Produk: West Texas Intermediate

  • Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 3 Persen Imbas Konflik Rusia-Ukraina

    Harga Minyak Dunia Naik Lebih dari 3 Persen Imbas Konflik Rusia-Ukraina

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia naik lebih dari 3% pada perdagangan Senin (18/11/2024), karena laporan gangguan produksi di ladang minyak Johan Sverdrup, Norwegia. Selain itu, harga emas naik karena ketegangan konflik Rusia-Ukraina memanas setelah pernyataan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden.

    Mengutip Reuters, Selasa (19/11/2024), harga minyak mentah Brent melesat US$ 2,26 atau 3,2% menjadi US$ 73,30 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) di Amerika Serikat (AS) menguat US$ 2,14 atau 3,2% menjadi US$ 69,16 per barel.

    Gangguan produksi di ladang minyak Johan Sverdrup, salah satu ladang minyak terbesar di Eropa Barat, terjadi akibat pemadaman listrik. Saat ini, upaya pemulihan produksi sedang dilakukan, tetapi belum ada kepastian kapan operasi akan kembali normal.

    Analis UBS Giovanni Staunovo mengungkapkan, gangguan ini memicu kekhawatiran pasar terkait potensi pengetatan pasokan minyak mentah di kawasan laut utara.

    “Kemudian, ladang minyak Tengiz di Kazakhstan, yang dikelola oleh Chevron, juga mengalami penurunan produksi hingga 30% karena sedang dilakukan perbaikan,” ucapnya.

    Selain itu, harga minyak juga dipengaruhi oleh eskalasi konflik Rusia-Ukraina yang terus meningkat. Pemerintahan Presiden AS Joe Biden telah memberikan izin bagi Ukraina untuk menggunakan senjata buatan AS dalam menyerang wilayah Rusia, termasuk Kursk.

    Langkah ini menuai kecaman dari Kremlin, yang menyebutnya sebagai tindakan ceroboh dan memperingatkan risiko eskalasi konflik dengan NATO.

    Analis IG Markets Tony Sycamore menyoroti, ketegangan geopolitik ini berpotensi mendorong harga minyak naik lebih tinggi.

    “Jika Ukraina mulai menargetkan infrastruktur minyak Rusia, hal tersebut bisa berdampak signifikan pada pasokan energi global,” pungkasnya.

    Serangan itu juga akan berpengaruh ke harga minyak dunia yang akan terus naik.

  • Harga Minyak Dunia Diskon Lagi 2%

    Harga Minyak Dunia Diskon Lagi 2%

    Houston: Harga minyak dunia turun lebih dari dua persen pada perdagangan Jumat waktu setempat (Sabtu WIB), karena investor khawatir tentang melemahnya permintaan Tiongkok dan potensi perlambatan laju pemotongan suku bunga Federal Reserve Amerika Serikat (AS).
     
    Mengutip data Yahoo Finance, Sabtu, 16 November 2024, harga minyak mentah Brent turun USD1,52, atau 2,09 persen, menjadi USD71,04 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD1,68, atau 2,45 persen, menjadi USD67,02. Selama seminggu, Brent turun sekitar empat persen, sementara WTI turun sekitar lima persen.
     
    Penyulingan minyak Tiongkok pada Oktober memproses 4,6 persen lebih sedikit minyak mentah daripada tahun sebelumnya karena penutupan pabrik dan pengurangan tingkat operasi pada penyulingan independen yang lebih kecil.
     
    Pertumbuhan produksi pabrik negara itu melambat bulan lalu dan kemerosotan permintaan di sektor properti menunjukkan sedikit tanda-tanda akan mereda, menambah kekhawatiran investor terhadap kesehatan ekonomi importir minyak mentah terbesar di dunia.
     
    Harga minyak juga turun minggu ini karena para peramal utama mengindikasikan melambatnya pertumbuhan permintaan global.
     
