Produk: ventilator

  • Cuaca Dingin Ekstrem di Gaza: 6 Bayi Meninggal akibat Hipotermia, Anak-anak Idap Penyakit Kronis – Halaman all

    Cuaca Dingin Ekstrem di Gaza: 6 Bayi Meninggal akibat Hipotermia, Anak-anak Idap Penyakit Kronis – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Suhu dingin memperburuk kondisi kehidupan yang buruk di daerah Jalur Gaza, Palestina.

    Sebanyak enam bayi meninggal akibat hipotermia di Jalur Gaza dalam beberapa hari terakhir akibat hujan terus-menerus.

    Keluarga di Gaza yang mengungsi mengatakan, cuaca dingin yang parah dan gizi yang tidak memadai, menyebabkan timbulnya penyakit kronis di kalangan anak-anak.

    “Air hujan dan limbah telah masuk ke tenda kami, yang berdampak buruk pada kehidupan kami.”

    “Dengan rusaknya sistem drainase, cuaca dingin, dan kurangnya air minum bersih, virus menyebar dengan cepat,” kata Musli Tamraz, seorang warga Gaza, kepada Reuters.

    “Saya bawa anak saya ke rumah sakit, kata dokter, penyebab utama sakitnya itu air minumnya yang tidak bersih, suhu tubuhnya yang tiba-tiba turun,” jelasnya.

    Warga Berlindung di Tenda-tenda dan Reruntuhan

    Diberitakan AP News, ratusan ribu orang tinggal di kamp tenda dan bangunan yang rusak akibat perang selama gencatan senjata yang rapuh.

    Kondisi ini diungkapkan oleh petugas medis Palestina pada Selasa (25/2/2025).

    Wilayah pesisir mengalami musim dingin yang dingin dan basah, dengan suhu turun di bawah 10 derajat Celsius (50 F) pada malam hari dan badai bertiup dari Laut Mediterania.

    Beberapa hari terakhir ini suhu di Jalur Gaza sangat dingin.

    Warga bernama Yusuf al-Shinbari terbangun di tenda keluarganya tepat setelah tengah malam pada hari Selasa dan mendapati putrinya yang berusia 2 bulan, Sham, kedinginan saat disentuh.

    Ia tidak bisa merasakan detak jantungnya.

    “Kemarin, saya bermain dengannya,” katanya.

    “Saya senang bersamanya. Dia anak yang cantik, seperti bulan,” ungkap Yusuf.

    Saeed Salah, dari Rumah Sakit Sahabat Pasien di Kota Gaza, mengatakan lima bayi berusia satu bulan atau lebih muda telah meninggal karena kedinginan selama dua minggu terakhir, termasuk bayi berusia 1 bulan yang meninggal pada hari Senin.

    Ia mengatakan anak lainnya telah dipasangi ventilator.

    Zaher al-Wahedi, kepala departemen catatan Kementerian Kesehatan Gaza, mengatakan telah mencatat 15 kematian akibat hipotermia musim dingin ini, semuanya anak-anak.

    Sebagai informasi, gencatan senjata yang menghentikan perang selama 16 bulan antara Israel dan militan Hamas telah memungkinkan lonjakan bantuan kemanusiaan, terutama makanan.

    Tetapi penduduk mengatakan masih ada kekurangan selimut dan pakaian hangat, dan sedikit kayu yang tersedia untuk api.

    Tidak ada listrik pusat di Gaza sejak beberapa hari pertama perang, dan bahan bakar untuk generator langka.

    Banyak keluarga berdesakan di atas pasir basah atau beton.

    Serangan militer Israel, yang dilancarkan sebagai respons atas serangan Hamas pada 7 Oktober 2023, merupakan salah satu serangan paling mematikan dan paling merusak dalam sejarah terkini.

    Serangan ini menghancurkan sebagian besar wilayah Gaza hingga menjadi puing-puing.

    Ratusan ribu orang yang berhasil kembali ke Gaza utara berdasarkan gencatan senjata telah menetap di mana pun mereka bisa di tengah reruntuhan.

    Tahap pertama gencatan senjata akan berakhir pada Sabtu (1/3/2025) dan mungkin tidak diperpanjang.

    Jika pertempuran kembali terjadi, aliran bantuan kemanusiaan saat ini diperkirakan akan menurun drastis.

    Bahkan jika gencatan senjata berlanjut, tidak jelas kapan Gaza akan dibangun kembali.

    JALUR GAZA – Bendera Palestina berkibar di tengah puing reruntuhan di Kota Gaza, dalam foto tangkapan layar dari Khaberni, Kamis (6/2/2025). (khaberni/tangkap layar)

    Perkembangan Terkini Konflik Palestina Vs Israel

    Dilansir Al Jazeera, Hamas mengatakan telah mencapai kesepakatan dengan mediator mengenai pembebasan 620 tahanan Palestina yang seharusnya dibebaskan oleh Israel minggu lalu.

    Militer Israel mengebom sejumlah lokasi di selatan ibu kota Suriah, Damaskus, menewaskan sedikitnya dua orang, dengan mengatakan bahwa “kehadiran sarana dan pasukan militer di bagian selatan Suriah merupakan ancaman” bagi negara tersebut.

    Juru bicara PBB Stephane Dujarric mendesak Israel untuk mengizinkan lebih banyak tenda dan tempat berlindung masuk ke Jalur Gaza setelah enam bayi Palestina meninggal karena hipotermia selama musim dingin yang parah.

    Israel dan Hamas dapat menukar sisa tahanan Palestina dan jenazah tawanan yang dijadwalkan dibebaskan pada tahap pertama kesepakatan Gaza paling cepat malam ini, media Israel melaporkan, setelah mediator membantu menyelesaikan penundaan pembebasan tahanan Palestina oleh Israel.

    UNICEF mengatakan petugas kesehatan telah memvaksinasi lebih dari 586.000 anak di Gaza terhadap polio, mencapai 99 persen dari target, hanya dalam empat hari.

    Pasukan Israel melanjutkan ofensif Tepi Barat mereka, menyerang dan melukai lebih banyak warga Palestina dan mengancam akan menghancurkan lebih banyak rumah di kamp pengungsi Nur Shams.

    Steve Witkoff, utusan Trump untuk Timur Tengah, memuji kemajuan dalam perundingan gencatan senjata Gaza dan mengatakan ia mungkin akan bergabung dalam negosiasi pada hari Minggu “jika berjalan dengan baik”.

