Produk: ventilator

  • Kronologi Wanita Surabaya Idap Diabetes di Usia 29 Tahun, Sempat Koma 12 Hari

    Kronologi Wanita Surabaya Idap Diabetes di Usia 29 Tahun, Sempat Koma 12 Hari

    Jakarta

    Lilla Syifa (29) perempuan asal Surabaya, Jawa Timur didiagnosis mengidap diabetes tipe 1,5 atau atau LADA (Latent Autoimmune Diabetes in Adults). Menurut dokter yang menanganinya, penyakit ini ‘datang’ karena gaya hidupnya yang tidak sehat.

    Perempuan yang akrab dipanggil Cipa tersebut bercerita bahwa dirinya suka sekali mengonsumsi makanan dan minuman manis setiap harinya seperti jajanan viral, matcha, dan sebagainya. Ditambah, ia juga termasuk orang yang jarang olahraga dan memiliki pola tidur yang buruk alias suka begadang.

    Pada saat pemeriksaan ke dokter, gula darah yang ditunjukkan adalah 356 mg/dl yang artinya ini sangat tidak normal dan merupakan kondisi hiperglikemia parah, yang mengindikasikan kemungkinan besar diabetes.

    Sementara, pemeriksaan HbA1c milik Cipa adalah 11,5 persen. Dikutip dari laman Kemenkes, jumlah HbA1c normal adalah di bawah 5,7 persen.

    Berawal dari Gejala Tidak Jelas

    Menurut Cipa, sebelum dirinya mengetahui adaya kondisi diabetes, ada beberapa gejala yang sebelumnya muncul di bulan Mei atau Juni 2025.

    Sayangnya, tanda-tanda ini dianggap Cipa ‘tidak jelas’. Butuh waktu cukup lama baginya untuk menyadari bahwa ada masalah gula di dalam tubuhnya.

    Salah satu gejala yang dirasakan Cipa adalah kram kaki yang baginya dianggap sebagai dampak dari hal lain, seperti efek dari lelah menggunakan sepatu hak tinggi.

    “Sekitar Mei atau Juni 2025, aku tuh sering kram kaki kayak di betis atau kayak di jari kaki yang tiba-tiba kayak melengkung gitu. Aku pertama nggak nyadar, mungkin karena sepatu nggak enak karena pakai heels terus ya,” kata Cipa kepada detikcom, Jumat (19/12/2025).

    Gejala lain yang dirasakannya adalah rasa haus ekstrem (polidipsia). Padahal, Cipa mengaku sudah minum cukup banyak air.

    “Aku gampang banget haus padahal minumku banyak banget. Bahkan bibir itu sampai bener-bener kering. Keringnya sampai orang-orang notice ya, sampai ngelopek semua,” katanya.

    “Jadi sempet naik ojol, lagi macet-macetan dan air yang aku bawa itu habis. Bener-bener yang kelabakan cari air. Haus banget, dahaga kayak di padang gurun,” sambungnya.

    Tanda-tanda lain yang muncul pada kondisi Cipa adalah poliuria atau sering kencing. Disebabkan oleh kadar gula tinggi membuat ginjal bekerja ekstra menyaring dan membuang glukosa berlebih melalui urine, yang menarik banyak cairan tubuh sehingga volume urine meningkat drastis.

    “Sehari tuh banyak banget deh. Kayak 10 menit udah pipis lagi. Nah dari situ aku mulai nyadarnya. Kepala juga kayak keliyengan gitu, pusing banget, lemas, lunglai,” katanya.

    Faktor Pemicu Diabetes LADA

    Cipa ini bercerita bahwa diabetes yang diidapnya salah satu faktornya berawal dari dirinya yang suka sekali makan jajanan manis viral. Menurutnya, ini adalah bentuk ‘pelarian’ dari stres akibat pekerjaan.

    “Aku tuh sering banget makan dessert. Jadi aku nyarinya yang manis, yang makanan-makanan viral, yang rame-rame gitu. Entah itu brownies, donat, matcha gitu-gitu,” katanya.

