Produk: West Texas Intermediate

  • Harga Minyak Mentah Melonjak Dampak Penurunan Stok – Page 3

    Harga Minyak Mentah Melonjak Dampak Penurunan Stok – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak mentah naik pada hari Kamis, didorong oleh optimisme atas negosiasi perdagangan Amerika Serikat (AS) yang akan meredakan tekanan pada ekonomi global. Selain itu, kenaikan harga minyak dunia juga didorong penurunan persediaan minyak mentah AS yang lebih dalam dari perkiraan.

    Mengutip CNBC, Jumat (25/7/2025), harga minyak mentah berjangka Brent naik 67 sen atau 0,98% dengan ditutup pada USD 69,18 per barel. Untuk harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS naik 78 sen atau 1,2%, dan ditutup pada USD 66,03 per barel.

    Kedua harga acuan minyak mentah hanya sedikit berubah pada hari Rabu karena pelaku pasar memantau perkembangan perundingan perdagangan AS-Uni Eropa. Sebelumnya, AS dan Jepang telah melakukan kesepakatan tarif.

    Presiden AS Donald Trump sepakat untuk menurunkan bea masuk impor otomotif dari Jepang dan membebaskan dari pungutan baru dengan imbalan paket investasi dan pinjaman senilai USD 550 miliar yang akan diberikan kepada AS.

    “Pembelian didorong oleh optimisme bahwa kemajuan dalam negosiasi tarif dengan AS akan membantu menghindari skenario terburuk,” kata kepala analis Nissan Securities Investment Hiroyuki Kikukawa.

    “Namun, ketidakpastian atas perundingan dagang AS-China dan negosiasi perdamaian antara Ukraina dan Rusia membatasi kenaikan lebih lanjut,” tambahnya.

    Hiroyuki Kikukawa memprediksi harga minyak WTI kemungkinan akan tetap berada di kisaran USD 60 hingga USD 70.

    AS dengan Eropa 

    Dua diplomat Eropa mengatakan pada hari Rabu bahwa Uni Eropa dan AS sedang bergerak menuju kesepakatan perdagangan yang dapat mencakup tarif dasar AS sebesar 15% untuk barang-barang Uni Eropa dan kemungkinan pengecualian.

     

  • Harga Minyak Naik Nyaris 1 Persen ke US$ 69 Per Barel

    Harga Minyak Naik Nyaris 1 Persen ke US$ 69 Per Barel

    New York, Beritasatu.com – Harga minyak naik 1 persen karena penarikan berita bahwa Amerika Serikat (AS) akan menarik minyak mentah mereka dan perkiraan pemangkasan ekspor bensin Rusia.

    Harga minyak mentah Brent berjangka ditutup pada US$ 69,18 per barel, naik 67 sen atau 0,98 persen. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup pada US$ 66,03 per barel, naik 78 sen atau 1,20 persen.

    Harga minyak mentah sempat turun pada perdagangan sore hari di tengah berita bahwa pemerintahan Presiden AS Donald Trump sedang bersiap untuk mengizinkan operasi minyak terbatas di negara OPEC yang dikenai sanksi, Venezuela.

    Nantinya, eksplorasi itu akan dipimpin oleh perusahaan minyak besar Chevron (CVX.N). Sebelumnya, WTI telah naik lebih dari US$ 1 dan minyak mentah Brent mendekati level tersebut.

    “Berita tentang Chevron yang dapat kembali ke Venezuela dan memproduksi minyak kembali membuat pasar goncang,” kata, analis Again Capital LLC, John Kilduff, seperti dilansir dari Reuters, Jumat (25/7/2025).

    Meski begitu, Kilduff mengatakan pasar tidak menyangka pemerintahan Trump akan membuka Venezuela bagi perusahaan minyak AS lainnya. “Ini kejadian unik yang tak terduga,” tambahnya.

    Harga minyak rebound di akhir sesi perdagangan di tengah berita bahwa Rusia berencana memangkas ekspor bensin ke semua negara kecuali beberapa sekutu dan negara seperti Mongolia, yang memiliki perjanjian pasokan dengan Rusia.

