Produk: West Texas Intermediate

  • Harga Minyak Naik karena Badai Tropis Rafael

    Harga Minyak Naik karena Badai Tropis Rafael

    Jakarta: Harga minyak ditutup lebih tinggi pada hari Selasa di tengah ekspektasi gangguan pasokan di AS karena Badai Tropis Rafael mengarah ke Teluk Meksiko.  
     
    Melansir Investing.com, Rabu, 6 November 2024, pada pukul 14.30 WIB (19.30 GMT), harga minyak Brent naik 0,6 persen menjadi USD75,53 per barel. Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate ( WTI ) naik 0,7 persen menjadi uSD71,99 per barel.
    Badai tropis Rafael
    Badai Tropis Rafael dapat menjadi badai kategori 2, yang berpotensi mengurangi sekitar empat juta barel produksi minyak AS minggu ini. Perusahaan-perusahaan energi besar telah memulai persiapan, menghentikan produksi lepas pantai dan mengevakuasi para pekerja.
     
    Pertaruhan pada gangguan pasokan datang hanya sehari sebelum laporan resmi minyak bumi yang diperkirakan akan menunjukkan produksi domestik naik 1,8 juta barel pada minggu sebelumnya.
     

    Pertemuan NPC Tiongkok
    Komite Tetap Kongres Rakyat Nasional Tiongkok telah memulai pertemuan empat hari pada Senin (NASDAQ:MNDY). NPC diperkirakan akan menyetujui lebih banyak pengeluaran fiskal oleh pemerintah, terutama setelah Beijing menguraikan sejumlah langkah fiskal yang bertujuan untuk mendukung pertumbuhan.
     
    Namun RRT belum memberikan isyarat mengenai ukuran atau skala langkah-langkah yang direncanakan, mengingat hanya NPC yang dapat menyetujui peningkatan pengeluaran fiskal.
     
    Laporan-laporan terakhir mengatakan negara ini dapat menyetujui peningkatan utang sekitar USD1,4 triliun dalam beberapa tahun mendatang.
    Tanda-tanda langkah-langkah stimulus konkrit di RRT kemungkinan besar akan mendukung pasar minyak, mengingat negara ini adalah importir minyak mentah terbesar di dunia. Kekhawatiran akan melambatnya permintaan di RRT telah menjadi pemberat utama harga minyak.
    Pemilu AS dan pertemuan The Fed ditunggu
    Pasar juga menantikan isyarat lebih lanjut dari AS saat negara ini akan mengadakan pemilihan presiden yang berlangsung ketat pada Selasa. Jajak pendapat terbaru menunjukkan Donald Trump dan Kamala Harris sebagian besar bersaing ketat, dengan hasil yang jelas tampak tidak pasti.
     
    Setelah pemilu, fokus minggu ini juga tertuju pada pertemuan Federal Reserve, dan bank sentral secara luas diperkirakan akan memangkas suku bunga sebesar 25 basis poin.
     
     
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Harga Minyak Turun karena Pertemuan Kongres China dan Pilpres AS Penuh Ketidakpastian

    Harga Minyak Turun karena Pertemuan Kongres China dan Pilpres AS Penuh Ketidakpastian

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak sedikit melemah pada Selasa (5/11/2024) pagi karena pasar bersiap menghadapi ketidakpastian dari Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS), setelah sebelumnya naik lebih dari 2% menyusul keputusan OPEC+ untuk menunda rencana peningkatan produksi.

    Pada pukul 01.06 GMT, harga minyak mentah Brent turun 15 sen atau sekitar 0,2% ke level US$ 74,93 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 14 sen atau 0,2% ke level US$ 71,33 per barel.

    “Kita sedang berada dalam ketenangan sebelum badai,” kata analis pasar dari IG, Tony Sycamore, dikutip dari Reuters.

