Pakar: Serangga Berpotensi Jadi Sumber Protein Masa Depan Indonesia
Tim Redaksi
JAKARTA, KOMPAS.com
– Sejumlah serangga di Nusantara, seperti belalang, jangkrik, dan ulat sagu dinilai memiliki potensi besar sebagai sumber protein alternatif yang efisien, bergizi, dan lebih ramah lingkungan dibandingkan sumber protein hewani konvensional.
Di tengah tantangan ketahanan pangan, perubahan iklim, serta keterbatasan sumber daya alam, pemanfaatan serangga sebagai pangan dinilai layak dipertimbangkan sebagai bagian dari strategi diversifikasi pangan nasional.
Hal itu mengemuka dalam
talkshow
“Melacak Jejak
Pangan Nusantara
” yang digagas Kompasiana di Studio KompasTV, Jakarta, Kamis (18/12/2025).
Pakar entomologi Dadan Hindayana menjelaskan bahwa tidak semua serangga dapat dikonsumsi.
Dalam kajian ilmiah dikenal kelompok
edible insects
, yakni jenis serangga yang aman dan layak dikonsumsi manusia, seperti belalang, jangkrik, ulat jati, dan laron.
“Serangga memiliki kandungan protein yang sangat tinggi dan efisiensi produksi yang jauh lebih baik dibandingkan ternak konvensional. Dari sisi lingkungan, serangga juga jauh lebih ramah,” ujar Dadan, Kamis.
Ia menambahkan, berbagai penelitian menunjukkan bahwa rasa belalang dan jangkrik kerap dinilai mirip dengan udang karena keduanya sama-sama hewan beruas dan memiliki kedekatan secara evolusi.
Selain protein, serangga juga kaya vitamin dan asam amino esensial yang dibutuhkan tubuh.
Melansir IPB University, Kamis (13/2/2025), Food and Agriculture Organization (FAO) menyatakan bahwa serangga yang dapat dimakan mengandung protein berkualitas tinggi, vitamin, serta asam amino esensial yang bermanfaat bagi manusia.
FAO juga menilai serangga berpotensi menjadi solusi alternatif di tengah meningkatnya kebutuhan protein global.
Keunggulan utama serangga terletak pada efisiensi produksinya. Untuk menghasilkan jumlah protein yang sama, jangkrik membutuhkan pakan sekitar enam kali lebih sedikit dibandingkan sapi, empat kali lebih sedikit dibandingkan domba, serta dua kali lebih sedikit dibandingkan babi dan ayam broiler.
Selain itu, serangga juga menghasilkan emisi gas rumah kaca dan amonia yang lebih rendah dibandingkan ternak konvensional.
Dadan menambahkan, dalam praktik global, potensi tersebut telah dimanfaatkan oleh sejumlah negara.
China, misalnya, telah membudidayakan belalang secara masif sebagai sumber protein dengan lahan relatif sempit dan teknologi sederhana, bahkan dipasarkan hingga ke luar negeri.
Namun, di Indonesia, pemanfaatan serangga sebagai pangan masih didominasi praktik tradisional dan berbasis tangkapan alam. Akibatnya, pasokan belum stabil dan nilai ekonominya belum optimal.
“Tantangan terbesarnya bukan hanya soal teknologi, tetapi soal kebiasaan. Apa yang tidak dibiasakan akan terasa asing. Hal yang sama bisa terjadi pada serangga,” kata Dadan.
Research Director Center for Sustainable Indonesian Food and Agriculture (CS-IFA) Repa Kustipia menilai, serangga sebagai pangan tidak bisa dilepaskan dari sejarah panjang sistem pangan Nusantara.
Menurut Repa, gastronomi bukan sekadar urusan rasa atau kuliner, melainkan ilmu yang mempelajari hubungan antara pangan, budaya, dan peradaban manusia.
Dalam konteks Indonesia, jejak pangan terbentuk melalui berbagai fase, mulai dari pemburu dan peramu, pertanian awal, sistem irigasi besar, hingga fase kolonial yang membawa perubahan besar dalam pola konsumsi.
“Pada fase kolonial, banyak
pangan lokal
mengalami pergeseran akibat dominasi perdagangan global dan sistem pangan kolonial. Selera makan tidak lagi semata persoalan lidah, tetapi juga dipengaruhi kekuasaan,” ujar Repa.
Ia menyebut kondisi tersebut sebagai
gustatory politics
atau politik selera, yakni situasi ketika pilihan pangan masyarakat dibentuk oleh kebijakan, struktur ekonomi, dan rantai pasok global.
Dalam konteks ini, diversifikasi pangan, termasuk pemanfaatan serangga, menjadi bagian dari upaya merebut kembali kedaulatan pangan.
Padahal, Indonesia memiliki kekayaan pangan lokal yang luar biasa, termasuk praktik
gastroforaging
, yaitu mencari dan memanfaatkan pangan langsung dari alam.
“Sayangnya, banyak pangan endemik belum terdokumentasi dengan baik sehingga sulit dikembangkan secara berkelanjutan dan bernilai ekonomi tinggi,” jelasnya.
Dari sisi riset, Kepala Riset Hortikultura dan Perkebunan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Dwininta Wika Utami menegaskan bahwa Indonesia memiliki kekayaan sumber daya genetik pangan yang sangat besar, mulai dari serealia, umbi-umbian, hingga hortikultura.
Selain padi putih, Indonesia memiliki padi seperti merah, hitam, dan ungu, serta sorgum, sagu, hanjeli, dan berbagai umbi yang berpotensi menjadi alternatif sumber karbohidrat.
Kekayaan genetik ini, menurut Dwininta, merupakan aset negara yang harus dikelola secara kolaboratif.
