Produk: West Texas Intermediate

  • Harga Minyak Mentah Naik pada Awal 2025 Didorong Optimisme Ekonomi China

    Harga Minyak Mentah Naik pada Awal 2025 Didorong Optimisme Ekonomi China

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah dunia mencatat kenaikan lebih dari US$ 1 per barel pada Kamis (2/1/2025) di tengah optimisme investor terhadap ekonomi China dan peningkatan permintaan bahan bakar. Hal ini terjadi setelah Presiden Xi Jinping menjanjikan kebijakan yang lebih agresif untuk mendorong pertumbuhan ekonomi pada tahun ini.

    Harga minyak mentah Brent naik US$ 1,29 atau 1,7% menjadi US$ 75,93 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) Amerika Serikat (AS) meningkat US$ 1,41 atau 2% ke level US$ 73,13 per barel. Namun, lonjakan persediaan bensin dan sulingan di Amerika Serikat memberikan tekanan dan membatasi kenaikan lebih lanjut.

    Dilansir dari Reuters, dalam pidato tahun baru, Xi Jinping menyatakan komitmennya untuk menerapkan kebijakan yang lebih proaktif guna mempercepat pertumbuhan ekonomi Tiongkok. Data manufaktur China pada Desember 2024 yang dirilis Kamis menunjukkan perlambatan aktivitas pabrik. Meskipun demikian, beberapa analis menilai data ini dapat mendorong pemerintah Beijing untuk mempercepat stimulus ekonomi.

    Survei resmi sebelumnya menunjukkan sektor manufaktur Tiongkok nyaris stagnan pada akhir 2024, sementara sektor jasa dan konstruksi mencatat hasil yang lebih baik, menandakan mulai berjalannya efek stimulus kebijakan di beberapa sektor.

    Sementara itu, data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) menunjukkan kenaikan signifikan dalam stok bensin sebesar 7,7 juta barel menjadi 231,4 juta barel, sementara stok sulingan naik 6,4 juta barel menjadi 122,9 juta barel. Sebaliknya, persediaan minyak mentah turun 1,2 juta barel, lebih kecil dari perkiraan penurunan 2,8 juta barel dalam survei Reuters.

    Faktor lainnya yang memengaruhi harga minyak mentah naik adalah kondisi geopolitik. Analis IG Tony Sycamore mencatat, risiko geopolitik yang meningkat dan kebijakan ekonomi Presiden AS Donald Trump, termasuk tarif perdagangan, menjadi faktor lain yang diperhitungkan oleh para pedagang.

    Harga minyak mentah diperkirakan akan tetap mendekati US$ 70 per barel sepanjang 2025. Jajak pendapat Reuters menunjukkan, lemahnya permintaan dari China dan meningkatnya pasokan global diperkirakan akan menekan upaya OPEC+ untuk menstabilkan pasar. 

  • Harga Minyak Turun 3% di 2024, Anjlok Dua Tahun Berturut-turut – Page 3

    Harga Minyak Turun 3% di 2024, Anjlok Dua Tahun Berturut-turut – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia turun sekitar 3% sepanjang perdagangan tahun 2024, dan membukukan pelemahan untuk tahun kedua berturut-turut.

    Pendorong merosotnya harga minyak dunia ini karena pemulihan permintaan pascapandemi terhenti, ekonomi Tiongkok yang menjadi importir utama minyak tak kunjung pulih, dan AS serta produsen non-OPEC lainnya memompa lebih banyak pasokan minyak mentah ke pasar global.

    Mengutip CNBC, Kamis (2/1/2025), harga minyak mentah Brent berjangka pada hari Selasa, hari perdagangan terakhir 2024, ditutup naik 65 sen atau 0,88% menjadi USD 74,64 per barel.

    Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup naik 73 sen atau 1,03% menjadi USD 71,72 per barel.

    Harga acuan Brent ditutup turun sekitar 3% dari harga penutupan akhir 2023 sebesar USD 77,04. Sementara harga WTI hampir tidak berubah dengan harga penutupan akhir tahun lalu.

    Pada September, harga minyak mentah Brent ditutup di bawah USD 70 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021, dan tahun ini Brent diperdagangkan secara luas di bawah harga tertinggi yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir karena permintaan pascapandemi meningkat dan guncangan harga akibat invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 mulai mereda.

