Produk: West Texas Intermediate

  • Harga Minyak Anjlok, Ini Gara-garanya – Page 3

    Harga Minyak Anjlok, Ini Gara-garanya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak turun sekitar 1% pada hari Selasa  (Rabu waktu Jakarta) saat Presiden AS Donald Trump dan Presiden Rusia Vladimir Putin membahas langkah-langkah untuk mengakhiri perang tiga tahun di Ukraina, yang dapat mengakibatkan kemungkinan pelonggaran sanksi terhadap ekspor bahan bakar Rusia.

    Sebelumnya pada hari itu, harga minyak dunia mencapai titik tertinggi dalam dua minggu di tengah kekhawatiran bahwa ketidakstabilan di Timur Tengah dapat mengurangi pasokan minyak, dan harapan bahwa rencana stimulus ekonomi di China dan Jerman dapat meningkatkan permintaan bahan bakar di dua ekonomi terbesar dunia.

    Harga minyak Brent AS turun 51 sen atau 0,72% menjadi USD 70,56 per barel. Sementara minyak mentah West Texas Intermediate ASMinyak mentah (WTI) turun 68 sen, atau 1,01%, dan ditutup pada USD 66,90.

    Bahkan jika AS dan Rusia berhasil mencapai gencatan senjata di Ukraina, banyak analis mengatakan mereka memperkirakan akan memakan waktu lama sebelum ekspor energi Rusia meningkat secara signifikan.

    “Bahan bakar fosil Rusia mungkin pada tahap tertentu akan kembali melimpah tanpa belenggu sanksi, tetapi … (itu) tidak berarti kemurahan hati energi akan dicabut,” kata analis di pialang minyak PVM dalam sebuah catatan.

    Rusia memproduksi sekitar 9,2 juta barel per hari (bpd) minyak mentah pada tahun 2024, turun dari level tertinggi terbarunya sebesar 9,8 juta bpd pada tahun 2022 dan rekor 10,6 juta bpd pada tahun 2016, menurut data Badan Informasi Energi AS (EIA) sejak tahun 1997.

    Di Timur Tengah, Presiden AS Trump berjanji untuk melanjutkan serangan AS terhadap Houthi Yaman kecuali mereka mengakhiri serangan mereka terhadap kapal-kapal di Laut Merah.

    Trump mengatakan ia akan meminta pertanggungjawaban Iran atas serangan yang dilakukan oleh kelompok Houthi yang didukungnya di Yaman. Jika AS bertindak melawan Iran, atau Houthi bertindak melawan produsen Arab lainnya, pasokan minyak global bisa menurun.

    Iran, anggota Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memproduksi sekitar 3,3 juta barel minyak mentah per hari pada tahun 2024, menurut EIA AS.

  • Harga Minyak Menguat Jelang Akhir Pekan, Ini Penyebabnya – Page 3

    Harga Minyak Menguat Jelang Akhir Pekan, Ini Penyebabnya – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak mentah melonjak 1 persen pada Jumat, 14 Maret 2025. Harga minyak mengakhir pekan ini cenderung stagnan seiring investor mempertimbangkan prospek yang semakin menipis dan berakhirnya perang Ukraina yang dapat kembali membawa lebih banyak pasokan energi Rusia ke pasar Barat.

    Mengutip CNBC, Sabtu (15/3/2025), harga minyak Brent ditutup 70 sen atau 1 persen lebih tinggi menjadi USD 70,58 per barel. Harga minyak sempat turun 1,5 persen pada sesi sebelumnya. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) ditutup naik 63 sen atau 1 persen ke posisi USD 67,18 per barel. Kenaikan harga minyak WTI terjadi setelah melemah 1,7 persen.

    Kedua patokan tersebut mengakhiri minggu ini dengan sedikit perubahan dari Jumat lalu, ketika Brent ditutup pada USD 70,36 dan WTI pada usd 67,04.

    “Minyak Brent telah bertahan di sekitar angka USD 70 selama dua minggu terakhir. Apakah akan tetap pada level ini dalam minggu mendatang tergantung pada situasi berita politik,” kata analis Commerzbank dalam sebuah catatan.

    Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan pada Kamis, Moskow mendukung usulan AS untuk gencatan senjata di Ukraina pada prinsipnya, tetapi meminta sejumlah klarifikasi dan syarat yang tampaknya mengesampingkan kemungkinan berakhirnya pertempuran dengan cepat.

    “Jika prospek gencatan senjata terus berlanjut di masa mendatang, pasar akan memperkirakan minyak Rusia akan berada di bawah sanksi untuk jangka waktu yang lama,” kata Presiden Lipow Oil Associates yang berpusat di Houston, Andrew Lipow.

    Pada Jumat, Donald Trump kembali mendesak Rusia untuk menyetujui usulan gencatan senjata, dengan mengatakan di platform media sosial pribadinya ia akan mengeluarkan AS dari apa yang disebutnya “kekacauan nyata” dengan Rusia”.

    Pemerintahan Trump mengatakan lisensi yang mengizinkan transaksi energi dengan lembaga keuangan Rusia telah berakhir minggu ini. Perusahaan-perusahaan negara Tiongkok juga mengekang impor minyak Rusia karena risiko sanksi, kata sumber kepada Reuters.

    Di sisi lain, Northvolt, pembuat sel baterai Swedia untuk kendaraan listrik, mengatakan pada Rabu bahwa mereka telah mengajukan kebangkrutan.

     

     

  • Harga Minyak Tergelincir Imbas Kekhawatiran Tarif Dagang Donald Trump – Page 3

    Harga Minyak Tergelincir Imbas Kekhawatiran Tarif Dagang Donald Trump – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak naik tipis pada Rabu pagi, didukung oleh melemahnya dolar, namun kekhawatiran yang meningkat terhadap perlambatan ekonomi AS dan dampak tarif terhadap pertumbuhan ekonomi global membatasi kenaikan tersebut.

    Dikutip dari CNBC, Kamis (13/3/2025), Futures Brent naik 27 sen, atau 0,39%, menjadi USD 69,83 per barel pada pukul 01:10 GMT, sementara futures minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS naik 29 sen, atau 0,44%, menjadi USD 66,54 per barel.

    Meskipun prospek ekonomi melemah, harga minyak tetap bertahan di posisi positif, kata Daniel Hynes, ahli strategi komoditas senior di ANZ. “Ini menandakan bahwa permintaan jangka pendek terhadap minyak mentah masih kuat.”

    Dolar AS Loyo

    Indeks dolar, yang turun 0,5% ke level terendah tahun 2025 pada Selasa, mendorong harga minyak dengan membuat minyak mentah lebih murah bagi pembeli yang menggunakan mata uang lain.

    Namun, harga saham AS, yang juga memengaruhi pasar minyak, kembali jatuh pada Selasa, menambah aksi jual terbesar dalam beberapa bulan terakhir. Investor terguncang oleh peningkatan tarif impor dan menurunnya sentimen konsumen.

    Kebijakan proteksionis Trump telah mengguncang pasar global. Ia telah memberlakukan, kemudian menunda, tarif terhadap pemasok minyak utama seperti Kanada dan Meksiko, serta meningkatkan tarif terhadap China, yang memicu tindakan balasan.

    Pada akhir pekan, Trump mengatakan bahwa “periode transisi” kemungkinan akan terjadi dan tidak menutup kemungkinan terjadinya resesi di AS.

     

     

  • Harga Minyak Tergelincir Imbas Kekhawatiran Tarif Dagang Donald Trump – Page 3

    Harga Minyak Dunia Melambung Usai Trump Ancam Rusia – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia naik pada perdagangan hari Jumat setelah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengancam akan memberikan sanksi baru kepada Rusia jika gagal mencapai kesepakatan gencatan senjata dengan Ukraina.

    Donald Trump menuliskan dalam sebuah posting di Truth Social bahwa ia sangat mempertimbangkan sanksi terhadap bank-bank Rusia dan tarif mahal terhadap produk-produk Rusia karena angkatan bersenjatanya terus melakukan serangan di Ukraina.

    Mengutip CNBC, Sabtu (8/3/2025), harga minyak mentah Brent naik USD 1,04 atau 1,5% menjadi USD 70,50 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 68 sen atau 1,02% dan ditutup pada USD 67,04 per barel.

