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 62

    Total Permintaan: 102

    Penempatan Batch 1: 83

    4. Kota Langsa

    Kebutuhan RSUD: 36

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 7

    Total Permintaan: 43

    Penempatan Batch 1: 36

    5. Aceh Timur

    Kebutuhan RSUD: 22

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 74

    Total Permintaan: 96

    Penempatan Batch 1: 96

    6. Bener Meriah

    Kebutuhan RSUD: 16

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 7

    Total Permintaan: 23

    Penempatan Batch 1: 23

    7. Gayo Lues

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 47

    Total Permintaan: 47

    Penempatan Batch 1: 48

    8. Bireuen

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 68

    Total Permintaan: 68

    Penempatan Batch 1: 66

    9. Aceh Tengah

    Kebutuhan Puskesmas + Posko: 37

    Total Permintaan: 37

    Penempatan Batch 1: 38

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video: Wamenkes Ungkap Puskesmas Minim Tenaga Medis, 4,6% Tak Punya Dokter”
    [Gambas:Video 20detik]
    (kna/naf)

  • Kata Menko PMK soal Pemulihan Bencana Sumatera Jadi Prioritas Nasional

    Kata Menko PMK soal Pemulihan Bencana Sumatera Jadi Prioritas Nasional

    Jakarta

    Menko Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno memastikan penanganan bencana dan pemulihan daerah terdampak di Sumatera menjadi prioritas nasional. Hal itu sesuai arahan Presiden Prabowo Subianto.

    “Jadi intinya, pemerintah bekerja keras, mengerahkan semua sumber daya nasional, sebagaimana Bapak Presiden sampaikan ini adalah prioritas nasional. Oleh karena itu semua KL juga menempatkan pemulihan bencana, kasar bencana di Provinsi Aceh, Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat sebagai prioritas nasional dari semua KL,” kata Pratikno di kantornya, Rabu (17/12/2025).

    Pratikno menjamin bahwa pemerintah akan menyelesaikan masalah bencana Sumatera ini dengan sebaik-baiknya. Menurutnya, sejauh ini ada perkembangan yang signifikan dari pemulihan daerah terdampak bencana di Sumatera.

    “Beberapa darah terisolir sudah berhasil dibuka. Terima kasih kepada jajaran BNPB, jajaran TNI, Polri, Kementerian PU dan kementerian-kementerian yang lain,” ucap Pratikno.

    “Terima kasih juga perjuangan luar biasa untuk memulihkan listrik, untuk menyediakan BBM dan LPG untuk masyarakat setempat, menyediakan logistik, luar biasa perjuangannya di daerah-daerah terpencil. Jadi progress kita sudah menyampaikan, progress signifikan dari di masing-masing daerah,” tambahnya.

    Terakhir, ia berharap masyarakat yang terdampak tetap sabar, kuat dan tabah dalam menghadapi cobaan bencana tersebut. Dia memastikan pemerintah akan bersama rakyat.

    (fas/zap)

  • Potongan Labu Rebus dan Semangat Fatimah Bertahan Hidup di Tengah Bencana Aceh Tengah

    Potongan Labu Rebus dan Semangat Fatimah Bertahan Hidup di Tengah Bencana Aceh Tengah

    Tak Jadi Korban Bencana Langsung Bikin Bantuan Terlewatkan

    Sementara itu, relawan kemanusiaan, Ayu Rz mengatakan sosok Fatimah merupakan salah satu potret kerentanan sosial ekonomi yang ditemui di tengah kondisi krisis pascabencana saat ini.

    Menurut dia, warga dengan tingkat ekonomi lemah seperti Fatimah akan cenderung lebih rentan bahkan tidak memiliki daya tahan terhadap risiko ancaman kelaparan.

    “Persoalannya seperti Bu Fatimah ini, dia bukan korban bencana langsung. Rumahnya tidak kena banjir ataupun longsor. Jadinya kerap terlewatkan dari perhatian para pihak yang menyalurkan bantuan,” kata Ayu.

    Aktivis perlindungan perempuan dan anak di Aceh Tengah ini mengaku baru tergerak untuk menggalang donasi bahkan di hari ke 20 pascabencana.

    Pasalnya, ia semakin prihatin melihat kondisi krisis pangan yang terjadi pasca bencana, khususnya terhadap kelompok perempuan rentan di daerahnya.

    “Kondisi semakin mengkhawatirkan, dampak isolasi daerah tidak main-main. Ekonomi lumpuh, terjadi krisis pangan. Setiap hari makin banyak saya dengar ibu-ibu tidak punya beras di rumah. Akhirnya saya coba galang donasi seadanya, Alhamdulillah ada yang membantu,” kata Ayu.

