Produk: West Texas Intermediate

  • Harga Minyak Meroket, Investor Menanti Kesepakatan Damai Rusia-Ukraina

    Harga Minyak Meroket, Investor Menanti Kesepakatan Damai Rusia-Ukraina

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak menguat pada perdagangan Rabu, 26 November 2025 waktu setempat menjelang libur Thanksgiving di Amerika Serikat. Kenaikan harga minyak ini dipicu investor Amerika Serikat menilai prospek kelebihan pasokan dan perundingan mengenai kesepakatan damai Rusia-Ukraina.

    Mengutip CNBC, harga minyak Brent naik 65 sen atau 1,04% dan ditutup ke posisi USD 63,13 per barel.  Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) menguat 70 sen atau 1,21% dan ditutup ke posisi USD 58,65.

    Sementara itu, Badan Informasi Energi atau the Energy Information Administration atau EIA meyebutkan, persediaan minyak mentah Amerika Serikat (AS) naik 2,8 juta barel menjadi 426,9 juta barel pekan lalu seiring impor melonjak. Analis memperkirakan kenaikan sebesar 55.000 barel.

    “Kita jelas berada di jalur menuju kelebihan pasokan yang cukup sehat, tidak diragukan lagi dan peningkatan minyak mentah merupakan indikasi dari hal itu,” ujar Partner with Again Capital, John Kilduff.

    Impor minyak mentah AS meningkat 1,005 juta barel per hari (bph), menurut EIA menjadi 2,84 juta barel per hari, level tertinggi sejak awal September 2025.

    Di sisi lain, perusahaan jasa energi Baker Hughes mengungkapkan, perusahaan-perusahaan energi AS minggu ini memangkas jumlah rig minyak dan gas alam yang beroperasi untuk pertama kalinya dalam empat minggu.

    OPEC+ kemungkinan akan mempertahankan tingkat produksi tidak berubah pada pertemuannya Minggu, tiga sumber OPEC+ mengatakan kepada Reuters pada Selasa.

    Investor menunggu kejelasan lebih lanjut mengenai negosiasi Rusia dan Ukraina.

    Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy mengatakan kepada para pemimpin Eropa pada Selasa kalau ia siap untuk memajukan kerangka kerja yang didukung AS untuk mengakhiri perang dengan Rusia, yang mendorong harga minyak mentah Brent dan WTI turun ke level terendah dalam satu bulan.

    “Intinya, masih belum ada perjanjian damai dan akan sulit untuk meyakinkan semua pihak agar mau berunding dan menandatanganinya,” ujar Presiden Lipow Oil Associates, Andrew Lipow,

     

     

  • Harga Minyak Dunia Hari Ini, Brent hingga WTI Kompak Anjlok

    Harga Minyak Dunia Hari Ini, Brent hingga WTI Kompak Anjlok

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun pada perdagangan Selasa (Rabu waktu Jakarta), turun lebih dari 1% setelah laporan berita mengutip seorang pejabat AS yang mengatakan bahwa Ukraina telah menyetujui kesepakatan damai.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (26/11/2025), harga minyak Brent turun 89 sen atau 1,4% dan ditutup pada harga USD 62,48 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 89 sen atau 1,51% dan ditutup pada USD 57,95.

    ABC News dan CBS News melaporkan bahwa seorang pejabat AS mengatakan Ukraina telah menyetujui persyaratan kesepakatan damai potensial.

    Seorang pejabat Ukraina mengatakan kepada Reuters bahwa Kyiv mendukung esensi kerangka kerja perdamaian setelah pembicaraan dengan AS di Jenewa, tetapi beberapa isu paling sensitif dari kerangka kerja tersebut masih harus dibahas antara presiden kedua negara.

    Kepala Dewan Keamanan dan Pertahanan Nasional Ukraina Rustem Umerov menyatakan, Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskiy dapat mengunjungi AS dalam beberapa hari ke depan untuk menyelesaikan kesepakatan dengan Presiden Donald Trump untuk mengakhiri perang Ukraina dengan Rusia.

