Produk: ventilator

  • Kondisi Membaik, Satu Korban Selamat dari Ombak Pantai Drini Bisa Pulang ke Mojokerto

    Kondisi Membaik, Satu Korban Selamat dari Ombak Pantai Drini Bisa Pulang ke Mojokerto

    Mojokerto (beritajatim.com) – Dua korban ombak Pantai Drini di di Desa Banjarejo, Kecamatan Tanjungsari, Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) masih menjalani perawatan di RSUP Dr Sardjito. Namun satu korban, Ariona Reza sudah diizinkan pulang.

    Kabar bahagia tersebut disampaikan Penjabat (Pj) Wali Kota Mojokerto, Moh Ali Kuncoro saat temu media di Sabha Mandala Madya Pemkot Mojokerto. “Masih ada dua yang tertinggal di RSUP Dr Sardjito atas nama Ariona Reza dan Ahmad Muzaki. Kondisi kesehatan kedua sudah sangat baik,” ungkapnya, Kamis (30/1/2025).

    Masih kata Mas Pj, update terakhir korban atas nama Ariona Reza sudah diizinkan pulang. Kondisi siswa SMPN 7 Kota Mojokerto ini semakin prima sehingga diizinkan pulang ke Kota Mojokerto. Namun kondisi Ahmad Muzaki masih harus menjalani perawatan di rumah sakit di Sleman, DIY tersebut.

    “Karena memang kondisi awal Ahmad Muzaki ditemukan tingkat keparahan kondisi medis memang lebih parah dari Arione. Jadi Ahmad Muzaki ini dipasang alat ventilator karena posisi paru-parunya dipenuhi oleh air. Sehingga itu harus kembali difungsikan secara normal,” katanya.

    Meskipun dipasang ventilator dan tidak bisa berbicara karena mulut korban dipasang alat untuk memompa cara kerja paru-parunya namun siswa kelas 7 tersebut sudah dalam keadaan siuman. Pihaknya juga mendapatkan laporan dari dokter yang menangani jika kondisi korban sudah mendekati 100 persen.

    “Kesehatan paru-parunya sehat dan dimungkinkan hari ini, ventilator sudah mulai dilepas sehingga bisa bernafas seperti sedia kala. Ini tentu sebuah berita yang sangat menggembirakan bagi kita semua, maka kita pastikan per hari ini masih ada satu korban yang insya Allah tidak lama lagi pulang ke Kota Mojokerto,” jelasnya.

    Orang nomor satu di lingkup Pemerintah Kota (Pemkot) Mojokerto ini menambahkan pembiayaan apa pun terkait kejadian di Pantai Drini, Selasa (28/1/2025) kemarin, menjadi tanggung jawab Pemkot Mojokerto. Ada empat korban meninggal dunia dalam kejadian tersebut.

    Yakni Alfian Aditya Pratama asal Jalan Flamboyan, Kelurahan Wates, Malvein Yusuf Adh Dhuqa, asal Jalan Al-Azhar dan Rifky Yoeda Pratama asal Perumahan The Suam Residence Kelurahan Kedundung, Kecamatan Magersari, Kota Mojokerto dan Bayhaki Faqtyansah warga Desa Penompo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Mojokerto. [tin/ian]

  • 17 Warga India Mendadak Tewas Alami Kerusakan Otak, Ini Temuan Awalnya

    17 Warga India Mendadak Tewas Alami Kerusakan Otak, Ini Temuan Awalnya

    Jakarta

    Otoritas di negara bagian India, Jammu dan Kashmir tengah menyelidiki laporan penyakit misterius yang merenggut sedikitnya 17 nyawa. Laporan diterima pihak berwenang pada Sabtu (25/1/2025).

    Sebanyak 13 di antaranya merupakan anak-anak. Kasus terjadi di desa terpencil Badhaal, wilayah Rajouri, Jammu. Belakangan diketahui, sudah terjadi sejak awal Desember 2024.

    Sementara waktu, pemerintah setempat melakukan karantina sementara. Ada sekitar 230 warga desa yang tengah dikarantina menurut media lokal Press Trust of India (PTI).

    “Semua yang meninggal mengalami kerusakan pada otak dan sistem saraf,” kata Dr. Amarjeet Singh Bhatia, kepala perguruan tinggi kedokteran pemerintah Rajouri.

    “Liburan musim dingin juga telah dibatalkan untuk menangani situasi peringatan medis,” kata Dr. Bhatia seperti dikutip PTI.

    Para korban merupakan anggota dari tiga keluarga yang saling berkaitan.

    Dugaan Awal

    Pemerintah federal telah meluncurkan penyelidikan, Menteri Kesehatan Jitendra Singh mengatakan penyelidikan awal melihat kematian tersebut bukan karena infeksi, virus, atau bakteri apa pun, melainkan racun.

    “Ada serangkaian racun panjang yang sedang diuji. Saya yakin solusinya akan segera ditemukan. Selain itu, jika ada kejahatan atau aktivitas jahat, itu juga sedang diselidiki,” beber PTI mengutip pernyataan Tn. Singh.

