Produk: West Texas Intermediate

  • Trump Tekan OPEC, Harga Minyak Jadi Makin Murah – Page 3

    Trump Tekan OPEC, Harga Minyak Jadi Makin Murah – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak stabil pada perdagangan hari Jumat tetapi jika dihitung dalam sepekan ini harga minyak mengalami penurunan. Pelemahan harga minyak pada pekan ini menghentikan kenaikan dalam empat minggu berturut-turut.

    Harga minyak turun pada pekan ini setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana besar untuk meningkatkan produksi dalam negeri sambil menuntut OPEC untuk menurunkan harga minyak mentah.

    Mengutip CNBC, Sabtu (25/1/2025), harga minyak mentah Brent berjangka naik 21 sen atau 0,27% ditutup pada USD 78,50 per barel. Sedangkan harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 4 sen atau 0,05% dan ditutup pada USD 74,66 per barel.

    Harga minyak Brent telah kehilangan 2,83% sepanjang minggu ini dan harga minyak WTI turun 4,13%.

    Donald Trump pada hari Jumat menegaskan kembali seruannya kepada Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) untuk memangkas harga minyak guna merugikan keuangan Rusia yang kaya minyak dan membantu mengakhiri perang di Ukraina.

    “Salah satu cara untuk menghentikannya dengan cepat adalah dengan meminta OPEC berhenti menghasilkan begitu banyak uang dan menurunkan harga minyak. Perang itu akan segera berhenti,” kata Trump saat ia mendarat di North Carolina untuk melihat kerusakan akibat badai.

    Analis StoneX Alex Hodes dalam sebuah catatan pada hari Jumat menuliskan bahwa ancaman sanksi keras AS terhadap Rusia dan Iran, yang merupakan produsen minyak utama, dapat merusak tujuan Trump untuk menurunkan biaya energi.

    “Trump mengetahui hal ini dan telah menekan OPEC untuk menutupi kekosongan yang akan ditimbulkannya,” kata Hodes.

    Pada hari Kamis, Trump mengatakan kepada Forum Ekonomi Dunia bahwa ia akan menuntut OPEC dan pemimpin de facto-nya, Arab Saudi, untuk menurunkan harga minyak mentah.

    OPEC+, yang di dalamnya ada Rusia, belum bereaks., Delegasi dari kelompok tersebut memastikan bahwa kesepakatan yang ada saat ini adalah untuk mulai meningkatkan produksi minyak mulai April 2025.

    “Saya tidak benar-benar berharap OPEC akan mengubah kebijakan kecuali ada perubahan fundamental,” kata analis komoditas UBS Giovanni Staunovo.

    “Pasar akan relatif tenang sampai kita mendapatkan kejelasan lebih lanjut tentang kebijakan sanksi dan tarif.”

     

     

     

  • Aksi Donald Trump Tekan OPEC dan Arab Saudi Bikin Harga Minyak Mentah Turun

    Aksi Donald Trump Tekan OPEC dan Arab Saudi Bikin Harga Minyak Mentah Turun

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak mentah global turun pada Kamis (23/1/2025) setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meminta Arab Saudi dan OPEC untuk menurunkan harga minyak dalam pidatonya di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss.

    Ketidakpastian terkait dampak kebijakan energi dan tarif perdagangan yang diajukan Trump terhadap pertumbuhan ekonomi global, serta permintaan energi turut memberikan tekanan pada harga minyak.

    Dilansir dari Reuters, minyak mentah Brent turun 71 sen (0,9%) menjadi US$ 78,29 per barel, sedangkan minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun 82 sen (1,09%) ke level $74,62 per barel.

    Pengaruh Kebijakan Donald Trump 
    Penurunan harga minyak terjadi segera setelah Trump menyatakan akan mendorong Arab Saudi dan OPEC untuk menurunkan harga minyak mentah. Menurut Clay Seigle, peneliti senior bidang keamanan energi di Pusat Studi Strategis dan Internasional, seruan Trump tersebut dapat diterima positif oleh konsumen dan pelaku bisnis, tetapi memunculkan kekhawatiran bagi industri minyak AS dan pemasok global lainnya.