    “Aku tuh bisa dibilang 3 kali sehari bisa kali ya. Kayak sering banget, hampir setiap hari. Dan puncaknya itu di setahunan kemarin, 2024 sampai 2025 ini,” sambungnya.

    Selain itu, pola tidur yang buruk juga dianggapnya menjadi salah satu faktor dari diabetes tersebut.

    “Karena aku kerja, sering banget lembur kayak baru pulang itu jam 11 malam dan pasti pulang kerja nggak mungkin langsung tidur kan ya,” katanya.

    “Nah itu terjadi setiap hari. Hampir setiap hari aku tidurnya. di atas jam 2 atau 3 pagi. Dan aku jam 8 pagi udah kerja lagi,” sambungnya.

    Cipa mengakui bahwa sebelumnya dirinya termasuk orang yang jarang sekali berolahraga. Kalaupun ada olahraga, ia hanya melakukan sesi kardio ringan, seperti lari dan tenis.

    “Dan itu pun cuman seminggu sekali. Jadi gula yang aku makan tidak punya tempat ‘persembunyian’ yaitu otot. Aku nggak punya massa otot kan, karena nggak pernah angkat beban,” katanya.

    Sempat Nge-drop hingga Koma

    Diabetes yang diidap Cipa membuatnya harus mendapatkan perawatan intensif dari dokter.

    “Sekitar tanggal 17 Agustus malam, aku hilang kesadaran kurang lebih 12 hari kalau nggak salah. Akhirnya aku masuk ICU, sampai infus aku ditaruh ke leher. Aku akhirnya pasang ventilator,” katanya.

    “Kayak makan aku dari hidung, pokoknya semua aku pasang alat,” sambungnya.

    Saat itu, dokter juga menyuruh untuk Cipa melakukan cuci darah (hemodialisis) karena fungsi ginjalnya yang hanya 10 persen dan fungsi pankreas juga menurun.

    Namun, cuci darah itu tidak dilakukan. Hal ini karena fungsi ginjalnya perlahan mulai membaik dari waktu ke waktu.

    “Udah keracunan gula gitu ya. Waktu itu dokter bilang aku ada kemungkinan hilang ingatan, kemungkinan hilang kemampuan motorik,” katanya.

    “Karena bener-bener, itu kan udah komplikasi ya bukan sekadar nurunin makan gula doang, udah kena ke organ-organ lainnya. Gulanya merusak organ lainnya,” sambungnya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Kenali Tanda-tanda Gejala Diabetes di Pagi Hari”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/up)

  • Leonardo DiCaprio Dikabarkan Idap Pneumonia, Inikah Penyebabnya?

    Leonardo DiCaprio Dikabarkan Idap Pneumonia, Inikah Penyebabnya?

    Jakarta

    Baru-baru ini terungkap sebuah kabar mengejutkan aktor papan atas Leonardo DiCaprio mengidap pneumonia. Aktor itu mengaku berada di masa pemulihan akibat infeksi paru-paru yang mematikan itu, ketika menjalani promosi film terbarunya.

    Menurut laporan Time Magazine, DiCaprio mengungkapkan hal itu dalam sebuah wawancara pada Oktober. Aktor yang dikenal sangat menjaga privasinya itu tak membagikan detail tentang kapan dan bagaimana ia mulai sakit, atau jenis pneumonia yang dialami.

    Ia lebih memilih membahas proses syuting film yang dibintanginya, ‘One Battle After Another’ yang mendapat pujian, serta membahas kecintaannya terkait konservasi alam.

    DiCaprio juga menceritakan lawan mainnya di film Marvin’s Room, Diane Keaton, meninggal dunia karena pneumonia pada bulan yang sama ketika wawancara. Aktris tersebut meninggal di usia 79 tahun.

    “Dia punya tawa yang luar biasa. Menggema di seluruh set, dan membuatmu merasa seperti orang paling lucu di dunia. Tertawa lepas. Aku tak akan pernah melupakannya. Aku hidup setiap hari di set hanya untuk membuatnya tertawa, karena tawanya menular sekali. Dia luar biasa,” cerita DiCaprio pada Time Magazine.