    Prospek 2025

    Harga minyak mentah kemungkinan akan diperdagangkan sekitar USD 70 per barel pada tahun 2025 karena permintaan Tiongkok yang lemah dan pasokan global yang meningkat, mengimbangi upaya yang dipimpin OPEC+ untuk menopang pasar.

    Prospek permintaan yang lebih lemah di Tiongkok khususnya memaksa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan Badan Energi Internasional (IEA) untuk memangkas ekspektasi pertumbuhan permintaan minyak mereka untuk tahun 2024 dan 2025.

    IEA melihat pasar minyak memasuki 2025 dengan surplus, bahkan setelah OPEC dan sekutunya menunda rencana mereka untuk mulai meningkatkan produksi hingga April 2025 dengan latar belakang harga yang turun.

    Produksi minyak AS naik 259.000 barel per hari ke rekor tertinggi 13,46 juta barel per hari pada bulan Oktober, karena permintaan melonjak ke level terkuat sejak pandemi, data dari Badan Informasi Energi AS menunjukkan pada Selasa kemarin.

    Menurut IEA, produksi akan naik ke rekor baru 13,52 juta barel per hari tahun ini.

     

  • Akhir 2024, Harga Minyak Dunia Merangsek Naik

    Akhir 2024, Harga Minyak Dunia Merangsek Naik

    Houston: Harga minyak dunia mengalami kenaikan pada perdagangan di akhir 2024 (Rabu WIB). Namun demikian, secara tahunan, harga minyak global tersebut justru terpangkas sebanyak tiga persen.
     
    Mengutip Yahoo Finance, Rabu, 1 Januari 2025, harga minyak mentah Brent ditutup naik 65 sen, atau 0,88 persen, menjadi USD74,64 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS ditutup naik 73 sen, atau 1,03 persen, menjadi USD71,72 per barel.
     
    Adapun, harga minyak turun sekitar tiga persen pada 2024, merosot untuk tahun kedua berturut-turut, karena pemulihan permintaan pascapandemi terhenti, ekonomi Tiongkok sedang berjuang, dan Amerika Serikat (AS) serta produsen non-OPEC lainnya memompa lebih banyak minyak mentah ke pasar global yang pasokannya mencukupi.
     
    Harga acuan Brent turun sekitar tiga persen dari harga penutupan akhir 2023 sebesar USD77,04. Sementara WTI hampir stabil dengan harga penutupan akhir tahun lalu.
     
    Pada September 2024, harga minyak mentah Brent ditutup di bawah USD70 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021, dan tahun ini Brent diperdagangkan secara luas di bawah harga tertinggi yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir karena permintaan pascapandemi kembali pulih dan guncangan harga akibat invasi Rusia ke Ukraina di 2022 mulai memudar.
     

     

    Harga minyak bakal di kisaran USD70 di 2025
     
    Minyak kemungkinan akan diperdagangkan sekitar USD70 per barel pada 2025 karena permintaan Tiongkok yang lemah dan meningkatnya pasokan global, mengimbangi upaya yang dipimpin OPEC+ untuk menopang pasar.
     
    Prospek permintaan yang lebih lemah di Tiongkok khususnya memaksa Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan Badan Energi Internasional (IEA) untuk memangkas ekspektasi pertumbuhan permintaan minyak mereka untuk 2024 dan 2025.
     
    IEA memperkirakan pasar minyak memasuki 2025 dengan surplus, bahkan setelah OPEC dan sekutunya menunda rencana mereka untuk mulai meningkatkan produksi hingga April 2025 dengan latar belakang penurunan harga.
     
    Produksi minyak AS naik 259 ribu barel per hari ke rekor tertinggi 13,46 juta barel per hari pada Oktober, karena permintaan melonjak ke level terkuat sejak pandemi. Produksi akan meningkat ke rekor baru sebesar 13,52 juta barel per hari pada tahun depan, kata EIA.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Harga Minyak Dunia Turun Sepanjang 2024, Bagaimana di 2025? – Page 3

    Harga Minyak Dunia Turun Sepanjang 2024, Bagaimana di 2025? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun sekitar 3% pada tahun 2024 dan merosot selama dua tahun berturut-turut. Penurunan harga minyak dunia ini karena terhentinya pemulihan permintaan pasca-pandemi, perekonomian Tiongkok yang terpuruk, dan AS serta produsen non-OPEC lainnya memompa lebih banyak minyak mentah ke pasar global yang memiliki pasokan yang cukup.