    “Beberapa media melaporkan bahwa Ukraina menyetujui kesepakatan damai. Namun, perlu dua pihak untuk berunding, dan masih belum jelas apakah Rusia juga setuju,” kata Analis UBS Giovanni Staunovo.

    Kesepakatan damai Ukraina-Rusia dapat menyebabkan pencabutan sanksi terhadap Moskow, sehingga melepaskan pasokan minyak yang sebelumnya dibatasi ke pasar.

    Kedua patokan harga minyak mentah naik 1,3% pada hari Senin karena meningkatnya keraguan tentang kesepakatan damai mengurangi ekspektasi terhadap aliran pasokan minyak mentah dan bahan bakar Rusia yang tak terkekang.

     

  • Rencana Damai Ukraina-Rusia, Harga Minyak Hari Ini 21 November Turun

    Rencana Damai Ukraina-Rusia, Harga Minyak Hari Ini 21 November Turun

    Houston, Beritasatu.com – Harga minyak dunia melemah pada Jumat (21/11/2025) seiring pemerintah Amerika Serikat (AS) di bawah Presiden Donald Trump mendorong Ukraina menerima kesepakatan damai dengan Rusia untuk mengakhiri perang yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun.

    Kontrak berjangka Brent ditutup di US$ 63,38 per barel, turun 13 sen atau 0,2%. Sementara itu, West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir di US$ 59,14 per barel, melemah 30 sen atau 0,5%. Kedua acuan sempat menguat pada awal sesi perdagangan setelah laporan Administrasi Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan penurunan stok minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan.

    Proposal damai AS–Rusia mencakup konsesi wilayah Ukraina kepada Rusia serta pengurangan kekuatan militer Ukraina, dua hal yang sebelumnya ditolak Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky. Zelensky menyatakan akan menelaah proposal tersebut dan berkonsultasi dengan AS terkait rencana perdamaian itu.

    “Banyak yang mengira proposal baru ini akan langsung ditolak Zelensky, tetapi ia tidak menepisnya begitu saja. Pertanyaan bernilai miliaran dolar sekarang adalah apakah sanksi akan diberlakukan besok? Jika negosiasinya mendekati kata sepakat, sanksi itu bisa saja dicabut atau ditunda,” ujar analis senior Price Futures Group, Phil Flynn, seperti dilansir Reuters.

    Sanksi AS terhadap perusahaan minyak Rusia, Rosneft dan Lukoil, mulai berlaku pada Jumat (21/11/2025). Lukoil memiliki tenggat hingga 13 Desember untuk melepas portofolio internasionalnya.

    Pada sisi lain, penurunan stok minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan mencerminkan peningkatan aktivitas kilang seiring margin pengolahan yang kuat dan tingginya permintaan ekspor minyak AS.

    Persediaan minyak mentah turun 3,4 juta barel menjadi 424,2 juta barel pada pekan yang berakhir 14 November, menurut EIA. Angka itu jauh lebih besar dibandingkan penurunan 603.000 barel berdasarkan jajak pendapat Reuters.

    Namun, analis juga mencatat persediaan bensin dan distilat AS meningkat untuk pertama kalinya dalam lebih dari sebulan, menandakan potensi perlambatan konsumsi.

  • Harga Minyak Dunia Terbang Usai Pelabuhan Rusia Hentikan Ekspor

    Harga Minyak Dunia Terbang Usai Pelabuhan Rusia Hentikan Ekspor

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak lebih dari 2% pada Jumat, 14 November 2025. Kenaikan harga minyak dunia didorong kekhawatiran pasokan setelah pelabuhan Laut Hitam Novorossiisk menghentikan ekspor minyak. Hal ini seiring serangan pesawat nirawak Ukraina yang menghantam depot minyak di pusat energi utama Rusia.

    Mengutip CNBC, Sabtu (15/11/2025), harga minyak Brent naik USD 1,38 atau 2,19% ke posisi USD 64,39 per barel. Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) bertambah USD 1,4 atau 2,39% ke posisi USD 60,09 per barel.