    Dalam insiden medis terpisah, pihak berwenang di kota Pune bagian barat mencatat sedikitnya 73 kasus gangguan saraf langka.

    Mereka yang terinfeksi Sindrom Guillain-Barre (GBS) termasuk 26 wanita, dan 14 pasien menggunakan ventilator, PTI mengutip pernyataan seorang pejabat.

    Pada GBS, sistem kekebalan tubuh seseorang menyerang saraf tepi, menurut Organisasi Kesehatan Dunia.

    Sindrom ini dapat memengaruhi saraf yang mengendalikan gerakan otot, yang dapat menyebabkan kelemahan otot atau hilangnya sensasi di kaki atau lengan, dan mereka yang terinfeksi mungkin mengalami kesulitan menelan dan bernapas.

    (naf/naf)

  • Dikira Sudah Meninggal, Pria India ‘Hidup Lagi’ saat Mau Dibawa ke Kamar Mayat

    Dikira Sudah Meninggal, Pria India ‘Hidup Lagi’ saat Mau Dibawa ke Kamar Mayat

    Jakarta

    Seorang kakek bernama Pavithran (67) di India membuat heboh karena ‘hidup kembali’ setelah sempat dikira meninggal oleh keluarganya. Kakek itu terbangun ketika ia hendak dipindah ke kamar mayat.

    Kejadian tersebut terjadi di distrik Kerala Utara, ketika pihak keluarga sedang mempersiapkan prosedur pemakaman untuk kakek tersebut. Saat mempersiapkan acara pemakaman, pihak keluarga menitipkan ‘jenazah’ Pavithran untuk dimasukkan dalam tempat berpendingin khusus di kamar mayat RS Koperasi Memorial AKG.

    Rencananya, setelah persiapan selesai, jenazah baru akan dibawa ke kampung halaman untuk proses pemakaman.

    Tepat ketika ingin dipindahkan ke kamar mayat, seorang petugas rumah sakit bernama Jayan melihat sedikit gerakan di jari-jari pasien. Ketika melihat hal tersebut, ia lalu menghubungi tim medis dan pihak keluarga.

    “Selain saya, teknisi listrik kami Anoop juga ada di sana. Ia melihat jari-jari pria itu bergerak dan memanggil saya. Saya juga melihatnya. Kami segera memberitahu kerabat dan dokter. Ketika tekanan darah pasien diperiksa, hasilnya normal,” kata Jayan dikutip dari Hindustan Times, Senin (20/1/2025).

    Dokter pun bergegas memindahkan Pavithran ke unit perawatan intensif di rumah sakit untuk penanganan lebih lanjut.

    Pihak keluarga menuturkan Pavithran masuk rumah setelah mengalami berbagai masalah kesehatan, seperti paru-paru dan jantung.

    Kejadiannya bermula ketika ia dirawat di sebuah rumah sakit swasta dan harus dipasangi ventilator. Dokter menyebut Pavithran dapat meninggal dunia dalam 10 menit apabila ventilatornya dilepas.

    Namun, keluarga memutuskan untuk membawa Pavithran pulang ke kampung halaman karena mereka tidak mampu menanggung biaya perawatan yang tinggi.

    Keluarga berasumsi bahwa Pavithran sudah meninggal dunia ketika akhirnya dibawa pulang. Asumsi tersebut semakin kuat setelah dokter sebelumnya sempat menyebut Pavithran tidak mungkin bertahan hidup lebih dari lima jam dengan ambulans biasa tanpa ventilator.

    Menurut keluarga, tubuh Pavithran juga tidak menunjukkan ada tanda-tanda kehidupan saat itu.

    Sesampainya malam hari, keluarga membawa Pavithran RS Koperasi Memorial AKG di dekat kediaman mereka untuk dititipkan sementara. Lalu, kejadian mengejutkan itu terjadi.

    Pavithran saat ini dilaporkan masih dalam keadaan kritis dan mendapatkan perawatan di ICU. Pihak rumah sakit menuturkan Pavithran merespons pengobatan dengan baik.

    “Ia membuka matanya dan melihat orang-orang ketika namanya dipanggil. Meskipun kondisinya masih kritis, ia merespons dengan baik,” kata seorang pejabat rumah sakit.

    (avk/suc)

  • 7 Update Perang Arab, RS di Gaza Jadi Kuburan-Aturan Baru Media Israel

    7 Update Perang Arab, RS di Gaza Jadi Kuburan-Aturan Baru Media Israel

    Daftar Isi

    Jakarta, CNBC Indonesia – Perang di Timur Tengah masih terus terjadi.

    Berikut update terkait situasi di wilayah tersebut saat ini, sebagaimana dihimpun dari berbagai sumber oleh CNBC Indonesia pada Kamis (9/1/2025).

    Rumah Sakit di Gaza Jadi Kuburan Akibat Kekurangan Bahan Bakar

    Rumah Sakit (RS) Al-Aqsa telah mengalami kekurangan bahan bakar. Akibatnya, operasional utama di RS tersebut dikurangi untuk menyediakan cukup bahan bakar bagi departemen yang lebih penting seperti unit perawatan intensif.