    Para pemimpin Afrika Selatan, Malaysia, dan Kolombia menulis artikel bersama yang menyerukan diakhirinya impunitas atas pelanggaran hukum internasional oleh Israel.

    Kantor Media Pemerintah memperbarui jumlah korban tewas menjadi sebanyak 61.709, dengan mengatakan ribuan warga Palestina yang hilang di bawah reruntuhan diduga tewas.

    Sebanyak 1.139 orang tewas di Israel selama serangan yang dipimpin Hamas pada 7 Oktober 2023 dan lebih dari 200 orang ditawan.

    (Tribunnews.com/Nuryanti)

    Berita lain terkait Konflik Palestina Vs Israel

  • Roma Dipenuhi Doa, Harapan Bagi Kesembuhan Paus Fransiskus

    Roma Dipenuhi Doa, Harapan Bagi Kesembuhan Paus Fransiskus

    Jakarta

    Joaquín Mbana Nchama berjalan dengan penuh hormat menuju patung marmer putih Paus Yohanes Paulus II, yang menjulang di sebuah alun-alun kecil di luar Rumah Sakit Gemelli, Roma. Sebagai duta besar Guinea Khatulistiwa untuk Vatikan, ia duduk di sebuah blok dekat monumen, mengeluarkan sebuah buku doa merah kecil dan rosario, lalu mulai membisikkan doa untuk Paus Fransiskus.

    “Saya di sini bukan untuk menarik perhatian,” ujar Mbana Nchama kepada DW setelah doanya. “Saya hanya ingin berdoa untuk paus ini, karena dia benar-benar menginginkan keselamatan bagi seluruh ciptaan Tuhan.”

    Tidak lama setelahnya, sepasang suami istri muda asal Italia datang dengan bayi mereka. Sang ibu berdoa sambil menatap patung, lalu membungkuk untuk mencium anaknya yang berbaring di kereta bayi, dengan air mata mengalir di wajahnya.

    “Setelah lima tahun mencoba untuk hamil, saya berdoa untuk pertama kalinya saat misa kepausan di Vatikan, 18 bulan yang lalu,” ujar wanita berusia 42 tahun dari Roma yang meminta agar namanya tidak dipublikasikan. “Dua minggu kemudian, saya mengandung. Saya berterima kasih kepada Tuhan dan paus untuk keajaiban ini, itulah sebabnya saya datang untuk mendoakannya sekarang.”

    Sebelum pergi, sang suami meletakkan seikat bunga di dekat lilin, balon, surat tulisan tangan, dan foto-foto yang ditinggalkan para peziarah di sekitar patung Paus Fransiskus. Setiap hari, banyak orang datang untuk memanjatkan doa bagi kesembuhan paus.

    Alun-alun di sekitar patung kini dipenuhi tenda-tenda putih yang menaungi kamera para reporter yang melaporkan kondisi Paus secara langsung di televisi. Media dari seluruh dunia berkumpul di Roma, menantikan perkembangan terbaru mengenai kesehatannya.

    Liputan media di tengah kondisi kritis Paus

    Alun-alun yang mengelilingi patung kini dipenuhi tenda-tenda putih yang menaungi kamera para reporter yang sedang melaporkan kondisi paus secara langsung di televisi. Media dari seluruh dunia telah berkumpul di Roma, menunggu perkembangan terbaru mengenai kesehatannya.

    Hingga kini, rincian tentang kondisi paus masih minim. Setiap pagi, kantor pers Vatikan hanya mengeluarkan pernyataan singkat: “Paus tidur nyenyak sepanjang malam,” demikian pernyataan terbaru pada Selasa.

    Namun, laporan Senin (24/02) malam mengonfirmasi bahwa Paus Fransiskus, yang berusia 88 tahun, masih dalam kondisi kritis di rumah sakit sejak dirawat pada 14 Februari.

    “Kondisi kritis bisa berarti banyak hal,” ujar seorang dokter spesialis perawatan intensif kepada DW News, berbicara secara anonim karena tidak memiliki akses langsung ke kasus paus.

    “Laporan menunjukkan bahwa paus masih dalam kondisi sadar dan bisa berbicara, jadi saya ragu dia memerlukan ventilator. Namun, dengan pneumonia ganda serta laporan infeksi virus, bakteri, dan jamur, situasi ini bisa berubah kapan saja.”

    Persiapan Vatikan untuk Yubileum 2025

    Kesehatan paus menjadi perhatian besar, terutama karena Vatikan tengah bersiap menyambut lebih dari 30 juta peziarah dalam rangka Yubileum 2025. Yubileum adalah momen istimewa bagi umat Katolik untuk mendapatkan pengampunan dosa dan mengukuhkan kembali iman mereka.

    “Yubileum mengingatkan kita bahwa pusat agama Katolik ada di Roma,” kata Pastor Roberto Regoli, direktur Departemen Sejarah Gereja di Universitas Kepausan Gregoriana. “Itulah mengapa ziarah ini sangat penting, dan akan terus berlangsung, apa pun kondisi paus.”

    Para peziarah yang datang diterima di pusat pendaftaran sebelum memulai perjalanan spiritual sejauh 800 meter menuju Pintu Suci Vatikan. Salah satu di antara mereka adalah Guido San Marco, pria 67 tahun dari Surabaya, Indonesia.

    “Saya di sini untuk memperkuat iman saya,” katanya.

    Doa dan harapan peziarah

    Di antara para peziarah lainnya, Sarah O’Neill, wanita 62 tahun dari Irlandia Utara, merasa sedih karena tidak bisa menghadiri misa kepausan yang biasanya diadakan pada Rabu (26/02).

    “Kami berdoa untuk kesehatan Paus,” ujarnya. “Namun, sangat menyedihkan bahwa kami tidak bisa melihat langsung misa kepausan yang kami nantikan.”

    Sementara itu, Bartosz Wawrzyczak, pria 42 tahun dari Gdansk, Polandia, mengungkapkan bahwa banyak peziarah Polandia masih merasa dekat dengan mendiang Paus Yohanes Paulus II.

    “Ketika saya berdoa, saya selalu membayangkan Yohanes Paulus II,” katanya. “Saya pribadi sedikit bingung dengan pendekatan Paus Fransiskus yang lebih progresif, namun kami mencoba memahami kata-kata dan ajarannya.”

    Paus Yohanes Paulus II, yang wafat pada 2005, digantikan oleh Paus Benediktus XVI, yang kemudian mengundurkan diri pada 2013 dan meninggal dunia pada 2022.