    Pada perdagangan awal, harga minyak Brent melonjak menjadi USD 71,40 sementara harga minyak WTI mencapai USD 68,22. Kenaikan harga minyak ini terjadi setelah Wakil Perdana Menteri Rusia Alexander Novak mengatakan kepada wartawan bahwa kelompok produsen OPEC+ akan melanjutkan kenaikannya pada bulan April tetapi kemudian dapat mempertimbangkan langkah-langkah lain, termasuk mengurangi produksi.

    “Jika Anda tidak menyukai harga minyak saat ini, tunggu sebentar,” kata analis senior Price Futures Group Phil Flynn.

    Sanksi Rusia

    Flynn mengatakan, kenaikan harga minyak yang dipicu oleh sentimen OPEC+ dan kemungkinan sanksi ke Rusia mengalahkan berita lainnya, termasuk penundaan pembicaraan gencatan senjata permanen antara Israel dan Hamas.

    “Saya pikir berita Rusia telah mengalahkan berita itu,” kata Flynn.

    “Semuanya Rusia, Rusia, Rusia.” tambah dia.

    “Kehati-hatian yang diungkapkan oleh Wakil Perdana Menteri Rusia Novak hanyalah cara lain untuk menegaskan kembali klausul persyaratan OPEC+ yang terkait dengan kondisi pasar. Kondisi ini akan menentukan apakah mereka akan mematuhi rencana untuk secara bertahap mengurangi pemotongan sukarela mereka,” kata analis Onyx Capital Group Harry Tchilinguirian.

    Harga minyak Brent yang menjadi patokan harga minyak dunia turun ke level terendah sejak Desember 2021 pada hari Rabu setelah persediaan minyak mentah AS meningkat dan OPEC+ mengumumkan keputusannya untuk meningkatkan kuota produksi.

    Kelompok tersebut mengatakan bermaksud untuk melanjutkan peningkatan produksi yang direncanakan pada April, dengan menambahkan 138.000 barel per hari ke pasar.

     

  • Harga Minyak Menguat Tipis Imbas Ketidakpastian Tarif Trump hingga Kenaikan Produksi OPEC+ – Page 3

    Harga Minyak Menguat Tipis Imbas Ketidakpastian Tarif Trump hingga Kenaikan Produksi OPEC+ – Page 3

    Sebelumnya, harga minyak mengalami penurunan selama tiga sesi berturut-turut pada hari Rabu. Anjloknya harga minyak mentah dunia ini dipicu oleh kekhawatiran investor terhadap keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi mulai April, serta ketegangan perdagangan yang meningkat akibat tarif yang diberlakukan Presiden AS Donald Trump terhadap Kanada, China, dan Meksiko.

    Dikutip dari CNBC, Kamis (6/3/2025), berikut data terbaru harga minyak Brent dan WTI:

    -Minyak Brent turun USD 1,80 atau 2,53% menjadi USD 69,24 per barel.

    -Minyak WTI (West Texas Intermediate) turun USD 2,05 atau 3% menjadi USD 66,21 per barel.

    Harga minyak sempat mencapai titik terendah dalam beberapa tahun sebelum akhirnya sedikit pulih:

    -Brent turun hingga USD 68,33, level terendah sejak Desember 2021.

    -Minyak mentah AS turun ke USD 65,22, level terendah sejak Mei 2023.

    Pernyataan Pejabat AS Memberikan Harapan Pasar

    Harga minyak sedikit pulih setelah Kepala Departemen Perdagangan AS, Howard Lutnick, mengatakan di Bloomberg TV bahwa Trump akan membuat keputusan akhir terkait kemungkinan pemberian keringanan tarif bagi industri tertentu.

    Menurut sumber terpercaya, tarif 25% terhadap Kanada dan Meksiko akan tetap berlaku, namun ada pertimbangan untuk menghapus tarif 10% pada impor energi Kanada, seperti minyak mentah dan bensin, selama memenuhi aturan asal dalam Perjanjian AS-Meksiko-Kanada (USMCA).