    Dikutip dari CNBC, Rabu (1/1/2025), harga minyak mentah berjangka Brent naik 65 sen, atau 0,88%, menjadi USD 74,64 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 73 sen, atau 1,03%, menjadi USD 71,72 per barel.

    Patokan harga minyak dunia Brent turun sekitar 3% dari harga penutupan akhir tahun 2023 sebesar USD 77,04, sementara WTI secara kasar datar dengan penutupan akhir tahun lalu.

    Pada bulan September, harga Brent berjangka ditutup di bawah USD 70 per barel untuk pertama kalinya sejak Desember 2021, dan tahun ini Brent secara luas diperdagangkan di bawah level tertinggi yang terlihat dalam beberapa tahun terakhir karena permintaan pasca-pandemi meningkat dan guncangan harga akibat invasi Rusia ke Ukraina pada tahun 2022 mulai mereda. memudar.

    Harga minyak kemungkinan akan diperdagangkan sekitar USD 70 per barel pada tahun 2025 karena lemahnya permintaan Tiongkok dan meningkatnya pasokan global, mengimbangi upaya yang dipimpin OPEC+ untuk menopang pasar, menurut jajak pendapat bulanan Reuters pada hari Selasa.

    Prospek permintaan yang lebih lemah di Tiongkok khususnya memaksa Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan Badan Energi Internasional (IEA) untuk memangkas ekspektasi pertumbuhan permintaan minyak mereka untuk tahun 2024 dan 2025.

    Pasar Minyak

    IEA melihat pasar minyak memasuki tahun 2025 dalam keadaan surplus, bahkan setelah OPEC dan sekutunya menunda rencana mereka untuk mulai meningkatkan produksi hingga April 2025 karena penurunan harga.

    Produksi minyak AS naik 259.000 barel per hari ke rekor tertinggi 13,46 juta barel per hari pada bulan Oktober, karena permintaan melonjak ke level terkuat sejak pandemi, menurut data dari Badan Informasi Energi AS (EIA) pada hari Selasa.

    Produksi minyak diperkirakan akan meningkat ke rekor baru sebesar 13,52 juta barel per hari pada tahun depan, kata EIA.

     

  • Liburan Akhir Tahun, Harga Minyak Global Terkerek Naik

    Liburan Akhir Tahun, Harga Minyak Global Terkerek Naik

    Houston: Harga minyak menetap lebih tinggi pada perdagangan Senin waktu setempat (Selasa WIB) dalam perdagangan akhir tahun yang tipis karena investor bertaruh pada penurunan suhu di Amerika Serikat (AS) dan Eropa selama beberapa minggu mendatang untuk meningkatkan permintaan solar.
     
    Melansir Yahoo Finance, Selasa, 31 Desember 2024, harga minyak mentah Brent naik 22 sen, atau 0,3 persen, menjadi USD74,39 per barel. Kontrak Maret yang lebih aktif ditutup pada USD73,99 per barel, naik 20 sen.
     
    Sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 39 sen, atau 0,6 persen, menjadi USD70,99 per barel. Harga minyak diesel ultra-rendah sulfur AS naik 2,5 persen menjadi USD2,30 per galon, tertinggi sejak 5 November.
    Harga solar memimpin kompleks energi, karena kekhawatiran akan cuaca dingin dalam beberapa minggu ke depan mendorong penggunaan solar sebagai pengganti gas alam dalam pemanas ruangan.
     
    Hari derajat pemanasan, ukuran permintaan energi untuk pemanas ruangan, diperkirakan akan naik menjadi 499 selama dua minggu ke depan di AS, dibandingkan dengan 399 yang diperkirakan pada Jumat, menurut LSEG. Ahli meteorologi di perusahaan tersebut juga mengantisipasi suhu yang akan semakin dingin di Eropa pada Januari.
     
    Harga gas alam AS berjangka melonjak 17 persen ke level tertinggi sejak Januari 2023, didorong oleh prakiraan cuaca dan meningkatnya permintaan ekspor.
     