    IEA memperkirakan pasokan minyak global akan melebihi permintaan lebih dari satu juta barel per hari pada 2025, bahkan jika pemotongan tetap dilakukan oleh OPEC+.
     
    Sementara itu, OPEC memangkas perkiraan pertumbuhan permintaan minyak global untuk tahun ini dan 2025, yang menyoroti kelemahan di Tiongkok, India, dan kawasan lain.
     
    Rencana kebijakan Trump untuk tarif impor Tiongkok
     
    Di sisi lain, Presiden terpilih AS Donald Trump telah berjanji untuk mengakhiri status perdagangan negara paling disukai Tiongkok dan mengenakan tarif pada impor Tiongkok melebihi 60 persen, jauh lebih tinggi daripada yang dikenakan selama masa jabatan pertamanya.
     
    Ekonom Goldman Sachs Research telah sedikit menurunkan perkiraan pertumbuhan mereka untuk Tiongkok pada 2025, kata bank tersebut dalam sebuah catatan, menyusul ekspektasi kenaikan tarif yang signifikan di bawah Trump.
     
    Penjualan eceran AS meningkat sedikit lebih banyak daripada yang diharapkan pada Oktober, menunjukkan perekonomian memulai kuartal keempat dengan catatan yang kuat.
     
    Data tersebut menambah perdebatan di antara para pembuat kebijakan Federal Reserve mengenai kecepatan dan tingkat pemotongan suku bunga karena investor semakin menurunkan ekspektasi mereka terhadap penurunan suku bunga pada pertemuan bank sentral pada Desember.
     
    Suku bunga yang lebih rendah biasanya memacu pertumbuhan ekonomi, membantu permintaan bahan bakar. Namun, Presiden Federal Reserve Bank of Boston Susan Collins tidak mengesampingkan kemungkinan pemotongan suku bunga pada Desember.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Harga Minyak Mentah Cetak Kerugian Mingguan, Dampak Banjir Pasokan – Page 3

    Harga Minyak Mentah Cetak Kerugian Mingguan, Dampak Banjir Pasokan – Page 3

    Harga minyak mentah berjangka naik tipis pada perdagangan hari Kamis. Meskipun alami kenaikan, harga minyak yang menjadi patokan di Amerika Serikat (AS) ditutup di bawah USD 69 per barel. Tertahannya kenaikan harga minyak ini karena surplus besar diperkirakan terjadi pada 2025.

    Laporan bulanan Badan Energi Internasional menuliskan bahwa persediaan minyak mentah global diperkirakan akan melampaui permintaan lebih dari 1 juta barel per hari tahun depan yang dipimpin oleh pertumbuhan yang kuat di AS.

    Mengutip CNBC, Jumat (15/11/2024), berikut ini harga energi penutupan perdagangan di bursa AS pada hari Kamis:

    Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember ditutup USD 68,70 per barel, naik 27 sen atau 0,39% dibanding sehari sebelumnya. Sejak awal tahun hingga saat ini harga WTI turun sekitar 4%.

    Harga minyak Brent untuk kontrak Januari ditutup di angka USD 72,56 per barel, naik 28 sen atau 0,39%. Sejak awal tahun hingga saat ini harga patokan global turun hampir 6%.

    Harga Bensin untuk kontrak Desember ditutup USD 1,9817 per galon, naik 0,84%. Tahun ini harga bensin telah turun hampir 6%.

    Untuk harga gas alam kontrak Desember ditutup USD 2,785 per seribu kaki kubik, turun 6,64%. Tahun ini, harga gas telah naik hampir 11%.

     

  • Harga Minyak Akhirnya Naik Lagi, Tapi Masih di Bawah USD 69 per Barel – Page 3

    Harga Minyak Akhirnya Naik Lagi, Tapi Masih di Bawah USD 69 per Barel – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak mentah berjangka naik tipis pada perdagangan hari Kamis. Meskipun alami kenaikan, harga minyak yang menjadi patokan di Amerika Serikat (AS) ditutup di bawah USD 69 per barel. Tertahannya kenaikan harga minyak ini karena surplus besar diperkirakan terjadi pada 2025.