    Di tengah harapan dan doa yang terus mengalir dari seluruh dunia, umat Katolik menantikan kabar terbaru tentang pemimpin spiritual mereka, Paus Fransiskus, yang masih dalam perawatan intensif di Roma.

    Artikel ini diadaptasi dari DW berbahasa Inggris.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu

  • Vatikan Jawab Rumor Paus Fransiskus Mengundurkan Diri, Sudah Sepekan Lebih Dirawat di RS – Halaman all

    Vatikan Jawab Rumor Paus Fransiskus Mengundurkan Diri, Sudah Sepekan Lebih Dirawat di RS – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, VATIKAN – Dalam wawancara dengan surat kabar Italia Corriere della Sera, Sekretaris Negara Vatikan Kardinal Pietro Parolin menjawab isu yang beredar bahwa pemimpin umat Katolik, Paus Fransiskus, mengundurkan diri.

    Menurut dia satu-satunya hal yang perlu diperhatikan saat ini adalah kesehatan Paus Fransiskus.

    Bagaimana agar Paus segera pulih dari sakitnya dan kepulangannya ke Vatikan.

    Prefek Dikasteri untuk Doktrin Iman juga mengatakan berita tentang seruan agar Paus mengundurkan diri tidak berdasar.

    “Semua ini menurut saya hanya spekulasi yang tidak berdasar. Saat ini, fokus kami adalah pada kesehatan Bapa Suci, pemulihannya, dan kepulangannya ke Vatikan ini, hal-hal ini yang penting,” ujarnya dikutip dari Vatikan News. 

    Pietro Parolin  menanggapi laporan dalam beberapa hari terakhir yang membahas kemungkinan pengunduran diri Paus Fransiskus.

    Paus Fransiskus telah dirawat di Rumah Sakit Gemelli di Roma sejak Jumat, 14 Februari 2025 lalu, karena infeksi saluran pernapasan.

    Artinya sudah sepekan lebih Paus Fransiskus dirawat di rumah sakit.

    Rumor yang belum diverifikasi

    Ketika ditanya tentang suasana terkait penyebaran berita palsu dan spekulasi seputar Vatikan, Kardinal menjawab,

    “Sejujurnya, saya tidak mengetahui adanya manuver semacam itu, dan dalam hal apa pun, saya berusaha untuk tidak terlibat. Di sisi lain, saya pikir cukup normal dalam situasi seperti ini jika rumor yang tidak diverifikasi beredar atau komentar yang salah tempat dibuat—ini tentu bukan pertama kalinya. Namun, saya tidak yakin ada gerakan khusus dalam hal ini dan sejauh ini, saya belum mendengar hal semacam itu.”

    Kardinal Parolin, yang baru-baru ini kembali dari kunjungannya ke negara Afrika Barat Burkina Faso, telah meminta izin untuk mengunjungi Paus di rumah sakit.

    “”Tapi saat ini lebih baik baginya untuk tetap terlindungi dan melakukan kunjungan sesedikit mungkin sehingga ia dapat beristirahat, sehingga pengobatan dapat berjalan lebih efektif,” ujarnya.

    Tidak ada tekanan

    Sementara itu, Prefek Dikasteri untuk Doktrin Iman, Kardinal Víctor Manuel Fernández, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar Argentina La Nación , menyatakan bahwa “tidak masuk akal bagi beberapa kelompok tertentu untuk memberikan tekanan agar pengunduran diri dilakukan. 

    “Saya tidak merasakan adanya suasana pra-konklaf dan saya juga tidak melihat adanya lebih banyak diskusi tentang kemungkinan pengganti daripada yang terjadi setahun yang lalu—tidak ada yang luar biasa,” imbuhnya.

    Penjelasan tim dokter

    Dalam konferensi pers di rumah sakit Gemelli di Roma, Dr. Sergio Alfieri, kepala tim dokter yang merawat Paus, dan Dr. Luigi Carbone, Wakil Direktur layanan kesehatan Vatikan, berbicara selama sekitar empat puluh menit di hadapan wartawan yang memadati ruangan.

    Keduanya mengatakan bahwa mereka yakin Paus akan dirawat di rumah sakit “setidaknya” selama seminggu ke depan. 

    Dr. Alfieri menekankan bahwa Paus tidak menggunakan ventilator, meskipun ia masih kesulitan bernapas  akibat pergerakan fisiknya terbatas.

    Meski demikian, kata dokter tersebut, Paus duduk tegak di kursi, bekerja, dan bercanda seperti biasa.

    Alfieri mengatakan bahwa ketika salah seorang dokter menyapa Paus dengan mengatakan, “Halo, Bapa Suci”, ia menjawab dengan, “Halo, Putra Suci”.

    Ketika ditanya oleh seorang wartawan tentang ketakutan terbesar mereka, para dokter tersebut menyatakan bahwa ada risiko kuman di saluran pernapasan Paus dapat memasuki aliran darahnya, yang menyebabkan sepsis.

    Namun, Dr. Alfieri mengatakan bahwa ia yakin Paus Fransiskus akan meninggalkan rumah sakit pada suatu saat dan kembali ke Casa Santa Marta di Vatikan.

     

  • Kondisi Paus Fransiskus Berangsur Stabil, Bisa Bangun dari Tempat Tidur Lalu Sarapan Sambil Duduk – Halaman all

    Kondisi Paus Fransiskus Berangsur Stabil, Bisa Bangun dari Tempat Tidur Lalu Sarapan Sambil Duduk – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kondisi Paus Fransiskus berangsur stabil.

    Saat ini pemimpin gereja Katolik itu dirawat di Rumah Sakit Gemelli Roma, setelah mengalami bronkitis yang berkembang menjadi pneumonia ganda, VOA melaporkan.

    Pada Kamis (20/2/2025) pagi, Vatikan mengonfirmasi Paus Fransiskus bisa “menghabiskan malam dengan tenang” dan setelah bangun dari tempat tidurnya, ia sarapan di kursi berlengan.

    Kondisi klinisnya dinyatakan stabil oleh juru bicara Vatikan, Matteo Bruni, yang juga menyatakan bahwa Paus bernapas sendiri dan jantungnya stabil.

    Pada hari yang sama, Bruni menginformasikan Paus menderita pneumonia fokal, yang berarti infeksi terbatas pada area tertentu di paru-parunya.

    Dikutip dari Sky News, tes darah menunjukkan sedikit perbaikan, terutama pada indeks peradangan, meskipun para dokter masih memantau efek dari terapi yang diberikan.