    Harga minyak dunia cenderung stabil pada pekan ini. Harga Brent menuju kenaikan mingguan sekitar 0,7% dan WTI sedikit naik 0,15%.

    Adapun serangan pada Jumat merusak sebuah kapal di pelabuhan, blok-blok apartemen, dan sebuah depot minyak di Novorossiisk, melukai tiga awak kapal, kata pejabat Rusia.

    Pelabuhan tersebut menghentikan ekspor minyak dan perusahaan monopoli pipa minyak Transneft menangguhkan pasokan minyak mentah ke outlet tersebut, dua sumber industri mengatakan kepada Reuters.

    “Intensitas serangan-serangan ini telah meningkat, bahkan jauh lebih sering. Pada akhirnya, serangan-serangan ini dapat mengenai sesuatu yang menyebabkan gangguan jangka panjang,” kata Analis komoditas di UBS, Giovanni Staunovo.

    Ia menuturkan, pasar sedang mencoba menilai dampak serangan terbaru ini dan apa artinya bagi pasokan Rusia dalam jangka panjang.

    Sumber industri mengatakan pengiriman minyak mentah melalui Novorossiisk mencapai 3,22 juta ton, atau 761.000 barel per hari, pada Oktober, dengan total 1,794 juta ton produk minyak yang diekspor.

    Investor juga mencermati dampak sanksi Barat terhadap pasokan minyak dan arus perdagangan Rusia.

     

     

  • Harga Minyak Meroket, Investor Menanti Kesepakatan Damai Rusia-Ukraina

    Harga Minyak Dunia Naik Tipis Usai Anjlok, Ini Penyebabnya

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak sedikit menguat pada perdagangan Kamis, 13 November 2025. Kenaikan harga minyak dunia terjadi setelah turun tajam pada sesi sebelumnya karena investor menimbang kekhawatiran tentang kelebihan pasokan global akibat ancaman sanksi terhadap Lukoil Rusia.

    Mengutip CNBC, Jumat (14/11/2025), harga minyak mentah Brent naik 55 sen menjadi USD 63,24 per barel. Harga minyak Brent sempat turun 3,8%. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) menguat terbatas 50 sen menjadi USD 59,01 per barel, dan memulihkan sebagian penurunan 4,2% pada Kamis pekan ini.

    “Harga minyak di kisaran USD 60 per barel akan mendapatkan dukungan yang cukup besar, terutama mengingat kemungkinan gangguan jangka pendek terhadap arus ekspor Rusia setelah sanksi lebih ketat diberlakukan,” ujar DBS Bank’s Energy Sector Team Lead, Suvro Sarkar.

    AS telah menjatuhkan sanksi kepada Lukoil sebagai bagian dari upayanya untuk mengajak Kremlin berunding damai terkait Ukraina. Sanksi tersebut melarang transaksi dengan perusahaan Rusia tersebut setelah 21 November. Namun, investor tetap mencermati kekhawatiran akan kelebihan pasokan.

    Stok Minyak Mentah AS Meningkat

    Stok minyak mentah AS naik 1,3 juta barel dalam pekan yang berakhir 7 November, menurut sumber pasar pada Rabu, mengutip data dari American Petroleum Institute (API).

    Badan Informasi Energi AS (EIA) diperkirakan merilis data inventaris pada Kamis nanti.

    “Kami telah melihat peningkatan inventaris minyak di lokasi-lokasi utama di darat di Eropa, Singapura, Fujairah, dan Amerika Serikat berdasarkan data awal pekan lalu,” kata analis UBS, Giovanni Staunovo.

     

  • Harga Minyak Dunia Terbang Usai Pelabuhan Rusia Hentikan Ekspor

    Harga Minyak Melonjak Hari Ini, Shutdown AS Segera Berakhir

    Sebelumnya, harga minyak naik pada hari Jumat (Sabtu waktu Jakarta). Namun harga minyak membukukan kerugian mingguan kedua berturut-turut setelah tiga hari turun karena kekhawatiran tentang kelebihan pasokan dan melambatnya permintaan AS.