    Ia menyampaikan, sehari setelah menggalang donasi, langsung mendatangi rumah-rumah calon penerima bantuan yang sudah didata. Mereka adalah kelompok perempuan rentan, para janda, dan perempuan tulang punggung keluarga.

    Masing-masing dari mereka menerima sebanyak lima kilogram beras dan satu paket bingkisan makanan ringan hasil sumbangan para dermawan.

    “Hari ini ada 26 orang penerima. Alhamdulillah itu hasil donasi dari para hamba Allah, amanah untuk saya sampaikan. Masih ada lagi sisanya, akan segera kita salurkan juga kepada yang membutuhkan,” demikian Ayu.

     

  • PJT I Malang Salurkan Bantuan Kemanusiaan Untuk Pengungsi Bencana Sumatera

    PJT I Malang Salurkan Bantuan Kemanusiaan Untuk Pengungsi Bencana Sumatera

    Malang(beritajatim.com) – Nasib para pengungsi bencana banjir dan tanah longsor yang terjadi di sejumlah wilayah Aceh, Sumatera Utara dan Sumatera Barat membuat sejumlah pihak tergerak.

    Salah satunya Perum Jasa Tirta (PJT) I yang menyalurkan sejumlah bantuan untuk keperluan darurat para pengungsi dan warga terdampak.

    PJT I menyalurkan sebanyak 350 kilogram beras, 37 dus air mineral, 22 bal popok bayi, dan 56 dus mi instan. Termasuk susu bayi, minyak goreng, makanan siap saji, serta perlengkapan kebersihan dan obat-obatan juga didistribusikan melalui posko-posko resmi dan titik-titik yang dapat dijangkau tim lapangan.

    Bantuan diberikan karena bencana alam ini mengakibatkan hampir jutaan warga mengungsi dikarenakan rusaknya tempat tinggal serta akses transportasi ini memerlukan respon cepat tanggap dari berbagai pihak.

    Sebagai perusahaan pengelola sumber daya air di Wilayah Sungai Toba-Asahan PJT I merasa memiliki tanggung jawab moral untuk membantu masyarakat. Khususnya di Provinsi Sumatera Utara.

    Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) PJT I menyalurkan bantuan kemanusiaan yang dikoordinasikan oleh Divisi Jasa ASA Wilayah Sungai Toba-Asahan.

    Di Sumatera Utara, bantuan diserahkan melalui Pos Pantau BPBD Medan 2, Pos Terpadu Kontinjensi Penanggulangan Bencana Alam Kantor Bupati Kabupaten Tapanuli Utara yang diterima langsung oleh Bupati Tapanuli Utara, serta Posko BPBD Desa Panggugunan, Kabupaten Humbang Hasundutan.

    “Proses distribusi sempat terpengaruh kondisi cuaca dan akses jalan yang rusak. Namun tim tetap bergerak untuk memastikan bantuan tetap tiba di posko bencana,” kata Direktur Utama PJT I, Fahmi Hidayat, Rabu (17/12/2025).

    Di bawah komando BPBD setempat, sebanyak 12 relawan PJT I turut diturunkan untuk bertugas di posko Tapanuli Utara guna pendistribusian bantuan ke lokasi bencana. Bantuan personel juga diberikan untuk pengoperasian dapur umum hingga pengawalan evakuasi dengan didukung oleh satu unit kendaraan operasional dobel kabin selama sembilan hari terhitung sejak 30 November hingga 8 Desember 2025.

    Distribusi bantuan dilakukan dari Posko BPBD Tapanuli Utara dan Posko BNPB Siborongborong ke wilayah terdampak. Mulai wilayah Desa Manalu Purba, Purba Dolok, Pagaran Lambung, Sibalanga, dan Hutajulu.

    “Bantuan disalurkan melalui sinergi PJT I dengan BPBD, pemerintah daerah, TNI, Polri, dan aparat setempat. Gerak cepat ini selaras dengan arahan Kepala BP BUMN, Bapak Dony Oskaria dan CEO Danantara Indonesia bahwa BUMN adalah milik rakyat Indonesia. Karena itu, dalam keadaan berduka, kami hadir bersama rakyat tanpa melihat untung rugi dan biaya. Fokus kami adalah memastikan masyarakat terdampak tidak merasa sendirian,” ujar Fahmi.

    Fahmi memastikan dukungan PJT I tidak berhenti pada tahap ini. Mereka sedang menyiapkan gelombang bantuan lanjutan melalui penguatan program TJSL dan donasi dari internal perusahaan.