    Paus Fransiskus saat ini mengonsumsi kombinasi antibiotik dan kortison untuk mengobati infeksi tersebut.

    Perawatan Paus mendapat perhatian dari banyak tokoh penting, termasuk Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, yang mengunjungi Paus pada Rabu (19/2/2025) malam.

    Meloni melaporkan selama kunjungan, mereka bercanda seperti biasa, menandakan bahwa Paus masih memiliki selera humor meski dalam kondisi kesehatan yang cukup serius.

    Uskup Agung Giuseppe Satriano dari Bari, Italia, mengaku yakin Paus Fransiskus akan pulih karena “karakter kuatnya sebagai seorang pejuang”.

    Paus Fransiskus, yang kini berusia 88 tahun, memiliki riwayat penyakit pernapasan dan pernah kehilangan sebagian paru-parunya akibat radang selaput dada saat muda.

    Meskipun pernah mengalami pneumonia akut pada 2023, Paus Fransiskus selalu menunjukkan ketangguhan dalam menghadapi masalah kesehatan.

    Dalam memoarnya, ia bahkan mengungkapkan menulis surat pengunduran diri jika suatu saat nanti kondisinya tidak memungkinkan untuk menjalankan tugasnya sebagai Paus.

    Meski dalam perawatan, ia tetap melanjutkan tugas kepausannya.

    Kardinal Jean-Marc Aveline dari Marseille menanggapi pertanyaan terkait kemungkinan pengunduran diri Paus Fransiskus.

    Ia mengatakan bahwa “semuanya mungkin,” mengingat kondisi kesehatannya.

    Infeksi Polimikroba

    Dikutip dari NBC, Paus Fransiskus mengalami infeksi polimikroba, yang merupakan gabungan dari beberapa virus, bakteri, jamur, dan parasit yang menyerang saluran pernapasan

    Penyakit ini menyebabkan pneumonia di kedua paru-parunya, yang memperburuk kondisi Paus Fransiskus.

    Selain itu, Paus juga didiagnosis dengan bronkitis asma, yang membutuhkan pengobatan dengan kortikosteroid dan antibiotik.

    Meskipun penyakit ini cukup kompleks, hasil tes darah menunjukkan sedikit perbaikan pada penanda inflamasi, yang menjadi tanda bahwa pengobatan Paus mulai memberikan hasil positif.

    Paus juga sudah bisa bernapas tanpa bantuan ventilator dan dapat duduk di kursi berlengan di kamar rumah sakit.

    Kondisi Kesehatan Paus yang Rentan

    Paus Fransiskus berusia 88 tahun, memiliki riwayat masalah kesehatan, terutama terkait dengan saluran pernapasan.

    Di masa mudanya, ia pernah menderita radang selaput dada yang mengharuskannya menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-paru.

    Kondisi ini membuatnya lebih rentan terhadap infeksi paru-paru, seperti yang sedang ia alami saat ini.

    Paus juga sering menggunakan kursi roda akibat nyeri punggung dan lutut.

    Baru-baru ini sempat menjalani operasi untuk masalah hernia.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Update Kondisi Paus Fransiskus, Hasil Tes Darah Ungkap Kabar Baik – Halaman all

    Update Kondisi Paus Fransiskus, Hasil Tes Darah Ungkap Kabar Baik – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – Kondisi Paus Fransiskus dilaporkan semakin stabil.

    Paus Fransiskus saat ini dirawat di Rumah Sakit Policlinico Agostino Gemelli, Roma, Italia akibat pneumonia dan infeksi saluran pernapasan.

    Pada Rabu (19/2/2025) malam, Kantor Pers Tahta Suci melaporkan hasil tes darah Paus Fransiskus terbaru menunjukkan sedikit perbaikan, terutama pada tingkat peradangan.

    Pemimpin umat Katolik itu dirawat sejak 14 Februari karena kesulitan bernapas, kini mulai kembali melanjutkan beberapa aktivitas rutin.

    Meskipun masih dalam pemulihan, ia tampak cukup bugar.

    Dikutip dari Vatican News, setelah sarapan, Paus Fransiskus meluangkan waktu untuk membaca surat kabar.

    Ia kemudian melanjutkan bekerja dengan rekan-rekannya.

    Sebelum makan siang, Paus juga menerima sakramen Ekaristi.

    Pada sore harinya, Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, mengunjungi Paus Fransiskus.

    Mereka bertemu secara pribadi selama 20 menit.

    Meloni mengungkapkan Paus Fransiskus tetap ceria dan tidak kehilangan selera humornya meski sedang dalam perawatan.

    Infeksi Polimikroba

    Dikutip dari NBC, Paus Fransiskus mengalami infeksi polimikroba, yang merupakan gabungan dari beberapa virus, bakteri, jamur, dan parasit yang menyerang saluran pernapasan

    Penyakit ini menyebabkan pneumonia di kedua paru-parunya, yang memperburuk kondisi Paus Fransiskus.

    Selain itu, Paus juga didiagnosis dengan bronkitis asma, yang membutuhkan pengobatan dengan kortikosteroid dan antibiotik.

    Meskipun penyakit ini cukup kompleks, hasil tes darah menunjukkan sedikit perbaikan pada penanda inflamasi, yang menjadi tanda bahwa pengobatan Paus mulai memberikan hasil positif.

    Paus juga sudah bisa bernapas tanpa bantuan ventilator dan dapat duduk di kursi berlengan di kamar rumah sakit.

    Doa dan Dukungan Moral

    Kunjungan Perdana Menteri Italia, Giorgia Meloni, memberikan dukungan moral kepada Paus Fransiskus.

    Meloni mengungkapkan kebahagiaannya melihat Paus tetap waspada dan bercanda meskipun tengah berjuang dengan kondisi kesehatannya.

    Ia berharap Paus segera pulih.

    Meloni juga mendoakan agar Paus dapat segera sembuh, mewakili pemerintah dan seluruh rakyat Italia.

    Dikutip dari Al Jazeera, umat Katolik yang datang ke Vatikan pada Rabu (19/2/2025) mendoakan kesembuhan Paus.

    Beberapa turis, termasuk Victoria Darmody dari Inggris, mengungkapkan keinginan mereka untuk mendekatkan diri kepada Paus dengan datang ke Rumah Sakit Gemelli.

    Mereka berharap Paus segera pulih agar dapat kembali melaksanakan tugasnya.