    Persediaan minyak di AS merosot

    Dukungan lebih lanjut untuk harga minyak dapat datang dari menurunnya persediaan minyak mentah AS, yang diperkirakan telah turun sekitar tiga juta barel minggu lalu, menurut jajak pendapat pendahuluan Reuters pada Senin.
     
    Baik Brent maupun WTI naik sekitar 1,4 persen minggu lalu didorong oleh penurunan persediaan minyak mentah AS yang lebih besar dari perkiraan pada minggu yang berakhir pada 20 Desember karena kilang minyak meningkatkan aktivitas dan musim liburan meningkatkan permintaan bahan bakar.
     
    Para investor juga menantikan survei pabrik PMI Tiongkok yang akan dirilis pada Selasa, diikuti oleh survei ISM AS pada Jumat untuk mengukur kesehatan ekonomi negara-negara konsumen minyak utama.
     
    Perekonomian Tiongkok yang lemah dapat menyebabkan kelebihan pasokan di pasar minyak tahun depan, kata Alex Hodes, analis di perusahaan pialang StoneX.
     
    Otoritas Tiongkok telah sepakat untuk menerbitkan obligasi pemerintah khusus senilai 3 triliun yuan (USD411 miliar) pada 2025 untuk menghidupkan kembali pertumbuhan ekonomi.
     
    Pelaku pasar minyak juga berspekulasi Presiden terpilih AS Donald Trump akan memangkas ekspor minyak mentah Iran hingga di bawah 500 ribu barel per hari melalui sanksi, menghilangkan lebih dari 1 juta barel pasokan minyak mentah harian dari pasar global, kata Hodes.

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (HUS)

  • Harga Gas Melonjak 20% karena AS Bakal Lebih Dingin – Page 3

    Harga Gas Melonjak 20% karena AS Bakal Lebih Dingin – Page 3

    Sebelumnya pada sesi tersebut, harga minyak berjangka Februari naik sebanyak 20% dan mencapai titik tertinggi USD 4,201 per seribu kaki kubik.

    Itu menandai level tertinggi sejak 4 Januari 2023, ketika harga diperdagangkan setinggi USD 4,219 per seribu kaki kubik.

    Pergerakan minyak berjangka Februari terjadi karena gas alam – yang digunakan untuk pemanas rumah – telah mengalami kenaikan besar akhir-akhir ini.

    Harga komoditas tersebut telah melonjak hampir 9% dalam seminggu terakhir dan sekitar 58% tahun ini.

    Sementara itu, harga minyak mentah Brent naik 30 sen menjadi USD 74,39 per barel, sementara minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 79 sen menjadi USD 71,16 per barel.

  • Harga Minyak Menguat Didukung Kenaikan Permintaan Diesel pada Musim Dingin

    Harga Minyak Menguat Didukung Kenaikan Permintaan Diesel pada Musim Dingin

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak menguat pada perdagangan, Senin (30/12/2024), saat perdagangan berjalan lambat menjelang tutup tahun. Diperkirakan, suhu yang semakin dingin di Amerika Serikat (AS) dan Eropa dalam beberapa pekan mendatang akan meningkatkan kebutuhan diesel sebagai pengganti gas alam untuk pemanas ruangan.

    Mengutip Reuters, Selasa (31/12/2024), harga minyak mentah Brent untuk pengiriman Februari naik 22 sen (0,3%) menjadi US$ 74,39 per barel, sementara kontrak untuk pengiriman Maret yang lebih aktif mencatat kenaikan 20 sen ke US$ 73,99 per barel.

    Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 39 sen (0,6%) ke US$ 70,99 per barel. Kontrak diesel sulfur rendah ultra AS melonjak 2,5% menjadi US$ 2,3 per galon, level tertinggi sejak 5 November.

    “Harga diesel memimpin penguatan di pasar energi,” ungkap salah satu distributor bahan bakar TACenergy. Laporan itu mencatat bahwa prediksi cuaca dingin dalam beberapa minggu mendatang mendorong peningkatan konsumsi diesel sebagai alternatif gas alam untuk pemanas ruangan.

    Indikator kebutuhan energi pemanas, heating degree days, diprediksi mencapai 499 dalam dua pekan mendatang di AS, naik dari perkiraan sebelumnya 399 pada Jumat lalu. Selain itu, ahli meteorologi memperkirakan Eropa akan menghadapi suhu yang lebih dingin pada Januari mendatang hingga membuat harga minyak menguat.