    Bahan bakar untuk generator yang hampir habis membahayakan fungsi peralatan medis yang penting. Ventilator dan inkubator di dalam rumah sakit di sini berisiko mati.

    Para pejabat telah memperingatkan Rumah Sakit Nasser dan Rumah Sakit Eropa di selatan Khan Younis, dan Rumah Sakit Al-Aqsa di pusat Deir el-Balah berada pada risiko yang akan segera terjadi karena kekurangan listrik.

    Bahan bakar yang disumbangkan oleh badan-badan PBB hanya cukup untuk menjaga Rumah Sakit Al-Aqsa tetap beroperasi selama 24 jam.

    Tanpa solusi yang terlihat dan tanpa aliran bahan bakar yang cukup, fasilitas kesehatan Gaza yang kekurangan akan segera berubah menjadi kuburan bagi warga Palestina yang terluka dan sakit yang membutuhkannya untuk terus bekerja demi menyelamatkan nyawa.

    MSF: Nyawa 15 Bayi Baru Lahir Terancam

    Dokter Lintas Batas (MSF) menyebut nyawa 15 bayi baru lahir di inkubator di unit perawatan intensif neonatal di Rumah Sakit Nasser terancam akibat kekurangan bahan bakar. Kelompok tersebut mengatakan fasilitas tersebut sangat bergantung pada listrik yang disediakan oleh generator bahan bakar.

    “Tanpa bahan bakar, bayi baru lahir ini berisiko kehilangan nyawa mereka,” kata Pascale Coissard, koordinator darurat MSF.

    “Bayi-bayi di inkubator bergantung pada listrik yang konstan untuk ventilator yang membuat mereka tetap hidup. Mereka sudah dalam kondisi yang sangat rentan, dan pemindahan ke rumah sakit lain akan secara langsung membahayakan nyawa mereka,” lanjutnya.

    Saat ini pihak berwenang di Gaza mengatakan Rumah Sakit Nasser, Al-Aqsa, dan Rumah Sakit Eropa di daerah kantong itu menghadapi penutupan yang akan segera terjadi karena kekurangan bahan bakar yang parah. MSF mengatakan bahwa mereka kini telah mengirimkan sejumlah bahan bakar ke Nasser dan Al-Aqsa, untuk membantu mereka terus melayani pasien yang paling kritis selama 36 hingga 48 jam ke depan.

    MSF mengatakan bahwa mereka dan kelompok-kelompok lain telah memperingatkan selama lebih dari setahun bahwa pasokan bantuan yang sangat tidak memadai mengancam nyawa orang-orang di Gaza. “Kami kini telah mencapai titik kritis di mana salah satu rumah sakit spesialis terakhir di selatan Gaza berisiko tidak beroperasi karena kekurangan bahan bakar,” tambahnya.

    Hamas Sebut Dalang Penembakan Mematikan di Tepi Barat

    Sayap bersenjata Hamas, Brigade Qassam, telah menyebut komandan yang terbunuh Jaafar Dababshe sebagai “dalang” di balik serangan penembakan hari Senin di dekat Qalqilya, yang menewaskan tiga warga Israel.

    Seperti yang telah kami laporkan, pasukan Israel menembak mati Dababshe di luar rumahnya di desa Wadi al-Badhan, Tepi Barat yang diduduki, dekat Nablus, pada hari Selasa.

    Brigade Qassam mengatakan Dababshe telah terbunuh dalam “operasi pembunuhan pengecut”.

    Pusat Informasi Palestina kini melaporkan bahwa militer Israel sedang mengukur rumah keluarga Dababshe di Wadi al-Badhan sebagai persiapan untuk pembongkarannya.

    Menghancurkan rumah-rumah milik warga Palestina yang diduga melakukan serangan terhadap warga Israel merupakan praktik yang sudah lama dilakukan oleh Israel. Kelompok-kelompok hak asasi manusia telah melabelinya sebagai “hukuman kolektif” dan mengatakan hal itu mungkin merupakan kejahatan perang.

    Gedung Putih Tegaskan Israel Tidak Melakukan Genosida di Gaza

    Juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pemerintahan Presiden AS Joe Biden tidak percaya Israel melakukan genosida di wilayah Palestina, meskipun jumlah korban tewas di Gaza “sangat tinggi” dan ada “terlalu banyak korban sipil”.

    “[Militer Israel] tidak bangun setiap hari dan meletakkan sepatu bot mereka di lantai, berkata, ‘Hei, kami akan membunuh beberapa orang tak berdosa karena mereka kebetulan orang Palestina,’” kata Kirby saat jumpa pers pada Rabu.

    “Kami telah terus terang dengan rekan-rekan Israel kami tentang kekhawatiran kami tentang [jumlah korban tewas] dan tentang upaya membuat mereka … lebih diskriminatif tentang jumlah korban sipil di Gaza,” tambahnya.

