Produk: yuan

  • Dolar AS Melemah Imbas Kabar Pengenaan Tarif Trump secara Bertahap

    Dolar AS Melemah Imbas Kabar Pengenaan Tarif Trump secara Bertahap

    Bisnis.com, JAKARTA – Mata uang dolar AS melemah terhadap hampir semua mata uang utama setelah muncul kabar bahwa tim ekonomi Donald Trump sedang mempertimbangkan kenaikan tarif secara bertahap

    Indeks Spot Dolar Bloomberg turun sebanyak 0,4% pada perdagangan awal Asia hari Selasa (14/1/2025), setelah penasihat ekonomi Trump dikabarkan sedang membahas pendekatan tarif secara pelan-pelan, alih-alih kenaikan besar satu kali. Sementara itu, pada pukul 09.56 WIB, data indeks dolar AS terpantau melemah 0,33% ke 109.6260

    Langkah tersebut dapat memperlambat tekanan inflasi dari tarif, serta berpotensi memberi lebih banyak ruang bagi Federal Reserve untuk menurunkan suku bunga.

    Kali ini adalah penurunan terbesar dalam indeks dolar sejak 6 Januari 2025, ketika dolar AS jatuh menyusul berita Washington Post yang mengklaim Trump berencana untuk mengurangi rencana tarifnya. Presiden terpilih itu membantah berita itu dalam sebuah posting di Truth Social.

    “Pelemahan dolar dapat berlanjut kecuali Presiden Trump menyangkal laporan tersebut seperti yang dilakukannya sebagai reaksi terhadap laporan oleh Washington Post,” kata ahli strategi di Commonwealth Bank of Australia, Carol Kong dikutip dari Bloomberg pada Selasa (14/1/2025).

    Mata uang yang sensitif terhadap risiko seperti dolar Australia dan dolar Selandia Baru melonjak terhadap dolar AS, menunjukkan rasa lega bahwa guncangan tarif yang besar dapat dihindari. Yuan China yang dijual di luar negeri, target penjualan utama bagi para pedagang yang bertaruh pada tarif AS, juga menguat.

    Penurunan dolar AS menggarisbawahi peran utama tarif dalam mempengaruhi sentimen di pasar valuta asing senilai US$7,5 triliun per hari. Namun, langkah tersebut mungkin terbukti sementara.

    Sebagian besar bank Wall Street memperkirakan dolar AS akan menguat dan angka ketenagakerjaan yang meledak minggu lalu telah menimbulkan pertanyaan lebih lanjut tentang laju potensi penurunan suku bunga. 

    “Anda tidak dapat mengejar hal ini, karena penyangkalan akan segera terjadi,” kata Win Thin, kepala strategi mata uang global di Brown Brothers Harriman & Co. di New York tentang berita utama baru-baru ini. 

    “Lihatlah melalui kebisingan dan yakinlah bahwa reli dolar akan terus berlanjut hanya dengan kinerja ekonomi AS yang lebih baik.”

  • Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Menguat atas Dolar AS

    Nilai Tukar Rupiah Hari Ini Menguat atas Dolar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Nilai tukar rupiah pada awal perdagangan hari ini, Selasa (14/1/2025), menguat atas dolar AS.

    Berdasarkan data Bloomberg Asian Pacific Currencies, rupiah hingga pukul 09.30 WIB di pasar spot exchange menguat 17 poin atau 0,11% hingga mencapai level Rp 16.265.

    Sementara, mengikuti nilai tukar rupiah hari ini yang menguat, mata uang Asia di pasar spot exchange mayoritas menguat. Dolar Hong Kong catat kenaikan 0,03% menjadi 7,78 dolar Hong Kong per dolar AS, dolar Taiwan menguat 0,11% menjadi 33 dolar Taiwan per dolar AS, won Korea naik 0,30% menjadi 1,46 won per dolar AS, dan peso Filipina naik 0,25% menjadi 58 peso per dolar AS.

    Kemudian, yuan China naik tipis 0,03% menjadi 7,3 yuan per dolar AS, ringgit Malaysia menguat 0,18% menjadi 4,5 ringgit per dolar AS, dan baht Thailand naik 0,06% menjadi 34,6 baht per dolar AS.

    Saat nilai tukar rupiah hari ini naik, yen Jepang melemah atas dolar AS karena turun 0,06% menjadi 157 yen per dolar AS, dolar Singapura turun 0,04% menjadi 1,37 dolar Singapura per dolar AS, dan rupe India terkoreksi 0,71% menjadi 86,5 rupee per dolar AS.