    “Keinginan Rusia untuk memangkas ekspor bensin memberikan dorongan bagi pasar. Pasar sedang mencari alasan untuk menguat,” jelas analis senior Price Futures Group, Phil Flynn.

    Data Badan Informasi Energi AS menunjukkan persediaan minyak mentah turun pekan lalu sebesar 3,2 juta barel menjadi 419 juta barel, jauh melampaui ekspektasi analis sebesar 1,6 juta barel.

  • Harga Minyak Stabil di Tengah Serangan Drone di Irak dan Tarif AS

    Harga Minyak Stabil di Tengah Serangan Drone di Irak dan Tarif AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia cenderung stabil pada perdagangan Jumat (18/7/2025). Pasar saat ini dihadapkan pada kekhawatiran terganggunya pasokan akibat serangan drone di ladang minyak Kurdistan, Irak, serta potensi penurunan permintaan di tengah ketidakpastian kebijakan tarif Amerika Serikat (AS).

    Berdasarkan data pukul 09.39 WIB, harga minyak Brent hanya turun tipis 4 sen atau 0,06% menjadi US$ 69,48 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) turun 3 sen atau 0,04% ke posisi US$ 67,51 per barel.

    Dilansir dari Reuters, dalam empat hari terakhir, serangkaian serangan drone menghantam ladang minyak di wilayah Kurdistan, Irak, yang menyebabkan setengah dari total produksi wilayah itu terhenti. Kondisi ini sempat mendorong kenaikan harga minyak sebesar US$ 1 pada Kamis (17/7/2025).

    Selain itu, permintaan musiman akibat tingginya aktivitas perjalanan turut menopang pasar. Menurut laporan analis JPMorgan, permintaan minyak global selama dua pekan pertama Juli rata-rata mencapai 105,2 juta barel per hari (bph), meningkat 600.000 bph dibandingkan tahun lalu dan sesuai dengan proyeksi sebelumnya.

    Meski demikian, ketidakpastian seputar kebijakan tarif AS masih menekan pasar. Kekhawatiran bertambah dengan rencana negara-negara produsen minyak utama yang berencana mencabut pemangkasan produksi mereka. Hal ini diperkirakan akan menambah pasokan global saat permintaan musiman di musim panas belahan bumi utara mulai menurun.

    Secara mingguan, harga minyak Brent dan WTI sama-sama mencatatkan penurunan lebih dari 1%.

    “Fundamental minyak dalam jangka pendek masih mendukung harga, dan pasar kemungkinan tetap ketat hingga kuartal ini berakhir, sebelum mulai mendapat suplai tambahan di tiga bulan terakhir tahun ini,” tulis analis ING dalam riset mereka.

    Menurut dua pejabat energi Irak, produksi minyak di wilayah semi-otonom Kurdistan telah turun 140.000–150.000 barel per hari, atau lebih dari setengah produksi normal wilayah tersebut yang biasanya mencapai 280.000 bph.

    Pejabat keamanan menduga serangan dilakukan oleh milisi yang didukung Iran, meskipun belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas aksi tersebut.

    Di sisi lain, pemerintah pusat Irak menyatakan bahwa ekspor minyak dari wilayah Kurdistan akan segera dilanjutkan melalui jalur pipa menuju Turki setelah sempat terhenti selama 2 tahun.

  • Donald Trump Ancam Rusia, Harga Minyak Mentah Anjlok – Page 3

    Donald Trump Ancam Rusia, Harga Minyak Mentah Anjlok – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak mentah turun pada perdagangan hari Senin, karena investor mempertimbangkan ancaman baru dari Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump berupa sanksi kepada pembeli minyak Rusia yang dapat memengaruhi pasokan global. Selain itu, investor juga masih dilanda khawatir dengan tarif Trump.

    Mengutip CNBC, Selasa (15/7/2025), harga minyak mentah berjangka Brent turun USD 1,15 atau 1,63% dan ditutup pada USD 69,21 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS turun USD 1,47 atau 2,15%, ditutup pada USD 66,98 per barel.