    Foto: Peta Israel di seragam tentara. (X?AbujomaaGazaX
    Peta Israel di seragam tentara. (X?AbujomaaGazaX

    Israel Bunuh 35 Warga Palestina di Yerusalem, 14 di antaranya Anak-Anak

    Kantor Gubernur Yerusalem mengatakan dalam laporan tahunannya, selama tahun lalu, Israel telah membunuh sedikitnya 35 warga Palestina di wilayah itu, termasuk 14 anak.

    Setidaknya 168 orang juga terluka di sana akibat peluru logam tajam dan berlapis karet, pemukulan hebat, dan serangan gas air mata, kata laporan itu.

    Dikatakan juga bahwa pemukim Israel melakukan sekitar 159 serangan di kegubernuran itu pada tahun 2024, termasuk 19 serangan yang melibatkan kekerasan fisik.

    Militer Israel Batasi Liputan Media Terkait Perang di Gaza

    Militer Israel memberlakukan pembatasan baru pada liputan media tentang tentara yang sedang bertugas tempur aktif di Gaza. Aturan baru diambil di tengah meningkatnya kekhawatiran atas risiko tindakan hukum terhadap tentara yang bepergian ke luar negeri atas tuduhan keterlibatan dalam kejahatan perang di Gaza.

    Langkah tersebut dilakukan setelah seorang tentara cadangan Israel yang sedang berlibur di Brasil tiba-tiba meninggalkan negara itu ketika seorang hakim Brasil memerintahkan polisi federal untuk membuka penyelidikan, menyusul tuduhan dari kelompok pro-Palestina bahwa ia melakukan kejahatan perang saat bertugas di Gaza.

    Juru bicara militer Israel, Letnan Kolonel Nadav Shoshani, mengatakan berdasarkan aturan baru tersebut, media yang mewawancarai tentara berpangkat kolonel ke bawah tidak akan dapat menampilkan nama lengkap atau wajah mereka, mirip dengan aturan yang sudah ada untuk pilot dan anggota unit pasukan khusus.

    “Ini adalah pedoman baru kami untuk melindungi tentara kami dan memastikan mereka aman dari jenis insiden yang diselenggarakan oleh aktivis anti-Israel di seluruh dunia,” kata Shoshani, seperti dikutip Al Jazeera.

    Shoshani mengatakan kelompok aktivis, seperti Hind Rajab Foundation yang berbasis di Belgia, yang mendorong aksi di Brasil, “menghubungkan titik-titik” antara tentara yang mengunggah materi dari Gaza dan kemudian foto dan video lain tentang diri mereka saat berlibur di luar negeri.

    Pengaduan pidana telah diajukan terhadap tentara Israel yang sedang berlibur dalam beberapa bulan terakhir di Siprus, Sri Lanka, Argentina, dan Chili. Hind Rajab Foundation mengklaim telah mengumpulkan bukti terhadap sekitar 1.000 tentara Israel.

    Peta Baru Israel Caplok Negara-Negara Arab

    Sebuah peta baru dirilis di akun Instagram berbahasa Arab milik pemerintah Israel. Hal ini menimbulkan kemarahan dari negara-negara Arab, pasalnya peta tersebut menggambarkan sebagian wilayah Palestina sebagai bagian dari “Israel Raya”.

    Melansir New Arab pada Kamis (9/1/2025), unggahan tersebut memicu kemarahan dari warga Palestina dan negara-negara Arab. Mereka menyerukan kepada masyarakat internasional untuk mengendalikan ambisi ekspansionis Israel dan mencegahnya untuk merebut lebih banyak wilayah Palestina dan Arab.

    Adapun wilayah yang diklaim oleh peta itu mencakup Palestina, Yordania, Lebanon, dan Suriah.

    Publikasi peta tersebut muncul saat para menteri ekstremis di pemerintahan Israel membicarakan prospek aneksasi penuh Israel atas Tepi Barat yang diduduki dan pembangunan kembali permukiman di Gaza. Sebagai informasi, keduanya adalah wilayah Palestina yang diduduki secara ilegal oleh Israel sejak 1967.

    Foto: Asap mengepul setelah serangan AS di Sanaa, Yaman, 31 Desember 2024. (Tangkapan Layar Video REUTERS/)
    Asap mengepul setelah serangan AS di Sanaa, Yaman, 31 Desember 2024. (Tangkapan Layar Video REUTERS/)

    (dce)

  • Mayat Hidup Lagi usai Ambulans Hantam Polisi Tidur, Begini Kesaksian Keluarga

    Mayat Hidup Lagi usai Ambulans Hantam Polisi Tidur, Begini Kesaksian Keluarga

    Jakarta

    Baru-baru ini, pria India bernama Pandurang Ulpe (65) membuat geger media sosial. Sebab, dia yang telah dinyatakan meninggal dunia mendadak ‘hidup lagi’ setelah ambulans yang ditumpanginya menghantam speed bump atau polisi tidur. Bagaimana kesaksian keluarganya?

    Disitat dari Times of India dan India TV, Sabtu (4/1), fenomena langka itu bermula pada 16 Desember tahun lalu. Ulpe dinyatakan meninggal dunia setelah menderita serangan jantung. Dokter di rumah sakit terkait membenarkan kabar tersebut.