    “Bantuan tambahan ini akan difokuskan pada kebutuhan paling mendesak agar masyarakat dapat segera bangkit dan kembali menjalani kehidupan yang layak. Kami berdoa agar seluruh warga diberi kekuatan dan keselamatan. PJT I akan terus berupaya memperkuat dukungan hingga situasi kembali stabil,” kata Fahmi. (luc/ted)

  • Akses Jalan KKA Aceh Utara-Bener Meriah Kembali Dibuka, Kendaraan Roda Empat Bisa Melintas

    Akses Jalan KKA Aceh Utara-Bener Meriah Kembali Dibuka, Kendaraan Roda Empat Bisa Melintas

    Liputan6.com, Jakarta – Warga Aceh Utara dan Bener Meriah sedikit bisa bernapas lega. Akses Jalan KKA yang menghubungkan dua wilayah ini sudah bisa dilalui kendaraan roda empat.

    “Jalan KKA yang menghubungkan Kabupaten Aceh Utara dan Kabupaten Bener Meriah kini telah kembali dapat dilintasi kendaraan roda empat,” kata Sekretaris Kabinet Teddy Indra Wijaya, saat dikonfirmasi.

    Akses jalan tersebut sempat terputus akibat bencana banjir bandang beberapa pekan lalu. Area jalan terputus tepatnya di kawasan Jembatan Weh Paseh, Desa Seni Antara, Kecamatan Permata, Kabupaten Bener Meriah. Kondisi itu menghambat mobilitas warga serta distribusi logistik.

  • Ubaya Gelar Konser Amal untuk Korban Bencana di Sumatra

    Ubaya Gelar Konser Amal untuk Korban Bencana di Sumatra

    Surabaya (beritajatim.com) – Universitas Surabaya (Ubaya) menggelar konser amal “Symphony of Indonesia” untuk menghimpun dana bagi korban bencana di Sumatra.

    Seluruh hasil penjualan tiket didonasikan untuk bantuan kemanusiaan. Konser berlangsung di Ubaya Sports Center, Kampus Ubaya Tenggilis, Surabaya, Rabu (17/12/2025) malam.

    Konser ini menjadi inisiatif Ubaya yang kemudian melibatkan DPRD Jatim dan Disbudpar Jatim sebagai mitra pendukung. Penggalangan dana dilakukan melalui penjualan tiket donasi tanpa skema komersial.

    Sejumlah musisi nasional tampil dalam konser tersebut, di antaranya Sammy Simorangkir featuring Stradivari Orchestra, Rony Parulian, dan Idgitaf. Penampilan musik dimanfaatkan sebagai sarana pengumpulan dana publik.

    Rektor Ubaya, Benny Lianto mengatakan konser tersebut awalnya dirancang sebagai kegiatan seni. Setelah terjadi bencana di sejumlah wilayah Sumatra, konsep acara diarahkan menjadi konser amal kemanusiaan.

    “Seluruh tiket yang terjual kami donasikan melalui program SatuJiwa #UBAYAForIndonesia. Dana yang terkumpul mencapai Rp75.900.000 dan akan kami awasi penyalurannya agar tepat sasaran,” kata Benny.

    Ubaya menyediakan lima kategori tiket donasi dengan nominal Rp50.000 hingga Rp300.000. Seluruh dana disalurkan langsung kepada korban bencana di tiga provinsi terdampak.

    Kepala Bidang Pemasaran dan Kelembagaan Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Disbudpar Jatim, Ali Afandi menambahkan, sektor ekonomi kreatif, musik tidak lepas dari kemanusiaan. “Itulah yang menjadi salah satu tujuan dari konser Symphony of Indonesia dilaksanakan,” katanya.

    Sementara itu, Sekretaris Disbudpar Jatim, Dian Okta Yoshinta mengatakan konser ini menjadi momen mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam aksi sosial melalui pendekatan musik.

    “Misinya adalah menguatkan pesan bahwa musik Indonesia mampu menjadi medium persatuan, empati, dan perubahan positif. Harapannya, konser amal ini tidak hanya menjadi sebuah pertunjukan musik, namun ruang berbagi dan kepedulian yang nyata melalui seni,” ujarnya.

    Di hari yang sama, Ubaya juga memberangkatkan tim ke Sumatra Utara, Sumatra Barat, dan Aceh. Bantuan meliputi barang kebutuhan, posko edukasi kesehatan, serta layanan dukungan psikososial. [ipl/ted]