“Pengelolaan pangan lokal membutuhkan kerja sama antara peneliti, pemerintah daerah, dan masyarakat agar hasil riset tidak berhenti di laboratorium, tetapi bisa dimanfaatkan secara luas,” kata Dwininta.
BRIN, lanjut dia, telah meneliti berbagai komoditas lokal, termasuk talas, ganyong, ubi jalar, sorgum, pisang lokal, hingga tanaman yang selama ini dikenal sebagai tanaman hias, tetapi memiliki potensi pangan dan kesehatan.
“Melalui hilirisasi riset dan kolaborasi pangan alternatif, termasuk serangga, dapat menjadi bagian penting dalam memperkuat ketahanan dan kemandirian pangan Indonesia di masa depan,” kata Dwininta.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Produk: vitamin
-
/data/photo/2025/12/18/69440b756d90b.jpeg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Pakar: Serangga Berpotensi Jadi Sumber Protein Masa Depan Indonesia
-

Skandal Praktik Medis Ilegal Korsel, Sederet Selebriti Terseret Termasuk Key SHINee
Jakarta –
Dunia hiburan Korea Selatan tengah diguncang kontroversi terkait praktik medis ilegal yang melibatkan sejumlah selebriti.
Menanggapi situasi ini, Asosiasi Medis Korea atau Korean Medical Association (KMA) mendesak pemerintah untuk segera mengidentifikasi fakta dan memberikan sanksi berat terhadap praktik tanpa izin yang kian meresahkan tersebut.
Dikutip dari The Korea Herald, KMA menyatakan telah mengirimkan surat resmi kepada Kementerian Kesehatan dan Kesejahteraan serta Kementerian Keamanan Pangan dan Obat-obatan. Isi surat tersebut mendesak pemerintah untuk mengambil tindakan tegas guna mencegah terulangnya insiden ‘Auntie Jusa’ (Bibi Suntik).
Istilah ‘Auntie Jusa’ merujuk pada individu tanpa lisensi medis resmi yang memberikan layanan suntikan secara ilegal, biasanya dilakukan di rumah atau tempat pribadi.
Dalam kasus yang menyeret nama Park Na-rae, ‘Auntie Jusa’ tersebut diduga melakukan berbagai pelanggaran serius, mulai dari memberikan tindakan medis ilegal, mengumpulkan resep secara tidak sah, menimbun obat-obatan, hingga melakukan peresepan melalui perwakilan (proxy prescribing).
“Sangat penting untuk segera memeriksa apakah individu yang dicurigai melakukan praktik medis ilegal tersebut memegang lisensi dokter domestik yang sah. Jika terbukti melakukan tindakan medis tanpa izin, sanksi hukum dan administrasi yang kuat harus segera diambil,” tegas pihak KMA.
Sederet Selebriti Terseret
Pada Rabu (17/12/2025), agensi SM Entertainment merilis pernyataan resmi yang mengonfirmasi bahwa Key pernah menerima perawatan medis di rumah dari seorang wanita berinisial Lee (Auntie Jusa). Key mengaku pertama kali mengenal Lee melalui rekomendasi seorang teman dan menemuinya di sebuah rumah sakit di kawasan Gangnam.
Berdasarkan keterangan agensi, Key percaya bahwa Lee adalah seorang dokter berlisensi. Namun, karena jadwal yang padat, ia beberapa kali menerima layanan suntikan vitamin di kediaman pribadinya. Key baru menyadari bahwa Lee tidak memiliki izin praktik medis setelah skandal ini meledak di media.
“Saya sangat terkejut dan bingung dengan fakta yang baru terungkap ini. Saya sangat menyesali ketidaktahuan saya,” ungkap Key dalam surat permohonan maaf pribadinya.
Sebelumnya, Park Na-rae telah lebih dulu terseret dalam skandal serupa. Ia diduga menerima layanan infus (IV drip) dan peresepan obat-obatan, termasuk antidepresan dan obat tidur (klonazepam) yang tergolong obat psikotropika terkontrol, melalui perantara ‘Auntie Jusa’.
Pemerintah Korea Selatan melalui Kementerian Kesehatan kini tengah melakukan investigasi menyeluruh untuk memetakan seberapa luas jaringan distribusi obat ilegal ini di kalangan figur publik.
Halaman 2 dari 2
Simak Video “Video Sosok Tersangka Kasus Produksi Stem Cell Ilegal di Magelang”
[Gambas:Video 20detik]
(kna/kna) -

Peringati Hari Ibu ke-97, Fatma Saifullah Yusuf Bakti Sosial di Muara Angke
Jakarta –
Ketua Bidang III Solidaritas Perempuan Untuk Indonesia (Seruni) sekaligus Penasihat I DWP Kemensos, Fatma Saifullah Yusuf menghadiri acara Bakti Sosial Hari Ibu ke-97 Tahun 2025 yang diprakarsai oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA) bersama masyarakat pesisir rumah apung di Pelabuhan Muara Angke, Selasa (16/12).
“Bakti sosial ini sebagai momentum untuk memastikan perempuan mendapatkan ruang, kesempatan, dan dukungan untuk terus berkarya, khususnya perempuan yang bekerja di wilayah pesisir,” kata Fatma dalam keterangannya di Jakarta, Rabu (17/12/2025).
Adapun bakti sosial bertajuk ‘Perempuan Sehat Keluarga Sejahtera, Untuk Indonesia Emas 2045’ ini merupakan hasil kolaborasi Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah, serta para mitra dalam hal ini yayasan filantropi, yayasan nirlaba, dan dunia usaha.
Rangkaian kegiatan terdiri dari dialog dengan perempuan pemecah kerang, penyaluran bantuan sembako dari Yayasan Seruni, Yayasan Rabu Biru, dan PT Astra Internasional untuk 375 kepala keluarga penerima manfaat. Bantuan sembako dari Yayasan Seruni terdiri dari beras seberat 20 kg untuk masing-masing penerima manfaat.