    Setelah dinyatakan meninggal dunia, Ulpe kemudian diangkut menggunakan ambulans untuk menuju tempat tinggalnya. Keluarga dan teman-temannya telah berkumpul di sana untuk memanjatkan doa.

    Mayat hidup lagi usai ambulans hantam polisi tidur. Foto: Doc. Times of India.

    Di perjalanan, ambulans yang melaju cukup kencang menghantam polisi tidur. Menariknya, tak lama setelah hantaman tersebut, jari tangan Ulpe mulai bergerak. Hal itu disaksikan langsung istrinya yang berada di dekatnya.

    Tak lama setelah menunjukkan tanda-tanda masih hidup, Ulpe kemudian dibawa ke rumah sakit lain. Dia menjalani proses angioplasti selama dua pekan dan dibolehkan pulang pada Senin (30/12).

    Kesaksian Keluarga

    Omkar Ramane selaku cucu Ulpe buka suara soal kakeknya yang hidup lagi di ambulans tersebut. Ketika itu, situasinya sangat mencengangkan dan membuat orang di dalam kendaraan terheran-heran.

    “Kami tercengang. Kami segera memutar balik ambulans dan membawanya kembali ke rumah sakit untuk meminta dokter menstabilkannya. Ya, kakek kami sekarang masih hidup,” ujar Omkar kepada kantor berita TOI.

    Sebelum dibawa ambulans, kata Omkar, Ulpe telah dinyatakan meninggal di rumah sakit. Bahkan, pihak keluarga telah membayar seluruh tagihan untuk mengurus pemakaman.

    “Di rumah sakit swasta, dia mengalami pendarahan beberapa kali. EKG dilakukan, tetapi kakek saya dinyatakan meninggal. Dokter mengatakan mereka telah berusaha keras untuk menyelamatkan hidupnya,” kata Ramane.

    “Kami juga mulai mempersiapkan pemakaman. Kami sedang dalam perjalanan membawa jenazahnya ketika ambulans menabrak pembatas jalan, dekat Chougule Galli di Kasba Bawda. Kami melihat jari-jarinya bergerak. Salah satu kerabat kami menyentuh pergelangan tangannya dan merasakan denyut nadinya,” tambahnya.

    Ulpe dibawa ke Rumah Sakit CPR, namun karena tempat tidur di sana penuh, ambulans dialihkan ke Rumah Sakit DY Patil.

    “Dia dalam kondisi kritis, hampir pingsan. Dia dipasangi ventilator setelah kami melakukan resusitasi jantung paru untuk memulihkan aliran darah. EKG juga menemukan penyumbatan sehingga dia dibawa ke rumah sakit lain untuk menjalani angioplasti. Dia pulih sepenuhnya setelah dirawat dua hari,” kata dia.

    (sfn/dry)

  • Direktur RS di Gaza Ditahan Israel! Ruang Faskes Dibakar, Layanan Medis Terhenti

    Direktur RS di Gaza Ditahan Israel! Ruang Faskes Dibakar, Layanan Medis Terhenti

    Jakarta

    Rumah sakit terbesar di Gaza utara berhenti beroperasi. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut upaya menyelamatkan banyak fasilitas medis bak berujung sia-sia.

    Serangan Israel ke Rumah Sakit Kamal Adwan telah membuat fasilitas tersebut tidak lagi bisa berjalan. Krisis kesehatan semakin parah di Gaza.

    “Serangan pagi ini terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan telah membuat fasilitas kesehatan besar terakhir di Gaza utara ini berhenti beroperasi. Laporan awal menunjukkan bahwa beberapa departemen utama terbakar parah dan hancur selama serangan itu,” kata Organisasi Kesehatan Dunia semalam di X, merujuk pada operasi Israel yang dimulai pada dini hari Jumat.

    “Rumah sakit itu telah diserang [berulang kali dan telah] dikepung sejak Oktober,” kata Margaret Harris, juru bicara WHO kepada CGTN.

    WHO telah mencatat lebih dari 50 serangan terhadap rumah sakit dan terus menyerukan seruan mendesak untuk melindungi petugas kesehatan serta rumah sakit, sejalan dengan hukum humaniter internasional, tetapi seruan ini tidak pernah digubris.

    “Sekarang, kami memahami bahwa mungkin masih ada pasien di rumah sakit, tetapi kami tidak tahu siapa yang merawat mereka. Setidaknya ada 25 pasien yang sakit kritis. Beberapa dari mereka menggunakan ventilator, dan kami benar-benar mengkhawatirkan keselamatan mereka,” tambahnya.

    Sebelum memulai operasi terbaru di dekat rumah sakit, militer Israel mengklaim pasukannya telah memfasilitasi evakuasi warga sipil, pasien, dan personel medis secara aman. Nyatanya, tidak demikian.

    WHO bahkan mengatakan masih ada sedikitnya 60 petugas kesehatan terkepung di rumah sakit.