    Ia menambahkan, para investor kini juga tengah memantau hasil pemilihan presiden AS serta pertemuan National People’s Congress (NPC) di China, yang mungkin akan mengumumkan lebih banyak stimulus ekonomi.

    Harga minyak terdorong oleh pengumuman dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) beserta sekutunya, atau OPEC+, pada Minggu (3/11/2024) untuk menunda kenaikan produksi hingga Desember 2024 karena permintaan yang melemah, serta meningkatnya pasokan dari negara non-OPEC yang membebani pasar.

    “Secara teknis, minyak mentah perlu menembus batas resistensi pada US$ 71,50 atau US$ 72,50 untuk mengurangi risiko penurunan harga,” ujar Sycamore, merujuk pada harga WTI. 

  • Harga Minyak Melambung Usai OPEC+ Tunda Dongkrak Produksi – Page 3

    Harga Minyak Melambung Usai OPEC+ Tunda Dongkrak Produksi – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia naik hampir 3% pada perdagangan hari Senin. Kenaikan harga minyak dunia ini karena OPEC+ memutuskan untuk menunda rencana peningkatan produksi selama sebulan.

    sementara, pelaku pasar saat ini tengah bersiap menghadapi minggu penting yang mencakup pemilihan presiden AS dan pertemuan penting di Tiongkok.

    Mengutip CNBC, Selasa (5/11/2024), harga minyak berjangka Brent naik USD 1,98 per barel atau 2,71% dan ditutup pada USD 75,08 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,98 per barel atau 2,85% dan ditutup pada USD 71,47 per barel.

    Pada hari Minggu, OPEC+, yang mencakup Negara-negara anggota organisasi pengekspor minyak plus Rusia dan sekutu lainnya, mengatakan akan memperpanjang pemangkasan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari (bph) selama satu bulan lagi atau hingga akhir Desember.

    Pemotongan produksi atau lebih tepatnya penundaan peningkatan produksi ini telah dilakukan sejak Oktober kemarin. Alasannya, harga yang telah turun dalam dan permintaan yang lemah.

    OPEC+ seharusnya meningkatkan produksi sebesar 180.000 bph mulai Desember.

    “Mempertimbangkan kekhawatiran pertumbuhan ekonomi yang sedang berlangsung, kami yakin grup tersebut menginginkan kejelasan lebih lanjut tentang dampak ekonomi dari pemotongan suku bunga di AS dan pelonggaran kebijakan fiskal dan moneter di Tiongkok,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.

    “OPEC+ juga harus memiliki kejelasan tentang presiden AS berikutnya dan dampak pemotongan kompensasi dari negara-negara yang memproduksi di atas batas maksimal mereka di masa lalu.” tambah Giovanni.

    OPEC+ akan secara bertahap menghentikan pemotongan 2,2 juta barel per hari selama beberapa bulan mendatang, sementara pemotongan produksi 3,66 juta barel per hari lainnya akan tetap dilakukan hingga akhir 2025.

     

  • Langkah OPEC+ Dorong Harga Minyak Naik Lebih dari 2 Persen

    Langkah OPEC+ Dorong Harga Minyak Naik Lebih dari 2 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Keputusan OPEC+ terkait penundaan rencana peningkatan produksi selama satu bulan mendorong harga minyak dunia menguat lebih dari 2% pada perdagangan Senin (4/11/2024). Selain itu, hasil Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden Amerika Serikat (AS) juga memengaruhi harga minyak.

    Mengutip Reuters, Selasa (5/11/2204), harga minyak Brent naik 2,7% atau sebesar US$ 1,98 menjadi US$ 75,08 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 2,85% atau US$ 1,98 menjadi US$ 71,47 per barel. Diketahui pada pekan lalu, harga Brent sempat anjlok 4% dan WTI turun 3%.

    OPEC+ pada Minggu (3/11/2024), umumkan perpanjangan pemotongan produksi sebesar 2,2 juta barel. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan produksi bulanan sebesar 180.000 bpr mulai Desember.

