Produk: West Texas Intermediate

  • Harga Minyak Lesu Imbas Libur Natal

    Harga Minyak Lesu Imbas Libur Natal

    Jakarta, CNN Indonesia

    Harga minyak melemah pada Kamis (26/12) sore waktu AS imbas sepinya perdagangan karena perayaan Natal.

    Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 32 sen atau 0,43 persen  ke US$73,26 per barel. Sementara itu harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup di US$69,62 per barel atau turun 0,68 persen dibanding sebelum  Selasa (24/12) atau sebelum Natal.

    Selain sepinya perdagangan, analis juga menyebut minyak tertekan penguatan dolar AS terus mencapai tonggak sejarah minggu lalu. Mereka menyebut dolar yang kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya sehingga membuat permintaan turun dan harganya terjungkal.

    Namun tekanan akibat sepinya aktivitas perdagangan tertahan sentimen persetujuan  yang diberikan Otoritas  China terhadap penerbitan obligasi negara khusus senilai 3 triliun yuan (US$411 miliar) tahun depan untuk menghidupkan kembali perekonomian yang melemah beberapa waktu belakangan ini.

    “Menyuntikkan stimulus ke dalam perekonomian suatu negara menciptakan peningkatan permintaan, dan peningkatan permintaan mendorong harga lebih tinggi,” kata Tim Snyder, kepala ekonom di Matador Economics.

    Tekanan juga tertahan proyeksi Bank Dunia yang dikeluarkan pada Kamis (26/12) kemarin bahwa pertumbuhan ekonomi China pada 2024 dan 2025 akan naik.

    Meski naik, Bank Dunia memperingatkan bahwa lemahnya kepercayaan rumah tangga dan bisnis, serta hambatan di sektor properti, akan terus membebani pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada tahun depan.

    Pelemahan juga tertahan laporan mingguan terbaru  American Petroleum Institute mengenai persediaan minyak AS yang menunjukkan stok minyak mentah turun pekan lalu sebesar 3,2 juta barel.

    (agt/agt)

  • Harga Minyak Melemah di Tengah Sepinya Perdagangan pada Musim Liburan

    Harga Minyak Melemah di Tengah Sepinya Perdagangan pada Musim Liburan

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak melemah pada perdagangan Kamis (26/12/2024), waktu Amerika Serikat (AS) di tengah perdagangan yang sepi selama musim liburan. Sentimen pasar tetap tertekan meskipun ada rencana stimulus fiskal tambahan dari China, sementara dolar AS terus menguat.

    Mengutip Reuters, Jumat (27/12/2024), harga minyak mentah Brent turun 32 sen atau 0,43% menjadi US$ 73,26 per barel. Di sisi lain, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS melemah 48 sen atau 0,68% ke level US$ 69,62 per barel.

    China telah mengumumkan rencana penerbitan obligasi khusus senilai 3 triliun yuan atau US$ 411 miliar untuk 2025. Langkah ini diambil untuk memperkuat stimulus fiskal dalam upaya memulihkan ekonomi yang sedang tertekan.

    “Stimulus ekonomi dapat meningkatkan permintaan, dan kenaikan permintaan biasanya mendorong harga minbyak naik,” ujar kepala ekonom Matador Economics Tim Snyder.

    Pada Kamis (26/12/2024), Bank Dunia menaikkan proyeksi pertumbuhan ekonomi China untuk 2024 dan 2025. Namun, tantangan di sektor properti serta rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat dan dunia usaha diperkirakan akan tetap menjadi penghambat utama pertumbuhan ekonomi negara tersebut.

    Sementara itu, dolar AS terus menunjukkan penguatan setelah mencapai titik tertinggi baru minggu lalu. Dolar yang lebih kuat membuat harga minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lain, yang memberikan tekanan tambahan pada pasar energi.

    Di sisi lain, data terbaru dari American Petroleum Institute menunjukkan penurunan stok minyak mentah AS sebesar 3,2 juta barel pada pekan lalu. Investor kini menunggu laporan resmi dari Energy Information Administration (EIA), yang akan dirilis pada Jumat mendatang setelah tertunda karena libur Natal.