    Harga gas alam di AS juga mencatat lonjakan hingga 17%, mencapai level tertinggi sejak Januari 2023, didorong oleh proyeksi cuaca dingin serta meningkatnya permintaan ekspor.

    Kenaikan harga minyak juga mendapat dorongan dari perkiraan penurunan stok minyak mentah di AS sekitar 3 juta barel pada pekan lalu. Pada pekan sebelumnya, harga minyak Brent dan WTI masing-masing mencatat kenaikan sekitar 1,4% berkat penarikan stok minyak mentah yang lebih besar dari perkiraan selama libur panjang.

    Saat harga minyak menguat, pasar minyak berspekulasi bahwa presiden AS terpilih Donald Trump, kemungkinan akan memperketat sanksi terhadap ekspor minyak Iran. Langkah ini berpotensi mengurangi pasokan global hingga lebih dari 1 juta barel per hari, sehingga ekspor minyak Iran bisa turun di bawah 500.000 barel per hari.

  • Sosok Raja Minyak Singapura OK Lim yang Resmi Bangkrut, Pernah Berbisnis dengan Pertamina

    Sosok Raja Minyak Singapura OK Lim yang Resmi Bangkrut, Pernah Berbisnis dengan Pertamina

    Bisnis.com, JAKARTA — Mantan raja minyak mentah asal Singapura Lim Oon Kuin atau dikenal juga dengan OK Lim dan kedua anaknya yang dinyatakan bangkrut, di masa jayanya ternyata pernah berbisnis dengan BUMN atau perusahaan pelat merah di Tanah Air.

    Berdasarkan data Forbes, OK Lim memiliki perusahaan perdagangan minyak bernama Hin Leong Trading (Pte) Ltd. Lim mendirikan Hin Leong Trading pada 1963, saat dia berusia 20 tahun, bermodalkan sebuah truk untuk mengantarkan solar kepada nelayan dan produsen listrik kecil di pedesaan.

    Hin Leong Trading kemudian makin berkembang hingga akhirnya, unit pelayaran grup tersebut, Ocean Tankers, memiliki armada lebih dari 130 kapal tanker dan dikelola oleh putra Lim, Evan.

    Selain itu, taipan minyak Lim juga memiliki unit penyimpanan minyak Universal Terminal bersama PetroChina.

    Perusahaan perdagangan minyak milik Lim Oon Kuin yaitu Hin Leong Trading itulah yang kemudian mengajukan perlindungan kebangkrutan pada April 2020, yang menyebabkan kekayaan bersih OK Lim turun di bawah U$$1 miliar.

    OK Lim, yang mencapai puncak kejayaannya pada 2014 dengan kekayaan sebanyak US$1,8 miliar, pada 2019 tercatat sebagai orang terkaya ke-18 di Singapura (Forbes) dengan kekayaan US$1,7 miliar. Kekayaannya kemudian melorot menjadi US$1,3 miliar saat pandemi Covid-19 pada 2020.

    Sebagai informasi, saat pandemi Covid-19 pada 2020, harga minyak mentah global mengalami penurunan drastis karena turunnya permintaan akibat lockdown di berbagai negara.

    Pembatasan perjalanan, penutupan industri, dan perlambatan ekonomi secara global menyebabkan penurunan tajam dalam permintaan minyak. Maskapai penerbangan, transportasi, dan sektor energi pun mengalami kontraksi besar.

    Pada April 2020, misalnya, harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) untuk kontrak pengiriman Mei turun menjadi negatif -$37,63 per barel. Ini terjadi karena kekurangan kapasitas penyimpanan minyak mentah di Cushing, Oklahoma, pusat penyimpanan utama di AS.

    Adapun, sebelum pandemi, pasar minyak sejatinya sudah menghadapi kelebihan pasokan akibat perang harga antara Rusia dan Arab Saudi pada Maret 2020. Keduanya gagal mencapai kesepakatan produksi, sehingga membanjiri pasar dengan minyak murah.