    Kementerian kesehatan Gaza menyebut pasukan Israel juga menahan Direktur Rumah Sakit Kamal Adwan, Hossam Abu Safiyeh, bersama dengan beberapa anggota staf medis. Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan Abu Safiyeh ditahan bersama kepala Gaza utara, Ahmed Hassan al-Kahlout.

    Militer Israel tidak mengomentari penahanan tersebut. Ammar al-Barsh, seorang penduduk Jabalia berusia 50 tahun, bercerita serangan terhadap Kamal Adwan dan sekitarnya telah menghancurkan puluhan rumah di daerah tersebut.

    “Situasinya sangat buruk, tidak ada layanan medis, tidak ada ambulans, dan tidak ada pertahanan sipil di utara,” kata Barsh.

    “Tentara terus menyerbu Rumah Sakit Kamal Adwan dan rumah-rumah di sekitarnya, dan kami mendengar suara tembakan dari pesawat nirawak Israel dan tembakan artileri,” tambahnya.

    Pada hari-hari menjelang penyerbuan, Abu Safiyeh telah berulang kali memperingatkan tentang situasi rumah sakit yang genting, menyebut pasukan Israel akan terus menargetkan fasilitas tersebut.

    Sejak 6 Oktober tahun lalu, Israel telah mengintensifkan serangan darat dan udara di Gaza utara, dengan mengatakan tujuannya adalah untuk mencegah pejuang Hamas berkumpul kembali.

    “Kami tidak pernah melihat sesuatu yang tidak [berhubungan dengan] layanan kesehatan terjadi, tidak seorang pun yang menyuarakan kekhawatiran bahwa sesuatu yang lain mungkin terjadi,” kata juru bicara WHO.

    “Kekhawatiran yang dialami tim kami adalah bahwa staf bekerja terlalu keras, mereka kelelahan. Mereka tidak memiliki peralatan dan mereka terus-menerus dibombardir dan [telah] melihat rekan-rekan mereka terbunuh.”

    Militer Israel secara teratur menuduh Hamas menggunakan rumah sakit sebagai pusat komando dan kendali untuk menyerang pasukannya selama perang.

    Semua Ruang RS Dibakar

    Kementerian Kesehatan Gaza sebelumnya melaporkan Abu militer Israel telah membakar semua departemen bedah rumah sakit.

    “Ada banyak korban luka di antara tim medis,” tambahnya.

    WHO menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata.

    “Permusuhan dan penggerebekan seperti itu merusak semua upaya dan dukungan kami untuk menjaga fasilitas itu berfungsi seminimal mungkin. Pembongkaran sistematis sistem kesehatan di Gaza merupakan hukuman mati bagi puluhan ribu warga Palestina yang membutuhkan perawatan kesehatan,” kata badan PBB tersebut.

    Pertahanan sipil Gaza juga melaporkan bahwa dalam serangan terpisah Israel di Gaza tengah, sedikitnya sembilan warga Palestina tewas pada hari Sabtu.

    Serangan Israel di Gaza telah menewaskan sedikitnya 45.436 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil, menurut angka dari kementerian kesehatan daerah tersebut.

    (naf/kna)

  • Sistem Kesehatan Gaza Utara Hancur setelah RS Kamal Adwan Diserang

    Sistem Kesehatan Gaza Utara Hancur setelah RS Kamal Adwan Diserang

    JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut serangan Israel terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan menjadi tanda hancurnya fasilitas kesehatan utama yang masih beroperasi di Gaza Utara.

    “Serangan terhadap RS Kamal Adwan terjadi setelah meningkatnya pembatasan akses terhadap WHO dan mitranya, serta serangan berulang terhadap fasilitas kesehatan ataupun lokasi di sekitarnya sejak awal Oktober,” kata WHO melalui akun media sosial X, Jumat, 27 Desember.

    Badan PBB itu menyatakan, serangan Israel yang tak kunjung berhenti itu sangat mengganggu upaya WHO memastikan fasilitas kesehatan di Gaza Utara berfungsi bahkan secara minimal.

    “Penghancuran sistem kesehatan secara sistematis di Gaza menjadi tanda kematian bagi puluhan ribu jiwa Rakyat Palestina yang membutuhkan penanganan kesehatan secara mendesak,” kata WHO.

    Laporan awal menyebutkan bahwa sejumlah bagian RS terbakar hebat dan hancur akibat serangan Israel. Sementara 60 personel kesehatan dan 25 pasien dalam kondisi kritis, termasuk mereka yang menggunakan ventilator, masih bertahan di rumah sakit itu.

    Karena serangan itu, pasien dengan kondisi kesehatan yang moderat hingga berat terpaksa berpindah ke RS Indonesia yang sudah hancur dan tak lagi beroperasi.

    “WHO amat prihatin terhadap keselamatan mereka,” ucap badan PBB itu.

    “Kengerian ini harus segera berakhir dan pelayanan kesehatan harus dilindungi. Gencatan senjata segera!” demikian pernyataan WHO.