    Trump mengumumkan senjata baru untuk Ukraina dan mengancam akan menjatuhkan sanksi kepada pembeli minyak yang diekspor Rusia kecuali Rusia menyetujui kesepakatan damai dalam 50 hari.

    Harga minyak menguat di awal sesi, di tengah ekspektasi bahwa Washington akan memberlakukan sanksi yang lebih berat. Namun, harga minyak melemah karena para pedagang mempertimbangkan tenggat waktu 50 hari.

    “Pasar menganggapnya negatif karena tampaknya masih banyak waktu untuk bernegosiasi,” kata analis senior Price Futures Group Phil Flynn.

    “Kekhawatiran akan sanksi langsung terhadap minyak Rusia masih jauh di masa depan daripada yang diperkirakan pasar pagi ini,” tambah dia. 

     

     

  • Harga Minyak Mentah Naik 2% di Tengah Ancaman Surplus dan Ketatnya Pasar – Page 3

    Harga Minyak Mentah Naik 2% di Tengah Ancaman Surplus dan Ketatnya Pasar – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak mentah naik lebih dari 2% pada perdagangan hari Jumat. Kenaikan harga minyak ini karena investor mempertimbangkan ketatnya pasar minyak mentah terhadap potensi surplus besar tahun ini yang diproyeksikan oleh International Energy Agency (IEA).

    Sementara tarif AS dan kemungkinan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia juga menjadi fokus investor saat ini.

    Mengutip CNBC, Sabtu (12/7/2025), harga minyak mentah berjangka Brent naik USD 1,72 atau 2,51% dan ditutup pada USD 70,36 per barel. Untuk harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik USD 1,88 atau 2,82% menjadi USD 68,45 per barel.

    Pada level tersebut, Brent diperkirakan akan naik 1,6% minggu ini, sementara WTI naik sekitar 0,6% dari penutupan minggu lalu.

    IEA mengatakan pada hari Jumat bahwa pasar minyak global mungkin lebih ketat daripada yang terlihat, dengan permintaan yang didukung oleh puncak operasional kilang di musim panas untuk memenuhi kebutuhan perjalanan dan pembangkit listrik.

    Kontrak Brent untuk bulan September diperdagangkan dengan premi USD 1,11 terhadap kontrak berjangka Oktober.

    “Warga sipil, baik yang bepergian menggunakan pesawat maupun yang bepergian menggunakan kendaraan pribadi menunjukkan keinginan yang kuat untuk liburan,” ujar analis PVM, John Evans, dalam sebuah catatan pada hari Jumat.

    IEA meningkatkan proyeksi pertumbuhan pasokan tahun ini, sekaligus memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan, yang menyiratkan pasar surplus.

    “OPEC+ akan segera dan secara signifikan meningkatkan pasokan minyak. Ada ancaman kelebihan pasokan yang signifikan. Namun, dalam jangka pendek, harga minyak tetap terdukung,” ujar analis Commerzbank dalam sebuah catatan.

     

  • Harga Minyak Melonjak hingga 2 Persen

    Harga Minyak Melonjak hingga 2 Persen

    New York, Beritasatu.com – Harga minyak naik lebih dari 2 persen karena Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan permintaan minyak lebih banyak. Pada sisi lain, tarif Trump dan kemungkinan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia juga menjadi fokus.

    Minyak mentah Brent berjangka ditutup naik US$ 1,72 atau 2,5 persen ke US$ 70,36 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate AS naik US$ 1,88 atau 2,8 persen ke US$ 68,45 per barel. Minggu ini, Brent naik 3 persen, sementara WTI mencatat kenaikan mingguan sekitar 2,2 persen.

    IEA menyatakan pasar minyak global mungkin lebih banyak daripada yang terlihat. Permintaan didukung oleh produksi kilang musim panas untuk memenuhi kebutuhan dan pembangkit listrik.

    “Pasar mulai menyadari bahwa pasokan sedang terbatas,” kata analis senior Price Futures Group, Phil Flynn, seperti dilansir dari Reuters, Sabtu (12/7/2025).

    Perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi selama 11 minggu berturut-turut. Terakhir kali hal itu terjadi adalah Juli 2020, ketika pandemi Covid-19 membuat permintaan bahan bakar menurun.