    Pneumonia adalah jenis infeksi paru yang menyerang kantung udara kecil di paru-paru dan membuat pengidapnya sulit bernapas. Dalam kasus ekstrem bisa batuk darah atau bahkan harus memakai ventilator untuk bertahan hidup.

    Ada banyak jenis pneumonia, misalnya infeksi bakteri, virus, atau jamur. Penyebab paling umum disebabkan bakteri streptococcus pneumoniae. Tingkat keparahannya bervariasi dari ringan hingga berat.

    “Pneumonia pada dasarnya adalah infeksi paru. Bisa disebabkan oleh tuberculosis, atau kejadian hampir tenggelam. Ada juga pneumonia aspirasi, ketika seseorang muntah dan muntahannya masuk ke mulut lalu terhirup ke paru,” Profesor Paul Hunter dari Norwich Medical School dikutip dari Daily Mail, Rabu (10/12/2025).

    “Orang dengan HIV atau imunitas yang sangat lemah juga bisa terkena Pneumocystis pneumonia, yang disebabkan oleh infeksi jamur,” sambungnya.

    Dikutip dari Cleveland Clinic, berikut ini sederet gejala pneumonia:

    Demam tinggi hingga 40,55 derajat celsius.Batuk dengan dahak kuning, hijau, atau berdarah.Rasa penuh atau nyeri di dada.Kelelahan.Napas cepat.Sesak napas.Detak jantung cepat.Berkeringat atau menggigil.Nyeri dada dan/atau perut, terutama saat batuk atau bernapas dalam.Hilang nafsu makan.Kulit, bibir, atau kuku kebiruan (sianosis).Kebingungan atau perubahan kesadaran.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/kna)

  • Perjuangan Ibunda Raisa Lawan Kanker Paru Stadium 4 sebelum Tutup Usia

    Perjuangan Ibunda Raisa Lawan Kanker Paru Stadium 4 sebelum Tutup Usia

    Jakarta

    Penyanyi Raisa Andriana tengah berduka. Sang ibu meninggal dunia karena kanker paru yang diidap sejak tahun lalu.

    Kabar meninggalnya ibunda Raisa, Ria Mariaty disampaikan oleh kakak laki-laki Raisa, Rinaldi Nur Pratama melalui Instagram pribadinya.

    “Dengan penuh duka cita, kami ingin menyampaikan bahwa Ibu/almarhumah Ria Mariaty Binti Rachmat Ardiwinangoen telah berpulang ke Rahmatullah pada Hari ini pukul 07.19 WIB di RS Dharmais,” tulisnya, dilihat detikcom, Sabtu (29/11/2025).

    “Kami memohon doa dari keluarga, sahabat, kerabat, dan semua yang mengenal beliau agar Allah SWT menerima amal ibadah almarhumah. Mengampuni segala dosa dan kekhilafan, melapangkan kuburnya serta menempatkan di tempat terbaik di sisi-NYA,” sambungnya.

    Diagnosa TBC

    Ibunda Raisa diketahui telah didiagosis kanker sejak Desember 2024. Namun, pada awalnya dirinya didiagnosis TBC dan sepeta dirawat di rmah sakot selama dua pekan,

    “Ibu sudah batuk selama sebulan, jadi memeriksakan diri ke dokter penyakit dalam dan dokter spesialis paru. Dia didiagnosis tuberkulosis (TB/TBC, yang lebih dikenal di Indonesia) dan harus dirawat di rumah sakit selama 2 minggu,” tulis Rinaldi pada 29 Januari 2025, dikutip detikHealth dari Instagram Rinaldi Nur Pratama pada Sabtu (29/11/2025).

    Setelah tiga hari, ibunda harus dirawat lagi di rumah sakit, sebab mengalami efek samping dari obat TBC.

    Diagnosa Kanker Paru

    Dokter melakukan pemindaian PET untuk memeriksa kanker. Hasilnya menunjukkan ibunda Raisa mengidap kanker paru stadiu 4 dan sudah menyebar ke beberapa tulang.

    “Kabarnya sangat menghancurkan. Terlebih ibu sudah pernah menjalani skrining kanker lengkap di Mei 2024 tapi tak ada yang terlihat satu pun,” tulis Rinaldi di IG story miliknya beberapa waktu lalu.