  • Cegah Lonjakan Inflasi, Tim Trump Bahas Potensi Pengenaan Tarif Bertahap

    Cegah Lonjakan Inflasi, Tim Trump Bahas Potensi Pengenaan Tarif Bertahap

    Bisnis.com, JAKARTA – Anggota tim ekonomi Presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump sedang mendiskusikan kebijakan pengenaan tarif yang akan naik perlahan dari bulan ke bulan. Pendekatan bertahap tersebut bertujuan untuk meningkatkan daya tawar sambil membantu menghindari lonjakan inflasi.

    Mengutip Bloomberg pada Selasa (14/1/2025), menurut orang-orang yang mengetahui masalah tersebut, salah satu ide ini melibatkan pengenaan tarif bertahap yang meningkat sekitar 2% hingga 5% per bulan. Hal tersebut akan bergantung pada otoritas eksekutif di bawah Undang-Undang Kekuatan Ekonomi Darurat Internasional.

    Proposal tersebut masih dalam tahap awal dan belum disampaikan kepada Trump, kata beberapa sumber — sebuah tanda bahwa pendekatan bertahap bulanan masih dalam tahap awal proses pertimbangan.

    Penasihat yang menangani rencana tersebut termasuk Scott Bessent, calon menteri keuangan, Kevin Hassett, yang akan menjadi direktur Dewan Ekonomi Nasional, dan Stephen Miran, yang dicalonkan untuk memimpin Dewan Penasihat Ekonomi, kata orang-orang yang meminta anonimitas untuk membahas pertimbangan internal.

    Hassett tidak membalas permintaan komentar, begitu pula juru bicara Bessent. Miran menolak berkomentar. Sementara itu, seorang juru bicara tim transisi Trump merujuk pada komentar publik presiden terpilih sebelumnya dan unggahan media sosial tentang tarif.

    Yuan China dan mata uang yang sensitif terhadap ekonominya seperti dolar Australia dan Selandia Baru menguat setelah laporan tersebut. Nilai yuan yang diperdagangkan di luar negeri naik 0,1% dalam perdagangan Asia pada hari Selasa, sementara dolar Australia naik 0,3%.

    China telah meningkatkan dukungan untuk yuan karena masih mendekati rekor terendah di luar negeri. Namun, investor memperkirakan Beijing pada akhirnya akan membiarkan pelemahan jika Trump mengenakan tarif yang lebih tinggi pada ekspor China.

    Tarif Universal

    Selama kampanye presiden 2024, Trump memberlakukan tarif minimum 10% hingga 20% pada semua barang impor, dan 60% atau lebih tinggi untuk barang-barang dari China.

    Sejak dia memenangkan pemilihan pada bulan November, banyak laporan telah muncul tentang seberapa agresif Trump akan menerapkan tarif — dengan Trump sendiri menyebut satu laporan tentang itu tidak benar.

    Ketidakpastian ini membuat investor dan perusahaan bertanya-tanya. Indeks S&P 500 sebelumnya turun di bawah level penutupan pada tanggal 5 November, tepat sebelum Trump terpilih, sebelum bangkit kembali di kemudian hari. 

    Investor baru-baru ini menjual obligasi pemerintah karena kekhawatiran bahwa inflasi akan tetap tinggi sebagian karena tarif baru, yang menciptakan hambatan bagi saham dan ekonomi yang lebih luas.

    Dengan hanya seminggu menjelang Hari Pelantikan, para ekonom hanya dapat menebak bagaimana perang dagang Trump akan memengaruhi ekonomi.

    Hal itu menyisakan gambaran yang rumit bagi Federal Reserve, karena ancaman tarif Trump dipandang sebagai risiko terhadap prospek pertumbuhan sementara berpotensi memicu inflasi jika negara-negara membalas.

    Direktur Pelaksana Dana Moneter Internasional (IMF) Kristalina Georgieva mengatakan bahwa ancaman tarif telah mendorong kenaikan biaya pinjaman jangka panjang di seluruh dunia. 

    Dia menyebut, ketidakpastian tentang kebijakan perdagangan pemerintahan yang akan datang menambah hambatan ekonomi di seluruh dunia dan sebenarnya sudah terlihat pada suku bunga jangka panjang yang lebih tinggi. 

    “Itu terjadi bahkan ketika suku bunga jangka pendek telah turun, kombinasi yang sangat tidak biasa,” katanya.

