Produk: West Texas Intermediate

  • Harga Minyak Dunia Turun Tajam, Ini Gara-garanya

    Harga Minyak Dunia Turun Tajam, Ini Gara-garanya

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun sekitar 2% pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta). Hal ini menandai penurunan hari ketiga berturut-turut karena investor mempertimbangkan dampak sanksi AS terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia terhadap pasokan global, bersama dengan potensi rencana OPEC+ untuk meningkatkan produksi.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (29/10/2025), harga minyak mentah Brent berjangka ditutup turun USD 1,22, atau 1,9%, menjadi USD 64,40 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,16 atau 1,9% pada USD 60,15.

    Harga minyak Brent dan WTI minggu lalu mencatat kenaikan mingguan terbesar sejak Juni, bereaksi terhadap keputusan Presiden AS Donald Trump untuk menjatuhkan sanksi terkait Ukraina terhadap Rusia untuk pertama kalinya dalam masa jabatan keduanya, yang menargetkan perusahaan minyak Lukoil dan Rosneft.

    Menteri Ekonomi Jerman menyatakan, Pemerintah AS telah memberikan jaminan tertulis bahwa bisnis Jerman milik Rosneft Rusia akan dibebaskan dari sanksi karena aset tersebut tidak lagi berada di bawah kendali Rusia.

    “Trump yang memberikan keringanan ini kepada Jerman memberi kesan bahwa mungkin ada lebih banyak ruang gerak terkait sanksi ini, sehingga hal ini menghilangkan beberapa kekhawatiran langsung bahwa pasokan dapat menyusut drastis. Kami jelas melihat adanya (perdagangan) penghindaran risiko hari ini,” kata Analis Senior Price Futures Group Phil Flynn, Rabu (29/10/2025).

    Direktur Eksekutif Badan Energi Internasional Fatih Birol menyatakan, dampak sanksi terhadap negara-negara pengekspor minyak akan terbatas karena kelebihan kapasitas.

    Langkah ini merupakan tindakan paling penting sejauh ini yang dilakukan oleh perusahaan Rusia menyusul sanksi Barat atas perang skala penuh Rusia di Ukraina, yang dimulai pada Februari 2022.

    Lukoil yang berkantor pusat di Moskow menyumbang sekitar 2% dari produksi minyak global.

     

  • Update Harga Minyak 27 Oktober: Masih Tertekan Lemahnya Permintaan

    Update Harga Minyak 27 Oktober: Masih Tertekan Lemahnya Permintaan

    London, Beritasatu.com – Harga minyak dunia masih berada dalam tekanan pada perdagangan hari ini Senin (27/10/2025). Optimisme terhadap trade deal framework antara Amerika Serikat (AS) dan China membantu meredam kekhawatiran tentang lemahnya permintaan minyak global.

    Kontrak Brent tercatat turun 14 sen atau hampir 0,2% ke level US$ 65,70 per barel. Sementara West Texas Intermediate (WTI) melemah 9 sen atau 0,2% menjadi US$ 61,41 per barel. Kedua kontrak tersebut sempat anjlok sekitar 1% pada awal perdagangan.

    Menteri Keuangan AS Scott Bessent mengatakan pada Minggu (26/10/2025), pejabat AS dan China berhasil menyepakati sebuah kerangka substansial dalam pembahasan dagang. Kesepakatan itu diharapkan dapat menghindari tarif 100% yang sebelumnya diancam AS terhadap barang-barang asal China, serta menunda penerapan pengendalian ekspor rare earth dari China.

    Kabar ini langsung mendorong penguatan harga saham global. Namun sebaliknya, aset lindung nilai seperti emas dan obligasi justru melemah seiring perbaikan selera risiko pelaku pasar.

    Menurut analis PVM Oil Associates, John Evans, pelaku pasar minyak masih cenderung skeptis terhadap perkembangan kesepakatan tersebut.