    Dikutip dari Anadolu, Israel kembali melancarkan serangan darat besar-besaran di Gaza Utara pada 5 Oktober 2024 dengan dalih mencegah berhimpunnya kembali kelompok perlawanan Palestina, Hamas.

    Namun, masyarakat Palestina menyebut niat Israel sebenarnya adalah untuk menduduki kembali Gaza Utara dan mengusir warga Palestina yang masih bertahan di sana.

    Karena Israel terus menghalangi pengantaran bantuan kemanusiaan, seperti pangan, obat-obatan, dan bahan bakar yang penting untuk bertahan hidup, masyarakat Palestina di Gaza Utara kini terancam kelaparan.

    Rezim Zionis Israel tak kunjung menghentikan agresi genosidanya ke Jalur Gaza yang telah menewaskan hampir 45.400 orang, yang sebagian besar merupakan wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober 2023.

    Bulan lalu, Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Benjamin Netanyahu yang dijuluki Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sebagai “penjagal Gaza”, dan mantan ketua otoritas pertahanan Israel Yoav Gallant atas tuduhan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Jalur Gaza.

    Selain itu, Israel juga menghadapi gugatan atas tindak genosida di Mahkamah Internasional (ICJ) atas tindakannya di Gaza.

  • Militer Israel Tahan Direktur RS Kamal Adwan, Operasional Disetop

    Militer Israel Tahan Direktur RS Kamal Adwan, Operasional Disetop

    Jakarta, CNN Indonesia

    Militer Israel menahan direktur Rumah Sakit Kamal Adwan yang terletak di Jalur Gaza, Sabtu (28/12), setelah mereka menggempur hingga membakar gedung rumah sakit utama yang tersisa di wilayah tersebut.

    Para pejabat kesehatan di wilayah Gaza mengatakan serangan brutal tentara Zionis terhadap RS Kamal Adwan membuat fasilitas tersebut “tidak berguna”, dan semakin memperburuk krisis kesehatan di Jalur Gaza.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan operasi militer tersebut membuat “fasilitas kesehatan utama terakhir di Gaza utara tidak dapat beroperasi”.

    “Laporan awal menunjukkan bahwa beberapa departemen utama terbakar parah dan hancur selama serangan tersebut,” kata WHO dalam sebuah pernyataan di X, melansir AFP, Sabtu (28/12).

    Menurut WHO ada 60 petugas kesehatan dan 25 pasien dalam kondisi kritis, termasuk beberapa pasien yang menggunakan ventilator, masih berada di rumah sakit.

    Pasien dengan kondisi sedang dan parah terpaksa dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia yang sudah hancur dan tidak berfungsi. WHO juga menambahkan bahwa pihaknya “sangat prihatin atas keselamatan mereka”.

    Kementerian Kesehatan Gaza yang dikelola Hamas melaporkan bahwa pasukan Israel telah menahan direktur Kamal Adwan, Hossam Abu Safiyeh, beserta beberapa anggota staf medis.

    AFP tidak dapat memverifikasi secara independen apakah Abu Safiyeh telah ditahan. Namun, beberapa upaya untuk menghubunginya tidak berhasil.

    Badan pertahanan sipil Gaza mengatakan Abu Safiyeh ditahan bersama dengan kepala Gaza utara, Ahmed Hassan al-Kahlout. Sementara itu, pihak militer Israel tidak memberikan komentar atas penahanan tersebut.

    Salah satu warga Gaza yang dievakuasi dari rumah sakit mengatakan bahwa beberapa pengungsi diinterogasi tentang Hamas.

    “Ketika kami mulai keluar, tentara meminta semua pemuda untuk melepaskan pakaian mereka dan berjalan ke luar rumah sakit,” kata salah seorang warga.

    “Mereka [tentara] membawa puluhan pemuda, serta dokter dan pasien, ke tempat yang tidak diketahui. Para pemuda itu diinterogasi, mereka ditanya tentang pejuang perlawanan, Hamas, dan senjata,” lanjut dia.

    Sebelumnya, tentara Zionis menghancurkan sebagian besar fasilitas medis dan memaksa ratusan orang untuk meninggalkan tempat yang selama ini menjadi satu-satunya rumah sakit yang berfungsi di wilayah tersebut.

    Dilansir Al Jazeera, aksi keji Israel ini terjadi pada Jumat (27/12) waktu setempat. Saat itu fasilitas medis yang terletak di Beit Lahiya tersebut telah menghadapi pengepungan dan tekanan berat dari pasukan Israel selama berminggu-minggu.

    (tim/dmi)

  • WHO Kutuk Serangan Israel ke RS Kamal Adwan-RS Indonesia

    WHO Kutuk Serangan Israel ke RS Kamal Adwan-RS Indonesia

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengecam serangan yang dilakukan militer Israel terhadap Rumah Sakit Kamal Adwan. Penyerbuan ini membuat fasilitas kesehatan terakhir di Gaza utara itu tidak lagi bisa beroperasi.

    Lewat unggahan di platform media sosial X, WHO mengatakan aksi militer Israel mengakibatkan beberapa departemen penting terbakar dan hancur parah.