  • Harga Emas Anjlok 1% Usai Cetak Rekor Tertinggi Pekan Lalu – Page 3

    Harga Emas Anjlok 1% Usai Cetak Rekor Tertinggi Pekan Lalu – Page 3

    Sebelumnya, emas mencatat kenaikan signifikan sebesar 26% sepanjang 2024, namun penutupan tahun membawa kekecewaan dengan absennya reli Sinterklas untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir. Memasuki 2025, harga emas ini kembali menjadi sorotan, menguji level resistensi penting di sekitar USD 2.700, meskipun dihadapkan pada kenaikan imbal hasil obligasi dan penguatan dolar AS.

    Menurut laporan Kitco News, Senin (13/1/2024), emas kini menghadapi dinamika baru yang menciptakan tantangan sekaligus peluang.

    Hubungan emas dengan dolar AS dan imbal hasil obligasi tampak semakin longgar, mendorong perhatian investor terhadap potensi emas sebagai pelindung nilai di tengah inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan gejolak geopolitik.

    Tren dan Optimisme di Tahun 2025

    Logam mulia ini menunjukkan penguatan sebagai aset moneter utama, bahkan mencatat rekor tertinggi terhadap pound Inggris dan euro pada pekan ini. Optimisme terhadap emas dan perak di 2025 tetap tinggi, meski volatilitas diperkirakan akan menjadi tantangan.

    Faktor Pendorong Utama Harga Emas di 2025:

    Ketidakpastian Kebijakan Moneter AS

    Federal Reserve hanya berencana memangkas suku bunga dua kali pada 2025, lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebelumnya. Kebijakan ini menciptakan risiko volatilitas yang memengaruhi harga emas.

    Meski investor Barat cenderung mengabaikan emas, pasar Asia, khususnya Tiongkok, terus menunjukkan minat besar. Konsumen Tiongkok diperkirakan akan membeli emas untuk melindungi kekayaan dari pelemahan yuan dan ketidakpastian pasar saham.

    Bank Sentral Tiongkok kembali aktif membeli emas, menambah 10 ton pada Desember 2024 setelah penambahan lima ton pada November. Selain itu, bank sentral di negara-negara berkembang terus menambah cadangan emas sebagai langkah diversifikasi dari ketergantungan pada dolar AS.

  • China janjikan upaya jaga kestabilan nilai tukar RMB

    China janjikan upaya jaga kestabilan nilai tukar RMB

    Beijing (ANTARA) – China akan tetap teguh menjaga nilai tukar renminbi (RMB) atau yuan agar tetap stabil pada tingkat yang wajar dan seimbang, ungkap sebuah pertemuan.

    Bank Sentral China (People’s Bank of China/PBOC), dan Administrasi Devisa Negara (State Administration of Foreign Exchange/SAFE) China akan terus mengambil langkah-langkah komprehensif untuk menstabilkan ekspektasi, meningkatkan ketahanan, serta memperkuat manajemen pasar valuta asing, sebagaimana pernyataan dalam pertemuan Komite Valuta Asing China (China Foreign Exchange Committee) baru-baru ini di Beijing.

    Berbagai upaya tegas akan dilakukan untuk mengoreksi perilaku pasar yang bersifat prosiklus, mengatasi tindakan-tindakan yang mengganggu tatanan pasar, dan mengantisipasi risiko overshooting nilai tukar, menurut pertemuan itu.

    Komite tersebut akan memperkuat panduan mengenai kerangka kerja pengaturan mandiri pasar valuta asing dan meningkatkan pengaturan mandiri industri. Pertemuan itu mendorong para anggota untuk memprioritaskan pelayanan ekonomi riil dan memastikan lingkungan nilai tukar yang stabil bagi bisnis maupun warga.

    Pertemuan tersebut juga memaparkan bahwa pasar valuta asing China beroperasi dengan lancar di bawah manajemen PBOC dan SAFE pada 2024, sementara mata uang yuan China mencatatkan kinerja yang secara umum kuat dibandingkan mata uang utama lainnya.

    Dalam beberapa tahun terakhir, pasar valuta asing China membuat progres yang solid, menurut pertemuan itu. Selain itu, kemampuan para pelaku pasar, seperti lembaga keuangan dan perusahaan, untuk mengatasi guncangan eksternal juga meningkat signifikan.

    Pertemuan tersebut menambahkan bahwa dasar-dasar pemulihan ekonomi China tidak akan berubah, begitu pula dengan neraca pembayaran internasional secara keseluruhan maupun ketahanan pasar valuta asingnya. Sementara itu, yuan tetap mampu mempertahankan stabilitas dasar.