    Sejumlah peristiwa ini menggarisbawahi kerentanan pasar minyak terhadap kejadian global yang tidak terduga, seperti pandemi dan OK Lim, melalui Hin Leong Trading ada di pusaran kerentanan harga minyak hingga akhirnya mengalami kerugian, di mana kndisi keuangan tersebut disembunyikan. Hin Leong Trading juga memiliki utang jumbo di sejumlah bank.

    Lim mengungkapkan bahwa Hin Leong memiliki kerugian sebesar $800 juta yang sebelumnya tidak dilaporkan.

    Bisnis Pertamina dengan Hin Leong Trading 

    Nama Hin Leong Trading pernah muncul di berbagai media Tanah Air pada Desember 2014 saat Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri menyebut Hin Leong Trading menjembatani pembelian minyak oleh PT Pertamina Trading Limited (Petral), anak usaha PT Pertamina (Persero).

    Berdasarkan informasi Pertamina di situs resminya, Hin Leong Trading, perusahaan milik OK Lim, merupakan satu dari sepuluh pembeli produk ekspor Pertamina pada 2019.

    Berdasarkan penjelasan Pertamina, untuk ekspor produk pada 2019, ekspor dilakukan dengan incoterm FOB sebesar 100%. Ekspor yang dilakukan dengan kontrak 6 bulan – 1 tahun (Term) sebesar 41%, sedangkan sisanya kontrak jangka pendek (Spot) sebesar 59%.

    Daftar Pembeli Produk Ekspor Pertamina pada 2019

    ARC Energy Trading Pte. Ltd
    BP Singapore Pte Ltd
    Freepoint Commodities Singapore Pte
    Hin Leong Trading (Pte) Ltd
    Mercuria Energy Trading Pte. Ltd.
    Mitsui & Co. Energy Trading Singapo
    Pertamina International Marketing
    PPT Energy Trading Co., Ltd
    Shell International Eastern Trading
    Vitol Asia Pte.Ltd.

    Selain itu, pada 2019, Hin Leong Trading ternyata juga tercatat sebagai salah satu dari 23 pemasok BBM impor Pertamina.

    Untuk BBM impor, Pertamina menyebut pengadaan yang dilakukan dengan incoterm FOB sebesar 66%, sedangkan CFR sebesar 34%. Pengadaan yang dilakukan dengan kontrak 6 bulan – 1 tahun (Term) sebesar 91%, sedangkan sisanya kontrak jangka pendek (Spot) sebesar 9%.

    Daftar Pemasok BBM Pertamina pada 2019:

    Aramco Trading Singapore Pte. Ltd
    Emirates National Oil Company (Singapore) Pte Ltd
    Equinor ASA
    Exxonmobil Asia Pacific Pte Ltd
    Freepoint Commodities Singapore Pte Ltd
    Glencore Singapore Pte. Ltd.
    Hengyi Industries International Pte. Ltd
    Hin Leong Trading (Pte) Ltd
    Ocean Energy Pte.Ltd.
    Petco Trading Labuan Company Limited (“Ptlcl”)
    Petrochina International (Singapore) Pte Ltd
    Petron (Singapore) Trading Pte Ltd
    Phillips 66 International Trading Pte Ltd
    Reliance Global Energy Services (Singapore) Pte Ltd
    Shell International Eastern Trading Company
    SK Energy International Pte Ltd
    Total Trading Asia Pte Ltd
    Trafigura Pte. Ltd.
    Unipec Singapore Pte. Ltd.
    Vitol Asia Pte Ltd
    Winson Oil Trading Pte. Ltd.
    World Fuel Services (Singapore) Pte. Ltd
    Zenrock Commodities Trading Pte. Ltd

     

  • Harga Minyak Dunia Melonjak, Brent Naik Lebih dari 1 Persen Jelang Pergantian Tahun – Halaman all

    Harga Minyak Dunia Melonjak, Brent Naik Lebih dari 1 Persen Jelang Pergantian Tahun – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

    TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak di perdagangan pasar global dilaporkan naik lebih dari 1 persen, mencatatkan kenaikan mingguan tertinggi menjelang musim libur akhir tahun.

    Mengutip data Forbes, harga minyak mentah jenis Brent berjangka naik 91 sen atau 1,2 persen menjadi 74,17 dolar AS per barel sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) melonjak 98 sen atau 1,4 persen menjadi 70,60 dolar AS per barel, Sabtu (28/12/2024).