     

     

  • Harga Minyak Anjlok, Ini Gara-garanya – Page 3

    Harga Minyak Anjlok ke Level Terendah, Harga BBM Bakal Turun? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta Harga minyak dunia turun ke posisi terendah dalam beberapa bulan pada hari Selasa (Rabu waktu Jakarta) setelah laporan mengenai rencana OPEC+ untuk melanjutkan peningkatan produksi pada bulan April. Sementara tekanan harga minyak lebih lanjut diterapkan oleh tarif AS terhadap Kanada, Meksiko, dan China serta tarif pembalasan Beijing.

    Harga minyak Brent berjangka ditutup 58 sen lebih rendah, atau 0,8%, pada USD 71,04 per barel. Harga terendah sesi ini adalah USD 69,75 per barel, terendah sejak September.

    Sementara itu, harga minyak West Texas Intermediate (WTI) turun 11 sen per barel atau 0,2%, menjadi USD 68,26. Harga acuan sebelumnya turun menjadi USD 66,77 per barel, terendah sejak November.

    “Tren penurunan harga minyak saat ini terutama disebabkan oleh keputusan OPEC+ untuk meningkatkan produksi dan penerapan tarif AS,” kata Ahli Strategi Komoditas Phillip Nova, Darren Lim.

    Ia mengatakan faktor lainnya adalah keputusan Presiden Donald Trump untuk menghentikan semua bantuan militer AS ke Ukraina setelah bentrokan di Ruang Oval dengan Presiden Volodymyr Zelenskiy minggu lalu.

    OPEC+, Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak dan sekutunya termasuk Rusia, pada hari Senin memutuskan untuk melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak pada bulan April sebesar 138.000 barel per hari, yang pertama sejak 2022.

    Langkah tersebut mengejutkan pasar, kata Bjarne Schieldrop, kepala analis komoditas di SEB.

    “Perubahan strategi OPEC terlihat seperti mereka lebih mengutamakan politik daripada harga. Politik tersebut kemungkinan terkait dengan upaya Donald Trump,” kata Schieldrop, merujuk pada seruan presiden AS untuk menurunkan harga minyak.

    Tarif AS  sebesar 25% pada impor dari Kanada dan Meksiko mulai berlaku pada pukul 12:01 dini hari EST (0501 GMT) pada hari Selasa, dengan tarif 10% pada energi Kanada, sementara tarif pada impor barang-barang Tiongkok dinaikkan menjadi 20% dari 10%.

    Para analis memperkirakan tarif akan mengekang aktivitas ekonomi dan permintaan energi, sehingga membebani harga minyak.

     

     

  • Harga Minyak Tergelincir Imbas Kekhawatiran Tarif Dagang Donald Trump – Page 3

    Harga Minyak Dunia Runtuh karena OPEC+ Bersiap Dongkrak Produksi – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak dunia anjlok lebih dari 1% pada perdagangan hari Senin menyusul laporan bahwa organisasi negara produsen minyak dan sekutunya atau biasa disebut OPEC+ akan melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak pada April.

    Selain itu, runtuhnya harga minyak dunia juga disebabkan karena kekhawatiran dampak tarif yang dikenalan Amerika Serikat (AS) terhadap pertumbuhan ekonomi global dan permintaan minyak.

    Organisasi negara pengekspor minyak dan sekutunya seperti Rusia, yang dikenal sebagai OPEC+, telah memutuskan untuk melanjutkan rencana peningkatan produksi minyak pada April. Tiga sumber dari kelompok produsen tersebut mengatakan kepada salah kantor berita internasional pada hari Senin.

    OPEC+ telah memangkas produksi sebesar 5,85 juta barel per hari (bph), setara dengan sekitar 5,7% dari pasokan global. Pemangkasan ini disepakati dalam serangkaian langkah besar sejak 2022 untuk mendukung harga.

    Mengutip CNBC, Selasa (4/3/2025), harga minyak berjangka Brent turun USD 1,19 atau 1,63% dan ditutup pada USD 71,62 per barel. Sementara harga minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) AS turun USD 1,39 atau 1,99% menjadi USD 68,37 per barel.

    Di pasar energi AS lainnya, dimulainya kontrak April mendorong harga minyak diesel AS turun ke level terendah dalam sembilan minggu menjelang akhir musim panas. Harga bensin melonjak ke level tertinggi dalam enam bulan menjelang musim berkendara musim panas.