    “Pelaku pasar minyak jauh lebih berhati-hati terhadap kesepakatan dagang dibanding pelaku pasar saham. Suasana negosiasi yang cerah tidak serta-merta berarti peningkatan permintaan,” ujar Evans seperti dilansir dari Reuters, Senin (27/10/2025).

    Kekhawatiran terhadap permintaan yang lesu masih membayangi harga minyak. Harga Brent jatuh ke level terendah sejak Mei 2025 pada awal Oktober akibat tanda-tanda perlambatan ekonomi global. Meski begitu, sanksi baru yang diberlakukan AS terhadap Rusia serta konsumsi energi di AS yang lebih kuat dari perkiraan menjadi faktor penopang harga.

    “Kabar positif bagi pihak bull adalah konsumsi di AS terus menunjukkan pemulihan. Jika tidak, pelemahan harga seperti yang terlihat hari ini dapat semakin dalam,” kata Kepala Analis Pasar IG Bank, Chris Beauchamp.

  • Harga Minyak Dunia Naik Tipis Imbas Sanksi AS ke Perusahaan Rusia – Page 3

    Harga Minyak Dunia Naik Tipis Imbas Sanksi AS ke Perusahaan Rusia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak menguat tipis pada perdagangan Jumat, 24 Oktober 2025. Kenaikan harga minyak melanjutkan lonjakan pada perdagangan sebelumnya dan berada di jalur kenaikan mingguan.

    Hal itu seiring sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap dua perusahaan minyak terbesar Rusia terkait perang di Ukraina memicu kekhawatiran pasokan.

    Mengutip CNBC, Sabtu (25/10/2025), harga minyak Brent berjangka turun 7 sen atau 0,12% menjadi USD 65,91. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 32 sen atau 0,52% menjadi USD 61,47.

    “Ini karena sanksi,” ujar Analis Senior Price Futures Group, Phil Flynn.

    Harga minyak berjangka telah turun dalam beberapa pekan terakhir karena ekspektasi kelebihan pasokan minyak karena OPEC dan sekutunya meningkatkan pasokan.

    “Melihat angka permintaan dari Badan Informasi Energi AS pada hari Rabu, kami tidak melihat adanya bukti kelebihan pasokan,” kata Flynn.

    Harga minyak acuan melonjak lebih dari 5% pada Kamis setelah pengumuman sanksi dan akan mencatat kenaikan mingguan sekitar 7%, terbesar sejak pertengahan Juni.

    Selisih enam bulan untuk Brent dan minyak mentah berjangka AS kembali ke kondisi backwardation. Hal ini berarti struktur pasar di mana kontrak untuk pemuatan selanjutnya dihargai lebih rendah daripada pemuatan sebelumnya setelah sempat berada dalam kondisi contango minggu ini, di mana pemuatan selanjutnya lebih mahal.

    Hal ini menunjukkan pergeseran kekhawatiran para pedagang dari kelebihan pasokan menjadi kekurangan pasokan, yang memungkinkan para pedagang menjual dengan harga mendekati bulan yang lebih tinggi daripada membayar untuk menyimpan minyak untuk penjualan pada masa mendatang.

     

     

  • Harga Minyak Melejit, Investor Cermati Pasokan hingga Hubungan Dagang AS-China – Page 3

    Harga Minyak Melejit, Investor Cermati Pasokan hingga Hubungan Dagang AS-China – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Kenaikan harga minyak ini seiring investor menilai kembali harapan kelebihan pasokan dan mencari kejelasan mengenai ketegangan hubungan perdagangan antara Amerika Serikat (AS) dan China, dua konsumen minyak terbesar di dunia.

    Mengutip CNBC, Rabu (22/10/2025), harga minyak mentah Brent naik 31 sen atau 0,5% menjadi USD 61,32 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November yang berakhir pada penutupan perdagangan Selasa, ditutup naik 30 sen atau 0,5% menjadi USD 57,82.

    Harga minyak dari dua kontrak itu mencapai level terendah sejak awal Mei pada perdagangan Senin, 20 Oktober 2025. Hal ini setelah rekor produksi minyak AS dan keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya untuk terus melanjutkan rencana kenaikan pasokan meningkatkan harapan kelebihan pasokan.