    Meskipun pasar dalam jangka pendek masih ketat, IEA meningkatkan proyeksi pertumbuhan pasokan tahun ini sekaligus memangkas prospek pertumbuhan permintaan, yang menyiratkan pasar surplus.

    “OPEC+ akan segera dan secara signifikan meningkatkan pasokan minyak. Ada ancaman kelebihan pasokan yang signifikan. Namun, dalam jangka pendek, harga minyak tetap menguat,” katanya. 

    Indikasi lain dari permintaan jangka pendek yang kuat adalah prospek Arab Saudi mengirimkan sekitar 51 juta barel minyak mentah ke China pada Agustus, pengiriman terbesar dalam lebih dari 2 tahun. Namun, dalam jangka panjang, OPEC memangkas proyeksi permintaan minyak global pada periode 2026-2029 karena melambatnya permintaan China.

  • OPEC+ Sepakat Dongkrak Produksi Minyak pada Agustus 2025 – Page 3

    OPEC+ Sepakat Dongkrak Produksi Minyak pada Agustus 2025 – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Delapan negara penghasil minyak dari aliansi OPEC+ sepakat pada Sabtu, 5 Juli 2025 untuk meningkatkan produksi minyak mentah kolektif sebesar 548.000 barel per hari. Hal ini seiring OPEC+ terus mengakhiri serangkaian pemotongan pasokan sukarela.

    Mengutip CNBC, Sabtu (5/7/2025), subkelompok aliansi ini, yang terdiri dari produsen besar Rusia dan Arab Saudi, bersama Aljazair, Irak, Kazakhstan, Kuwait, Oman dan Uni Emirat Arab bertemu secara digital pada hari sebelumnya. OPEC+ diharapkan meningkatkan produksi sebesar 411.000 barel per hari.

    Dalam sebuah pernyataan, Sekretariat OPEC mengaitkan keputusan negara-negara tersebut untuk meningkatkan produksi harian pada Agustus sebesar 548.000 barel dengan “prospek ekonomi global yang stabil dan fundamental pasar yang sehat saat ini, sebagaimana tercermin dalam persediaan minyak yang rendah.”

    Delapan produsen tersebut telah menerapkan dua rangkaian pemotongan produksi sukarela di luar kebijakan formal koalisi OPEC+ yang lebih luas.Pertama, dengan total 1,66 juta barel per hari, tetap berlaku hingga akhir tahun depan.

    Berdasarkan strategi kedua, negara-negara tersebut mengurangi produksi mereka sebanyak 2,2 juta barel per hari hingga akhir kuartal pertama.

    OPEC+ awalnya bermaksud meningkatkan produksi yasebanyak 137.000 barel per hari setiap bulan hingga September 2026, tetapi baru mempertahankan laju tersebut pada April. Kelompok tersebut kemudian melipatgandakan kenaikan tersebut menjadi 411.000 barel per hari pada Mei, Juni, dan Juli — dan selanjutnya mempercepat laju peningkatan mereka pada Agustus.

    Harga minyak sempat terdongkrak dalam beberapa minggu terakhir oleh lonjakan permintaan musim panas dan perang 12 hari antara Israel dan Iran, yang mengancam pasokan Teheran dan menimbulkan kekhawatiran atas potensi gangguan pasokan yang diangkut melalui Selat Hormuz.

    Pada akhir sesi Jumat, harga minyak berjangka ditutup pada USD 68,30 per barel untuk kontrak Ice Brent dengan masa kedaluwarsa September dan pada USD 66,50 per barel untuk minyak mentah Nymex U.S. West Texas Intermediate (WTI) pada Agustus.

  • Harga Minyak Merosot Jelang Pertemuan OPEC+ – Page 3

    Harga Minyak Merosot Jelang Pertemuan OPEC+ – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak anjlok menjelang pertemuan OPEC+ yang akan menghasilkan kenaikan produksi yang substansial. Sementara itu,  ancaman tarif terbaru Presiden AS Donald Trump mengurangi minat terhadap risiko yang lebih luas.