    Adapun penguatan harga itu didukung oleh penarikan yang lebih besar dari perkiraan persediaan minyak mentah AS minggu lalu. 

    Menurut rilisan data Badan Informasi Energi AS, persediaan minyak mentah AS turun 4,2 juta barel per 20 Desember, karena kilang meningkatkan aktivitas dan musim liburan meningkatkan permintaan bahan bakar.

    Angka ini jauh lebih besar dibanding perkiraan awal. Dimana sebelumnya analis yang disurvei oleh salah satu kantor berita internasional memperkirakan penurunan 1,9 juta barel, sedangkan angka dari American Petroleum Institute yang dirilis awal minggu ini memperkirakan penurunan 3,2 juta barel.

    Selain karena penurunan stok minyak AS, lonjakan Brent dan WTI di akhir pekan ini efek dari optimisme atas pertumbuhan ekonomi China yang telah memicu harapan akan permintaan yang lebih tinggi tahun depan dari negara pengimpor minyak terbesar ini.

    Bank Dunia pada hari Kamis menaikkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2024 dan 2025. Sementara itu, otoritas Tiongkok telah setuju untuk menerbitkan obligasi khusus senilai 3 triliun yuan atau kurang lebih 411 miliar dollar AS pada tahun depan untuk menghidupkan kembali ekonomi yang lesu.

    Lebih lanjut, kondisi perang antara Rusia dan Ukraina juga menjadi faktor pendorong lonjakan harga di pasar energi karena stagnasi permintaan minyak global.

    Konflik panas antara Rusia dan Ukraina yang tak kunjung mereda lantas memicu kekhawatiran para investor hingga mereka kompak melakukan wait and see, membuat harga minyak meroket ke level tertinggi di pekan ini.

    “Untuk minyak, resikonya adalah jika Ukraina menargetkan infrastruktur energi Rusia, sementara risiko lainnya adalah ketidakpastian mengenai bagaimana Rusia menanggapi serangan ini,” kata analis ING dalam sebuah catatan.

     

  • Harga Minyak Mentah Brent dan WTI Naik 1,4% Pekan Ini – Page 3

    Harga Minyak Mentah Brent dan WTI Naik 1,4% Pekan Ini – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia naik lebih dari 1% pada perdagangan hari Jumat dan mencatat kenaikan mingguan. Namun, volume perdagangan minyak pada perdagangan Jumat cukup rendah karena musim libur akhir tahun.

    Harga minyak mentah naik didorong oleh penarikan yang lebih besar dari yang diharapkan dari persediaan minyak mentah AS minggu lalu.

    Mengutip CNBC, Sabtu (28/12/2024), harga minyak mentah Brent naik 91 sen atau 1,2% menjadi USD 74,17 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 98 sen atau 1,4% menjadi USD 70,60 per barel.

    Untuk data mingguan, harga minyak mentah Brent dan WTI naik sekitar 1,4%.

    Data Badan Informasi Energi Amerika Serikat (AS) menunjukkan bahwa persediaan minyak mentah AS turun 4,2 juta barel dalam minggu yang berakhir pada 20 Desember karena kilang meningkatkan aktivitas dan musim liburan meningkatkan permintaan bahan bakar.

    Angka ini jauh lebih besar dibanding perkiraan awal. Analis yang disurvei oleh salah satu kantor berita internasional memperkirakan penurunan 1,9 juta barel, sedangkan angka dari American Petroleum Institute yang dirilis awal minggu ini memperkirakan penurunan 3,2 juta barel.

    Ekonomi Tiongkok

    Optimisme atas pertumbuhan ekonomi Tiongkok juga telah memicu harapan akan permintaan yang lebih tinggi tahun depan dari negara pengimpor minyak teratas.

    Bank Dunia pada hari Kamis menaikkan perkiraannya untuk pertumbuhan ekonomi Tiongkok pada 2024 dan 2025. Sementara itu, otoritas Tiongkok telah setuju untuk menerbitkan obligasi khusus senilai 3 triliun yuan atau kurang lebih USD 411 miliar. tahun depan. Hal ini diungkap oleh salah satu sumber dari sebuah media internasional.

    Penerbitan obligasi ini harus dilakukan karena otoritas Beijing harus bertindak cepat untuk menghidupkan kembali ekonomi yang lesu.