    “China memiliki keyakinan, kondisi, dan kemampuan untuk mempertahankan operasi pasar valuta asing yang stabil,” kata Gubernur PBOC Pan Gongsheng dalam acara pembukaan Forum Keuangan Asia (Asian Financial Forum) ke-18 yang digelar di Hong Kong pada Senin (13/1).

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Indra Arief Pribadi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Perdagangan luar negeri China 2024 capai rekor tertinggi

    Perdagangan luar negeri China 2024 capai rekor tertinggi

    China menjadi mitra dagang utama bagi lebih dari 150 negara dan kawasan, dan lingkaran persahabatan negara ini dalam perdagangan luar negeri semakin luas

    Beijing (ANTARA) – Total nilai perdagangan luar negeri China mencapai rekor tertinggi pada 2024 seiring negara ekonomi kedua terbesar dunia itu yang mengukuhkan posisi sebagai tertinggi dalam perdagangan barang.

    Total impor dan ekspor barang negara itu dalam mata uang yuan mencapai 43,85 triliun yuan (1 yuan = Rp2.208) pada 2024 atau naik 5 persen secara tahunan (year on year/yoy), menurut data Administrasi Umum Kepabeanan (General Administration of Customs/GAC) China pada Senin (13/1).

    Nilai ekspor tumbuh 7,1 persen (yoy) menjadi 25,45 triliun yuan 2024, sementara nilai impor naik 2,3 persen dari tahun sebelumnya menjadi 18,39 triliun yuan.

    Pada konferensi pers pemerintah yang digelar di Beijing pada Senin, Wakil Kepala GAC Wang Lingjun mengatakan bahwa pertumbuhan perdagangan luar negeri China pada 2024 relatif cepat di antara negara-negara besar di dunia.

    “China menjadi mitra dagang utama bagi lebih dari 150 negara dan kawasan, dan lingkaran persahabatan negara ini dalam perdagangan luar negeri semakin luas,” kata Wang.

    Wang mengatakan bahwa struktur produk impor dan ekspor juga terus dioptimalkan dan ditingkatkan tahun lalu, dengan produk teknologi tinggi mencatat pertumbuhan yang baik dan jenis perdagangan baru seperti e-commerce lintas perbatasan melonjak.

    Dia mengatakan bahwa pencapaian perdagangan luar negeri China tahun lalu tidak diraih dengan mudah, dan itu merupakan hasil dari serangkaian kebijakan inkremental tepat waktu yang diluncurkan oleh pemerintah pusat serta langkah-langkah yang bertujuan untuk menstabilkan perdagangan luar negeri tahun lalu.

    Dia mengatakan bahwa otoritas bea cukai tahun lalu memperkenalkan dan mengimplementasikan 16 langkah untuk lebih mengoptimalkan lingkungan bisnis di pelabuhan dan memfasilitasi bea cukai perusahaan. Tindakan khusus untuk mempromosikan fasilitasi perdagangan lintas perbatasan juga dilakukan di 20 kota untuk menciptakan lingkungan bisnis pelabuhan kelas wahid yang berorientasi pasar, berbasis hukum, dan bertaraf internasional.

    Pewarta: Xinhua
    Editor: Indra Arief Pribadi
    Copyright © ANTARA 2025

  • Perdagangan luar negeri China naik 5 persen pada 2024

    Perdagangan luar negeri China naik 5 persen pada 2024

    Beijing (ANTARA) – Total perdagangan impor dan ekspor barang China meningkat 5 persen tahun ke tahun pada tahun 2024, data resmi menunjukkan hari Senin.

    Pada 2024, perdagangan luar negeri China mencapai 43,85 triliun yuan (1 yuan = Rp2.208), menurut data yang dirilis oleh Administrasi Umum Kepabeanan (General Administration of Customs/GAC) China.

    Ekspor China tumbuh 7,1 persen (yoy) menjadi 25,45 triliun yuan tahun lalu, sedangkan impor negara tersebut naik 2,3 persen dari tahun sebelumnya menjadi 18,39 triliun yuan, ungkap data tersebut, demikian Xinhua.
    ​​​​​​

    Penerjemah: Xinhua
    Editor: Alviansyah Pasaribu
    Copyright © ANTARA 2025

  • China Utak-atik Kebijakan Demi Perkuat Mata Uang Yuan

    China Utak-atik Kebijakan Demi Perkuat Mata Uang Yuan

    Bisnis.com, JAKARTA – China meningkatkan dukungannya terhadap yuan dengan peringatan dan penyesuaian pada kontrol modalnya, setelah mata uang tersebut anjlok mendekati rekor terendah terhadap dolar AS dalam perdagangan luar negeri. 