    Kondisi Kesehatan Paus yang Rentan

    Paus Fransiskus berusia 88 tahun, memiliki riwayat masalah kesehatan, terutama terkait dengan saluran pernapasan.

    Di masa mudanya, ia pernah menderita radang selaput dada yang mengharuskannya menjalani operasi pengangkatan sebagian paru-paru.

    Kondisi ini membuatnya lebih rentan terhadap infeksi paru-paru, seperti yang sedang ia alami saat ini.

    Paus juga sering menggunakan kursi roda akibat nyeri punggung dan lutut.

    Baru-baru ini sempat menjalani operasi untuk masalah hernia.

    (Tribunnews.com, Andari Wulan Nugrahani)

  • Penjelasan Dokter di Balik Kejadian Pria Bandung Meninggal gegara Gigi Berlubang

    Penjelasan Dokter di Balik Kejadian Pria Bandung Meninggal gegara Gigi Berlubang

    Jakarta

    Viral belum lama ini curahan hati seorang wanita di Bandung bernama Amanda Prawiria di TikTok, menceritakan kisah suaminya yang meninggal dunia usai mengalami gigi berlubang. Dokter yang memeriksa menemukan adanya infeksi hingga abses di gigi pasien.

    “Tapi besoknya hari keempat dokter bilang obat penenang sudah di stop seharusnya abis sadar, tapi abi tidak sadar dan koma. Tensi drop, oksigen sudah 100 persen dari ventilator. Qadarullah hari keempat di ICU Abi menghembuskan napas terakhirnya di depan mataku kayak mimpi kayak kaki nggak napak,” cerita Amanda dalam salah satu konten TikTok-nya.

    Gigi Berlubang Jangan Dianggap Sepele

    Anggota Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) Dr Paulus Januar, drg, MSi, CMC menjelaskan abses gigi adalah kondisi munculnya nanah dari infeksi bakteri yang terjadi pada gigi berlubang. Infeksi itu dapat disebabkan oleh bakteri-bakteri dalam mulut seperti streptokokus, stafilokokus, aktinomises, dan sebagainya.

    “Abses gigi dapat menjalar ke organ tubuh lainnya dan dapat berakibat serius, serta tidak mustahil berakhir dengan kematian,” kata drg Paulus ketika dihubungi detikcom, Sabtu (15/2/2025).

    drg Paulus mengatakan kasus semacam ini sebenarnya jarang terjadi. Meski begitu, ia menegaskan masalah gigi berlubang sebaiknya tidak dianggap sepele.

    Jangan Tunggu Gigi Berlubang Parah

    drg Paulus menuturkan masalah gigi berlubang harus ditangani sedini mungkin. Ini bertujuan untuk mencegah komplikasi lanjutan hingga dampak fatal yang mungkin muncul.

    Ia lantas menyarankan pemeriksaan kesehatan gigi dilakukan setidaknya 6 bulan sekali. Pemeriksaan juga dapat dilakukan apabila masyarakat menemukan adanya rasa tidak nyaman atau kelainan pada mulut dan gigi.

    “Jangan sampai gigi telah berlubang cukup besar dan sudah timbul keluhan, baru mencari pengobatan ke dokter gigi. Mengatasi gigi berlubang pada tahap awal jauh lebih mudah dibanding kalau sudah lanjut,” tambahnya.

    Tak Cukup Pakai Pereda Nyeri

    Ia menambahkan obat pereda nyeri tidak cukup untuk mengatasi masalah sakit gigi berlubang. drg Paulus mengingatkan obat pereda nyeri atau painkiller hanya mengatasi gejalanya saja, bukan penyebabnya.

    Selama penyebab utamanya belum diatasi, maka rasa sakit akan terus muncul setelah efek dari obat pereda nyeri hilang.

    “Memang seringkali rasa sakit mereda namun obat tersebut hanya mengatasi gejalanya saja, dan tidak menghilangkan penyakit penyebabnya. Selama penyakit penyebabnya tidak diatasi, maka manifestasi akibatnya dalam bentuk rasa sakit akan selalu muncul kembali,” ujar drg Paulus.

    NEXT: Pencegahan gigi berlubang

    Pencegahan Gigi Berlubang

    Selain melakukan pemeriksaan secara rutin minimal enam bulan sekali, drg Paulus mengingatkan pentingnya menjaga kebersihan gigi. Menjaga kebersihan gigi bisa dilakukan dengan cara rajin sikat gigi, menggunakan benang gigi, serta berkumur dengan obat kumur.

    Ia menyarankan masyarakat menggunakan pasta gigi menggunakan fluoride yang baik untuk meningkatkan kekuatan email gigi. Email gigi menjadi lebih resisten terhadap masalah karies gigi.

    “Dianjurkan menyikat gigi paling tidak dilakukan pagi hari setelah sarapan dan malam hari sebelum tidur. Terhadap sela-sela gigi dapat dilakukan pembersihan dengan menggunakan benang gigi (dental floss),” ucap drg Paulus.

    “Hindari juga atau batasi makanan dan minuman yang berisiko dapat menimbulkan karies gigi terutama yang mengandung gula dalam kadar tinggi, bersifat asam, dan juga makanan mudah melekat pada gigi dari jenis karbohidrat olahan atau refined carbohydrate,” tandasnya.

    Simak Video “Daging di Gigi Berlubang”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Berkaca dari Viral Kematian Pria Akibat Gigi Berlubang, Jangan Tunggu Parah

    Berkaca dari Viral Kematian Pria Akibat Gigi Berlubang, Jangan Tunggu Parah

    Jakarta – Gigi yang berlubang bukanlah masalah sepele. Pengurus Pengurus Besar Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI), Dr Paulus Januar, drg, MSi, CMC, mengingatkan masalah gigi berlubang yang tidak ditangani dengan baik dapat berakibat fatal, bahkan kematian.

    Oleh karena itu, ia menuturkan sebaiknya masalah gigi berlubang harus segera diperiksa sedini mungkin. Tindakan medis diperlukan untuk mengatasi dan mencegah masalah lebih lanjut seperti komplikasi yang parah.

    “Bila lubang gigi belum besar seringkali orang tidak menyadarinya hingga perlu dilakukan pemeriksaan rutin oleh dokter gigi untuk melakukan deteksi sedini mungkin,” kata drg Paulus ketika dihubungi detikcom, Sabtu (16/2/2025).

    Ia menyarankan pemeriksaan gigi rutin dilakukan setiap 6 bulan sekali. Pemeriksaan juga bisa langsung dilakukan apabila masyarakat mengalami adanya gangguan atau kelainan di dalam gigi dan mulut.