    “Industri energi global saat ini membutuhkan peningkatan investasi dalam proyek-proyek minyak dan gas, tetapi turunnya harga minyak dapat menghambat pengembangan proyek baru,” kata Seigle.

    Priyanka Sachdeva, analis pasar senior di Phillip Nova, menyatakan, ketidakpastian terkait tarif perdagangan AS juga dapat semakin memperlemah permintaan minyak global. 

    Trump juga menyebut akan menambah tarif baru pada Rusia apabila negara tersebut tidak menyetujui kesepakatan untuk mengakhiri konflik di Ukraina. Selain itu, ia mengancam Uni Eropa dengan tarif baru serta mengenakan bea masuk 25% pada Kanada dan Meksiko.

    Menurut Kelvin Wong, analis pasar senior di Oanda, kebijakan perdagangan Donald Trump yang tidak jelas dan peningkatan pasokan minyak AS dapat memicu fluktuasi harga minyak mentah yang lebih tajam dalam waktu dekat.

  • Investor Khawatir Kebijakan Trump, Harga Emas Melonjak ke Level Tertinggi, Dolar Melemah

    Investor Khawatir Kebijakan Trump, Harga Emas Melonjak ke Level Tertinggi, Dolar Melemah

    FAJAR.CO.ID — Investor mengkhawatirkan kebijakan ekonomi Presiden Amerika Serikat, Donald Trump dapat memicu perang dagang. Minimnya kepastian rencana kebijakan Trump memicu pelemahan Dolar dan harga emas melonjak mendekati level tertinggi dalam tiga bulan terakhir.

    Kenaikan harga emas terlihat dari perdagangan emas pada Rabu (22/2/2025). Harga emas spot naik 0,4 persen menjadi 2.755,2 Dolar AS per ons.

    Pada perdagangan emas di hari tersebut, emas berjangka Amerika Serikat ditutup menguat 0,4 persen menjadi 2.770,90 Dolar AS per ons.

    Di sisi lain, nilai tukar Dolar pun anjlok. Indeks Dolar (Indeks DXY) pada Rabu tersungkur ke level terendah lebih dari tiga minggu pada awal sesi. Pelemahan nilai Dolar ini membuat emas batangan yang dihargakan dalam greenback lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.

    Senior Portfolio Manager Sprott Asset Management menilai harga emas akan bergerak cepat saat situasi di pasar tidak stabil.

    Dia menilai ada ketidakpastian dengan tarif yang diusulkan dan sejumlah hal lainnya. Dampaknya, perdagangan emas biasanya berkinerja baik ketika ada ketidakpastian yang besar atau bahkan moderat di pasar.

    Ketidakpastian ekonomi dunia juga terjadi pada bursa perdagangan komoditas minyak dunia. Harga minyak dunia mencapai level terendah dalam sepekan pada Rabu 22 Januari 2025. Anjloknya harga minyak dunia dipengaruhi usulan tarif baru dari Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

    Harga minyak mentah Brent turun 29 sen atau 0,4 persen menjadi 79,00 Dolar AS per barel, sementara West Texas Intermediate (WTI) turun 39 sen atau 0,5 persen menjadi 75,44 Dolar AS per barel.

  • Harga Minyak Dunia Melesat Selama Sepekan Imbas Sanksi AS ke Rusia – Page 3

    Harga Minyak Dunia Melesat Selama Sepekan Imbas Sanksi AS ke Rusia – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak turun pada Kamis, 16 Januari 2025. Koreksi harga minyak terjadi seiring milisi Houthi Yaman akan hentikan serangan terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

    Selain itu, investor juga mencermati data penjualan eceran Amerika Serikat (AS) yang kuat. Demikian mengutip dari Yahoo Finance, Jumat (17/1/2025).

    Harga minyak Brent berjangka ditutup melemah 74 sen atau 0,9 persen ke posisi USD 81,29 per barel, setelah naik 2,6 persen pada sesi sebelumnya ke harga tertinggi sejak 26 Juli.

    Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot USD 1,36 atau 1,7 persen menjadi USD 78,68 per barel, usai naik 3,3 persen pada Rabu ke level tertinggi sejak 19 Juli. Harga minyak mentah AS turun lebih dari USD 2 pada beberapa waktu selama sesi tersebut.