    Hasil survei Reuters menunjukkan bahwa analis memperkirakan persediaan minyak mentah AS berkurang sekitar 1,9 juta barel pada pekan yang berakhir 20 Desember. Selain itu, stok bensin dan distilat diperkirakan turun masing-masing sebesar 1,1 juta barel dan 0,3 juta barel.

    Dalam perkembangan lain terkait harga minyak, lalu lintas kapal di Selat Bosporus, Turki, kembali dibuka pada Kamis setelah sebelumnya sempat terganggu akibat kerusakan mesin pada salah satu tanker.

  • Libur Natal 2024 Bikin Harga Minyak Dunia Naik – Page 3

    Libur Natal 2024 Bikin Harga Minyak Dunia Naik – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak mentah naik pada Selasa (24/12), membalikkan kerugian sesi sebelumnya. Kenaikan harga minyak ini didorong oleh prospek pasar yang sedikit positif untuk jangka pendek, meskipun perdagangan tetap tipis menjelang libur Natal.

    Diikutip dari CNBC, Rabu (25/12/2024), berikut daftar harga energi terkini:

    Brent Crude Futures naik 82 sen atau 1,1%, menjadi $73,45 per barel.
    West Texas Intermediate (WTI) juga naik 76 sen atau 1,1%, ke $70 per barel.

    Analisis Pasar Minyak

    Menurut para analis dari FGE, harga minyak kemungkinan akan berfluktuasi di sekitar level saat ini dalam jangka pendek. Aktivitas pasar cenderung menurun selama musim liburan Natal, dengan banyak pelaku pasar memilih menunggu hingga ada gambaran lebih jelas mengenai keseimbangan minyak global pada 2024 dan 2025.

    Perubahan pasokan dan permintaan selama Desember telah mendukung pandangan mereka yang lebih optimistis. “Karena posisi pasar kertas saat ini sangat pendek, setiap gangguan pasokan dapat memicu lonjakan harga,” ujar para analis FGE.

    Permintaan Minyak Diprediksi Meningkat

    Beberapa analis lain juga menunjukkan tanda-tanda peningkatan permintaan minyak dalam beberapa bulan mendatang.

    “Perkiraan keseimbangan cairan 2025 dari berbagai lembaga utama mulai berubah,” kata Neil Crosby, Wakil Asisten Presiden Analitik Minyak Sparta Commodities.

    Ia juga menyebut laporan EIA Short-Term Energy Outlook (STEO) baru-baru ini mengubah proyeksi cairan 2025 menjadi defisit, meskipun beberapa barel OPEC+ diperkirakan kembali masuk pasar tahun depan.

     

  • Harga Minyak Mentah Naik Lebih dari 1 Persen

    Harga Minyak Mentah Naik Lebih dari 1 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah naik lebih dari 1 persen pada Selasa (24/12/2024), membalikkan pelemahan di sesi sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh ekspektasi jangka pendek akan pengetatan pasokan, sementara aktivitas perdagangan menurun menjelang libur Natal dan Hanukkah.

    Dilansir dari Reuters, minyak mentah Brent ditutup pada level US$ 73,58 per barel, naik 95 sen atau 1,3 persen. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS menguat 86 sen atau 1,2 persen menjadi US$ 70,10 per barel.

    Menurut catatan analis FGE, harga minyak mentah diperkirakan akan tetap berfluktuasi di sekitar level saat ini dalam waktu dekat. Penurunan aktivitas di pasar selama musim liburan membuat pelaku pasar cenderung menunggu gambaran lebih jelas terkait neraca minyak global untuk 2024 dan 2025.

    “Perubahan dalam keseimbangan penawaran dan permintaan pada Desember mendukung pandangan yang lebih optimistis,” ungkapnya.

    FGE menambahkan, gangguan pasokan di tengah kondisi pasar saat ini dapat memicu kenaikan harga secara tiba-tiba.