    Ahli strategi energi Macquarie Walt Chancellor mengatakan, perpanjangan ini memunculkan keraguan terhadap komitmen OPEC+ untuk meningkatkan pasokan pada 2025.

    “Pengumuman ini mungkin meredakan kekhawatiran akan perang harga OPEC+ yang baru,” ucapnya.

    Produksi minyak OPEC meningkat pada Oktober setelah Libya menyelesaikan krisis politik. Namun, peningkatan produksi dibatasi oleh komitmen Irak untuk memenuhi pemotongan produksi yang telah disepakati dalam aliansi OPEC+.

    Perusahaan Minyak Nasional (NOC) Libya menyebut, produksi minyak negara itu mendekati 1,5 juta bph.

    Selain itu, Pilpres AS juga membuat harga minyak naik karena persaingan dua kandidat yang kuat. Kamala Harris dan Donald Trump bersaing ketat di survei, sehingga memicu ketidakpastian pasar.

  • Harga Minyak Naik Lebih dari US$ 1 Setelah OPEC+ Tunda Kenaikan Produksi

    Harga Minyak Naik Lebih dari US$ 1 Setelah OPEC+ Tunda Kenaikan Produksi

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mengalami kenaikan lebih dari US$ 1 pada perdagangan Senin (4/11/2024) pagi setelah OPEC+ mengumumkan rencana peningkatan produksi bulan Desember akan ditunda akibat permintaan yang rendah dan suplai yang bertambah di luar OPEC+.

    Dilansir dari Reuters, minyak mentah Brent naik US$ 1,18 atau sekitar 1,61% menjadi US$ 74,28 per barel pada pukul 01.21 GMT. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik US$ 1,20 atau 1,73%, mencapai US$ 70,69 per barel.

    OPEC+, yang mencakup organisasi negara-negara pengekspor minyak beserta Rusia dan sekutu lainnya, semula berencana meningkatkan produksi sebanyak 180.000 barel per hari mulai Desember 2024, tetapi akhirnya ditunda. Penundaan ini memperpanjang pemangkasan produksi sebesar 2,2 juta barel per hari selama 1 bulan lagi.

    Analis ING dalam catatannya menyebutkan, meskipun penundaan hingga Januari 2025 tidak banyak mengubah faktor fundamental, langkah tersebut dapat membuat pasar mempertimbangkan ulang strategi OPEC+. Penundaan ini mengejutkan sebagian pelaku pasar yang sebelumnya memprediksi OPEC+ akan melanjutkan rencana peningkatan produksi.

    “Penundaan peningkatan pasokan ini menunjukkan kelompok tersebut mungkin lebih bersedia mempertahankan harga tinggi daripada yang diperkirakan banyak pihak,” ungkap para analis.
     

  • Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Ikut Mendidih!

    Konflik Iran-Israel Memanas, Harga Minyak Ikut Mendidih!

    Jakarta

    Harga minyak dunia naik di tengah konflik Timur Tengah yang kian memanas. Kenaikan harga minyak menyusul laporan bahwa Iran tengah mempersiapkan serangan balasan terhadap Israel dari Irak dalam beberapa hari mendatang.

    Dikutip dari CNBC, Sabtu (2/11/2024), harga minyak berjangka Brent naik 29 sen, atau 0,4% menjadi US$ 73,10 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 23 sen, atau 0,33% ke US$ 69,49. Namun demikian, untuk minggu ini, kedua kontrak tersebut masih turun lebih dari 3% setelah naik 4% pada pekan lalu.

    Situs berita AS, Axios, melaporkan pada Kamis bahwa Iran tengah mempersiapkan diri untuk menyerang Israel dari Irak dalam beberapa hari ke depan. Laporan ini mengutip dua sumber Israel yang tidak disebutkan namanya.