    Menurut drg Paulus, pemeriksaan ke dokter seharusnya tidak perlu menunggu sampai lubang gigi membesar atau timbul gejala lain yang mengganggu.

    “Jangan sampai gigi telah berlubang cukup besar dan sudah timbul keluhan, baru mencari pengobatan ke dokter gigi. Mengatasi gigi berlubang pada tahap awal jauh lebih mudah dibanding kalau sudah lanjut,” tandasnya.

    Sebelumnya, viral sebuah postingan TikTok yang diunggah oleh Amanda Prawiria di Bandung menceritakan kisah suaminya, Firmansyah (41) yang meninggal usai mengalami gigi berlubang. Karena tidak segera diperiksakan, gigi suaminya itu mengalami infeksi hingga abses atau keluarnya nanah dan sudah menjalar hingga leher dan pundak.

    Sebelum meninggal pada Desember 2024, Firmansyah sempat menjalani operasi dan dirawat secara intensif di ruang intensive care unit (ICU).

    “Tapi besoknya hari keempat dokter bilang obat penenang sudah di stop seharusnya abis sadar, tapi abi tidak sadar dan koma. Tensi drop, oksigen sudah 100 persen dari ventilator. Qadarullah hari keempat di ICU Abi menghembuskan napas terakhirnya di depan mataku kayak mimpi kayak kaki nggak napak,” cerita Amanda.

    (avk/up)

  • Penjelasan Dokter di Balik Kejadian Pria Bandung Meninggal gegara Gigi Berlubang

    Viral Wanita di Bandung Curhat Suaminya Meninggal usai Alami Gigi Berlubang

    Jakarta

    Viral di media sosial TikTok seorang wanita di Bandung bernama Amanda Prawiria menceritakan suaminya meninggal dunia usai mengeluh sakit gigi. Suaminya, Mochammad Firmansyah (41) meninggal dunia pada 20 Desember 2024 setelah menjalani serangkaian perawatan di dokter.

    Melalui video yang dibagikan, Amanda menceritakan awalnya sang suami mengalami bengkak di area pipi dan leher. Dirinya mengira Firmansyah mengalami gondongan karena saat itu memang sedang musim orang mengalami gondongan.

    Ketika dibiarkan, rasa nyeri yang muncul semakin menjalar, Firmansyah juga tidak bisa makan dan sulit minum, sampai akhirnya mereka berdua memutuskan untuk pergi ke rumah sakit untuk melakukan pemeriksaan.

    “Jadi dibawa ke IGD. Di sana diuap terus disuruh pulang karena dokter jaga IGD bilang sakit gondong. Suami emang nggak bilang ada gigi bolong jadi disuruh pulang,” kata Amanda dikutip dari unggahannya dengan izin yang bersangkutan, Jumat (14/2/2025).

    Amanda menceritakan Firmansyah memang memiliki masalah gigi berlubang. Ia menyebut suaminya bahkan memiliki gigi berlubang lebih dari satu.

    Karena kondisinya tidak membaik, Firmansyah akhirnya dibawa ke rumah sakit lagi. Amanda lantas juga menceritakan riwayat gigi berlubang yang selama ini dialami suaminya pada dokter.

    Ketika dilakukan pemeriksaan lanjutan, dokter menemukan bahwa Firmansyah mengalami abses gigi atau infeksi sehingga keluar nanah dan sudah menjalar hingga leher dan pundak. Dokter akhirnya memutuskan untuk melakukan operasi dua hari kemudian.

    Operasi berjalan dari jam setengah dua siang, sampai jam delapan malam. Dokter menuturkan saat itu operasi berjalan lancar, namun Firmansyah harus masuk ke ruang Intensive Care Unit (ICU).

    “Karena ternyata ada abses di gigi yang nanahnya sudah menyebar ke leher. Setelah operasi nafas Abi tidak stabil, darah tinggi, dan denyut nadi tinggi jadi masuk ICU,” ceritanya.

    Setelah beberapa hari dirawat di ICU, Firmansyah mengalami koma dan sempat dipasangi ventilator untuk menjaga kondisinya. Ia meninggal dunia setelah empat hari dirawat di ICU.

    Amanda berharap cerita yang dibagikan melalui media sosial bisa menjadi pembelajaran bagi semua orang. Ia meminta orang-orang untuk tidak takut pergi ke dokter ketika mengalami gigi berlubang.

    Ketika masalah gigi berlubang ditangani dengan cepat, maka risiko komplikasi bisa ditangani lebih dini.

    “Semoga cerita suamiku bisa jadi reminder untuk kita semua bahwa dari gigi berlubang bisa mengakibatkan kematian. Teman-teman jangan takut periksa ke dokter gigi ya apalagi sekarang BPJS bisa rawat jalan atau cabut gigi,” tandasnya.

    Saksikan juga Blak-blakan: Pramono Ungkap Target 100 Hari Kerja Saat Jadi Gubernur Jakarta

    (avk/kna)

  • Detail Mengerikan Kematian Paling Menyakitkan, Tewas Akibat Paparan Radiasi

    Detail Mengerikan Kematian Paling Menyakitkan, Tewas Akibat Paparan Radiasi

    Jakarta

    Seorang pria Jepang menjadi salah satu orang yang mengalami kematian paling mengerikan. Dia menjadi korban dalam sebuah kasus yang menunjukkan konsekuensi besar dari kecelakaan nuklir.

    Hisashi Ouchi, 35 tahun, mengalami penderitaan yang tak terbayangkan selama 83 hari setelah terpapar radiasi dalam jumlah yang tak terbayangkan. Kematiannya menyebabkan seluruh kulitnya terkelupas, kelopak matanya ‘jatuh’ dan tubuhnya mengeluarkan tiga liter diare setiap hari, karena jaringan dalam tubuhnya secara bertahap mati.

    Cobaan beratnya dimulai pada suatu hari tempat kerjanya, sebuah pabrik pemrosesan uranium di Tokaimura. Dia adalah bagian dari tim beranggotakan tiga orang yang menyiapkan uranium untuk digunakan sebagai bahan bakar nuklir pada tanggal 30 September 1999.

    Dalam artikel yang berjudul Japan’s worst nuclear accident leave two fighting for life yang diterbitkan BMJ Journal, menurut dokter, dua orang pria terpapar lebih dari 7 sievert radiasi yang dianggap mematikan: Hisashi Ouchi, berusia 35 tahun, dan Masato Shinohara, berusia 29 tahun, masing-masing menerima 17 sievert dan 10 sievert.