    Militer Israel dalam pernyataanya mengatakan rumah sakit tersebut telah menjadi “benteng utama bagi organisasi teroris dan terus digunakan sebagai tempat persembunyian bagi para teroris” sejak pasukan Israel memulai operasi yang lebih luas di Gaza utara pada Oktober.

    WHO menyebutkan sebanyak 60 petugas kesehatan dan 25 pasien kritis, termasuk yang menggunakan ventilator, masih dirawat di rumah sakit tersebut. Pasien dengan kondisi sedang hingga para terpaksa dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia yang hancur dan tidak berfungsi.

    Rumah Sakit Kamal Adwan dan daerah sekitarnya memang telah menjadi sasaran serangan sepanjang minggu ini. Direktur rumah sakit, dr Hussam Abu Safiya, mengatakan lima staf medis tewas akibat serangan yang dilancarkan pada Kamis lalu.

    Di sisi lain, Hamas membantah pasukannya berada di rumah sakit, dan mendesak Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) membentuk komite investigasi untuk memeriksa “skala kejahatan yang dilakukan di Gaza utara”.

    “Kami dengan tegas membantah adanya aktivitas militer atau pejuang perlawanan di rumah sakit tersebut,” kata Hamas dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Al Jazeera, Sabtu (28/12/2024).

    “Kebohongan musuh tentang rumah sakit bertujuan untuk membenarkan kejahatan keji yang dilakukan oleh tentara pendudukan saat ini, yang melibatkan evakuasi dan pembakaran semua departemen rumah sakit sebagai bagian dari rencana pemusnahan dan pemindahan paksa,” sambung Hamas dalam pernyataannya.

    Terbaru, pejabat kesehatan Gaza mengatakan pasukan Israel telah menahan Abu Safiya.

    “Pasukan pendudukan telah membawa puluhan staf medis dari Rumah Sakit Kamal Adwan ke pusat penahanan untuk diinterogasi, termasuk direktur, Hussam Abu Safia,” ungkapnya.

    Badan pertahanan sipil Gaza juga melaporkan bahwa Abu Safiya telah ditahan. Dalam beberapa hari terakhir, Abu Safiya telah berulang kali mengemukakan kekhawatirannya tentang situasi rumah sakit.

    “Dunia harus memahami bahwa rumah sakit kami menjadi sasaran dengan tujuan membunuh dan memaksa orang-orang di dalamnya untuk mengungsi,” katanya dalam sebuah pernyataan pada Senin lalu.

    (ath/kna)

  • Diserang Israel, RS Terakhir di Gaza Utara Kini Sudah Tak Berfungsi

    Diserang Israel, RS Terakhir di Gaza Utara Kini Sudah Tak Berfungsi

    Jakarta

    Militer Israel menyerang Rumah Sakit (RS) Kamal Adwan dengan dalih mengejar militan Hamas. Rumah sakit terakhir yang beroperasi di Gaza Utara itu kini telah menghentikan layanan fasilitas kesehatan.

    “Serangan pagi ini di Rumah Sakit Kamal Adwan telah menghentikan layanan fasilitas kesehatan utama terakhir di Gaza utara ini. Laporan awal menunjukkan bahwa beberapa departemen utama terbakar parah dan hancur selama serangan itu,” kata Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah pernyataan pada X, Seperti dilansir AFP, Sabtu (28/12/2024).

    Militer Israel mengklaim dalam sebuah pernyataan bahwa rumah sakit tersebut telah menjadi “benteng utama bagi organisasi teroris dan terus digunakan sebagai tempat persembunyian bagi para teroris”.

    WHO mengatakan 60 petugas kesehatan dan 25 pasien dalam kondisi kritis, termasuk yang menggunakan ventilator, dilaporkan masih dirawat di rumah sakit.

    Pasien dalam kondisi sedang hingga parah terpaksa dievakuasi ke Rumah Sakit Indonesia yang hancur dan tidak berfungsi. WHO menambahkan bahwa mereka “sangat prihatin akan keselamatan mereka”.

    “Penggerebekan di Rumah Sakit Kamal Adwan ini terjadi setelah meningkatnya pembatasan akses bagi WHO dan mitra, serta serangan berulang kali terhadap atau di dekat fasilitas tersebut sejak awal Oktober,” kata WHO.

    “Permusuhan dan penggerebekan seperti itu menggagalkan semua upaya dan dukungan kami untuk menjaga fasilitas tersebut tetap berfungsi secara minimal. Pembongkaran sistematis sistem kesehatan di Gaza merupakan hukuman mati bagi puluhan ribu warga Palestina yang membutuhkan perawatan kesehatan,” imbuhnya.

    WHO menegaskan kembali seruannya untuk gencatan senjata.

    Rumah Sakit Kamal Adwan terletak di Beit Lahia, sebuah kota di pusat operasi militer Israel yang gencar yang bertujuan untuk mencegah Hamas berkumpul kembali di Gaza utara.

    Lihat Video: Serangan Udara Israel Tewaskan 5 Warga Palestina di Gaza

    (lir/lir)