    Dikutip dari CNBC, Sabtu (8/11/2025), harga minyak Brent naik 25 sen atau 0,39% dan ditutup pada harga USD 63,63 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 32 sen atau 0,54% dan ditutup pada USD 59,75 per barel.

     Kedua acuan harga minyak dunia tersebut mencatat penurunan mingguan sekitar 2% karena produsen global terkemuka meningkatkan produksi.

    “Pasar terus mempertimbangkan peningkatan surplus minyak dibandingkan kondisi makro yang beragam,” kata Analis SEB, Ole Hvalbye.

    Peningkatan persediaan AS yang tak terduga sebesar 5,2 juta barel memicu kembali kekhawatiran kelebihan pasokan minggu ini, kata Analis IG Markets Tony Sycamore.

    “Hal ini diperparah oleh arus penghindaran risiko, penguatan dolar, dan penutupan pemerintah AS yang masih berlangsung, yang terus membayangi aktivitas ekonomi,” tambah dia.

    Stok minyak mentah AS naik lebih tinggi dari perkiraan karena impor lebih tinggi dan berkurangnya aktivitas penyulingan, sementara persediaan bensin dan sulingan menurun.

    Kekhawatiran atas dampak penutupan pemerintah terpanjang dalam sejarah AS juga menekan harga minyak.

    Pemerintahan Trump telah memerintahkan pengurangan penerbangan di bandara-bandara utama karena kekurangan pengontrol lalu lintas udara sementara laporan pribadi menunjukkan pasar tenaga kerja AS yang lebih lemah pada bulan Oktober.

     

  • Harga Minyak Dunia Naik di Tengah Harapan Akhir Shutdown Pemerintahan AS

    Harga Minyak Dunia Naik di Tengah Harapan Akhir Shutdown Pemerintahan AS

    Bisnis.com, JAKARTA — Harga minyak dunia merangkak naik pada Senin (10/11/2025) seiring dengan meningkatnya optimisme bahwa penutupan pemerintahan Amerika Serikat segera berakhir.

    Melansir Reuters, harga minyak berjangka jenis Brent naik 47 sen atau 0,74% menjadi US$64,10 per barel. Sementara itu, harga minyak mentah jenis West Texas Intermediate (WTI) AS naik 50 sen atau 0,84% menjadi US$60,25 per barel.

    Optimisme pasar meningkat setelah Senat AS pada Minggu (9/11) mulai bergerak menuju pemungutan suara untuk membuka kembali pemerintahan federal.

    “Pembukaan kembali yang sudah di depan mata menjadi dorongan positif karena akan memulihkan gaji bagi 800.000 pegawai federal dan menghidupkan kembali program vital yang dapat meningkatkan kepercayaan konsumen, aktivitas, serta belanja,” ujar analis pasar IG, Tony Sycamore.

    Menurutnya, kondisi ini juga dapat memperbaiki sentimen risiko di pasar keuangan dan mendorong harga WTI naik kembali menuju level US$62 per barel.

    Baik Brent maupun WTI sempat turun sekitar 2% pekan lalu, menandai penurunan mingguan kedua berturut-turut akibat kekhawatiran kelebihan pasokan global. 

    Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan sekutunya atau OPEC+ telah sepakat menaikkan produksi secara terbatas pada Desember, namun menunda kenaikan lebih lanjut pada kuartal pertama 2026 guna menghindari banjir pasokan.

    Persediaan minyak mentah di AS juga menunjukkan peningkatan, sementara volume minyak yang disimpan di kapal di perairan Asia dilaporkan melonjak dua kali lipat dalam beberapa pekan terakhir. 

    Kondisi ini dipicu oleh sanksi Barat yang semakin ketat, sehingga menghambat ekspor ke China dan India, serta pembatasan kuota impor yang menekan permintaan dari kilang independen China.

    Di sisi lain, kilang minyak India kini beralih ke pasokan dari Timur Tengah dan Amerika untuk menggantikan minyak Rusia yang terkena sanksi.