    Kondisi ibunda sempat membaik. Banyak perkembangan yang dialami setelah menjalani kemoterapi.

    “Semenjak terakhir kali Chemotherapy 29 April 2025 banyak sekali perkembangan Ibu, dilanjutkan dengan Imunoterapi 11 kali. Pada 11 September Ibu di check Pet Scan, Alhamdulillah hasilnya sangat positif, banyak kanker tidak aktif lagi, hanya sisa sedikit yang masih hidup,” kata Rinaldi Nurpratama dalam Instagram miliknya.

    Kendati demikian, beberapa hari kemudian sang bu merasa sesak napas. Rindaldi menuturkan memang ibunya memiliki penyaki asma.

    “Beberapa hari setelah itu Ibu mulai merasa sesak (memang punya asma), lalu tanggal 18 September kami antar untuk Imunoterapi ke-12 dengan keadaan sesak. Hasil darah menunjukkan banyak yg harus dikoreksi, dokter sarankan rawat inap. Setelah 5 hari tidak ada peningkatan, tanggal 22 September Ibu masuk HCU,” katanya.

    Namun, sesaknya semakin parah setelah tiga hai kemudian. Hal ini membuat dokr memutuskan untuk memasang ventilato untuk membantu pernapasan.

    “Selama 3 hari sesak makin parah, kecemasan memperburuk, tanggal 24 September dokter putuskan pasang Ventilator agar pernafasannya dibantu,” tulisnya.

    “Setelah itu dilakukan Bronkoskopi, ditemukan saluran udara hampir tertutup oleh sel kanker aktif. Dokter langsung lakukan Cryosurgery, Ibu dipindahkan ke RS Dharmais 25 September, Alhamdulillah berhasil, jalur nafas dibersihkan. Namun Ibu tetap harus Radioterapi agar tidak tumbuh lagi,” lanjutnya.

    Mengenal Kanker Paru

    Kanker paru disebabkan oleh sel-sel yang terus membelah, padahal seharusnya tidak. Dikutip dari laman Cleveland Clinic, meski pembelahan sel adalah pross yang normal, semua sel mempunyai ‘built-in off switch’ atau sakelar bawaan yang mencegah mereka membelah menjadi sel baru (penuaan) atau menyebabkan mereka mati (apoptosis) bila diperlukan.

    Adapun beberapa faktor yang meningkatkan risiko kanker paru di antaranya, merokok, riwayat keluaga terkait kanker paru, serta pernah menjalani perawatan radiasi pada dada.

    Dikutip dari Healthline. pada stadium 4, kanker sudah menyeba ke kedua paru-paru, area sekitar paru-paru, atau organ lainnya. Beberapa gejalanya mungkin meliputi:

    KelelahanBatuk terus menerusInfeksi dada berulangPembengkakan kelenjar getah beningKesulitan bernapasPenurunan berat badan tiba-tibaBatuk darahNafsu makan berubahNyeri sendi atau pembengkakanNyeri tulang jika kanker sudah menyebar ke tulangSakit kepalaMasalah penglihatanMual, kembung, atau penyakit kuning jika kanker menyerang hati

    Halaman 2 dari 3

    (elk/kna)

  • Perjalanan Ibunda Raisa Berjuang Lawan Kanker Paru Stadium 4 sebelum Meninggal

    Perjalanan Ibunda Raisa Berjuang Lawan Kanker Paru Stadium 4 sebelum Meninggal

    Jakarta

    Penyanyi Raisa berduka. Ibundanya, Ria Mariaty meninggal dunia. Kabar duka ini disampaikan oleh Rinaldi Nurpratama, kakak dari perempuan yang akrab disapa Yaya tersebut melalui Instagram story.

    “Dengan penuh duka cita, kami ingin menyampaikan bahwa Ibu/almarhumah Ria Mariaty Binti Rachmat Ardiwinangoen telah berpulang ke Rahmatullah pada Hari ini pukul 07.19 WIB di RS Dharmais,” tulisnya dilihat detikcom, Sabtu (29/11/2025).