    Harga minyak mentah yang saat ini naik juga didukung rencana China untuk menerbitkan obligasi pemerintah khusus senilai 3 triliun yuan (US$ 411 miliar). Langkah ini bertujuan mempercepat stimulus fiskal guna memulihkan ekonomi yang melambat.

    Kelvin Wong, analis pasar senior Oanda mengatakan kebijakan ini dapat memberikan dukungan jangka pendek bagi harga minyak mentah WTI di sekitar US$ 67 per barel.

    Di sisi lain, pasar turut mencermati data ekonomi AS sebagai konsumen minyak terbesar dunia. Meski kepercayaan konsumen menurun pada Desember 2024, pesanan barang modal utama melonjak pada November 2024, dan penjualan rumah baru menunjukkan pemulihan. Hal ini mengindikasikan perekonomian AS tetap stabil menjelang akhir tahun, sehingga ikut mendorong harga minyak mentah naik.

  • Tertekan Dolar, Harga Minyak Dunia Tergelincir

    Tertekan Dolar, Harga Minyak Dunia Tergelincir

    Houston: Harga minyak dunia turun tipis pada perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB) dalam perdagangan tipis menjelang libur Natal di tengah kekhawatiran mengenai surplus pasokan tahun depan dan penguatan dolar.
     
    Mengutip Yahoo Finance, Selasa, 24 Desember 2024, harga minyak mentah Brent turun 31 sen, atau 0,43 persen, menjadi USD72,63 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS turun 22 sen, atau 0,32 persen, menjadi USD69,24 per barel.
     
    Analis Macquarie memperkirakan surplus pasokan yang meningkat untuk tahun depan, yang akan menahan harga Brent pada rata-rata USD70,50 per barel, turun dari rata-rata tahun ini sebesar USD79,64, kata mereka dalam laporan Desember.
     
    Kekhawatiran mengenai pasokan Eropa mereda setelah adanya laporan jaringan pipa Druzhba, yang mengirimkan minyak Rusia dan Kazakhstan ke Hungaria, Slowakia, Republik Ceko, dan Jerman, telah kembali beroperasi setelah terhenti pada hari Kamis karena masalah teknis di stasiun pompa Rusia.
     
    Dolar AS melayang di sekitar level tertinggi dalam dua tahun pada Senin pagi, setelah mencapai tonggak sejarah tersebut pada Jumat. “Dengan dolar AS berubah dari melemah menjadi menguat, harga minyak telah kehilangan keuntungan sebelumnya,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.
     
    Dolar yang lebih kuat membuat minyak lebih mahal bagi pemegang mata uang lainnya.
     

     

    Inflasi AS mereda
     
    Pada Jumat, data AS yang menunjukkan meredanya inflasi membantu meredakan kekhawatiran setelah pemangkasan suku bunga Federal Reserve minggu lalu.
     
    “Dengan Fed mengirimkan sinyal beragam dan beberapa data ekonomi yang tidak begitu kuat, pasar menjadi lesu,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital di New York.
     
    Harga minyak berjangka Brent turun sekitar 2,1 persen minggu lalu, sementara harga minyak berjangka WTI turun 2,6 persen, di tengah kekhawatiran mengenai pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak setelah bank sentral AS mengisyaratkan kehati-hatian atas pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.
     
    Riset dari perusahaan penyulingan minyak terkemuka Asia, Sinopec, yang menunjukkan konsumsi minyak Tiongkok mencapai puncaknya pada 2027 juga membebani harga.
     
    Presiden terpilih AS Donald Trump pada Jumat mendesak Uni Eropa untuk meningkatkan impor minyak dan gas AS atau menghadapi tarif pada ekspor blok tersebut.
     