    Mengutip Bloomberg pada Senin (13/1/2025), People’s Bank of China (PBOC) dalam pernyataannya menyebut bank sentral dan regulator lainnya akan memperkuat manajemen mereka terhadap pasar valuta asing, menangani segala perilaku yang dapat mengganggu ketertiban pasar, dan mencegah risiko terjadinya kelebihan yuan. Beijing akan memastikan mata uang tersebut pada dasarnya stabil pada level yang wajar.

    PBOC juga menyesuaikan aturannya untuk memungkinkan perusahaan meminjam lebih banyak dari luar negeri. PBOC menaikkan parameter makroprudensial untuk perusahaan dan lembaga keuangan pendanaan lintas batas menjadi 1,75 dari 1,5, menurut sebuah pernyataan. Terakhir kali PBOC melakukan langkah serupa adalah pada bulan Juli 2023.

    Pelemahan yuan dalam beberapa bulan terakhir, didorong oleh ekonomi China yang lesu, dolar AS yang lebih kuat, dan potensi kenaikan tarif AS, membuat para pedagang mempertimbangkan komitmen PBOC untuk mempertahankan mata uang tersebut. Sejauh ini, bank sentral telah menahan nilai tukar harian sedikit lebih kuat dari ambang batas 7,2 untuk menawarkan dukungan sejak Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS.

    “Untuk saat ini, stabilitas yuan tetap menjadi prioritas. Namun, dalam jangka menengah, keberhasilan strategi ini akan bergantung pada fundamental ekonomi,” kata Tommy Xie, kepala penelitian makro Asia di Oversea-Chinese Banking Corp

    Suku bunga acuan harian, yang membatasi pergerakan yuan dalam negeri sebesar 2% di kedua sisi, adalah alat yang paling sering digunakan PBOC untuk mengelola mata uang. Pada Senin, PBOC mengeluarkan penetapan lain yang jauh lebih kuat dari perkiraan pasar. 

    PBOC telah menggali lebih dalam perangkat dukungan mata uangnya bulan ini. Bank sentral berencana untuk menerbitkan sejumlah besar surat utang di Hong Kong, sebuah langkah yang akan menyerap likuiditas luar negeri dan mendorong permintaan mata uang tersebut. 

    Selain itu, PBOC telah menangguhkan pembelian obligasi pemerintah, yang dapat membantu memperlambat penurunan imbal hasil China yang tak kunjung berhenti dan mempersempit diskon suku bunganya terhadap AS.

    Bank-bank milik negara minggu lalu mengurangi pinjaman yuan mereka di Hong Kong, sehingga investor lebih sulit membangun posisi short, menurut para pedagang. 

    Namun, investor telah memperkirakan PBOC pada akhirnya akan membiarkan yuan melemah untuk mengimbangi dampak tarif potensial AS. Kehati-hatian Federal Reserve atas pemotongan suku bunga di masa mendatang di tengah data AS yang kuat pada saat PBOC diharapkan melonggarkan kebijakannya lebih lanjut juga menekan Beijing untuk menyerah. 

    Lynn Song, kepala ekonom China Raya di ING Bank mengatakan, langkah-langkah itu kemungkinan akan memberikan beberapa dukungan untuk yuan dalam waktu dekat, meskipun tidak banyak mengubah faktor-faktor yang telah berkontribusi terhadap tekanan depresiasi.

    “Pandangan kami adalah bahwa dolar-yuan akan tetap menjadi pasangan volatilitas yang relatif rendah dibandingkan dengan mata uang Asia lainnya,” ujarnya.

  • Harga Emas Antam Stabil Rp 1.568.000 per Gram, Masih di Harga Tertinggi – Page 3

    Harga Emas Antam Stabil Rp 1.568.000 per Gram, Masih di Harga Tertinggi – Page 3

    Emas mencatat kenaikan signifikan sebesar 26% sepanjang 2024, namun penutupan tahun membawa kekecewaan dengan absennya reli Sinterklas untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir. Memasuki 2025, harga emas ini kembali menjadi sorotan, menguji level resistensi penting di sekitar USD 2.700, meskipun dihadapkan pada kenaikan imbal hasil obligasi dan penguatan dolar AS.

    Menurut laporan Kitco News, Senin (13/1/2024), emas kini menghadapi dinamika baru yang menciptakan tantangan sekaligus peluang.