    Setelah kedua pria tersebut dibawa ke Institut Ilmu Radiologi Nasional di Chiba, tepat di sebelah timur Tokyo, tes pada Ouchi dan Shinohara menunjukkan jumlah darah limfatik mereka telah turun hingga hampir nol. Gejalanya meliputi mual, diare, dan dehidrasi.

    Tiga hari setelah kecelakaan, kedua pria tersebut dipindahkan ke Rumah Sakit Universitas Tokyo untuk operasi transfusi yang dianggap sebagai satu-satunya harapan untuk mengaktifkan kembali fungsi produksi darah mereka.

    Ouchi, yang berdiri di atas wadah pemrosesan pada saat itu, terpapar radiasi 17.000 milisievert (mSv), yang merupakan jumlah tertinggi yang pernah tercatat oleh siapa pun dalam satu waktu.

    Meskipun awalnya tampak sehat, kondisi Ouchi terus memburuk karena paparan radiasi menyebabkan tubuhnya tidak mampu mengganti sel-sel yang mati.

    Salah satu perubahan luar pertama adalah bagian-bagian kulitnya yang terkelupas saat menerima perawatan medis.

    Ia kemudian mulai mengalami masalah pernapasan karena cairan menumpuk di paru-parunya, dan Ouchi akhirnya membutuhkan ventilator medis untuk bernapas. Sel-sel dalam ususnya yang membantu menyerap makanan dan obat-obatan juga mulai mati.

    Hal ini menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan gastrointestinal yang ekstrem, dan ia mengeluarkan tiga liter diare setiap hari. Kerusakan pada ususnya juga menyebabkan perdarahan internal yang berarti petugas medis perlu memberinya hingga 10 transfusi darah per hari agar ia tetap hidup.

    Kehilangan kulitnya terus memburuk dan akhirnya menyebabkan ia mengeluarkan berliter-liter cairan tubuh melalui dagingnya yang terbuka. Petugas medis mencoba berbagai perawatan untuk Ouchi termasuk cangkok kulit dan transplantasi sel induk, tetapi tidak berhasil.

    BACA JUGA

    Bahkan obat penghilang rasa sakit yang kuat untuk membuatnya lebih nyaman gagal memberinya banyak kelegaan. Salah satu perubahan yang sangat mengerikan adalah ketika kelopak matanya terlepas yang menyebabkan matanya sendiri menjadi sangat kering dan nyeri.

    Laporan lokal pada saat itu mengklaim bahwa ia mulai ‘menangis darah,’ dan memohon kepada dokter untuk berhenti merawatnya. Jantungnya, yang berjuang keras untuk menjaga tubuhnya tetap hidup, akhirnya berhenti berdetak pada hari ke-59 perawatan di rumah sakit, tetapi ia berhasil diresusitasi tiga kali sesuai keinginan keluarganya.

    Siksaan itu baru berakhir pada tanggal 21 Desember, hari ke-83 perawatannya di rumah sakit, ketika ia meninggal karena gagal organ ganda.

    Beberapa bulan kemudian pada bulan April 2000, Shinohara, rekan teknisinya, juga meninggal karena gagal organ ganda pada usia 40 tahun. Yokokawa juga dirawat di rumah sakit tetapi dipulangkan setelah tiga bulan dengan hanya sedikit penyakit radiasi.

    (kna/kna)

  • Fakta tentang Wabah Sindrom GBS di India yang Picu Kelumpuhan

    Fakta tentang Wabah Sindrom GBS di India yang Picu Kelumpuhan

    Jakarta

    Bulan lalu, seorang guru di kota Pune, India barat, mengamati kekesalan anak laki-lakinya yang berusia enam tahun. Awalnya, dia mengira putranya stres karena pekerjaan rumah.

    “Saya menghapus kata-kata yang salah di buku tugasnya. Lalu saya minta anak saya menulis jawaban yang benar. Saya kira dia marah gara-gara ini dan itulah mengapa dia tidak memegang pensil dengan benar,” kata ibu itu kepada surat kabar Indian Express.

    Dia tidak menyangka kesulitan memegang pensil adalah tanda-tanda pertama dari Sindrom Guillain-Barre (GBS).

    Kelainan langka ini terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel-sel saraf sehingga menyebabkan kelemahan otot dan kelumpuhan.

    Beberapa hari kemudian, bocah laki-laki itu berada dalam perawatan intensif. Dia tidak dapat menggerakkan lengan atau kakinya.

    Kondisinya sempat memburuk sampai-sampai kehilangan kemampuan untuk menelan dan berbicara.

    Dia juga sempat membutuhkan bantuan ventilator untuk bernapas.

    Anak itu kini dalam masa pemulihan.

    Ini hanya satu dari sekitar 160 kasus GBS yang dilaporkan sejak awal Januari di Pune.

    Kota itu merupakan pusat pendidikan dan teknologi yang dikelilingi perindustrian dan pedesaan.

    Sejauh ini, diduga sudah ada lima kematian akibat GBS. Ketika berita ini diturunkan, 48 pasien berada dalam perawatan intensif. Menurut angka resmi, ada 21 pasien yang membutuhkan ventilator, sementaraa 38 lainnya sudah dipulangkan.

    GBS dimulai dengan rasa kesemutan atau mati rasa di bagian kaki dan tangan. Setelah itu, pasien akan mengalami kelemahan otot dan kesulitan menggerakkan sendi.

    BBC

    BBC News Indonesia hadir di WhatsApp.

    Jadilah yang pertama mendapatkan berita, investigasi dan liputan mendalam dari BBC News Indonesia, langsung di WhatsApp Anda.

    BBC

    Gejala kemudian memburuk selama dua hingga empat minggu, biasanya dimulai di lengan dan kaki.

    Tingkat kematian yang dilaporkan bervariasi antara 3% dan 13%, tergantung tingkat keparahan dan kualitas perawatan kesehatan.

    Wabah di Pune diduga berasal dari patogen yang disebut Campylobacter jejuni. Bakteri ini adalah penyebab utama infeksi bawaan makanan dan pendorong terbesar GBS di seluruh dunia.

    Hubungan antara patogen itu dan GBS awalnya ditemukan pada 1990-an di pedesaan China.

    Saat itu, Campylobacter jejuni umum ditemukan pada ayam. Wabah GBS terjadi setiap musim hujan saat anak-anak bermain di air yang terkontaminasi kotoran ayam atau bebek.