    Laporan bulanan Badan Energi Internasional menuliskan bahwa persediaan minyak mentah global diperkirakan akan melampaui permintaan lebih dari 1 juta barel per hari tahun depan yang dipimpin oleh pertumbuhan yang kuat di AS.

    Mengutip CNBC, Jumat (15/11/2024), berikut ini harga energi penutupan perdagangan di bursa AS pada hari Kamis:

    Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak Desember ditutup USD 68,70 per barel, naik 27 sen atau 0,39% dibanding sehari sebelumnya. Sejak awal tahun hingga saat ini harga WTI turun sekitar 4%.

    Harga minyak Brent untuk kontrak Januari ditutup di angka USD 72,56 per barel, naik 28 sen atau 0,39%. Sejak awal tahun hingga saat ini harga patokan global turun hampir 6%.

    Harga Bensin untuk kontrak Desember ditutup USD 1,9817 per galon, naik 0,84%. Tahun ini harga bensin telah turun hampir 6%.

    Untuk harga gas alam kontrak Desember ditutup USD 2,785 per seribu kaki kubik, turun 6,64%. Tahun ini, harga gas telah naik hampir 11%.

    UBS memangkas perkiraan harga untuk patokan global Brent menjadi hanya USD 80 per barel dari perkiraan sebelumnya di USD 87 karena melemahnya permintaan di Tiongkok yang merupakan negara importir minyak mentah terbesar di dunia.

    OPEC pada hari Selasa memangkas perkiraan pertumbuhan permintaannya untuk bulan keempat berturut-turut awal minggu ini.

    Harga minyak telah turun lebih dari 4% sejak Donald Trump memenangkan pemilihan presiden AS karena dolar telah melonjak. Dolar AS yang lebih kuat dapat menekan permintaan minyak di antara pembeli yang memegang mata uang lainnya.

  • Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Penarikan Stok Bahan Bakar AS

    Harga Minyak Dunia Naik Tipis di Tengah Penarikan Stok Bahan Bakar AS

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia ditutup naik tipis pada perdagangan fluktuatif, Kamis (14/11/2024). Hal ini terjadi karena penarikan stok bahan bakas Amerika Serikat (AS) lebih besar daripada kekhawatiran kelebihan pasokan dan permintaan.

    Mengutip Reuters, Jumat (15/11/2024), harga minyak mentah Brent ditutup 28 sen atau 0,4% lebih tinggi pada US$ 72,56 per barel. Kemudian, harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 27 sen atau 0,4% pada US$ 68,70. Kedua harga acuan sempat merosot ke wilayah negatif selama sesi perdagangan.

    Brent diperkirakan akan kehilangan sekitar 1,7% dalam seminggu, sementara WTI diperkirakan akan mengakhiri minggu dengan penurunan lebih dari 2% karena dolar AS yang lebih kuat dan kekhawatiran tentang meningkatnya pasokan di tengah pertumbuhan permintaan yang lambat.

    Badan Informasi Energi menyebutkan, persediaan bensin AS turun 4,4 juta barel minggu lalu, dibandingkan dengan ekspektasi analis dalam jajak pendapat Reuters untuk penambahan 600.000 barel. Persediaan sebesar 206,9 juta barel untuk minggu yang berakhir pada 8 November adalah yang terendah sejak November 2022.

    Badan Energi Internasional memperkirakan pasokan minyak global akan melebihi permintaan pada 2025 bahkan jika pemotongan tetap dilakukan oleh OPEC+. Pemotongan itu mencakup organisasi negara-negara pengekspor minyak dan sekutu, seperti Rusia, karena meningkatnya produksi dari AS dan produsen luar lainnya di tengah permintaan lesu.