Selanjutnya, juga ada kegiatan cek kesehatan gratis bagi 100 orang warga, cek kesehatan bagi 50 orang ibu hamil, pemberian vitamin serta edukasi kesehatan dari Ikatan Bidan Indonesia. Kemudian pelatihan tata boga, pelatihan tata rias, serta edukasi literasi dan dongeng untuk anak dari mobil pintar PT Askrindo.
Disamping itu, juga terdapat kegiatan pemberdayaan bagi perempuan di wilayah pesisir seperti edukasi literasi keuangan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), edukasi pemberdayaan masyarakat oleh PT Astra Internasional, serta workshop penggerak keluarga kelompok perempuan nelayan Muara Angke oleh Yayasan Ashoka. Rangkaian kegiatan bakti sosial tersebut akan dilaksanakan sampai Tanggal 22 Desember 2025.
“Di Asta Cita ini sudah tertera komitmen pemerintah untuk menguatkan, untuk memberdayakan perempuan-perempuan Indonesia. Salah satunya, pada hari ini kita menerjemahkan Asta Cita tersebut dalam rangkaian kegiatan peringatan Hari Ibu ke-97,” ujarnya.
Lebih lanjut, dia menambahkan, bahwa program-program prioritas Presiden seperti Cek Kesehatan Gratis, Koperasi Kelurahan/Desa Merah Putih, hingga Sekolah Rakyat di peruntukan untuk seluruh masyarakat Indonesia, salah satunya perempuan di wilayah pesisir bisa mengakses Cek Kesehatan Gratis di fasilitas Kesehatan pemerintah.
Pada kesempatan yang sama, Arifatul juga berdialog dengan perempuan pemecah kerang yang mendapatkan pelatihan dari Yayasan Ashoka. Salah satunya yaitu Dwi Junianti yang berbagi cerita terkait suka duka bekerja sebagai pemecah kerang dengan penghasilan kurang lebih Rp60 ribu sehari.
“Saya setiap hari ngupas kalau kerangnya lagi kotor itu, 1 blongnya (panci besar) itu Rp25 ribu. Kalau kerangnya lagi bagus, dagingnya banyak itu, ada kenaikan Rp30 ribu. Jadi paling banyak sehari bisa 2 blong, paling sedikit 1 blong,” ungkap Dwi.
Ia menyampaikan jika cuaca di laut sedang kurang baik, maka nelayan tidak pergi melaut, sehingga terkadang tidak bisa memecah kerang. Disamping itu, kendala lainnya adalah ketika terjadi banjir di sekitar rumah apung, maka tidak ada bisa beraktivitas dan terjadi masalah kesehatan seperti gatal-gatal.
Sementara itu, Rosy perwakilan Ibu-Ibu dari wilayah pesisir RT 07 menyampaikan ketika bekerja memecah kerang, anak-anak di rumah menjadi kurang terawasi. Ia berharap adanya fasilitas belajar dan bermain untuk anak yang mudah di akses.
“Sembari mereka ngupas, mungkin bisa ada ruang yang aman dan nyaman untuk anak-anak mereka gitu,” ucap Rosy.
Menanggapi tantangan yang dialami ibu-ibu pemecah kerang, Arifatul menjelaskan melalui bakti sosial ini, akan banyak kegiatan pelatihan-pelatihan yang dibutuhkan dalam pengembangan diri seperti pelatihan olahan makanan berbahan dasar ikan dan olahan kerajinan kulit kerang, sehingga kulit kerang bernilai jual. Terkait, kendala masalah kesehatan seperti kaki gatal, Ia mengajak Ibu-Ibu untuk memanfaatkan program Cek Kesehatan Gratis (CKG) di Puskesmas setempat.
“Kalau lagi ngerjain ngupas kulit kerang, kakinya sakit, gatal. Ibu bisa ke puskesmas, karena puskesmas itu gratis Ibu. Jadi ibu jangan ragu, ibu merasa sakit, pusing atau apa, langsung berobat, supaya terdeteksi sejak dini,” kata Arifatul.
Sebagai informasi, turut hadir dalam kegiatan ini Wakil Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA), Veronica Tan; Ketua Umum Seruni, Tri Tito Karnavian dan jajaran Seruni Kabinet Merah Putih; Plt. Wakil Wali Kota Jakarta Utara, Fredy Setiawan, serta pejabat lainnya.
(akd/ega)
-

Perjuangan Puskesmas Sabutung Arungi 17 Pulau di Garis Depan Kesehatan Pangkep
Pangkajene –
Di Kabupaten Pangkep, Sulawesi Selatan, tantangan geografis berupa 17 pulau yang tersebar di tujuh desa menjadi tanggung jawab satu fasilitas kesehatan yakni Puskesmas Sabutung. Kabupaten ini berjarak kurang lebih 2 jam dari pusat Kota Makassar.
Berbekal inovasi dan kolaborasi lintas sektor, puskesmas ini membuktikan layanan kesehatan berkualitas dapat hadir hingga ke pulau-pulau terpencil, sebuah capaian yang kini diakui secara nasional.
Melayani Warga 7 Desa dan 17 Pulau
Puskesmas Sabutung beroperasi di Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara. Kepala Puskesmas Sabutung, Harmawati, S.Kep.Ns, mengatakan Puskesmas Sabutung melayani warga di 7 desa dan 17 pulau.