    Presiden AS Donald Trump akan memutuskan pada hari Senin (waktu setepat) berapa tingkat tarif yang akan dikenakannya mulai Selasa pagi terhadap Kanada dan Meksiko. Saat ini AS tengah melakukan negosiasi di menit-menit terakhir mengenai keamanan perbatasan dan upaya untuk menghentikan masuknya opioid fentanil.

    Donald Trump telah berjanji untuk mengenakan tarif sebesar 25% pada semua impor dari Kanada dan Meksiko, dengan tarif sebesar 10% pada produk energi Kanada.

    “Tarif mungkin akan menghambat pertumbuhan ekonomi dan permintaan minyak, tetapi tarif juga akan membatasi pasokan minyak jika diarahkan kepada produsen minyak, seperti Kanada dan Meksiko,” kata analis PVM Tamas Varga.

     

  • Harga Minyak Merosot Imbas Kekhawatiran Tarif Dagang hingga Ekspor Irak – Page 3

    Harga Minyak Merosot Imbas Kekhawatiran Tarif Dagang hingga Ekspor Irak – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Harga minyak anjlok sekitar 1 persen pada perdagangan Jumat, 28 Februari 2025. Harga minyak mencatat penurunan bulanan pertama sejak November, seiring pasar bersiap hadapi tarif dagang Amerika Serikat (AS). Selain itu, keputusan Irak untuk melanjutkan ekspor minyak dari wilayah Kurdistan.

    Mengutip CNBC, Sabtu (1/3/2025), ketidakpastian seputar rencana dimulainya kembali produksi OPEC pada April dan pembicaraan yang sedang berlangsung untuk mengakhiri perang di Ukraina juga bebani sentimen investor.

    Harga minyak Brent untuk kontrak Mei yang lebih aktif turun 86 sen atau 1,16 persen dan ditutup ke posisi USD 73,18 per barel. Harga minyak West Texas Intermediate (WTI) merosot 59 sen atau 0,84 persen ke posisi USD 69,76 per barel.

    Adapun Baghdad akan mengumumkan dimulainya kembali ekspor minyak dari wilayah semi-otonom Kurdistan melalui jaringan pipa Irak-Turki, menurut Kementerian Minyak Iran.

    Iran akan ekspor 185.000 barel per hari melalui pemasar minyak negara SOMO, dan jumlah itu akan naik secara bertahap, demikian disampaikan Kementerian tersebut.

    Pengumuman itu meski sudah diharapkan, delapan perusahaan minyak internasional yang beroperasi di wilayah Kurdistan menuturkan tidak akan melanjutkan ekspor pada Jumat pekan ini seiring tidak ada kejelasan mengenai perjanjian komersial dan jaminan pembayaran untuk ekspor yang lalu dan ke depan.

    “Dimulainya kembali ekspor menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana Irak akan mematuhi kewajiban OPEC+, setelah secara teratur memproduksi di atas kuotanya,” ujar Head of Research Onyx Capital Group, Harry Tchilinguirian.

    “Jika OPEC+ menunda pengembalian 120.000 barel per hari dari pemotongan sukarela yang dimulai pada April, peningkatan di Irak akan melampaui batasan tersebut,” ia menambahkan.

     

     

  • Siap-Siap Harga Minyak Membara, Naik karena Ini

    Siap-Siap Harga Minyak Membara, Naik karena Ini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Harga minyak dunia naik untuk hari kedua pada Selasa (25/2/2025). Kenaikan ini dipicu oleh sanksi baru Amerika Serikat (AS) terhadap Iran, produsen minyak di Timur Tengah.

    Melansir Reuters, harga minyak mentah Brent naik 15 sen atau 0,2%, menjadi US$74,93 per barel. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS naik 23 sen atau 0,3%, menjadi US$70,93 per barel.

    Kedua kontrak naik pada sesi Senin. Padahal sebelumnya Jumat, turun US$2.

    “Dalam jangka pendek, saya terus berpikir minyak mentah sedang mencari basis,” kata analis pasar IG Tony Sycamore.

    “Sanksi baru AS yang diumumkan pada Iran semalam kemungkinan akan membantu hal ini seperti halnya komitmen menteri perminyakan Irak untuk mengendalikan kelebihan pasokannya,” katanya.