    Badan itu menaikkan perkiraan pertumbuhan permintaan pada 2024 sebesar 60.000 barel per hari menjadi 920.000 barel per hari, dan menargetkan perkiraan pertumbuhan permintaan minyak pada 2025 menjadi 990.000 barel per hari.

    Dolar AS yang lebih kuat membuat minyak dalam denominasi dolar lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya. Hal itu dapat mengurangi permintaan.

    Ahli strategi minyak UBS Switzerland AG Giovanni Staunovo mengatakan, minyak mentah Brent diperkirakan mencapai rata-rata US$ 80 sepanjang 2025, turun dari perkiraan akhir September sebesar US$ 85 berdasarkan pertumbuhan permintaan yang lebih rendah, terutama dari China.

    “Secara keseluruhan, kami melihat pasar minyak seimbang hingga sedikit kelebihan pasokan tahun depan,” pungkas Staunovo.

  • Gegara Ini Harga Minyak Dunia Tergelincir hingga 2%

    Gegara Ini Harga Minyak Dunia Tergelincir hingga 2%

    Houston: Harga minyak dunia turun lebih dari dua persen pada perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB), setelah rencana stimulus terbaru Tiongkok mengecewakan investor yang mencari pertumbuhan permintaan di konsumen minyak terbesar kedua di dunia, sementara pasokan tampaknya akan meningkat pada 2025.
     
    Dikutip dari Yahoo Finance, Selasa, 12 November 2024, harga minyak mentah Brent ditutup pada USD71,83 per barel, turun USD2,04 atau 2,76 persen. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup pada USD68,04 per barel, turun USD2,34, atau 3,32 persen. Kedua acuan tersebut turun lebih dari dua persen pada perdagangan Jumat lalu.
     
    Kemenangan Donald Trump dalam pemilu AS mungkin akan terus memengaruhi pasar, kata Phil Flynn, analis senior di Price Futures Group. Menurut dia, Pemilu dengan janji Trump untuk ‘mengebor’, telah menghilangkan sebagian insentif untuk mengambil posisi beli.
    Indeks dolar AS, ukuran nilainya relatif terhadap keranjang mata uang asing, sedikit melampaui nilai tertinggi yang terlihat tepat setelah pemilihan presiden AS minggu lalu, dengan pasar masih menunggu kejelasan tentang kebijakan AS di masa mendatang.
     
    Dolar yang lebih kuat membuat komoditas dalam mata uang AS, seperti minyak, lebih mahal bagi pemegang mata uang lain dan cenderung membebani harga.
     

     

    Pasokan minyak mentah bakal tumbuh

    Bank of America Securities mengatakan dalam sebuah catatan, pasokan minyak mentah non-OPEC diperkirakan akan tumbuh sebesar 1,4 juta barel per hari (bph) pada 2025 dan 900 ribu bph pada 2026.
     
    Pertumbuhan non-OPEC yang signifikan tahun depan dan paket stimulus Tiongkok yang tidak meyakinkan kemungkinan berarti persediaan akan membengkak bahkan tanpa peningkatan OPEC+.
     
    Pada akhir September, OPEC+ mengatakan akan meningkatkan pasokan pada Desember sebesar 180 ribu barel per hari, tetapi awal bulan ini sebuah kesepakatan dicapai di antara negara anggota dan sekutu untuk menunda perluasan pasokan hingga Januari.
     
    Regulator produksi lepas pantai AS mengatakan 25,7 persen produksi minyak mentah dan 13 persen produksi gas alam masih ditutup karena Badai Rafael, yang pada Senin pecah dan hanya menjadi badai sisa di Teluk Meksiko bagian tengah.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Harga Minyak Hari Ini Turun Tertekan Stimulus China

    Harga Minyak Hari Ini Turun Tertekan Stimulus China

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia turun lebih dari 2% pada perdagangan, Senin (11/11/2024) waktu setempat, imbas stimulus China yang membuat kecewa investor terkait peningkatan permintaan.