Berikut cakupan wilayah yang harus dilayani tim kesehatan Puskesmas Sabutung, yang mengharuskan mereka menempuh perjalanan laut:
Mattiro Kanja: Pulau Sabutung, Pulau Satando, Pulau Saugi, Pulau SapuliMattiro Baji: Pulau Sabutung, Pulau Mattiro Baji, Pulau Camba CambangMattiro Bulu: Pulau Mattiro Bulu, Pulau KaranrangMattiro Bombang: Pulau Mattiro Bombang, Pulau Salemo, Pulau Sagara, Pulau Sakuala, Pulau SabangkoMattiro Labangeng: Pulau Labangeng, Pulau LaiyaMattiro Uleng: Pulau Polewali, Pulau Kulambing, Pulau Bangko-BangkoangMattiro Walie: Pulau Mattiro Walie, Pulau Samatellu Lompo, Pulau Samatellu Borong, Pulau SalebroPuskesmas Sabutung Pulau Sabutung, Pangkep Foto: Khadijah Nur Azizah/detikHealth
Inovasi Perahu Sehat Pulau Bahagia (PSPB)
Harmawati mengungkapkan bahwa inovasi diperlukan untuk menjangkau wilayah kerjanya yang luas. Inovasi Perahu Sehat Pulau Bahagia (PSPB), yang diluncurkan pada 2018, menjadi solusi atas keterbatasan pembiayaan Puskesmas untuk menjangkau pulau. Pada tahun 2020, inovasi ini diperkuat dengan dana desa.
“Kami ada sharing anggaran. Desa membiayai transportasi kami dengan makan minum, sementara kami Puskesmas membiayai obat-obatan, bahan medis habis pakai (BMHP) plus tenaga kesehatan yang akan turun ke pulau-pulau,” kata Harmawati.
Tenaga medis di Puskesmas Sabutung Foto: Khadijah Nur Azizah/detikHealth
Berlayar dengan risiko tinggi
Dengan 94 tenaga kesehatan (termasuk ASN, P3K, dan TKS) dan lima dokter (tiga umum, dua gigi), tim ini berlayar menghadapi risiko tinggi.
“Kami mau menyebrang, itulah bahwa biarpun jarak dekat, tetapi kalau namanya kepulauan, sangat berisiko kematian dan kecelakaan. Kami hampir tenggelam,” ucap dia.
PSPB tidak hanya membawa pelayanan ke pulau, tetapi juga mempermudah rujukan. Puskesmas Sabutung kini didukung penuh oleh Pemkab Pangkep.
Ambulans Laut Rujukan telah difasilitasi oleh Bupati Pangkep dan standby di depan puskesmas 24 jam. Sistem ini diperkuat oleh peran kepala desa yang memfasilitasi ambulans desa untuk mengumpulkan warga yang perlu pemeriksaan lanjutan (USG/EKG) ke Puskesmas.
“Artinya sistem rujukan kan 24 jam. Jadi setiap saat, kebetulan ABK-nya di sini, tinggal, stay di sini,” tegas Harmawati.
Kehadiran tim PSPB yang dilengkapi dengan pemeriksaan rutin Cek Kesehatan Gratis (CKG) secara signifikan meringankan beban masyarakat. Rahman (72), penduduk Desa Mattiro Uleng, adalah salah satu yang merasakan manfaat langsungnya.
“Tadi cek asam urat, dikasih beberapa obat ada juga obat flu sama vitamin karena kebetulan lagi pilek ini,” tutur Rahman.
Dia mengatakan sangat terbantu dengan hadirnya pemeriksaan kesehatan di desanya sehingga dia tak perlu jauh-jauh ke kota. Puskesmas terdekat dari wilayahnya pun berjarak 20 menit dan berada di pulau seberang.
Hal ini memberikan gambaran bahwa kehadiran pelayanan kesehatan yang berbasis ‘jemput bola’ ini benar-benar membantu masyarakat di pulau.
Halaman 2 dari 3
(kna/kna)
-

Siasat Dinkes Pangkep Rayu Warga Ikut CKG, Tak Melulu Harus di Puskesmas
Jakarta –
Di Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan (Pangkep), tantangan geografis dan sosial, terutama mindset takut jika penyakitnya ketahuan, membuat masyarakat enggan mendatangi fasilitas kesehatan. Untuk menyukseskan program Cek Kesehatan Gratis (CKG), Dinas Kesehatan (Dinkes) Pangkep menerapkan strategi “jemput bola” dengan siasat persuasif.
Kepala Dinkes Pangkep, Herlina, S.Kep., M.Kes., mengungkapkan bahwa jika hanya menunggu di Puskesmas, jumlah orang yang datang tidak sampai 10 orang per hari. Padahal target pemeriksaan CKG jauh dari angka tersebut.
Kabupaten Pangkep dengan jumlah penduduk sekitar 359.943 jiwa berhasil melaksanakan cek kesehatan gratis untuk 300.946 atau 84 persen dari total penduduknya. Herlina menyebut angka ini tidak akan tercapai jika hanya menunggu warga datang ke Puskesmas.
“Kami memanfaatkan setiap kesempatan yang ada,” ucap Herlina saat dijumpai detikcom di Makassar, Senin (15/12/2025).
Cek kesehatan tak selalu di faskes
Kegiatan CKG lebih banyak dilakukan di luar gedung karena masyarakat tidak mau ke layanan kesehatan. Misalnya ketika apel pagi ASN, Herlina akan mendatangkan petugas kesehatan ke gedung-gedung pemerintahan agar pekerja bisa sekaligus cek kesehatan.
Petugas Puskesmas juga membawa peralatan untuk cek tekanan darah pada saat salat berjamaah di masjid. Bahkan, skrining TBC (pengambilan sputum) dioptimalkan pada saat salat Subuh.
Siasat ini juga membawa layanan spesialistik ke pulau-pulau.
“Daerah kepulauan itu kan tidak pernah terjamah dokter spesialis, jadi kita menerima layanan dokter spesialis seperti anak, obgyn, gigi, interna, di Puskesmas Sabutung,” jelas Herlina.