    Getty ImagesWabah di Pune diduga berasal dari patogen yang disebut campylobacter jejuni.

    Bukannya GBS tidak pernah terjadi di India.

    Dua ilmuwan bernama Monojit Debnath dan Madhu Nagappa, dari Institut Kesehatan Mental dan Ilmu Saraf Nasional (NIMHANS) yang berbasis di Bangalore, meneliti 150 pasien GBS selama periode lima tahun antara 2014 dan 2019.

    Temuan mereka menunjukkan 79% pasien memiliki bukti infeksi sebelumnya dan sepertiganya dinyatakan positif campylobacter.

    Infeksi ganda terjadi cukup sering yakni 65% yang menunjukkan interaksi kompleks antara bakteri dan virus.

    Baru-baru ini, wabah terkait patogen ini dilaporkan dari seluruh dunia.

    Dalam tujuh bulan pertama tahun 2023, Peru melaporkan lebih dari 200 kasus dugaan GBS yang menyebabkan setidaknya empat kematian.

    Laporan ini mendorong pemerintah untuk menyatakan darurat kesehatan nasional dan memperkuat langkah-langkah kesehatan masyarakat. Dua pertiga kasus terkait dengan campylobacter.

    Para ahli menyebut negara-negara dengan kebersihan yang baik lebih jarang melaporkan kasus GBS yang terkait dengan campylobacter dengan infeksi pernapasan sebagai kontributor utama.

    Namun, campylobacter bukanlah satu-satunya pemicu.

    Baca juga:

    Pada 2015, Brasil melaporkan kelompok kasus GBS yang terkait dengan virus Zika.

    Vaksin jarang memicu GBS, tetapi satu vaksin Covid dilaporkan terkait dengan beberapa ratus kasus GBS di Inggris pada tahun 2021.

    “Campylobacter bersifat endemik. Ratusan ribu kasus terjadi setiap saat, selalu ada di lingkungan,” kata Hugh Willison, profesor neurologi di University of Glasgow.

    Di sisi lain, para ilmuwan mengatakan sindrom GBS tidak berkembang dengan mudah.

    Terdapat strain spesifik campylobacter yang memiliki lapisan luar yang dilapisi gula.

    Pada kasus-kasus yang jarang terjadi, struktur molekulnya cocok dengan lapisan sel saraf manusia.

    Ketika sistem kekebalan pasien menyerang bakteri, saraf akhirnya juga bisa menjadi target. Proses yang disebut peniruan molekuler ini menyebabkan GBS.

    Hanya sebagian kecil strain campylobacter yang memiliki lapisan seperti saraf ini.

    “Di Pune, kemungkinan besar strain campylobacter dengan fitur molekuler ini sedang beredar, dan lonjakan infeksi dengan strain ini menyebabkan jumlah kasus GBS yang lebih tinggi,” kata Prof Willison.

    Getty ImagesPara ahli mengatakan sebagian besar kasus GBS di seluruh dunia berasal dari unggas yang kurang matang

    Sebagian besar ahli memperkirakan sekitar satu dari 100 strain campylobacter membawa risiko GBS. Satu dari 100 orang yang terinfeksi strain tersebut mengembangkan GBS.

    Jadi, risiko keseluruhannya kira-kira satu dari 10.000.

    Prof Willison menggambarkan ini sebagai “rolet Rusia imunologis” dan memicu “tsunami neurologis akut” yang menyerang sistem saraf.

    Serangan akan melemah dengan sendirinya setelah respons imun mereda. Akan tetapi, tubuh masih membutuhkan waktu, perawatan medis, dan dukungan untuk memperbaiki kerusakan.

    Permasalahannya adalah tidak ada obat untuk GBS.

    GBS terjadi ketika tubuh memproduksi antibodi terhadap campylobacter, yang kemudian menyerang saraf.

    Untuk menangani GBS, dokter menggunakan metode “pertukaran plasma” yakni menyaring darah untuk menghilangkan antibodi berbahaya.

    Baca juga:

    Selain itu, dokter juga menggunakan imunoglobulin intravena (IVIG) alias antibodi terapeutik yang berasal dari darah normal, untuk membantu mengurangi tingkat keparahan penyakit.

    Tantangan lainnya adalah tidak ada tes tunggal untuk mendiagnosis GBS.

    Para dokter mengatakan diagnosis GBS terutama didasarkan pada fitur klinis. Gejala GBS hadir dalam bentuk kelumpuhan yang juga dapat disebabkan polio, virus, atau penyakit neurologis langka.

    “Diagnosis GBS merupakan konstelasi fitur klinis. Sangat mungkin terjadi salah diagnosis, tidak ada diagnosis, atau diagnosis terlambat,” kata Prof Willison.

    Sistem kesehatan masyarakat India yang tidak merata juga menjadi tantangan. Dokter-dokter di pedesaan mungkin kesulitan mendiagnosis GBS.

    Tim Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) yang berada di Pune telah bekerja sama dengan petugas kesehatan federal dan negara bagian India untuk melacak, menguji, dan memantau kasus, serta menganalisis tren demi menemukan pengobatan yang efektif.

    Pihak berwenang mengatakan telah memantau lebih dari 60.000 rumah. Mereka mengambil 160 sampel air untuk pengujian, dan meminta masyarakat untuk minum air rebusan dan makan makanan segar serta bersih.

    Masyarakat juga diminta untuk tidak mengonsumsi “makanan basi dan ayam atau daging kambing yang dimasak setengah matang”.

    Para ahli mengatakan sebagian besar kasus GBS di seluruh dunia berasal dari unggas yang kurang matang. Namun, penyakit ini juga dapat menyebar melalui air, seperti halnya kolera atau salmonella.

    Air yang terkontaminasi dan digunakan untuk mencuci atau menyiapkan jajanan kaki lima memudahkan penyebaran bakteri.

    Fenomena ini jelas-jelas terjadi di Pune: strain campylobacter dengan fitur molekuler khas sedang beredar dan berdampak ke banyak orang.

    Belum dapat dipastikan apakah wabah ini disebabkan oleh kontaminasi skala besar pasokan air atau konsumsi unggas yang terinfeksi.

    “Kami mengimbau masyarakat untuk tidak panik,” ujar departemen kesehatan.

    Di tengah ketidakpastian, imbauan lebih mudah diucapkan ketimbang dilakukan.

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Usulkan Polisi Teladan di sekitarmu