    “Setiap tanggapan tambahan dari Iran mungkin tetap terkendali, mirip dengan serangan terbatas Israel akhir pekan lalu, oleh karena itu terutama dimaksudkan sebagai demonstrasi kekuatan daripada undangan untuk membuka peperangan,” kata analis SEB Research Ole Hvalbye.

    Iran dan Israel telah terlibat dalam serangkaian serangan balasan dalam perang Timur Tengah yang lebih luas dipicu oleh pertempuran di Gaza. Serangan udara Iran sebelumnya terhadap Israel pada 1 Oktober dan April sebagian besar ditangkis, dengan hanya menimbulkan kerusakan kecil.

    Iran mendukung beberapa kelompok yang saat ini memerangi Israel, termasuk Hizbullah di Lebanon, Hamas di Gaza, dan Houthi di Yaman. AS telah meminta Lebanon untuk mengumumkan gencatan senjata sepihak dengan Israel untuk menghidupkan kembali pembicaraan untuk mengakhiri permusuhan Israel dan Hizbullah.

    Di sisi lain, Iran merupakan anggota Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC). Menurut data Badan Informasi Energi AS, Iran memproduksi 4 juta barel minyak per hari (bpd) pada 2023.

    Sedangkan menurut analis dan laporan pemerintah AS, Iran berada di jalur yang tepat untuk mengekspor 1,5 juta bpd pada 2024. Angka ini naik dari perkiraan 1,4 juta bpd pada tahun 2023.

    Perubahan harga minyak ini juga didukung oleh ekspektasi bahwa OPEC+ dapat menunda rencana peningkatan produksi minyak pada bulan Desember selama sebulan atau lebih. Ini karena kekhawatiran atas permintaan minyak yang lemah dan meningkatnya pasokan. Keputusan dapat diambil paling cepat minggu depan.

    (shc/ara)

  • Iran Siapkan Serangan ke Israel, Harga Minyak Terdongkrak – Page 3

    Iran Siapkan Serangan ke Israel, Harga Minyak Terdongkrak – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak naik tipis pada penutupan perdagangan Jumat karena adanya laporan bahwa Iran tengah mempersiapkan serangan balasan ke Israel.

    Mengutip CNBC, Sabtu (2/10/2024), harga minyak berjangka Brent naik 29 sen atau 0,4% dan ditutup pada USD 73,10 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 23 sen atau 0,33% dan ditutup pada USD 69,49 per barel.

    Namun, jika dihitung sepanjang pekan ini, harga minyak berjangka Brent dan WTI yang menjadi patokan tersebut masih turun kurang lebih 3% setelah naik 4% minggu lalu.

    Situs web berita AS Axios melaporkan pada hari Kamis bahwa intelijen Israel menunjukkan bahwa Iran tengah mempersiapkan diri untuk menyerang Israel. Serangkan ini akan dilakukan dari Irak dalam beberapa hari ke depan.

    Informasi mengenai serangan ini dua sumber Israel yang tidak disebutkan namanya.

    “Setiap tanggapan tambahan dari Iran mungkin tetap terkendali, mirip dengan serangan terbatas Israel akhir pekan lalu, oleh karena itu terutama dimaksudkan sebagai demonstrasi kekuatan daripada undangan untuk membuka peperangan,” kata analis SEB Research Ole Hvalbye.

    Iran dan Israel telah terlibat dalam serangkaian serangan balasan dalam perang Timur Tengah yang lebih luas yang dipicu oleh pertempuran di Gaza.

    Serangan udara Iran sebelumnya terhadap Israel pada 1 Oktober dan April sebagian besar berhasil ditangkis, dengan hanya kerusakan kecil.

     

  • Harga Minyak Dunia Naik Lagi, Ini Pemicunya – Page 3

    Harga Minyak Dunia Naik Lagi, Ini Pemicunya – Page 3

    Sebelumnya, Harga minyak melonjak pada hari Rabu, naik lebih dari 2% setelah data menunjukkan penurunan tak terduga pada stok minyak mentah dan bensin AS minggu lalu. Kenaikan harga minyak ini juga dipicu laporan bahwa OPEC+ mungkin menunda rencana peningkatan produksi minyak.