Manfaat CKG juga dirasakan oleh warga Desa Mattirouleng, Pulau kulambing, Pangkep. Pemeriksaan kesehatan rutin diadakan di rumah Kepala Desa dan menjadi pusat kesehatan sederhana di sana.
Rahman (72), penduduk Desa Mattirouleng mengatakan sangat terbantu dengan hadirnya pemeriksaan kesehatan di desanya sehingga dia tak perlu jauh-jauh ke kota karena puskesmas terdekat dari wilayahnya pun berjarak 20 menit dan berada di pulau seberang.
“Tadi cek asam urat, dikasih beberapa obat ada juga obat flu sama vitamin karena kebetulan lagi pilek ini,” tuturnya saat dijumpai detikcom di Pulau Kulambing, Selasa (16/12).
Efektivitas siasat ini tecermin dari data temuan penyakit. Data CKG menunjukkan Karies (53.915), Hipertensi (27.724), dan Merokok (24.047) adalah kasus terbanyak. CKG Anak Sekolah bahkan menemukan total 1.547 kasus Hipertensi pada pelajar.
Mengatasi Ketakutan Rujukan dengan Jaminan Sosial
Meskipun layanan CKG sudah didekatkan, Kadinkes menyoroti tantangan sosial terberat yakni warga terkadang takut dirujuk ke fasilitas kesehatan lanjutan jika ketahuan mengalami kondisi kesehatan berat.
Penolakan ini dipicu ketakutan akan biaya hidup di kota, meskipun pasien memiliki BPJS. Dinkes Pangkep menjawab ketakutan ini dengan kolaborasi lintas sektor seperti menyediakan rumah tunggu untuk keluarga pasien yang mengantar.
Selain itu jika BPJS pasien tidak aktif, bantuan finansial didapatkan dari BAZNAS.
“Karena di Pangkep semua ASN bayar zakat melalui Baznas, jadi kalau Dinkes membutuhkan bantuan kesehatan, mereka bantu,” ungkapnya.
Herlina berharap ada dukungan lebih lanjut dari kementerian berupa EKG mobile, untuk menyempurnakan layanan jemput bola yang sudah berjalan masif tersebut.
Halaman 2 dari 2
(kna/naf)
-

Cuaca Buruk Turunkan Daya Tahan Tubuh, Ini Penjelasan Ilmiahnya
Jakarta, Beritasatu.com – Fenomena cuaca buruk yang bisa menurunkan daya tahan tubuh merupakan kondisi yang sering dirasakan banyak orang.
Saat suhu menurun atau cuaca menjadi dingin dan tidak menentu, tubuh terasa lebih mudah lelah, tenggorokan tidak nyaman, hingga akhirnya terserang flu atau pilek.
Selama bertahun-tahun, kondisi ini kerap dikaitkan dengan kebiasaan berada lebih lama di dalam ruangan sehingga penularan virus menjadi lebih mudah.
Dikutip dari The Scientist, sayangnya penelitian ilmiah terbaru menunjukkan anggapan tersebut belum sepenuhnya menjelaskan penyebabnya.
Penurunan suhu ternyata memiliki dampak langsung terhadap sistem kekebalan tubuh, khususnya pada saluran pernapasan.
Artinya, melemahnya imun saat cuaca buruk bukan hanya soal perilaku, tetapi juga berkaitan erat dengan mekanisme biologis tubuh.
Memahami bagaimana tubuh bereaksi terhadap suhu rendah menjadi kunci penting untuk menjaga kesehatan.
Temuan ini menjelaskan secara ilmiah mengapa tubuh lebih rentan terhadap infeksi ketika cuaca memburuk, dengan hidung sebagai garis pertahanan pertama yang paling terdampak.
Hidung sebagai Pertahanan Awal Sistem Imun
Penelitian terbaru mengungkap bahwa hidung berperan sebagai pintu gerbang utama masuknya virus dari udara. Bagian ini dilengkapi dengan sistem pertahanan lokal yang sangat sensitif terhadap perubahan suhu lingkungan.
Ketika seseorang menghirup udara dingin, suhu di bagian depan rongga hidung dapat turun secara drastis. Penurunan suhu inilah yang kemudian memengaruhi cara sel-sel di hidung menjalankan fungsi pertahanan terhadap virus dan patogen lainnya.
Pelemahan Respons Imun Lokal di Saluran Pernapasan
Pada kondisi normal, sel-sel yang melapisi bagian depan hidung akan melepaskan kantong kecil berisi cairan yang disebut vesikel ekstraseluler.
Vesikel ini memiliki peran penting dalam sistem imun karena bertugas mengikat virus dan membawanya ke bagian belakang hidung untuk kemudian dibersihkan melalui lendir atau mukus sebelum mencapai paru-paru.
Namun, saat suhu udara dingin, produksi vesikel ekstraseluler ini menurun secara signifikan. Penelitian menunjukkan jumlahnya dapat berkurang hingga hampir 42%. Tidak hanya itu, pergerakan vesikel juga menjadi lebih lambat.
Akibatnya, kemampuan tubuh untuk meluncurkan respons imun cepat di hidung ikut melemah, sehingga virus lebih mudah bertahan dan berkembang biak.
Kondisi inilah yang menjelaskan secara biologis mengapa cuaca buruk turunkan daya tahan tubuh, terutama terhadap infeksi saluran pernapasan.
Dampak Suhu Dingin pada Sel Pemicu Kekebalan
Pengaruh suhu rendah tidak berhenti pada vesikel ekstraseluler saja. Sel-sel lain yang berfungsi memicu respons kekebalan juga ikut terdampak.