    Hubungan emas dengan dolar AS dan imbal hasil obligasi tampak semakin longgar, mendorong perhatian investor terhadap potensi emas sebagai pelindung nilai di tengah inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan gejolak geopolitik.

    Logam mulia ini menunjukkan penguatan sebagai aset moneter utama, bahkan mencatat rekor tertinggi terhadap pound Inggris dan euro pada pekan ini. Optimisme terhadap emas dan perak di 2025 tetap tinggi, meski volatilitas diperkirakan akan menjadi tantangan.

    Faktor Pendorong Utama Harga Emas di 2025:

    Ketidakpastian Kebijakan Moneter AS

    Federal Reserve hanya berencana memangkas suku bunga dua kali pada 2025, lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebelumnya. Kebijakan ini menciptakan risiko volatilitas yang memengaruhi harga emas.

    Meski investor Barat cenderung mengabaikan emas, pasar Asia, khususnya Tiongkok, terus menunjukkan minat besar. Konsumen Tiongkok diperkirakan akan membeli emas untuk melindungi kekayaan dari pelemahan yuan dan ketidakpastian pasar saham.

    Bank Sentral Tiongkok kembali aktif membeli emas, menambah 10 ton pada Desember 2024 setelah penambahan lima ton pada November. Selain itu, bank sentral di negara-negara berkembang terus menambah cadangan emas sebagai langkah diversifikasi dari ketergantungan pada dolar AS.

  • Prediksi Harga Emas Minggu Ini, Bakal Naik Lagi? – Page 3

    Prediksi Harga Emas Minggu Ini, Bakal Naik Lagi? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Emas mencatat kenaikan signifikan sebesar 26% sepanjang 2024, namun penutupan tahun membawa kekecewaan dengan absennya reli Sinterklas untuk pertama kalinya dalam tujuh tahun terakhir. Memasuki 2025, harga emas ini kembali menjadi sorotan, menguji level resistensi penting di sekitar USD 2.700, meskipun dihadapkan pada kenaikan imbal hasil obligasi dan penguatan dolar AS.

    Menurut laporan Kitco News, Senin (13/1/2024), emas kini menghadapi dinamika baru yang menciptakan tantangan sekaligus peluang.

    Hubungan emas dengan dolar AS dan imbal hasil obligasi tampak semakin longgar, mendorong perhatian investor terhadap potensi emas sebagai pelindung nilai di tengah inflasi, ketidakpastian ekonomi, dan gejolak geopolitik.

    Tren dan Optimisme di Tahun 2025

    Logam mulia ini menunjukkan penguatan sebagai aset moneter utama, bahkan mencatat rekor tertinggi terhadap pound Inggris dan euro pada pekan ini. Optimisme terhadap emas dan perak di 2025 tetap tinggi, meski volatilitas diperkirakan akan menjadi tantangan.

    Faktor Pendorong Utama Harga Emas di 2025:

    Ketidakpastian Kebijakan Moneter AS

    Federal Reserve hanya berencana memangkas suku bunga dua kali pada 2025, lebih sedikit dibandingkan proyeksi sebelumnya. Kebijakan ini menciptakan risiko volatilitas yang memengaruhi harga emas.

    Meski investor Barat cenderung mengabaikan emas, pasar Asia, khususnya Tiongkok, terus menunjukkan minat besar. Konsumen Tiongkok diperkirakan akan membeli emas untuk melindungi kekayaan dari pelemahan yuan dan ketidakpastian pasar saham.

    Bank Sentral Tiongkok kembali aktif membeli emas, menambah 10 ton pada Desember 2024 setelah penambahan lima ton pada November. Selain itu, bank sentral di negara-negara berkembang terus menambah cadangan emas sebagai langkah diversifikasi dari ketergantungan pada dolar AS.

    Banyak analis memprediksi bahwa emas akan mencapai USD 3.000 per ons pada 2025. Namun, kenaikan ini diperkirakan tidak akan terjadi secara cepat.

    Lonjakan harga signifikan diprediksi baru akan terjadi pada paruh kedua tahun, ketika dampak kebijakan moneter global dan ketegangan geopolitik semakin jelas.

    Di sisi lain, soal prediksi harga emas, meskipun ada tantangan berupa kenaikan suku bunga dan penguatan dolar, daya tarik emas sebagai aset defensif tetap kuat. Investor melihat emas sebagai perlindungan terhadap risiko ekonomi global dan ketegangan geopolitik yang terus berkembang.