    Mengutip Yahoo Finance, Sabtu (5/7/2025), harga minyak Brent turun 68 sen atau 0,98% ke posisi USD 68,43 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun di bawah USD 67 per barel, memperpanjang penurunan 0,7% pada Kamis pekan ini. Kartel itu mempertimbangkan untuk mempercepat pemulihan produksi minyak lebih jauh dan akan membahas kenaikan lebih dari 411.000 barel per hari untuk Agustus pada pertemuan Sabtu pekan ini, demikian disampaikan delegasi.

    Kebijakan perdagangan global juga menjadi fokus, mendorong saham di Asia dan wilayah lainnya turun. Presiden AS Donald Trump menuturkan, pemerintahannya akan mulai mengirimkan surat kepada mitra dagang untuk menetapkan tarif unilateral sebelum batas waktu 9 Juli dan pungutan baru akan mulai berlaku pada Agustus.

    Harga minyak mentah bergejolak dalam beberapa minggu terakhir, diguncang oleh kekhawatiran perang Israel-Iran akan menghambat pasokan.

    Pasar meski telah tenang, kekhawatiran masih ada atas negosiasi dengan Iran, pembicaraan perdagangan yang dipimpin AS, dan kebijakan yang berkembang oleh OPEC+.

    “Fundamental absolut pasar sedang mengambil alih,” ujar Senior Vice President Rystad Energy di Calgary, Susan Bell.

    “Premi risiko telah keluar dari pasar dan fundamentalnya cukup lemah,” ia menambahkan.

    Mengenai Iran, Washington berencana untuk memulai kembali pembicaraan nuklir, dan utusan Timur Tengah AS Steven Witkoff akan bertemu Menteri Luar Negeri Abbas Araghchi di Oslo minggu depan, Axios melaporkan. Sementara itu, AS mengambil langkah-langkah baru untuk membatasi perdagangan minyak Republik Islam, yang terus menekan Teheran.

    Di Kanada, kebakaran hutan terjadi di wilayah Fort McMurray, sekitar 20 kilometer (12 mil) dari lokasi produksi pasir minyak utama. Produksi dari Alberta turun ke level terendah dalam dua tahun pada bulan Mei, bersamaan dengan penurunan produksi dari Meksiko dan larangan pengiriman dari Venezuela untuk memperkuat harga minyak mentah yang tinggi.

  • Harga Minyak Merosot Jelang Pertemuan OPEC+ – Page 3

    Harga Minyak Stabil di Tengah Antisipasi Kenaikan Produksi OPEC+ – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia tetap stabil pada hari Selasa saat para investor mengevaluasi ekspektasi bahwa OPEC+ akan mengumumkan kenaikan produksi minyak untuk bulan Agustus dalam pertemuan mendatang serta perkembangan negosiasi perdagangan.

    Dikutipd ari CNBC, Rabu (2/7/2025), harga minyak mentah Brent naik 37 sen, atau 0,55%, menjadi USD 67,11 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 34 sen, atau 0,55%, menjadi USD 65,45 per barel.

    Fokus utama pasar saat ini adalah pada rencana kenaikan produksi sebesar 411.000 barel per hari yang diperkirakan akan diumumkan oleh OPEC+ dalam pertemuan tanggal 6 Juli, kata analis Saxo Bank, Ole Hansen.

    Namun, sentimen ini sebagian diimbangi oleh potensi kesepakatan dagang yang dapat meningkatkan prospek permintaan.

    Kekhawatiran Pasar

    Menurut Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di ANZ, “Pasar kini khawatir bahwa aliansi OPEC+ akan terus melanjutkan laju percepatan peningkatan produksinya.”

    Empat sumber dari OPEC+ mengatakan kepada Reuters pekan lalu bahwa kelompok tersebut – yang mencakup OPEC dan sekutunya termasuk Rusia – berencana menaikkan produksi sebesar 411.000 barel per hari pada Agustus, menyusul kenaikan serupa pada Mei, Juni, dan Juli. Jika disetujui, total peningkatan pasokan OPEC+ tahun ini akan mencapai 1,78 juta barel per hari, setara dengan lebih dari 1,5% dari permintaan minyak global.