    AS pada Senin menjatuhkan sanksi baru kepada lebih dari 30 pialang, operator tanker, dan perusahaan pelayaran atas peran mereka dalam mengangkut minyak Iran. Presiden Donald Trump mengatakan bahwa ia ingin membuat ekspor minyak mentah Iran menjadi nol.

    Iran adalah produsen terbesar ketiga di Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC), memproduksi 3,2 juta barel per hari pada Januari. Beberapa analis menyebut untuk saat ini, kekuatan permintaan bahan bakar di Barat juga mendukung pasar minyak.

    “Margin penyulingan yang kompleks secara global tampak kuat, dengan retakan bahan bakar minyak dan sulingan yang kuat, khususnya di USGC dan NEW yang diuntungkan oleh permintaan minyak pemanas dari cuaca dingin,” kata analis Sparta Commodities Neil Crosby dalam sebuah catatan, mengacu pada Pantai Teluk AS dan Eropa Barat Laut.

    Data harga LSEG menunjukkan, margin untuk kilang minyak di Singapura yang memproses minyak mentah acuan regional Dubai rata-rata US$3,50 per barel pada bulan Februari sejauh ini, dibandingkan dengan US$2,30 per barel bulan lalu, Namun, kenaikan secara keseluruhan dibatasi oleh prospek permintaan yang tidak pasti dan kurangnya indikator ekonomi baru dari konsumen utama China.

    Sementara itu, Trump mengatakan pada Senin bahwa tarif terhadap impor Kanada dan Meksiko yang dijadwalkan mulai pada tanggal 4 Maret, meskipun ada upaya oleh kedua mitra dagang untuk mengatasi kekhawatiran Trump tentang keamanan perbatasan dan fentanil. Analis mengatakan tarif akan berdampak buruk bagi pertumbuhan permintaan minyak global.

    (sef/sef)

  • Harga Minyak Merosot Imbas Kekhawatiran Tarif Dagang hingga Ekspor Irak – Page 3

    Harga Minyak Merangkak Naik Dampak Penurunan Stok Bensin AS – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – harga minyak naik kembali naik pada perdagangan kamis dan merupakan hari ketiga kenaikan setelah sebelumnya terus menerus mengalami tekanan.

    Kenaikan harga minyak mentah ini terjadi setelah data menunjukkan penurunan stok bensin dan sulingan di Amerika Serikat (AS). Selain itu, kekhawatiran tentang gangguan pasokan di Rusia juga mendukung harga minyak dunia.

    Mengutip CNBC, Jumat (21/2/2025), harga minyak berjangka Brent naik 44 sen atau 0,58% ditutup pada USD 76,48 per barel. Sedangkan harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Maret naik 32 sen atau 0,44% ditutup pada USD 72,57 per barel.

    Badan Informasi Energi AS merilis data pada Kamis bahwa stok minyak mentah AS naik sedikit dari yang diprediksi sementara persediaan bahan bakar turun minggu lalu karena pemeliharaan musiman di kilang menyebabkan pemrosesan yang lebih rendah.

    “Peningkatan minyak mentah sedikit lebih besar dari yang diharapkan, tetapi ada penurunan yang moderat dalam bensin dan penurunan yang lebih besar dalam sulingan, menjaga total persediaan tetap datar,” kata analis UBS Giovanni Staunovo.

    Minyak mentah berjangka sedikit menguat menyusul laporan tersebut.

    Pertemuan AS dan Rusia

    Rusia dan AS telah mengadakan pertemuan pertama mereka sejak dimulainya perang Ukraina. Pertemuan ini bertujuan memulihkan hubungan dan mempersiapkan jalan untuk mengakhiri konflik.

    Namun, gangguan pasokan minyak membuat harga tetap tinggi.

    Menteri Energi Ukraina German Galushchenko mengatakan, Rusia menyerang infrastruktur gas Ukraina dan merusak fasilitas produksi gas semalam.

    Selain itu, Rusia mengatakan aliran minyak Caspian Pipeline Consortium, rute utama ekspor minyak mentah dari Kazakhstan, berkurang 30%-40% pada hari Selasa setelah serangan pesawat nirawak Ukraina di sebuah stasiun pompa.