    Sementara itu, pejabat keamanan maritim memperkirakan milisi Houthi akan mengumumkan serangannya terhadap kapal-kapal di Laut Merah. Hal ini setelah kesepakatan gencatan senjata dalam perang di Gaza antara Israel dan kelompok militant Palestina Hamas.

    Serangan tersebut telah menganggu pengiriman global, dan memaksa perusahaan untuk melakukan perjalanan yang lebih jauh dan lebih mahal di sekitar Afrika Selatan selama lebih dari setahun.

    “Perkembangan Houthi dan gencatan senjata di Gaza membantu kawasan tersebut tetap tenang, mengurangi sebagian premi keamanan dari harga minyak,” ujar Partner Again Capital, John Kilduff.

    “Ini semua tentang aliran minyak,” Kilduff menambahkan.

    Namun, investor tetap berhati-hati karena pemimpin Houthi mengatakan kelompoknya akan memantau penerapan kesepakatan gencatan senjata dan melanjutkan serangannya terhadap kapal atau Israel jika kesepakatan itu dilanggar.

    “Gencatan senjata di Jalur Gaza akan dimulai pada Minggu sesuai rencana, meskipun negosiator perlu menyelesaikan “masalah yang belum terselesaikan,” ujar Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken.

  • Harga Minyak Dunia Melesat Selama Sepekan Imbas Sanksi AS ke Rusia – Page 3

    Akhirnya Harga Minyak Tembus USD 80, Ini Penyebabnya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak memperpanjang kenaikan untuk sesi ketiga pada perdagangan hari Senin, dengan minyak mentah Brent naik di atas USD 80 per barel ke level tertinggi dalam lebih dari empat bulan. Kenaikan harga minyak dunia ini didorong oleh sanksi Amerika Serikat (AS) yang lebih luas terhadap minyak Rusia dan dampak yang diharapkan terhadap ekspor ke pembeli utama India dan China.

    Mengutip CNBC, Selasa (14/1/2025), harga minyak mentah Brent berjangka naik USD 1,42 atau 1,78% menjadi USD 81,18 per barel pada pukul 1:32 siang ET. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik USD 2,52 atau 3,29% menjadi USD 79,09 per barel.

    Harga minyak Brent dan WTI telah naik sekitar 6% sejak 8 Januari, melonjak pada hari Jumat setelah Departemen Keuangan AS memberlakukan sanksi yang lebih luas terhadap minyak Rusia.

    Sanksi baru tersebut mencakup produsen Gazprom Neft dan Surgutneftegaz, serta 183 kapal yang telah mengirimkan minyak Rusia, yang menargetkan pendapatan yang telah digunakan Moskow untuk mendanai perangnya dengan Ukraina.

    Para pedagang dan analis melihat ekspor minyak Rusia akan sangat terdampak oleh sanksi baru tersebut, yang mendorong Tiongkok dan India untuk mengambil lebih banyak minyak mentah dari Timur Tengah, Afrika, dan Amerika, yang akan mendongkrak harga dan biaya pengiriman.

    “Ada kekhawatiran nyata di pasar tentang gangguan pasokan. Skenario terburuk untuk minyak Rusia tampaknya merupakan skenario yang realistis,” kata analis PVM Tamas Varga.

    “Namun, tidak jelas apa yang akan terjadi saat Donald Trump menjabat Senin depan.” tambah dia.

    Sanksi tersebut mencakup periode penghentian hingga 12 Maret, jadi mungkin belum ada gangguan besar.

     

  • Harga Minyak Dunia Melonjak hingga Capai Level Tertinggi Akibat Sanksi Baru terhadap Rusia

    Harga Minyak Dunia Melonjak hingga Capai Level Tertinggi Akibat Sanksi Baru terhadap Rusia

    Jakarta, Beritasatu.com – Harga minyak dunia melonjak pada perdagangan, Senin (13/1/2025), mencapai level tertinggi dalam empat bulan terakhir. Peningkatan ini disebabkan oleh sanksi terbaru Amerika Serikat (AS) terhadap minyak Rusia, yang memaksa pembeli di India dan China mencari alternatif pemasok.