    Dikutip dari CNBC, kamis (31/10/2024), setelah mengalami penurunan lebih dari 6% di awal minggu karena risiko perang lebih luas di Timur Tengah berkurang, minyak mentah berjangka Brent menguat USD 1,43 atau 2,01%, menjadi USD 72,55 per barel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 1,4 atau 2,08%, menjadi USD 68,61 per barel.

    Stok bensin AS secara tak terduga turun ke level terendah dua tahun minggu lalu, seiring meningkatnya permintaan, menurut Administrasi Informasi Energi (EIA). Stok minyak mentah AS juga mencatat penurunan mengejutkan karena impor yang menurun.

    Impor minyak mentah AS dari Arab Saudi turun ke titik terendah sejak Januari 2021, hanya 13.000 barel per hari (bph), turun dari 150.000 bph pada minggu sebelumnya. Impor minyak mentah dari Kanada, Irak, Kolombia, dan Brasil juga mengalami penurunan, menurut EIA.

    “Penurunan stok bensin akibat permintaan yang lebih tinggi dari minggu sebelumnya menjadi faktor pendukung utama,” ujar Matt Smith, analis dari Kpler, menambahkan bahwa penurunan impor membantu stok minyak mentah mengalami sedikit penurunan.

    OPEC Pertimbangkan Penundaan Peningkatan ProduksiReuters melaporkan bahwa OPEC+, yang mencakup Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) bersama sekutu seperti Rusia, mempertimbangkan untuk menunda peningkatan produksi minyak yang dijadwalkan pada Desember karena kekhawatiran akan permintaan yang lemah dan pasokan yang meningkat.

    “OPEC+ selalu menyarankan bahwa pencabutan pemotongan pasokan sukarela tergantung pada kondisi pasar,” kata Harry Tchilinguirian, kepala riset di Onyx Capital Group. “Bahwa mereka mungkin meninjau kembali waktu pelepasan barel mereka tidaklah mengherankan, mengingat lemahnya realitas makroekonomi, khususnya di Tiongkok, yang menyebabkan penurunan estimasi pertumbuhan permintaan global.”

     

  • Harga Minyak Naik karena Stok AS Berkurang dan OPEC+ Kaji Tunda Kenaikan Produksi

    Harga Minyak Naik karena Stok AS Berkurang dan OPEC+ Kaji Tunda Kenaikan Produksi

    Chicago, Beritasatu.com – Harga minyak menguat (rebound) pada Rabu (30/10/2024) lebih 2% setelah persediaan minyak mentah dan bensin AS turun minggu lalu dan OPEC+ kemungkinan menunda rencana peningkatan produksi.

    Setelah jatuh 6% di awal minggu karena berkurangnya risiko perang Timur Tengah, minyak mentah Brent ditutup naik US$ 1,43 (2,01%) pada US$ 72,55 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI), acuan AS naik US$ 1,4 (2,08%) menjadi US$ 68,61.

    Badan Informasi Energi (EIA) menyatakan, persediaan bensin AS turun minggu lalu ke level terendah dalam 2 tahun karena menguatnya permintaan. Sementara persediaan minyak mentah juga mencatat penurunan karena impor berkuang.

    Impor minyak mentah AS dari Arab Saudi turun ke level terendah minggu lalu sejak Januari 2021, yakni hanya 13.000 barel per hari dari 150.000 barel per hari. “Impor minyak mentah dari Kanada, Irak, Kolombia, Brasil semuanya turun minggu ini,” kata EIA.

    Reuters melaporkan OPEC+ dapat menunda rencana peningkatan produksi minyak pada Desember selama sebulan atau lebih karena kekhawatiran melemahnya permintaan dan meningkatnya pasokan.