Dalam kondisi normal, ketika sel-sel ini mendeteksi keberadaan virus, mereka akan melepaskan sinyal peringatan berupa interferon.
Interferon berfungsi menghambat replikasi virus sekaligus memberi peringatan kepada sel-sel lain agar bersiap melawan infeksi. Namun, penelitian menemukan penurunan suhu di rongga hidung mengurangi kemampuan sel untuk melepaskan interferon secara optimal.
Akibatnya, pertahanan kimiawi tubuh terhadap virus menjadi lebih lemah saat cuaca dingin atau buruk.
Pengaruh Kelembapan Udara terhadap Penyebaran Virus
Selain suhu, cuaca buruk sering kali disertai dengan tingkat kelembapan udara yang rendah. Udara kering telah lama dikaitkan dengan meningkatnya penyebaran virus pernapasan. Dalam kondisi ini, partikel virus dapat bertahan lebih lama di udara.
Saat seseorang batuk atau bersin, partikel virus tidak cepat jatuh ke permukaan tanah jika udara kering. Hal ini membuat virus lebih mudah terhirup oleh orang lain, sehingga risiko penularan meningkat.
Faktor lingkungan ini semakin memperkuat alasan mengapa cuaca buruk turunkan daya tahan tubuh secara tidak langsung.
Perubahan Perilaku dan Peran Vitamin D
Di samping faktor biologis, perubahan perilaku saat cuaca buruk juga turut berkontribusi terhadap penurunan daya tahan tubuh.
Saat hujan, dingin, atau cuaca ekstrem, orang cenderung lebih banyak berada di ruang tertutup dengan sirkulasi udara yang kurang baik. Kondisi ini meningkatkan kontak dekat antarindividu dan mempermudah penyebaran virus.
Selain itu, paparan sinar matahari juga berkurang selama periode cuaca buruk. Sinar matahari berperan penting dalam membantu tubuh memproduksi vitamin D, yang diketahui memiliki fungsi pendukung sistem kekebalan tubuh.
Kekurangan vitamin D dapat membuat tubuh lebih rentan terhadap infeksi, meskipun mekanismenya berbeda dengan respons imun lokal di hidung.
Mengapa Cuaca Buruk Menurunkan Daya Tahan Tubuh?
Secara keseluruhan, anggapan cuaca buruk turunkan daya tahan tubuh bukanlah mitos. Kondisi ini terjadi akibat kombinasi beberapa faktor yang saling berkaitan.
Penurunan suhu secara langsung melemahkan pertahanan imun di hidung dengan mengurangi produksi vesikel dan pelepasan interferon.
Di sisi lain, faktor lingkungan seperti udara kering serta perubahan perilaku saat cuaca buruk turut meningkatkan risiko penyebaran virus.
Dengan memahami bagaimana suhu dan lingkungan memengaruhi sistem kekebalan tubuh, kita dapat lebih waspada dan bijak dalam menjaga kesehatan.
Langkah pencegahan sederhana, seperti menjaga tubuh tetap hangat, memastikan asupan nutrisi yang baik, serta memperhatikan kebersihan dapat membantu mengurangi risiko sakit selama musim hujan atau periode cuaca buruk.
-

Menuju Akhir Tahun 2025, Dokter Beberkan Tips Jaga Jantung Biar Tetap Sehat
Jakarta –
Menuju akhir tahun 2025, banyak orang mulai menyusun resolusi untuk tahun baru. Tak hanya soal karier, keuangan ataupun asmara, gaya hidup sehat juga termasuk ke daftar resolusi 2026 untuk memastikan jantung tetap prima.
Konsultan bedah jantung di Sir HN Reliance Foundation Hospital and Research Centre di Mumbai, dr Bipeenchandra Bhamre, mengungkapkan penyakit jantung merupakan salah satu masalah kesehatan terbesar sepanjang 2025. Bahkan semakin banyak anak muda yang mengalami gejala gangguan jantung.
“Tekanan darah tinggi, kolesterol, gangguan jantung terkait diabetes, hingga henti jantung mendadak kini marak terjadi pada berbagai kelompok usia,” ujarnya, dikutip dari Hindu Times.
Ia juga menyoroti kelompok usia muda kerap mengalami gejala yang sering dianggap sepele, seperti kelelahan atau gangguan pencernaan. Padahal, kondisi tersebut bisa menjadi tanda awal gangguan jantung.
“Orang berusia 25 hingga 75 tahun kini banyak yang mengalami keluhan seperti rasa tidak nyaman di dada, mudah sesak saat berjalan, kelelahan berkepanjangan, pembengkakan pada kaki, pusing, nyeri dada yang menyerupai asam lambung, hingga jantung berdebar,” jelas dr Bhamre.
la memperingatkan bahwa jika gejala-gejala tersebut diabaikan, dampaknya bisa sangat serius termasuk serangan jantung, stroke, atau kerusakan jantung jangka panjang.
Oleh karena itu, dr Bhamre menekankan pentingnya perubahan gaya hidup sebagai langkah pencegahan. la pun membagikan lima kebiasaan sehat yang dapat dijadikan resolusi pada 2026 untuk menjaga kesehatan jantung, berikut penjelasannya.
1. Aktif bergerak
Aktivitas fisik seperti berjalan kaki, bersepeda, yoga, atau olahraga ringan di rumah membantu mengontrol kolesterol, tekanan darah, dan berat badan. la menyarankan olahraga setidaknya 45 menit setiap hari.
2. Pola makan sehat
Menerapkan pola makan sehat dapat menjadi langkah penting untuk menjaga kesehatan jantung. Konsumsi beragam buah, seperti stroberi, blueberry, apel, jeruk, kiwi, dan pepaya, dianjurkan sebagai sumber vitamin dan antioksidan. Asupan sayuran yang baik untuk jantung juga perlu diperbanyak, antara lain bayam, brokoli, wortel, tomat, bit, serta kacang-kacangan.
