TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) menegaskan pentingnya sinergi antara dunia usaha dengan dunia pendidikan untuk menciptakan SDM yang kompeten dan siap menghadapi tantangan dunia industri.
Apindo sudah meluncurkan Apindo UMKM Merdeka (AUM) pada Juli 2023 untuk memberdayakan UMKM melalui pendekatan pentahelix dengan melibatkan 269 perguruan tinggi dan 17 DPP Apindo.
Program ini diklaim telah menggerakkan 1.099 mahasiswa untuk mendampingi UMKM, dan memberdayakan ratusan UMKM di seluruh Indonesia.
Ketua Umum Apindo Shinta W. Kamdani mengatakan pihaknya memiliki satu bidang khusus, yaitu bidang pendidikan Ayang diharapkan mampu menguraikan sejumlah kendala di bidang pendidikan, khususnya mismatch untuk menyelaraskan keahlian lulusan dengan kebutuhan dunia usaha.
Menurut dia, pendekatan pentahelix Apindo UMKM Merdeka melibatkan pemerintah, dunia usaha, akademisi, masyarakat, dan media, untuk pertumbuhan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM).
“Program ini berkontribusi 61 terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) melalui lebih dari 66 juta unit usaha, serta berperan vital dalam penciptaan lapangan kerja dan ekonomi lokal,” ujar Shinta saat peringatan HUT ke-73 Apindo di Jakarta, Sabtu (1/2/2025).
Menurut dia, ada 4 tantangan kesenjangan dalam UMKM yaitu tantangan dalam tatanan ekonomi global, dimana keterlibatan UMKM Indonesia dalam rantai pasok global masih hanya sebesar 4,1 persen dan jauh tertinggal dari Vietnam (24%) dan Singapura (41%).
Tantangan lain adalah UMKM Indonesia belum memaksimalkan potensinya, dilihat dari baru menyumbang 15,7?ri total ekspor nasional.
Survei Apindo menunjukan 51% UMKM menghadapi kesulitan modal dan hanya 9% yang memiliki akses teknologi memadai.
“Empat kesenjangan ini adalah tantangan struktural yang harus kita atasi bersama. Dibutuhkan inovasi dan kerja sama lintas sektor untuk membawa UMKM ke tingkat yang lebih tinggi,” kata Shinta.
Dalam perayaan HUT ke-73 Apindo juga memberikan penghargaan kepada para
pelaku terbaik program AUM, termasuk kategori UMKM unggulan, mentor, mahasiswa, dan DPP berprestasi.
“Keberhasilan program ini menunjukkan bahwa kolaborasi lintas sektor adalah kunci untuk mengubah tantangan menjadi peluang,” terang Shinta.
Dalam sambutan kuncinya, Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro juga menegaskan perguruan tinggi harus berperan aktif dalam menciptakan dampak positif bagi masyarakat.
Kampus tidak boleh menjadi menara gading yang terisolasi dari realitas sosial, melainkan harus menjadi agen perubahan yang memberikan kontribusi nyata.
Mendiktisaintek menekankan bahwa kebermanfaatan perguruan tinggi merupakan
implementasi dari Tri Dharma Perguruan Tinggi, yang mencakup pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat.
Setiap elemen akademik, baik dosen maupun mahasiswa, perlu diberikan ruang untuk berkarya sesuai dengan keahlian dan minat mereka.
Menteri UMKM Maman Abdurrahman juga menyampaikan apresiasi kepada organisasi yang telah mendukung visi Kementerian UMKM tercapai. Maman juga mendorong kolaborasi pemerintah dengan Apindo dalam rangka peningkatan UMKM.
Menurutnya, saat ini terjadi disconnectivity antara UMKM dengan industri besar akibat belum terbentuknya rantai pasok yang terintegrasi.
Oleh karena itu, pemerintah berkomitmen untuk mendorong terciptanya kepastian kontrak bisnis antara UMKM dan perusahaan besar.
Kontrak ini harus berbasis pada skema yang saling menguntungkan, sehingga UMKM dapat berkembang secara berkelanjutan serta memberikan kontribusi lebih besar terhadap perekonomian nasional.
Ketua Bidang UMKM Apindo, Ronald Walla mengungkapkan pogram Apindo UMKM Merdeka hadir sebagai solusi inovatif bagi UMKM dalam meningkatkan daya saing dan pertumbuhan bisnis melalui kolaborasi dengan akademisi, industri, dan pemerintah.
Program ini memberikan pendampingan langsung, edukasi, serta akses ekosistem bisnis yang berkelanjutan.
Ronald mengatakan, keberhasilan program ini terlihat dari dampak luasnya, termasuk digitalisasi pemasaran bagi lebih dari 50 ribu UMKM serta peningkatan literasi keuangan digital bagi lebih dari 13 ribu pelaku usaha.