     

  • Wamen ESDM Pede Target Setoran PNBP Migas Rp 120,9 T Tercapai, Ini Strateginya

    Wamen ESDM Pede Target Setoran PNBP Migas Rp 120,9 T Tercapai, Ini Strateginya

    Jakarta

    Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Yuliot Tanjung optimistis target Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP) dari Sumber Daya Alam (SDA) minyak dan gas (Migas) yang telah ditetapkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2025 sebesar Rp 120,99 triliun dapat tercapai.

    Meskipun pada periode Januari-Juni 2025 PNBP dari sektor SDA Migas baru mencapai Rp 39,83 triliun atau baru sebesar 32,92% dari target, ia yakin target bisa tercapai karena PNBP dari sektor SDA Migas selalu melebihi dari target yang ditetapkan.

    “Jadi kalau pengalaman kita tahun 2024 yang lalu itu justru PNBP dari ESDM 118%,” kata Yuliot di Kementerian ESDM, Jakarta Pusat, Selasa (1/7/2025).

    Yuliot menjelaskan strategi yang akan dilakukan Kementerian ESDM untuk mencapai target tersebut dengan terus memaksimalkan potensi sumur minyak untuk dieksplorasi. Hal ini diyakini akan meningkatkan lifting migas dalam negeri yang ujungnya potensi penerimaan negara akan meningkat.

    “Kalau ini liftingnya dinaikin berarti kan potensi peningkatan negara akan terjadi peningkatan,” katanya.

    Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur Jenderal Minyak dan Gas (Migas) Kementerian ESDM Tri Winarno pun menjelaskan penyebab capaian setoran PNBP masih 32% lantaran rata-rata harga minyak dunia masih berada di bawah asumsi ICP pada APBN 2025.

    “Terkait hal ini mungkin disebabkan dengan asumsi harga ICP pada tahun 2025, yaitu US$ 82 per barel, sedangkan pada realisasinya rata-rata minyak ICP sampai dengan bulan Mei 2025 adalah sebesar US$ 70 per barel,” terang Winarno dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komisi XII DPR di Jakarta, Senin (30/6/2025).

    Selain imbas asumsi harga ICP yang tidak stabil, Winarno menyebut lambatnya PNBP SDA terjadi akibat lifting migas yang belum mencapai target APBN 2025 sebesar 605 ribu BOPD. ICP pada 2026 diperkirakan berada di kisaran US$ 60-80 per barel.

    Menurut Winarno, perkembangan harga minyak mentah dunia saat ini mengalami tren penurunan dibanding asumsi APBN 2025. Hingga Mei 2025 rata-rata ICP tercatat sebesar US$ 70,05 per barel atau lebih rendah dari asumsi APBN US$ 82 per barel.

    “Untuk tahun 2026 diproyeksikan harga minyak mentah Indonesia, ini berdasarkan rapat awal adalah sebesar US$ 60-80 per barel,” jelasnya.

    Tren pelemahan ini terjadi imbas ketegangan geopolitik di Timur Tengah. Di sisi lain, kenaikan tarif dagang Amerika Serikat (AS) juga menyumbang sentimen pergerakan harga komoditas migas dunia.

    Ia memaparkan, berdasarkan data US Energy Information Administration (EIA) dan hasil pooling Reuters, harga minyak mentah Brent diperkirakan menyentuh angka US$ 64,6 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) sebesr US$ 60,80 per barel.

    Ia merinci, Departemen Energi AS juga memprediksi harga minyak WTI berada di level US$ 62,33 dan Brent US$ 65,97 per barel. Sedangkan berdasarkan kajian Reuters, harga minyak WTI sebssr US$ 64,12 dan Brent US$ 67,71 per barel.

    “Untuk tahun 2026 diproyeksikan harga minyak mentah Indonesia, ini berdasarkan rapat awal dengan Kementerian Keuangan, adalah sebesar US$ 60-80 per barrel yang didasarkan pada publikasi US-IAE dan polling Reuters,” imbuhnya.

    Lihat juga Video KPK Pamer Kinerja 5 Tahun, Tangani 597 Kasus-Aset Recovery PNBP Rp 2,4 T

    (ara/ara)