    Mengutip Reuters, Selasa (12/11/2024), harga minyak Brent ditutup turun US$ 2,04 (2,76%) menjadi US$ 71,83 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir anjlok US$ 2,34 (3,32%) menjadi US$ 68,04 per barel. Kedua patokan harga minyak itu juga menurun lebih dari 2% pada Jumat pekan lalu.

    Di China, harga konsumen naik dengan laju paling lambat dalam empat bulan pada Oktober, sementara deflasi harga produsen semakin dalam meskipun Pemerintah China menggandakan upaya stimulus untuk menopang ekonominya.

    “Angka inflasi China kembali lemah, dengan pasar mengkhawatirkan deflasi, terutama karena perubahan tahunan indeks harga produsen semakin jatuh ke wilayah negatif. Momentum ekonomi China tetap negatif,” kata analis pasar XM Achilleas Georgolopoulos.

    Selain itu, Kemenangan Donald Trump dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) Amerika Serikat (AS) 2024 juga diperkirakan akan memengaruhi pasar minyak.

    Analis senior di Price Futures Group Phil Flynn menjelaskan, janji Trump untuk “drill, baby, drill” mengurangi minat investor untuk melakukan posisi beli.

    Indeks dolar AS, yang mengukur nilai dolar terhadap sejumlah mata uang asing, sedikit melewati titik tertinggi yang terlihat setelah pemilu AS minggu lalu.

    Pasar masih menantikan kejelasan terkait kebijakan masa depan AS. Dolar yang lebih kuat membuat komoditas yang dihargai dalam dolar AS, seperti harga minyak yang akan lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya, sehingga cenderung menekan harga.

  • Harga Minyak Merosot Terseret Badai hingga Sentimen Kebijakan China – Page 3

    Harga Minyak Merosot Terseret Badai hingga Sentimen Kebijakan China – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak menguat ikuti pasar saham seiring pelaku pasar mencerna narasi mengenai langkah Donald Trump akan pengaruhi pasar minyak mentah.

    Mengutip Yahoo Finance, Jumat (8/11/2024), harga minyak West Texas Intermediate (WTI) naik 0,9 persen menjadi USD 72 per barel. Hal ini seiring dolar Amerika Serikat (AS) yang melemah dan harga saham yang menguat. Harga minyak Brent naik menjadi di bawah USD 76.

    Citigroup Inc mengatakan, Donald Trump mungkin akan berikan sentimen negatif terhadap harga minyak mentah karena prospek produksi yang lebih tinggi. Selain itu tarif baru yang semakin hambat ekonomi China.

    Di sisi lain, Standard Chartered mengatakan, pelaku pasar akan mengabaikan seruan Trump untuk lebih banyak pengeboran.

    Pada saat yang sama, banyak pedagang bersiap menghadapi tindakan keras Amerika Serikat (AS) yang diperbarui terhadap Iran melalui sanksi dan potensi gejolak dalam konflik Timur Tengah. Dampak pemerintahan Trump terhadap minyak Rusia merupakan faktor geopolitik lainnya.

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengucapkan selamat kepada Trump pada Kamis dan mengatakan usulannya tentang Ukraina patut mendapat perhatian.

    “Ada beberapa kekuatan yang berlawanan,” kata Kepala Strategi Komoditas di ING Groep NV, Warren Patterson.

    “Di sisi positif, Anda memiliki potensi penegakan sanksi yang lebih ketat terhadap Iran dan lebih banyak peningkatan pada pertumbuhan PDB AS tahun 2025. Namun, penguatan USD, dan prospek peningkatan sewa minyak dan gas di lahan federal lebih bearish,” ia menambahkan.