    “Namun, persediaan minyak mentah dan bahan bakar distilat AS yang relatif rendah membantu mengatasi sebagian tekanan pada harga acuan minyak,” ujar Chief Commodities Analyst SEB, Bjarne Schieldrop.

    Perselisihan perdagangan AS-China juga telah meningkatkan antisipasi perlambatan pertumbuhan ekonomi global akan menekan permintaan minyak. Namun, kedua belah pihak telah berupaya untuk meredam perselisihan tersebut.

    Presiden AS Donald Trump mengatakan pada Senin kalau ia berharap dapat mencapai kesepakatan perdagangan yang adil dengan China. Ada pun Donald Trump dijadwalkan bertemu dengan Presiden China Xi Jinping di Korea Selatan minggu depan.

     

     

  • Harga Minyak Melejit, Investor Cermati Pasokan hingga Hubungan Dagang AS-China – Page 3

    Harga Minyak Jatuh Lebih dari 2%, IEA Prediksi Kelebihan Pasokan – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia cenderung stabil pada penutupan perdagangan Jumat (17/10/2025), namun mencatat penurunan mingguan lebih dari 2%. Pelemahan harga minyak ini terjadi setelah Badan Energi Internasional (IEA) memproyeksikan adanya potensi kelebihan pasokan (glut)

    Selain itu, harga minyak mentah juga turun karena adanya kabar bahwa Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin sepakat untuk menggelar pertemuan baru membahas konflik Ukraina.

    Dikutip dari CNBC, Sabtu (18/10/2025), harga minyak mentah Brent naik tipis USD 0,23 atau 0,38% menjadi USD 61,29 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat naik USD 0,08 atau 0,14% ke USD 57,54 per barel.

    Pertemuan antara Trump dan Putin dijadwalkan berlangsung di Hongaria dalam dua pekan ke depan, menyusul tercapainya gencatan senjata sementara antara Israel dan Hamas di Gaza.

    Langkah ini juga bertepatan dengan kunjungan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy ke Gedung Putih, di mana ia meminta tambahan bantuan militer, termasuk rudal jarak jauh Tomahawk buatan AS. Sementara itu, Washington menekan India dan China agar menghentikan pembelian minyak Rusia.

    Menurut Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group, meredanya ketegangan di Timur Tengah dan Ukraina telah mengurangi risiko geopolitik secara signifikan.

    “Kita melihat perdamaian di Timur Tengah, Iran yang kini lebih netral, dan pergeseran di Ukraina — risiko pasar berkurang secara luar biasa,” ujarnya.

     

  • Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata Gaza, Harga Minyak Mentah Mendingin

    Israel-Hamas Sepakati Gencatan Senjata Gaza, Harga Minyak Mentah Mendingin

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia terpantau melemah setelah Israel dan kelompok Hamas menandatangani perjanjian gencatan senjata di Gaza.

    Melansir Reuters pada Jumat (10/10/2025), harga minyak berjangka Brent turun US$1,03 atau 1,6% menjadi US$65,22 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) AS terkoreksi US$1,04 atau 1,7% ke level US$61,51 per barel.

    Dalam kesepakatan yang dimediasi AS, Israel dan Hamas menyetujui penghentian pertempuran, penarikan sebagian pasukan Israel dari Gaza, serta pembebasan seluruh sandera Israel yang ditahan Hamas dengan imbalan ratusan tahanan Palestina di Israel. 

    Perjanjian ini menjadi fase awal dari inisiatif Presiden AS Donald Trump untuk mengakhiri perang di Gaza.

    “Kontrak berjangka minyak berada dalam fase koreksi seiring meredanya konflik Israel–Hamas,” ujar Dennis Kissler, Senior Vice President of Trading BOK Financial.

    Claudio Galimberti, Chief Economist Rystad Energy, menilai perjanjian damai ini sebagai terobosan besar dalam sejarah modern Timur Tengah dengan implikasi luas terhadap pasar energi. 