    Mengutip Reuters, Selasa (14/1/2025), harga minyak Brent meningkat sebesar US$ 1,25 atau 1,6% menjadi US$ 81,01 per barel. Sementara itu, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik US$ 2,25 (2,9%) menjadi US$ 78,82 per barel.

    Kenaikan ini membawa Brent mencatatkan level penutupan tertinggi sejak 26 Agustus 2024, sedangkan WTI mencapai puncak tertinggi sejak 12 Agustus 2024. Keduanya juga tetap dalam kategori overbought selama dua hari berturut-turut.

    Selain itu, lonjakan lebih dari 6% dalam tiga sesi perdagangan terakhir membuat premi kontrak bulan depan terhadap kontrak berjangka berikutnya, yang dikenal sebagai time spreads dalam sektor energi, hingga harga minyak dunia mencapai level tertinggi dalam beberapa bulan terakhir.

    Minat pasar terhadap perdagangan energi juga meningkat tajam. Volume perdagangan Brent di Intercontinental Exchange pada 10 Januari mencatatkan rekor tertinggi sejak Maret 2020. Di sisi lain, volume perdagangan berjangka WTI di New York Mercantile Exchange mencatatkan lonjakan signifikan sejak Maret 2022.

    Perusahaan penyulingan minyak di India dan China kini berlomba mencari pasokan alternatif sebagai respons terhadap sanksi AS terhadap produsen dan pengangkut minyak Rusia. Kebijakan tersebut bertujuan menekan pendapatan Rusia, eksportir minyak terbesar kedua di dunia.

    “Kekhawatiran terhadap potensi gangguan pasokan semakin nyata. Skenario terburuk bagi minyak Rusia tampaknya kian mendekati kenyataan,” ujar analis minyak PVM Tamas Varga.

    Namun, ia juga menekankan adanya ketidakpastian terkait dampak lanjutan setelah Donald Trump resmi dilantik pekan depan.

    Goldman Sachs memproyeksikan bahwa kapal-kapal yang menjadi target sanksi baru mengangkut sekitar 1,7 juta barel minyak per hari pada 2024 atau setara dengan 25% dari total ekspor minyak Rusia. Bank tersebut juga semakin optimistis bahwa harga Brent akan lebih cenderung berada di atas kisaran US$ 70-85.

    Saat ini, terdapat setidaknya 65 kapal tanker minyak yang tertahan di berbagai lokasi, termasuk di lepas pantai Rusia dan China, sejak Amerika Serikat mengumumkan sanksi baru. Kapal-kapal ini sebelumnya digunakan untuk mengirimkan minyak ke India dan China setelah sanksi Barat sebelumnya serta pembatasan harga oleh negara-negara G7 pada 2022.

    Situasi ini mendorong perdagangan minyak Rusia berpindah dari pasar Eropa ke Asia. Beberapa kapal tersebut juga membawa minyak dari Iran, yang berada di bawah sanksi serupa.

    Saat harga emas dunia anjlok akibat sanksi AS ke Rusia, enam negara Uni Eropa telah mendesak Komisi Eropa untuk menurunkan batas harga minyak Rusia yang ditetapkan negara-negara G7. Langkah ini diharapkan dapat mengurangi pendapatan Rusia untuk membiayai konflik tanpa memicu gangguan besar di pasar.

  • Harga Minyak Melonjak Setelah AS Berlakukan Sanksi Ke Rusia

    Harga Minyak Melonjak Setelah AS Berlakukan Sanksi Ke Rusia

    Jakarta, FORTUNE – Harga komoditas minyak mengalami kenaikan dan menyentuh level tertinggi dalam empat bulan terakhir.

    Berdasarkan Trading Economics, Senin (13/1), pukul 14:52 WIB, minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) diperdagangkan pada US$77,66 per barel, atau naik 1,42 persen dalam 24 jam terakhir.

    Sementara dalam sebulan terakhir, komoditas tersebut menguat 10,23 persen.

    Di sisi lain, minyak mentah Brent diperdagangkan pada US$80,56 per barel atau mengalami kenaikan 1,03 persen dalam sehari, dan meningkat 8,94 persen dalam sebulan terakhir.