Selain itu, kacang dan biji-bijian dapat dimasukkan ke dalam menu harian, seperti almond, walnut, pistachio, biji rami, chia seed, dan biji labu, yang dikenal mengandung lemak sehat dan mineral penting.
Beberapa nutrisi kunci untuk kesehatan jantung meliputi omega-3 yang terdapat pada ikan dan walnut, serat dari oat, sayuran, dan kacang-kacangan, kalium dari bayam dan ubi, antioksidan dari buah beri dan sayuran hijau, magnesium dari kacang serta biji-bijian, serta vitamin C dari buah sitrus, kiwi, dan paprika.
“Kurangi makanan yang digoreng, camilan manis, dan garam berlebihan,” kata dr Bhamre.
3. Tidur cukup dan teratur
Kurang tidur dapat meningkatkan risiko tekanan darah tinggi. dr Bhamre menyarankan pola tidur yang teratur dengan jam tidur dan bangun yang konsisten. Idealnya, tidur dimulai pukul 10 malam, berlangsung selama 8-9 jam, dan bangun antara pukul 06.00 hingga 07.00.
4. Kelola stres
Manajemen stres dapat dilakukan melalui latihan pernapasan dalam, meditasi, serta menjalani hobi seperti melukis, berkebun, atau mempelajari keterampilan baru. la juga menyarankan untuk mengambil jeda singkat saat bekerja.
“Luangkan waktu istirahat singkat selama bekerja untuk melindungi kesehatan jantung Anda,” katanya,
5. Pemeriksaan kesehatan rutin
Pemeriksaan darah, elektrokardiogram (EKG), dan pengecekan tekanan darah dapat membantu mendeteksi masalah jantung sejak dini dan memungkinkan penanganan lebih cepat. Bagi mereka yang berusia di atas 30 tahun atau memiliki riwayat penyakit jantung dalam keluarga, skrining kesehatan dianjurkan dilakukan setiap enam bulan sekali.
Halaman 2 dari 3
(suc/suc)
-

Alasan Mengapa Musim Hujan Bikin Sistem Imun Anak Mudah Turun
Jakarta, Beritasatu.com- Musim hujan tidak hanya identik dengan cuaca lembap dan berkurangnya aktivitas di luar rumah. Lebih dari itu, musim ini dapat memengaruhi cara tubuh anak beradaptasi, yang salah satu efeknya mengakibatkan kekebalan atau imunitas tubuh anak menurun.
Seiring meningkatnya curah hujan, umumnya menjelang akhir tahun seperti sekarang, anak-anak lebih mudah terserang pilek berulang kali. Akibatnya, anak-anak sering absen tidak masuk sekolah. Musim hujan memberikan tekanan tambahan pada sistem kekebalan tubuh anak yang masih berkembang.
Cuaca lembap membuat kuman lebih mudah bertahan dan menyebar. Pada saat yang sama, ruangan tertutup yang padat mempercepat penularan infeksi dari satu anak ke anak lainnya.Di sisi lain, cuaca mendung dan minimnya paparan sinar matahari dapat menurunkan kadar vitamin D dalam tubuh. Padahal, vitamin D berperan penting dalam menjaga daya tahan tubuh serta kesehatan tulang anak.
Berkurangnya aktivitas luar ruangan juga membuat tubuh anak lebih sulit melawan penyakit ringan sehari-hari. Akibatnya, risiko anak jatuh sakit selama musim hujan menjadi lebih tinggi. Selain faktor lingkungan, pola makan selama musim hujan turut memengaruhi kesehatan anak. Konsumsi makanan berat dan terbatasnya pilihan makanan segar bisa menyebabkan kurangnya asupan nutrisi penting bagi sistem kekebalan tubuh.
“Selama musim hujan dan musim dingin, anak-anak cenderung menderita berbagai masalah kesehatan seperti pilek, batuk, flu, sinusitis, pneumonia, dan iritasi tenggorokan. Bahkan anak-anak yang sudah menderita asma dan bronkitis perlu berhati-hati,” ujar Dr Shruti Ghatalia, dokter anak di Rumah Sakit Zynova Shalby, mengutip Times of India, Minggu (14/12/2025).
Tak hanya berdampak pada kesehatan, musim hujan juga dapat memengaruhi pertumbuhan anak. Waktu bermain di luar ruangan yang berkurang membuat anak kurang bergerak, sehingga kekuatan otot, koordinasi, dan perkembangan fisik dapat terganggu.
Selanjutnya, perubahan rutinitas harian juga memengaruhi pola tidur anak. Padahal, hormon pertumbuhan sangat bergantung pada kualitas tidur yang baik. Anak yang sering sakit juga berisiko mengalami penurunan nafsu makan. Kondisi ini dapat mengganggu penyerapan nutrisi yang penting untuk menunjang pertumbuhan optimal.
Dokter Shruti menekankan pentingnya menjaga asupan cairan anak selama musim hujan. Selain air mineral, konsumsi susu hangat dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh.
-

Penelitan Harvard selama 30 Tahun Ungkap Makanan yang Picu Mati Muda, Apa Saja?
Jakarta –
Penelitan Harvard selama 30 Tahun Ungkap Makanan yang Picu Mati Muda, Apa Saja?
Apa yang dikonsumsi bisa berdampak besar pada kesehatan. Para peneliti Harvard mengungkap jenis-jenis makanan tertentu yang meningkatkan risiko kematian dini.
Temuan ini didasarkan pada analisis jangka panjang terhadap lebih dari 100 ribu orang dewasa. Penting untuk mengetahui makanan apa saja yang tidak menyehatkan tersebut.