    “Kami memohon doa dari keluarga, sahabat, kerabat, dan semua yang mengenal beliau agar Allah SWT menerima amal ibadah almarhumah. Mengampuni segala dosa dan kekhilafan, melapangkan kuburnya serta menempatkan di tempat terbaik di sisi-NYA,” sambungnya.

    Sebelumnya, Ria Mariaty, memang menjalani perawatan di rumah sakit atas kanker paru yang diidapnya. Penyakit itu berawal dari batuk yang tak kunjung membaik.

    Perjalanan Ria Mariaty Berjuang Melawan Kanker

    Rinaldi, sebelumnya bercerita bahwa ibunya didiagnosis kanker sejak Desember 2024.

    “Kabarnya sangat menghancurkan. Terlebih ibu sudah pernah menjalani skrining kanker lengkap di Mei 2024 tapi tak ada yang terlihat satu pun,” tulis Rinaldi di IG story miliknya beberapa waktu lalu.

    Penyakitnya bermula dari Oktober 2024. Kala itu ibunya mengalami batuk lama yang tak reda selama sebulan sehingga dia memutuskan ke dokter.

    Awalnya Ria Mariaty didiagnosis TBC dan sempat dirawat di rumah sakit selama dua pekan. Setelah pulang dari rumah sakit, ibunya menjalani pengobatan TBC namun kesulitan dengan efek sampingnya.

    “Tiga hari setelahnya, ibu kembali dirawat di rumah sakit,” ungkap Rinaldi.

    Di pemeriksaan yang kedua, dokter memutuskan untuk melakukan PET Scan untuk mendeteksi kemungkinan risiko kanker. Hasilnya keluar setelah beberapa hari dan menunjukkan bahwa ibunya mengidap kanker paru stadium 4.

    “Ibu mengidap kanker paru stadium 4 yang sudah menyebar ke beberapa tulangnya,” beber Rinaldi lagi.

    Kondisi Ibunda Sempat Membaik

    Dalam unggahan Rinaldi, dirinya menuliskan bahwa sebenarnya kondisi dari ibunya sempat membaik. Banyak perkembangan yang dialami setelah kemoterapi.

    “Semenjak terakhir kali Chemotherapy 29 April 2025 banyak sekali perkembangan Ibu, dilanjutkan dengan Imunoterapi 11 kali. Pada 11 September Ibu di check Pet Scan, Alhamdulillah hasilnya sangat positif, banyak kanker tidak aktif lagi, hanya sisa sedikit yang masih hidup,” buka Rinaldi Nurpratama dalam Instagram miliknya.

    Tapi beberapa setelahnya, sang ibunda merasakan sesak napas. Rinaldi Nurpratama menuturkan ibundanya memang memiliki penyakit asma.

    “Beberapa hari setelah itu Ibu mulai merasa sesak (memang punya asma), lalu tanggal 18 September kami antar untuk Imunoterapi ke-12 dengan keadaan sesak. Hasil darah menunjukkan banyak yg harus dikoreksi, dokter sarankan rawat inap. Setelah 5 hari tidak ada peningkatan, tanggal 22 September Ibu masuk HCU,” katanya.

    Tapi ternyata setelah tiga hari kemudian, sesak tersebut makin parah. Akhirnya dokter memutuskan memasang ventilator agar membantu pernapasan.

    “Selama 3 hari sesak makin parah, kecemasan memperburuk, tanggal 24 September dokter putuskan pasang Ventilator agar pernafasannya dibantu,” tulisnya.

    “Setelah itu dilakukan Bronkoskopi, ditemukan saluran udara hampir tertutup oleh sel kanker aktif. Dokter langsung lakukan Cryosurgery, Ibu dipindahkan ke RS Dharmais 25 September, Alhamdulillah berhasil, jalur nafas dibersihkan. Namun Ibu tetap harus Radioterapi agar tidak tumbuh lagi,” lanjutnya.