    Analis mata uang dan komoditas, Lukman Leong, mengatakan lonjakan ini terjadi utamanya karena Amerika Serikat memperluas sanksi terhadap entitas yang berkaitan dengan perdagangan minyak Rusia.

    Pada Jumat lalu (13/1), AS memberlakukan sanksi kepada sejumlah kapal minyak Rusia. Sanksi tersebut menargetkan lebih dari 200 entitas kapal maupun tanker dan individu mencakup traders, perusahaan asuransi, serta ratusan kapal tanker minyak. Pembatasan ini secara signifikan membuat harga minyak melejit karena ada kekhawatiran menganggu pasokan.

    Dikutip dari Reuters, Goldman Sachs memperkirakan bahwa kapal-kapal yang menjadi sasaran sanksi baru tersebut mengangkut 1,7 juta barel minyak per hari (bpd) pada 2024, atau 25 persen dari ekspor Rusia.

    Kendati demikian, menurut Lukman, lonjakan harga minyak ini diperkirakan hanya bersifat sementara, karena negara importir sebisa mungkin akan mencari jalan keluarnya.

    “Terlebih apabila memang terjadi kekurangan pasokan, maka OPEC+ akan siap kembali menaikkan produksi,” katanya kepada Fortune Indonesia, Senin (13/1).

    Untuk prospek ke depannya, Lukman memperkirakan harga komoditas minyak ini masih sulit untuk naik lebih tinggi. Pasalnya, International Energy Agency (IEA) memproyeksikan akan terjadi peningkatan produksi dari Amerika Utara, dan pada saat bersamaan terjadi pelemahan permintaan Cina yang disebabkan oleh elektrifikasi kendaraan dan perekonomian Cina yang belum optimal.

  • Harga Minyak Melonjak Usai AS Beri Sanksi Rusia – Page 3

    Harga Minyak Melonjak Usai AS Beri Sanksi Rusia – Page 3

    Pada perdagangan sebelumnya, harga minyak menguat lebih dari 1 persen pada perdagangan Kamis, 9 Januari 2025. Harga minyak melesat seiring cuaca dingin yang melanda sebagian wilayah Amerika Serikat (AS) dan Eropa meningkatkan permintaan bahan bakar saat musim dingin.

    Mengutip Yahoo Finance, Jumat (10/1/2025), harga minyak Brent berjangka naik 98 sen atau 1,29 persen menjadi USD 77,14 per barel pada pukul 1:10 siang EST. Harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) naik 84 sen atau 1,15 persen menjadi USD 74,16. Pada perdagangan Rabu pekan ini, harga minyak acuan itu telah turun lebih dari 1 persen.

    “Kenaikan ini jelas merupakan permintaan bahan bakar musim dingin yang meningkat di Amerika Serikat,” ujar Partner Again Capital, John Kilduff.

    Berdasarkan National Weather Service, sebagian wilayah Texas timur hingga utara Kentucky berada di bawah peningkatan badai musim dingin, yang sebagian besar wilayah di Arkansas dan Tennessee.

    “Saat ini tampaknya es akan tetap berada di utara deretan kilang di sepanjang Pantai Teluk AS, tetapi pemadaman listrik akan menjadi perhatian karena hujan lebat dan angin akan datang,” ujar TACenergy trading.

    Kilduff menuturkan, pihaknya melihat tingkat produksi kilang yang kuat dan kilang di Amerika Serikat memproduksi bahan bakar dari semua jenis dan itu juga menopang pasar minyak mentah.

    Peningkatan produksi minyak mentah kilang naik sebesar 45.000 barel per hari (bph) dalam seminggu hanya 3 Januari, sementara tingkat pemanfaatan naik 0,6 persen menjadi 93,3 persen.

    Penyulingan di sepanjang Pantai Teluk AS menaikkan input bersih minyak mentah mereka ke level tertinggi sejak Desember 2018, kata EIA. 

     

  • Harga Minyak Dunia Anjlok, Tertekan Pengetatan Pasokan OPEC – Halaman all

    Harga Minyak Dunia Anjlok, Tertekan Pengetatan Pasokan OPEC – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Namira Yunia

    TRIBUNNEWS.COM, WASHINGTON – Harga minyak di perdagangan pasar global turun lebih dari 1 persen pada awal perdagangan, tertekan pengetatan pengetatan pasokan dari Rusia dan anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) lainnya.