Studi tentang Makanan Pemicu Risiko Mati Muda
Dikutip dari laman Harvard T.H. Chan School of Public Health, mengonsumsi ultra processed food, seperti daging olahan hingga minuman dengan pemanis buatan bisa meningkatkan risiko kematian dini. Hal ini ditemukan oleh para peneliti di Harvard T.H. Chan School of Public Health dalam sebuah artikel tanggal 8 Mei 2024.
Pendekatan dilakukan dengan menganalisis pola makan dan kondisi kesehatan lebih dari 114.000 orang dewasa di Amerika Serikat yang tergabung dalam Health Professionals Follow-up Study. Para peserta melaporkan kebiasaan makan mereka setiap empat tahun selama lebih dari 30 tahun.
Para peneliti mengukur asupan harian ultra processed food peserta dalam beberapa subkelompok:
Roti dan sarapan ultra processed foodLemak, bumbu, dan sausCamilan manis dan makanan penutup kemasanMinuman yang mengandung gula dan pemanis buatanHidangan siap sajiDaging olahanCamilan gurih kemasanMakanan penutup berbahan dasar susu, dan lain sebagainya.
Peserta yang mengonsumsi ultra processed food paling sedikit mengonsumsi tiga porsi per hari dan peserta yang paling banyak mengonsumsi sekitar tujuh porsi per hari. Selama periode penelitian, 48.193 peserta meninggal karena berbagai penyebab, seperti penyakit pernapasan, penyakit neurodegeneratif, dan kanker.
Ultra Processed Food dengan Risiko Kematian Dini Paling Kuat
Studi menemukan, peserta yang mengonsumsi ultra processed food paling banyak menghadapi risiko kematian akibat semua penyebab 4 persen lebih tinggi dan risiko kematian akibat penyakit neurodegeneratif 8 persen lebih tinggi, dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi ultra-processed food paling sedikit.
Daging olahan merupakan jenis makanan yang paling kuat dikaitkan dengan risiko kematian akibat semua penyebab. Selain itu, minuman yang mengandung gula dan pemanis buatan, makanan penutup berbahan dasar susu, dan makanan sarapan ultra-processed juga menunjukkan hubungan dengan kematian akibat semua penyebab yang lebih tinggi, begitu pula sub kelompok lain yang sebagian besar mencakup pemanis buatan.
Menurut para peneliti, kualitas pola makanan secara keseluruhan pada akhirnya adalah hal yang paling penting untuk kesehatan. Ultra processed food juga mencakup kategori yang beragam, dengan banyak jenis yang masih bisa dianggap sehat.
“Sereal, roti gandum utuh misalnya, juga dianggap sebagai ultra-proceed food, tetapi mengandung berbagai nutrisi bermanfaat seperti serat, vitamin, dan mineral,” kata Song.
“Di sisi lain, saya pikir orang-orang harus mencoba menghindari atau membatasi konsumsi ultra-processed food tertentu, seperti daging olahan, minuman manis, dan juga minuman yang mungkin diberi pemanis buatan.”
(elk/up)
-

Tak Cuma Bikin Sehat, MBG Juga Berperan Gerakkan Perekonomian
Jakarta –
Konsumsi pangan bergizi tak lepas dari keberagaman hasil bumi lokal. Tak hanya untuk diri sendiri, konsumsi makanan bergizi juga memiliki peran dalam roda perekonomian, termasuk membantu petani dan peternak.
Untuk mencukupi gizi, seperti karbohidrat, protein, vitamin, mineral, serat, dan lemak sehat, diperlukan ragam makanan yang dikonsumsi. Hal ini otomatis mendorong diversifikasi pangan.
Menurut Dewan Pakar BGN (Badan Gizi Nasional), Prof Dr Ir Ikeu Tanziha MS, program Makan Bergizi Gratis (MBG) berkontribusi dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Tujuan jangka panjangnya adalah membangun perilaku konsumsi sehat.
“(MBG) meningkatkan ekosistem pangan lokal ya, hasil pangan lokal kan diserap oleh MBG, jadi itu penguatan UMKM, terus kemudian pembangunan pedesaan, jadi itu dana yang masuk bergulir di sekitar. Sehingga yang kita harapkan gap pembangunan kota desa semakin kecil,” kata Prof Ikeu dalam detikPagi.
“Artinya di sini Indonesia itu betul-betul terbangun ekonominya,” tambahnya.
Konsumsi makanan sehat ini tentu juga akan berdampak pada lingkungan. Contohnya adalah dalam pemanasan global.
“Kalau kita konsumsinya sehat, itu bisa ditekan percepatan unuk pemanansan global, juga meningkatkan kekuatan ekosistem, sehingga kalau ekosistem pangan Indonesia kuat ketahanan pangan di Indonesia juga semakin baik. Nah kestabilan nasional juga akan semakin baik,” ungkapnya.
Ketika membeli telur atau sayur lokal, maka masyarakat membantu petani dan peternak mendapat penghasilan. Lingkungan juga lebh terjaga karena jarak pasok lebih dekat.
Sebanyak 80 persen peternakan rakyat bergantung pada pasar harian. Setiap 1 keranjang belanja produk lokal bisa mebantu roda ekonomi 3-5 keluarga petani.
Jadi, semakin banyak orang memilih makanan bergizi, permintaan bahan pangan lokal ikut naik. Hal ini tidak hanya membuat makanan menjadi lebih sehat, tetapi juga menguatkan ekonomi desa, menjaga rantai pasok pangan tetap berjalan.
“Oleh karena itu MBG ini bukan hanya sekedar makan, tapi bertransformasi untuk mengubah menjadi budaya makan sehat, Kalau sudah membudaya, norma-norma masyarakat juga mendukung, kemudian norma-norma di keluarga juga mendukung,” tuturnya.
(elk/elk)