    Trump juga mengancam akan menegaskan kembali kontrol AS atas Terusan Panama pada Minggu, menuduh Panama mengenakan tarif berlebihan untuk menggunakan jalur Amerika Tengah itu dan menuai teguran keras dari Presiden Panama Jose Raul Mulino.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Harga Minyak Mentah Naik Tipis Jelang Nataru Berkat AS dan India

    Harga Minyak Mentah Naik Tipis Jelang Nataru Berkat AS dan India

    Jakarta, CNN Indonesia

    Harga minyak mentah dunia naik tipis pada perdagangan Selasa (24/12), menjelang liburan Natal dan Tahun Baru (Nataru).

    Kenaikan ini ditopang kinclonya data ekonomi Amerika Serikat (AS), juga meningkatnya permintaan minyak di India yang merupakan importir minyak terbesar ketiga dunia.

    Minyak mentah berjangka Brent naik 33 sen atau 0,45 persen menjadi US$72,95 per barel. Sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 29 sen atau 0,42 persen menjadi US$69,53 per barel.

    Pesanan baru untuk barang modal utama buatan AS melonjak pada November lalu, di tengah permintaan yang kuat untuk mesin. Selain itu, penjualan rumah baru juga pulih sehingga menjadi tanda ekonomi AS berada pada posisi yang solid menjelang akhir tahun.

    AS adalah konsumen minyak terbesar dunia. Dalam jangka pendek, para pedagang mencari indikasi permintaan AS dari data stok minyak mentah dan bahan bakar yang akan dirilis oleh kelompok industri American Petroleum Institute hari ini.

    “Saya menduga kita tetap tertahan dalam kisaran sempit di kedua sisi yaitu US$69,50 per barel, mungkin sampai Wall Street dibuka kembali pada 27 (Desember),” kata analis pasar IG Tony Sycamore kepada Reuters.

    Sementara itu, impor minyak mentah oleh India naik 2,6 persen secara tahunan (yoy) menjadi 19,07 juta metrik ton pada November. Kuatnya permintaan minyak di India terjadi lantaran meningkatnya aktivitas ekonomi dan perjalanan.

    Di Timur Tengah, upaya baru oleh mediator Mesir, Qatar, dan AS untuk mengakhiri pertempuran antara Israel dan Hamas di Palestina telah mendapatkan momentum pada bulan ini, serta kesenjangan antara kedua belah pihak menyempit, menurut pernyataan pejabat Israel dan Palestina. Namun, perbedaan krusial belum terselesaikan.

    (fby/pta)

  • Harga Minyak Dunia Naik Tipis Jadi 73,20 Dolar AS per Barel Usai Inflasi AS Mereda – Halaman all

    Harga Minyak Dunia Naik Tipis Jadi 73,20 Dolar AS per Barel Usai Inflasi AS Mereda – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

    TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON –  Harga minyak dunia di perdagangan pasar global dilaporkan bangkit, naik tipis setelah ketegangan pasar mereda pasca data inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan.

    Mengutip data CNBC International, perdagangan minyak mentah berjangka Brent selama 24 jam terakhir naik 26 sen atau 0,4 persen menjadi 73,20 per barel, Senin (23/12/2024).

    Kenaikan serupa juga terjadi pada perdagangan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS (WTI AS) yang melesat naik 31 sen atau 0,5 persen menjadi 69,77 dolar AS per barel.

    Lonjakan ini terjadi lantaran ketegangan pasar mereda usai Ia inflasi AS melambat pada bulan November. Sementara Indeks harga pengeluaran konsumsi pribadi (PCE), ukuran inflasi pilihan The Fed, menunjukkan peningkatan 0,1 persen dari bulan Oktober.

    Ukuran tersebut menunjukkan tingkat inflasi 2,4 persen secara tahunan, masih di atas target The Fed sebesar 2 persen, tetapi lebih rendah dari estimasi 2,5 persen dari Dow Jones.

    “Aset berisiko, termasuk ekuitas berjangka AS dan minyak mentah, mengawali minggu ini dengan posisi yang lebih kuat,” kata analis pasar IG, Tony Sycamore, seraya menambahkan bahwa data inflasi yang lebih dingin membantu meredakan kekhawatiran menyusul pemangkasan suku bunga agresif Federal Reserve.