    “OPEC+ selalu menyarankan penghentian pemotongan pasokan sukarela akan bergantung pada kondisi pasar,” kata Kepala Penelitian di Onyx Capital Group Harry Tchilinguirian.

    OPEC+ dijadwalkan meningkatkan produksi sebesar 180.000 barel per hari (bph) pada Desember. OPEC+ telah memangkas produksi sebesar 5,86 juta bph, setara dengan sekitar 5,7% dari permintaan minyak global.

    Dua sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters, keputusan menunda kenaikan bisa terjadi paling cepat minggu depan. 

    OPEC+ dijadwalkan bertemu pada 1 Desember untuk memutuskan langkah kebijakan selanjutnya.

  • Prabowo Kumpulkan Menteri dan Bos Pertamina, Ekonom Bilang Sudah Saatnya Turunkan Harga BBM

    Prabowo Kumpulkan Menteri dan Bos Pertamina, Ekonom Bilang Sudah Saatnya Turunkan Harga BBM

    GELORA.CO  – Sejumlah menteri Kabinet Merah Putih dipanggil Presiden Prabowo Subianto ke Istana Kepresidenan, Jakarta, Rabu (30/10/2024) siang.

    Tampak hadir di Istana yakni Menko Perekonomian Airlangga Hartarto, Menteri Ketenagakerjaan Yassierli, Menteri Investasi Rosan Roeslani, Menteri Keungan Sri Mulyani, Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal Yandri Susanto, Menko Pemberdayaan Masyarakat Muhaimin Iskandar, Menteri Sosial Saifullah Yusuf, dan lainnya. 

    Selain itu, hadir juga Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, Dirut Pertamina Nicke Widyawati.

    Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan bahwa rapat yang digelar merupakan rapat internal yang salah satunya membahas soal ekonomi.

    Baca juga: Harga Minyak Dunia Melandai, Anjlok 5 Persen Pasca Iran Klaim Serangan Israel Seperti Kembang Api

    “Rapat internal, nanti setelah rapat saya sampaikan, (subsidi) salah satunya,” kata Airlangga.

    Hal senada disampikan oleh Menteri Ketenagakerjaan Yassierli. Ia mengatakan bahwa rapat digelar membahas program subsidi.

    “Iya salah satunya itu (subsidi),” katanya.

    Harga BBM Diturunkan

    Pemerintah diminta menurunkan harga BBM subsidi maupun non-subsidi di tengah penurunan harga minyak dunia dan upaya menjaga daya beli masyarakat.

    Ekonom Publik UPN Veteran Jakarta, Achmad Nur Hidayat mengatakan, penyesuaian harga BBM tidak hanya sekadar mencerminkan perubahan harga pasar, tetapi juga penting untuk menjaga daya beli masyarakat yang menurun. 

    Selain itu, langkah ini dapat membantu sektor industri yang tertekan serta mengimbangi tekanan deflasi yang terus berlanjut.

    “Penurunan harga BBM secara langsung akan membantu memulihkan daya beli masyarakat. Hal ini juga dapat menjaga stabilitas ekonomi dan memberikan ruang bagi industri untuk bertumbuh dalam kondisi permintaan yang lemah dan indeks PMI yang menunjukkan pelemahan,” papar Achmad dikutip Rabu (30/10/2024).

    Achmad menjelaskan, ada beberapa pertimbangan harga BBM di dalam negeri mesti diturunkan.

    Pertama, harga minyak mentah dunia telah mengalami penurunan signifikan dalam beberapa waktu terakhir, terutama pada jenis West Texas Intermediate (WTI) dan Brent. 

    Pada Oktober 2024, harga WTI sempat anjlok sebesar 6 persen dalam sehari, mencapai level terendah sejak awal bulan Oktober di kisaran USD67 per barel.

    “Penurunan harga ini disebabkan oleh lemahnya permintaan global dan kondisi geopolitik di Timur Tengah yang mulai mereda,” paparnya.