    Sementara itu, produsen minyak Rusia Lukoil menghadapi gangguan operasional yang meningkat menjelang tenggat 21 November, batas waktu bagi perusahaan untuk menghentikan kerja sama dengan perusahaan energi Rusia. 

    Rencana penjualan aset Lukoil kepada perusahaan perdagangan Swiss, Gunvor, juga dilaporkan gagal.

    Sycamore menambahkan, keputusan Presiden AS Donald Trump untuk memberikan pengecualian selama satu tahun kepada Hongaria dari sanksi impor minyak Rusia turut menambah kekhawatiran terhadap kelebihan pasokan global.

  • Harga Minyak Dunia Melonjak, Ini Pemicunya

    Harga Minyak Dunia Melonjak, Ini Pemicunya

    Sebelumnya, harga minyak turun pada hari Kamis (Jumat waktu Jakarta  karena investor mempertimbangkan potensi kelebihan pasokan, serta melemahnya permintaan di Amerika Serikat, konsumen minyak terbesar di dunia.

    Dikutip dari CNBC, Jumat (7/11/2025) harga minyak Brent turun 14 sen atau 0,22%, menjadi USD 63,38 per barel. Sedangkan harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 17 sen atau 0,29% dan ditutup pada USD 59,43 per barel.

    Harga minyak dunia turun dalam 3 bulan berturut-turut pada bulan Oktober di tengah kekhawatiran kelebihan pasokan karena OPEC dan sekutunya – yang dikenal sebagai OPEC+ – meningkatkan produksi sementara produksi dari produsen non-OPEC juga masih tumbuh.

    “Pasar terus dihantui oleh kelebihan pasokan yang paling tersirat dalam sejarah, yang merupakan hambatan bagi harga,” kata Mitra Again Capital John Kilduff.

    Namun, pelemahan permintaan tetap menjadi fokus. Sepanjang tahun hingga 4 November, permintaan minyak global naik 850.000 barel per hari, di bawah 900.000 barel per hari yang diproyeksikan sebelumnya oleh JPMorgan.

    Pada sesi perdagangan sebelumnya, harga minyak turun setelah Badan Informasi Energi AS mengatakan stok minyak mentah AS naik 5,2 juta barel menjadi 421,2 juta barel minggu lalu.

    “Rendahnya tingkat operasional kilang menunjukkan bahwa saat ini permintaan minyak mentah di AS tidak kuat akibat musim pemulihan kilang yang signifikan. Hal ini secara fundamental membebani harga,” kata Kilduff.

     

  • Harga Minyak Mentah Dunia Turun, Tertekan Pasokan dan Permintaan AS

    Harga Minyak Mentah Dunia Turun, Tertekan Pasokan dan Permintaan AS

    Bisnis.com, JAKARTA – Harga minyak mentah dunia terpantau melemah seiring dengan kekhawatiran potensi kelebihan pasokan dan lemahnya permintaan dari Amerika Serikat (AS), konsumen minyak terbesar di dunia.

    Melansir Reuters pada Jumat (7/11/2025), harga minyak berjangka jenis Brent turun 14 sen atau 0,22% menjadi US$63,38 per barel. Sementara itu, harga minyak jenis West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat turun 17 sen atau 0,29% menjadi US$59,43 per barel.

    Harga minyak global tercatat turun untuk bulan ketiga berturut-turut pada Oktober, terdorong kekhawatiran kelebihan pasokan karena OPEC dan sekutunya (OPEC+) meningkatkan produksi, sementara produksi dari negara non-OPEC juga terus bertumbuh.

    “Pasar terus dibayangi kelebihan pasokan yang sudah diprediksi sejak lama, yang menjadi tekanan bagi harga,” kata John Kilduff, mitra Again Capital.

    Di sisi lain, lemahnya permintaan tetap menjadi fokus pasar. Dalam setahun hingga 4 November 2025, permintaan minyak global meningkat 850.000 barel per hari, di bawah proyeksi 900.000 barel per hari sebelumnya dari JPMorgan, menurut catatan bank untuk kliennya.