    “Saya pikir Senat AS yang meloloskan undang-undang untuk mengakhiri penutupan sementara selama akhir pekan telah membantu,” katanya.

    Selain terpengaruh laporan inflasi, lonjakan harga minyak terjadi akibat efek tarif ekspor blok yang diterapkan Trump untuk Eropa.

    Presiden terpilih AS Donald Trump baru-baru ini menebar ancaman kepada Uni Eropa (UE) terkait kebijakan perdagangan migas, yang mengharuskan  Uni Eropa untuk meningkatkan pembelian minyak dan gas dari AS  dalam skala besar.

    Aturan itu perlu dilakukan untuk menutupi kesenjangan defisit yang luar biasa antara pasar Eropa dengan AS, menurut data Eurostat selama 2023 defisit keduanya telah membengkak mencapai 156 miliar euro atau 162 miliar dollar AS.

    Lantaran UE diam-diam memasok bahan bakar dari pipa Rusia yang dibanderol lebih murah ketimbang BBM dari AS. Data perusahaan analitik energi Kepler menunjukkan bahwa negara-negara Uni Eropa masih terus membeli gas Rusia senilai miliaran euro setiap bulan. 

    Pada tahun 2024, blok tersebut diperkirakan mengimpor LNG 10 persen lebih banyak dari Rusia daripada pada tahun 2023.

    Alasan tersebut yang membuat Trump murka hingga memberlakukan aturan belanja migas kepada pasar UE, apabila UE tidak meningkatkan permintaan minyak maka pemerintahan AS akan menerapkan sanksi.

     

  • Harga Minyak Mentah Bangkit Ditopang Harapan Pasar pada Kebijakan AS

    Harga Minyak Mentah Bangkit Ditopang Harapan Pasar pada Kebijakan AS

    Jakarta, CNN Indonesia

    Harga minyak mentah dunia naik tipis pada perdagangan Senin (23/12) setelah data inflasi Amerika Serikat (AS) menunjukkan penurunan.

    Data inflasi ini menghidupkan kembali harapan pasar pada pelonggaran kebijakan AS lebih lanjut pada tahun depan, yang akan mendukung pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak dunia.

    Minyak mentah berjangka Brent naik 26 sen atau 0,4 persen menjadi US$73,20 per barel. Minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS (WTI AS) naik 31 sen atau 0,5 persen menjadi US$69,77 per barel.

    “Aset berisiko, termasuk minyak mentah berjangka dan ekuitas AS, telah memulai minggu ini dengan pijakan yang lebih kuat,” kata analis pasar IG Tony Sycamore, dikutip Reuters.

    Ia menambahkan turunnya inflasi AS ini membantu meredakan kekhawatiran setelah pemangkasan suku bunga oleh bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed), yang agresif.

    “Saya pikir Senat AS yang meloloskan Undang-undang untuk mengakhiri penutupan singkat selama akhir pekan telah membantu,” imbuhnya.

    Kedua patokan minyak turun lebih dari 2 persen pada minggu lalu karena kekhawatiran tentang pertumbuhan ekonomi global, serta permintaan minyak setelah bank sentral AS mengisyaratkan kehati-hatian atas pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.

    Riset perusahaan penyulingan minyak terkemuka Asia, Sinopec, menunjukkan konsumsi minyak Tiongkok mencapai puncaknya pada 2027 juga menekan harga minyak.

    Presiden terpilih AS Donald Trump pada hari Jumat mendesak Uni Eropa untuk meningkatkan impor minyak dan gas AS atau menghadapi tarif atas ekspor blok tersebut.

    Komisi Eropa mengatakan siap berdiskusi dengan Trump tentang cara memperkuat relasi yang sudah terbangun kokoh antara Eropa-AS, termasuk di sektor energi.

    Kemarin, Trump juga mengancam akan menegaskan kembali kendali AS atas Terusan Panama, seraya menuduh Panama mengenakan tarif yang berlebihan untuk menggunakan jalur Amerika Tengah.