    “Mulai dari berkurangnya potensi serangan Houthi di Laut Merah hingga meningkatnya peluang tercapainya kesepakatan nuklir dengan Iran,” jelasnya dalam catatan riset.

    Sementara itu, OPEC+ pada Minggu lalu menyepakati kenaikan produksi minyak mulai November, meski lebih kecil dari ekspektasi pasar sehingga meredakan kekhawatiran kelebihan pasokan.

    Sebelumnya, harga minyak sempat naik sekitar 1% pada Rabu (8/10/2025) ke level tertinggi sepekan, dipicu kekhawatiran sanksi terhadap Rusia masih akan berlanjut akibat mandeknya perundingan damai Ukraina. Rusia saat ini merupakan eksportir minyak terbesar kedua di dunia.

    Dari sisi lain, dinamika politik AS juga menjadi sorotan. Rancangan undang-undang Partai Demokrat dan Republik untuk mendanai pemerintah federal serta mengakhiri penutupan sebagian layanan belum memperoleh cukup suara di Senat. 

    Shutdown berkepanjangan berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi AS sekaligus melemahkan permintaan minyak.

    Perdana Menteri India Narendra Modi juga menyampaikan bahwa ia berbicara dengan Presiden Trump pada Kamis untuk membahas kemajuan negosiasi dagang kedua negara. 

    Trump diketahui telah memberlakukan tarif tinggi terhadap sebagian besar ekspor India, termasuk barang-barang yang dikenakan bea masuk 25%, sebagai respons atas keputusan New Delhi yang tetap mengimpor minyak dari Rusia.

    Selain itu, pemerintahan Trump juga menjatuhkan sanksi kepada sekitar 100 individu, perusahaan, dan kapal—termasuk sebuah kilang independen serta terminal di China—yang dianggap membantu perdagangan minyak dan petrokimia Iran.

  • Keputusan OPEC+ Dongkrak Harga Minyak Mentah, Pasar Tetap Waspadai Permintaan Lemah – Page 3

    Keputusan OPEC+ Dongkrak Harga Minyak Mentah, Pasar Tetap Waspadai Permintaan Lemah – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia menguat lebih dari 1% pada penutupan perdagangan Senin (7/10/2025) setelah OPEC+ mengumumkan rencana peningkatan produksi yang ternyata lebih kecil dari perkiraan pasar.

    Keputusan dari organisasi negara produsen minyak ini meredakan kekhawatiran akan banjir pasokan baru, meskipun prospek permintaan global yang lemah diperkirakan akan membatasi kenaikan harga dalam jangka pendek.

    Mengutip CNBC, Selasa (7/10/2025), harga minyak mentah Brent naik 94 sen atau 1,46% menjadi USD 65,47 per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) di AS naik 81 sen atau sekitar 1,33% ke posisi USD 61,69 per barel.

    “Pasar sebelumnya memperkirakan OPEC+ akan menambah produksi lebih besar dari ini,” kata analis Rystad Energy Janiv Shah.

    “Namun, kenaikan sebesar 137.000 barel per hari (bph) ini tetap akan memperluas kelebihan pasokan untuk kuartal IV 2025 dan 2026,” tambahnya.

    Dalam pertemuan yang digelar pada Minggu, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama Rusia dan sekutunya memutuskan untuk meningkatkan produksi sebesar 137.000 bph mulai November, jumlah yang sama dengan kenaikan di bulan Oktober.

    Langkah ini diambil di tengah kekhawatiran pasar atas potensi kelebihan pasokan global.

     

  • Harga Minyak Dunia Turun Tajam, Ini Gara-garanya

    Harga Minyak Menguat, Pasar Menanti Keputusan OPEC+ – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak anjlok sekitar 2% ke level terendah dalam empat bulan pada perdagangan Kamis, 2 Oktober 2025. Koreksi harga minyak ini memperpanjang penurunan hingga hari keempat akibat kekhawatiran kelebihan pasokan di pasar menjelang pertemuan OPEC+ pada akhir pekan lalu.

