Jakarta, Beritasatu.com – Dunia perfilman Indonesia kembali berduka dengan wafatnya aktor Ray Sahetapy (68 tahun) di RSPAD Gatot Soebroto, Jakarta Pusat, pada Selasa (1/4/2025) malam.
Ferenc Raymon Sahetapy atau yang lebih dikenal sebagai Ray Sahetapy (1 Januari 1957 – 1 April 2025) adalah seorang aktor senior Indonesia yang disegani. Ia dikenal karena perannya yang mendalam dan kompleks dalam berbagai film drama. Dengan karier yang berlangsung lebih dari empat dekade, Ray menjadi salah satu aktor terbaik di generasinya.
Ray Sahetapy memulai debutnya di dunia film melalui Gadis (1980), garapan sutradara Nya’ Abbas Akup. Dalam film ini, ia beradu akting dengan Dewi Yull, yang kemudian menjadi istrinya.
Selama kariernya, Ray membintangi berbagai film populer, termasuk:
– Ponirah Terpidana (1983)
– Tatkala Mimpi Berakhir (1987)
– Jangan Bilang Siapa-Siapa (1990)
– Noesa Penida (1988)
– Secangkir Kopi Pahit (1985)
– Kerikil-Kerikil Tajam (1985)
– Opera Jakarta (1986)
Dikutip dari Wikipedia, Ray Sahetapy memegang rekor sebagai aktor dengan nominasi terbanyak di Piala Citra Festival Film Indonesia (FFI) tanpa pernah menang. Ia dinominasikan tujuh kali dalam kategori Aktor Terbaik.
Ketika industri film Indonesia mengalami stagnasi pada era 1990-an, Ray Sahetapy tetap aktif di dunia seni peran. Ia mendirikan sanggar teater dan membentuk komunitas seni, berkontribusi pada perkembangan teater di Indonesia.
Pada tahun 2006, ia kembali ke dunia film dengan membintangi Dunia Mereka. Pada tahun yang sama, ia terpilih sebagai salah satu ketua dalam kongres PARFI (Persatuan Artis Film Indonesia).
Ray Sahetapy menghabiskan masa kecilnya di Panti Asuhan Yatim Warga Indonesia, Surabaya. Sejak remaja, ia bercita-cita menjadi aktor. Demi mewujudkan mimpinya, ia melanjutkan pendidikan di Institut Kesenian Jakarta (IKJ) pada 1977, seangkatan dengan Deddy Mizwar dan Didik Nini Thowok.
Ray Sahetapy menikah dengan Dewi Yull pada 16 Juni 1981. Pernikahan mereka sempat mendapat penolakan dari keluarga Dewi karena perbedaan agama. Pada 1992, Ray menjadi mualaf. Dari pernikahan ini, mereka dikaruniai empat anak, yaitu Giscka Putri Agustina Sahetapy (1982–2010), Rama Putra Sahetapy (1992), Surya Sahetapy (1994), dan Muhammad Raya Sahetapy (2000).
Namun, pernikahan mereka berakhir pada 24 Agustus 2004 karena Dewi menolak poligami setelah Ray berniat menikah lagi dengan Sri Respatini Kusumastuti, seorang pengusaha kafe dan katering. Pada Oktober 2004, Ray resmi menikah dengan Sri.
Selain aktif di dunia seni peran, Ray juga dikenal sebagai pemimpin Perhimpunan Seniman Nusantara.
Ray Sahetapy bukan hanya aktor berbakat, tetapi juga sosok yang berkontribusi besar dalam dunia seni Indonesia. Keberaniannya dalam memilih peran yang menantang serta dedikasinya dalam dunia teater menjadikannya legenda di perfilman Indonesia.
Kepergian Ray Sahetapy pada 1 April 2025 meninggalkan duka mendalam bagi industri film dan seni peran di Indonesia. Namun, karya-karyanya akan terus dikenang oleh generasi mendatang.