    (pta/pta)

  • Harga Minyak Mentah Stabil karena Pasar Pertimbangkan Suku Bunga The Fed

    Harga Minyak Mentah Stabil karena Pasar Pertimbangkan Suku Bunga The Fed

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia stabil atau hampir tidak berubah pada penutupan perdagangan Jumat (20/12/2024) karena pelaku pasar menimbang prospek permintaan dari China dan ekspektasi kebijakan suku bunga The Fed.

    Dilansir dari Reuters, harga minyak mentah Brent berjangka hanya mencatat kenaikan tipis 6 sen (0,08%) menjadi US$ 72,94 per barel, sedangkan West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) naik 8 sen (0,12%) ke level US$ 69,46 per barel. Meskipun demikian, keduanya menutup minggu ini dengan penurunan sekitar 2,5%.

    Sementara itu, data inflasi terbaru menunjukkan pelonggaran tekanan harga di AS. Inflasi dalam bentuk indeks pengeluaran konsumsi pribadi atau personal consumption expenditure (PCE) secara tahunan menunjukkan kenaikan 2,4% pada November 2024, tetapi masih di bawah perkiraan para ekonom sebesar 2,5%. Hal ini menjadi salah satu pendorong harga minyak mentah stabil.

    Meski The Fed baru memangkas suku bunga sesuai ekspektasi, tetapi prospek pemangkasan lebih lanjut pada tahun depan masih diragukan. Potensi pelonggaran suku bunga diperkirakan akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan permintaan energi.

    “Kekhawatiran tentang prospek permintaan, terutama terkait China, ditambah ketidakpastian kebijakan moneter The Fed, menjadi tekanan ganda bagi harga minyak mentah,” kata John Kilduff, mitra di Again Capital.

    Sementara itu, OPEC+, yang mencakup negara-negara pengekspor minyak dan sekutunya, menghadapi tantangan untuk menjaga disiplin pasokan demi mendukung harga minyak mentah yang akhir pekan ini masih stabil. Kelompok ini telah memangkas proyeksi pertumbuhan permintaan minyak global untuk 2024 selama lima bulan berturut-turut.

    Ketegangan geopolitik turut memengaruhi harga minyak mentah yang pada akhir pekan ini masih stabil. Presiden terpilih AS Donald Trump menyatakan bahwa Uni Eropa berisiko menghadapi tarif baru apabila tidak mengambil langkah untuk mengurangi defisit perdagangannya dengan AS melalui perdagangan minyak dan gas.

  • Galau Bank Sentral Dunia Tekan Harga Minyak

    Galau Bank Sentral Dunia Tekan Harga Minyak

    Jakarta, CNN Indonesia

    Harga minyak dunia turun pada Kamis (19/12) setelah para gubernur bank sentral di AS dan Eropa mengisyaratkan kehati-hatian atas pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut.

    Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent turun 51 sen atau 0,7 persen menjadi US$72,88 per barel.

    Sementara harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS untuk pengiriman Januari turun 67 sen, atau 1 persen menjadi US$69,91 per barel. Kontrak WTI Februari yang lebih aktif turun 64 sen menjadi $69,38 per barel.

    Analis menyebut isyarat kehati-hatian yang dilakukan oleh sejumlah bank sentral terkait kebijakan moneter mereka meningkatkan kekhawatiran pasar atas prospek ekonomi ke depan.

    Mereka khawatir kehati-hatian membuat aktivitas ekonomi melemah dan mengurangi permintaan minyak tahun depan sehingga membuat harganya tertekan.

    “Fed yang kurang akomodatif pada 2025 dibandingkan perkiraan awal. Itu membuat pasar menyesuaikan ekspektasi mereka sehingga membuat harga minyak tertekan,” kata Alex Hodes, analis di pialang komoditas StoneX.

    Harga minyak juga mendapatkan tekanan dari hasil analisis J.P. Morgan yang memperkirakan bahwa pasokan akan melebihi permintaan hingga mencapai 1,2 juta barel per hari.

    (agt/agt)