    Dengan adanya penurunan harga minyak global, kata Achmad, biaya pengadaan bahan bakar di dalam negeri juga ikut mengalami penurunan. Idealnya, penurunan ini tercermin pada harga jual BBM, baik subsidi maupun nonsubsidi, di dalam negeri.

    Kedua, daya beli masyarakat Indonesia mengalami penurunan yang signifikan, terlihat dari angka deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut. 

    Menurutnya, kondisi ini mengindikasikan bahwa banyak konsumen kesulitan memenuhi kebutuhan dasar, sementara harga BBM yang tetap tinggi memperburuk situasi.

    “Penurunan harga BBM akan langsung berdampak pada peningkatan daya beli masyarakat, karena biaya transportasi dan logistik akan lebih rendah. Hal ini akan menstabilkan harga barang kebutuhan dan membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari,” tuturnya.

    Ketiga, harga BBM yang tinggi menciptakan beban biaya tambahan bagi sektor industri, terutama industri yang sangat bergantung pada bahan bakar, seperti transportasi, logistik, dan manufaktur. 

    Achmad menyampaikan, dalam kondisi ekonomi global yang lemah dan permintaan yang menurun, sektor industri menghadapi tantangan besar untuk menjaga profitabilitas sambil tetap memenuhi kebutuhan operasional.

    Penurunan harga BBM akan mengurangi beban operasional bagi perusahaan dan memberikan ruang bagi industri untuk beroperasi lebih efisien. 

    “Ini juga membantu menjaga harga produk lebih stabil dan menghindari pengurangan produksi atau PHK. Dengan harga BBM yang lebih rendah, sektor industri dapat lebih kompetitif, meningkatkan kapasitas produksi, dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif,” tutur Achmad.

    Keempat, deflasi yang berlanjut selama lima bulan berturut-turut menunjukkan adanya ketidakseimbangan dalam struktur ekonomi saat ini. Penurunan harga ini disebabkan oleh menurunnya permintaan konsumen.

    Kondisi ini dapat menjadi ancaman serius bagi pertumbuhan ekonomi, karena konsumen dan perusahaan akan menahan pengeluaran dan investasi mereka. Hal ini dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi lebih lanjut.

    Kelima, indeks Manajer Pembelian (PMI) Indonesia baru-baru ini menunjukkan tren penurunan, yang mencerminkan penurunan aktivitas di sektor manufaktur dan industri secara keseluruhan. Tren ini mengindikasikan pelemahan sektor industri yang cukup mengkhawatirkan.

    Indeks PMI yang lebih rendah menunjukkan bahwa sektor-sektor utama mengalami penurunan pesanan baru dan produksi. Dengan menurunkan harga BBM, pemerintah dapat memberikan stimulus bagi sektor industri.

    Penurunan harga BBM ini juga dapat membantu menjaga biaya produksi pada level yang lebih kompetitif. Sehingga sektor manufaktur dapat kembali bergairah dan berkontribusi positif bagi perekonomian.

    Keenam, harga BBM yang tinggi membuat ketergantungan masyarakat terhadap BBM subsidi semakin besar. Dengan menurunkan harga BBM nonsubsidi, masyarakat dapat beralih ke BBM nonsubsidi dengan beban yang lebih ringan.

    Ketujuh, dalam kondisi ekonomi global yang tidak menentu, konsumsi domestik memiliki peran penting sebagai penopang utama pertumbuhan ekonomi nasional. 

    Kedelapan, penurunan harga BBM juga sejalan dengan upaya pemerintah untuk memulihkan ekonomi pascapandemi. 

    Kesembilan, harga BBM yang lebih rendah akan meningkatkan daya saing ekonomi Indonesia secara keseluruhan. 

    “Pemerintah perlu mempertimbangkan langkah ini sebagai strategi untuk menjaga keseimbangan ekonomi di tengah ketidakpastian global dan tantangan domestik yang ada,” ucapnya