    Mengutip CNBC, Jumat (3/10/2025), harga minyak Brent turun USD 1,24 atau 1,9% dan ditutup ke posisi USD 64,11, yang merupakan level terendah sejak Juni. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) susut USD 1,30 atau 2,1%, dan ditutup ke posisi USD 60,48 per barel, level terendah sejak 30 Mei.

    OPEC+ kemungkinan akan menyepakati peningkatan produksi minyak hingga 500.000 barel per hari pada November, tiga kali lipat dari peningkatan pada Oktober, seiring upaya Arab Saudi untuk merebut kembali pangsa pasar, menurut tiga sumber yang mengetahui perundingan tersebut.

    Direktur pelaksana di Onyx Capital Group, Jorge Montepeque mengatakan beberapa bank, seperti Macquarie, telah memprediksi kelebihan pasokan super di pasar minyak, yang telah membebani sentimen.

    “Tanda-tandanya sudah jelas,” tulis firma riset investasi HFI Research dalam sebuah blogpost.

    “Persediaan minyak AS akan meningkat hingga akhir tahun, dan peningkatan persediaan global yang terlihat akan semakin besar. Ditambah lagi dengan peningkatan ekspor minyak mentah OPEC+, hasilnya adalah kondisi pasar minyak yang terus melemah,” tulis mereka.

     

  • Harga Minyak Dunia Turun Tajam, Ini Gara-garanya

    Harga Minyak Menguat, Pasar Menanti Keputusan OPEC+ – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak anjlok sekitar 2% ke level terendah dalam empat bulan pada perdagangan Kamis, 2 Oktober 2025. Koreksi harga minyak ini memperpanjang penurunan hingga hari keempat akibat kekhawatiran kelebihan pasokan di pasar menjelang pertemuan OPEC+ pada akhir pekan lalu.

    Mengutip CNBC, Jumat (3/10/2025), harga minyak Brent turun USD 1,24 atau 1,9% dan ditutup ke posisi USD 64,11, yang merupakan level terendah sejak Juni. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) susut USD 1,30 atau 2,1%, dan ditutup ke posisi USD 60,48 per barel, level terendah sejak 30 Mei.

    OPEC+ kemungkinan akan menyepakati peningkatan produksi minyak hingga 500.000 barel per hari pada November, tiga kali lipat dari peningkatan pada Oktober, seiring upaya Arab Saudi untuk merebut kembali pangsa pasar, menurut tiga sumber yang mengetahui perundingan tersebut.

    Direktur pelaksana di Onyx Capital Group, Jorge Montepeque mengatakan beberapa bank, seperti Macquarie, telah memprediksi kelebihan pasokan super di pasar minyak, yang telah membebani sentimen.

    “Tanda-tandanya sudah jelas,” tulis firma riset investasi HFI Research dalam sebuah blogpost.

    “Persediaan minyak AS akan meningkat hingga akhir tahun, dan peningkatan persediaan global yang terlihat akan semakin besar. Ditambah lagi dengan peningkatan ekspor minyak mentah OPEC+, hasilnya adalah kondisi pasar minyak yang terus melemah,” tulis mereka.

     

  • Top 3: Saling Balas Purbaya dan Bahlil – Page 3

    Top 3: Saling Balas Purbaya dan Bahlil – Page 3

    Harga minyak anjlok sekitar 2% ke level terendah dalam empat bulan pada perdagangan Kamis, 2 Oktober 2025. Koreksi harga minyak ini memperpanjang penurunan hingga hari keempat akibat kekhawatiran kelebihan pasokan di pasar menjelang pertemuan OPEC+ pada akhir pekan lalu.

    Mengutip CNBC, Jumat (3/10/2025), harga minyak Brent turun USD 1,24 atau 1,9% dan ditutup ke posisi USD 64,11, yang merupakan level terendah sejak Juni. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) susut USD 1,30 atau 2,1%, dan ditutup ke posisi USD 60,48 per barel, level terendah sejak 30 Mei.

    Simak berita selengkapnya di sini