     

  • Harga Minyak Dunia Menggeliat

    Harga Minyak Dunia Menggeliat

    New York: Harga minyak mentah dunia menguat pada perdagangan Kamis waktu setempat.
     
    Melansir Xinhua, Jumat, 8 November 2024, harga minyak West Texas Intermediate untuk pengiriman Desember naik 67 sen atau 0,93 persen menjadi USD72,36 per barel di Bursa Perdagangan New York.
     
    Harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Januari naik 71 sen atau 0,95 persen menjadi USD75,63 per barel di Bursa Berjangka London ICE.
     
    Nasdaq meroket

    Saham-saham di Amerika Serikat (AS) berakhir bervariasi pada perdagangan Kamis waktu setempat. Investor mempertimbangkan pemangkasan suku bunga baru dari Federal Reserve bersamaan dengan kemenangan pemilihan presiden Donald Trump.
    Melansir Xinhua, Jumat, 8 November 2024, indeks Dow Jones Industrial Average turun 0,59 poin, atau 0,00 persen menjadi 43.729,34. S&P 500 naik 44,06 poin atau 0,74 persen menjadi 5.973,1. Indeks Komposit Nasdaq naik 285,99 poin atau 1,51 persen menjadi 19.269,46.
     
     

     

    Ilustrasi. Foto: AFP
     

    Delapan dari 11 sektor utama S&P 500 berakhir di zona hijau, dengan layanan komunikasi dan teknologi memimpin penguatan dengan kenaikan masing-masing sebesar 1,92 persen dan 1,83 persen. Sementara itu, sektor keuangan dan industri memimpin penurunan dengan masing-masing kehilangan 1,62 persen dan 0,60 persen.
     

    The Fed pangkas suku bunga

    Seperti yang diantisipasi, The Fed menurunkan suku bunga acuannya sebesar 25 basis poin pada Kamis, sehingga turun ke kisaran 4,5 persen hingga 4,75 persen.
     
    Namun, bank sentral menghapus pernyataan kebijakannya Komite Pasar Terbuka Federal telah memperoleh keyakinan yang lebih besar inflasi bergerak secara berkelanjutan menuju dua persen. Sehingga menimbulkan pertanyaan tentang kecepatan dan jumlah penurunan suku bunga di masa mendatang.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (AHL)

  • Harga Minyak Naik Hampir 1 Persen, Pasar Tunggu Arah Kebijakan Donald Trump

    Harga Minyak Naik Hampir 1 Persen, Pasar Tunggu Arah Kebijakan Donald Trump

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah pada Kamis (7/11/2024) melonjak hampir 1% seiring investor mulai mengevaluasi dampak kebijakan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat (AS) terhadap pasokan minyak.

    Sementara itu, para pengebor bersiap menghadapi Badai Rafael dengan memangkas produksi. Kenaikan ini tertahan oleh penguatan dolar dan penurunan impor minyak mentah di China.

    Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent ditutup naik 71 sen atau 0,95%, menjadi US$ 75,63 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS meningkat 67 sen atau 0,93% menjadi $72,36 per barel.

    Menurut Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow, kenaikan harga minyak ini didorong oleh harapan bahwa pemerintahan Trump akan memperketat sanksi terhadap Iran dan Venezuela, yang diperkirakan akan mengurangi pasokan minyak di pasar

    “Pasar sekarang mengantisipasi langkah kebijakan apa yang akan diambil oleh Donald Trump, dan reaksi terhadap prospek ini sangat kuat,” ujar Lipow.

    Pada masa jabatannya sebelumnya, Trump menerapkan sanksi yang lebih keras terhadap sektor minyak Iran dan Venezuela, yang sempat dicabut oleh pemerintahan Joe Biden, tetapi diberlakukan kembali.

    Selain itu, dukungan untuk harga minyak juga datang dari keputusan Federal Reserve (The Fed) yang menurunkan suku bunga sebesar 25 basis poin (bps) ke kisaran 4,50%-4,75%.