    Mengutip data Business Standard, harga minyak mentah jenis Brent turun 1,16 persen ke level 76,23 dolar AS per barel. Sementara minyak mentah jenis West Texas Intermediate juga anjlok 1,25 persen ke posisi 73,32 dolar AS per barel, pada Kamis (9/1/2025).

    Adapun penurunan harga ini terjadi setelah investor mengalami tekanan atas pengetatan pasokan yang diterapkan OPEC termasuk Rusia. Imbas pengetatan tersebut Produksi minyak dari OPEC turun pada Desember 2024 setelah dua bulan sebelumnya meningkat.

    Laporan Bloomberg menyebutkan per Desember jumlah produksi minyak rata-rata di Rusia mencapai 8,971 juta barel per hari. Jumlah itu berada di bawah target negara tersebut.

    Selain karena penurunan stok OPEC, melemahnya harga minyak dunia juga disebabkan oleh anjloknya persediaan minyak mentah yang turun sebanyak 959.000 barel dalam seminggu, berbanding terbalik dengan ekspektasi analis untuk penarikan sebanyak 184.000 barel.

    Sayangnya penurunan stok ini terjadi ditengah meningkatkan permintaan minyak pada bulan Januari yang diproyeksi meningkat sebesar 1,4 juta barel per hari. Hal ini yang mencerminkan kekhawatiran pasar akan pasokan yang lebih ketat di tengah  meningkatnya permintaan, terutama dari China.

    Analis JPMorgan memperkirakan permintaan minyak pada bulan Januari akan meningkat sebesar 1,4 juta barel per hari tahun-ke-tahun menjadi 101,4 juta barel per hari, terutama didorong oleh “peningkatan penggunaan bahan bakar pemanas di Belahan Bumi Utara”.

    “Permintaan minyak global diperkirakan tetap kuat sepanjang Januari, didorong oleh kondisi musim dingin yang lebih dingin dari biasanya yang meningkatkan konsumsi bahan bakar pemanas, serta dimulainya lebih awal aktivitas perjalanan di Tiongkok untuk liburan Tahun Baru Imlek,” kata para analis.

    Apabila pengetatan berlanjut dalam jangka waktu yang lama, hal ini tentunya akan membuat harga minyak rata-rata  turun tajam pada tahun ini, berbanding terbalik jika dibandingkan tahun 2024.

    “Kami mempertahankan perkiraan kami untuk minyak mentah Brent rata-rata 76 dolar AS per barel pada tahun 2025, turun dari rata-rata 80 dolar AS per barell pada tahun 2024.

  • Hawa Dingin di AS dan Eropa Angkat Harga Minyak

    Hawa Dingin di AS dan Eropa Angkat Harga Minyak

    Jakarta, CNN Indonesia

    Harga minyak menguat pada Selasa (7/1). Mengutip Reuters, harga minyak mentah berjangka Brent ditutup di level US$77,05 per barel, naik 75 sen atau 0,98 persen.

    Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS berakhir pada US$74,25 per barel, naik 69 sen, 0,94 persen.

    Analis UBS Giovanni Staunovo menyebut kenaikan harga minyak didorong oleh kekhawatiran pasar atas terbatasnya pasokan dari Rusia dan Iran.

    Analis pasar Forex Razan Hilal mengatakan harga minyak juga mendapatkan topangan dari membaiknya ekspektasi permintaan dan janji ekonomi China.

    Para pedagang menantikan rencana stimulus Tiongkok untuk mendorong pertumbuhan karena pasokan terbatas setelah liburan Natal dan Tahun Baru.

    Minyak juga mendapatkan topangan dari cuaca dingin yang melanda AS dan Eropa. 

    Cuaca dingin telah meningkatkan permintaan minyak untuk pemanas. Namun kenaikan harga minyak tersebut tertahan oleh data ekonomi global yang kurang memuaskan.

    Salah satunya, data inflasi zona Euro yang meningkat pada Desember. 

    (agt/agt)