    “Indikator frekuensi tinggi menunjukkan konsumsi minyak AS masih lesu,” tulis catatan tersebut, menyoroti aktivitas perjalanan yang rendah dan penurunan pengiriman kontainer.

    Pada sesi sebelumnya, harga minyak turun setelah Energy Information Administration AS melaporkan stok minyak mentah naik 5,2 juta barel menjadi 421,2 juta barel pekan lalu.

    “Rendahnya tingkat operasional kilang menunjukkan permintaan minyak mentah di AS tidak kuat saat ini akibat musim perawatan kilang yang signifikan. Hal ini secara fundamental menekan harga,” kata Kilduff.

    Arab Saudi, eksportir minyak terbesar dunia, memangkas tajam harga minyak mentah untuk pembeli Asia pada Desember 2025, merespons pasar yang cukup mendapat pasokan karena peningkatan produksi OPEC+.

    “Kami menilai tekanan penurunan harga minyak akan berlanjut, mendukung perkiraan kami di bawah konsensus, yakni US$60 per barel pada akhir 2025 dan US$50 per barel pada akhir 2026,” tulis Capital Economics dalam catatannya.

    Di sisi lain, sanksi terbaru terhadap perusahaan minyak terbesar Rusia dua minggu lalu memicu kekhawatiran potensi gangguan pasokan, meski produksi OPEC+ meningkat, kata para analis.

    Sebelumnya, operasional Lukoil pada bisnis luar negeri dilaporkan mengalami kesulitan akibat sanksi.

    “Ada sedikit pengaruh terhadap harga dari sanksi, tapi tidak signifikan. Berdasarkan angka, seharusnya dampaknya lebih besar, tapi pasar masih perlu diyakinkan bahwa akan ada pengaruh nyata,” kata Jorge Montepeque dari Onyx Capital Group.

  • Harga Minyak Dunia Melonjak Hari Ini, Aksi AS Jadi Penyebabnya

    Harga Minyak Dunia Melonjak Hari Ini, Aksi AS Jadi Penyebabnya

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak melonjak usai laporan bahwa serangan udara Amerika Serikat (AS) terhadap Venezuela berpotensi dimulai dalam beberapa jam lagi. Namun harga minyak sempat turun setelah Presiden AS Donald Trump mengeluarkan bantahan terhadap laporan tersebut di media sosial.

    Dikutip dari CNBC, Sabtu (1/11/2025) , harga minyak mentah Brent naik 6 sen atau 0,09%, pada USD 65,06 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berada pada USD 60,90 per barel atau naik 33 sen atau 0,54%.

    Analis Price Futures Group, Phil Flynn mencatat bahwa Trump sebelumnya membantah laporan rencana serangan terhadap Iran sebelum melancarkan serangan udara terhadap Republik Islam tersebut.

    “Pasar jelas terdampak ketika laporan pertama tentang rencana serangan terhadap Venezuela keluar. Jika terjadi serangan di akhir pekan, harga akan melonjak pada hari Senin,” kata  kata Flynn.

    Amerika Serikat telah mengerahkan satuan tugas yang dipusatkan di sekitar kapal induk terbesar negara itu, Gerald Ford, di lepas pantai Venezuela, jauh melampaui kebutuhan menyerang pengedar narkoba di kapal-kapal kecil, yang telah menjadi fokus aktivitas angkatan laut AS di Karibia dalam beberapa minggu terakhir.

    Dolar AS mendekati nilai tertinggi tiga bulan terhadap mata uang utama, membuat pembelian komoditas berdenominasi dolar seperti minyak menjadi lebih mahal.

    Sementara itu, sejumlah sumber mengatakan kepada Reuters bahwa Arab Saudi, eksportir minyak utama dunia, mungkin akan menurunkan harga minyak mentah bulan Desember untuk pembeli Asia ke level terendah dalam beberapa bulan, yang menandakan sentimen negatif.

    Harga minyak juga turun setelah survei resmi menunjukkan aktivitas pabrik China menyusut selama tujuh bulan pada bulan Oktober.