    Halaman 2 dari 3

    Simak Video “Video: Asbes, Material Murah yang Mengancam Kesehatan Paru-paru”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/kna)

  • Peneliti AS Semakin Dekat Wujudkan Transplantasi Ginjal Babi untuk Manusia

    Peneliti AS Semakin Dekat Wujudkan Transplantasi Ginjal Babi untuk Manusia

    Jakarta

    Para dokter di NYU Langone Health melaporkan dua studi baru yang menunjukkan kemajuan besar dalam upaya membuat transplantasi ginjal babi menjadi opsi nyata bagi pasien manusia.

    Upaya ini penting karena kebutuhan donor ginjal terus meningkat, sementara ketersediaannya tidak mencukupi. Dialisis memang bisa memperpanjang hidup pasien gagal ginjal stadium akhir, tetapi umumnya hanya bertahan sekitar lima tahun dan membebani tubuh.

    Xenotransplantasi, transplantasi organ lintas spesies, menghadapi tantangan utama: penolakan organ oleh sistem imun manusia. Dua studi yang diterbitkan di jurnal Nature memberikan pemahaman baru tentang bagaimana mencegah tubuh menyerang ginjal babi.

    Uji coba terbaru

    Diberitakan BBC, dalam riset tersebut, dokter NYU melakukan transplantasi ginjal babi yang telah dimodifikasi secara genetik ke tubuh seorang donor otak mati, Maurice Miller, 57 tahun.

    Miller sebelumnya ingin menyumbangkan organ, namun tidak bisa karena riwayat kanker; keluarganya akhirnya menyetujui donasi seluruh tubuh untuk riset.

    Pencarian Obat Imunosupresif

    Selama 61 hari, tubuh Miller dipertahankan dengan ventilator. Tim mengambil biopsi ginjal secara berkala dan memantau darah serta jaringan lainnya. Dua kali terjadi episode penolakan, namun untuk pertama kalinya dalam sejarah xenotransplantasi, penolakan berhasil dikendalikan dengan obat yang tersedia, dan ginjal tetap berfungsi.

    Menurut peneliti utama Dr Robert Montgomery, temuan ini memperjelas jenis obat imunosupresif yang paling efektif untuk penerima organ babi di masa mendatang. Ia mengatakan ginjal babi menunjukkan kemampuan fungsi yang sangat mendekati ginjal manusia.

    “Ini adalah pertama kalinya kita benar-benar bisa memahami episode penolakan ginjal babi dari awal sampai akhir pada tubuh manusia,” kata Montgomery.

    Temuan ini menjadi langkah penting setelah berbagai kemajuan tahun ini, termasuk kasus pasien hidup, Tim Andrews, yang berhasil menggunakan ginjal babi selama 271 hari sebelum akhirnya harus dilepas.

    Ahli transplantasi ginjal Dr Minnie Sarwal (UCSF), yang tidak terlibat dalam studi, menyebut fungsi ginjal stabil selama 61 hari sebagai bukti konsep yang kuat bahwa ginjal babi rekayasa genetika bisa bekerja dalam sirkulasi manusia, dan bahwa respons penolakan bisa ditangani dengan terapi yang sudah ada.

    “Bagian itu memang bukan terobosan, tapi saya rasa sangat melegakan bahwa perawatan kami saat ini berhasil dalam model itu, yang memang kami harapkan, tetapi konfirmasinya sangat menggembirakan,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 3

    (kna/kna)

  • Harapan Korban Ledakan SMAN 72 dalam Secarik Surat Tulis Tangan

    Harapan Korban Ledakan SMAN 72 dalam Secarik Surat Tulis Tangan

    Jakarta

    Sejumlah korban ledakan di SMAN 72, Jakarta Utara masih menjalani perawatan di rumah sakit. Salah satu korban berpesan dalam secarik kertas agar kasus ledakan diusut sampai tuntas.

    Pesan itu dituliskan oleh satu satu ayah dari korban ledakan bernama Lukman Hafiz (16). Kondisinya saat ini belum bisa berbicara karena dipasang ventilator.

    Andri, ayah korban bahkan menyampaikan, putranya hari ini menjalani operasi kedua. Pesan yang dituliskan Lukman kepada ayahnya adalah ‘Tolong, Ma, Ayah. Ini harus diusut’.

    Andri menunjukkan pesan itu kepada wartawan, Selasa (11/11/2025), di sela menemani Lukman di RS Islam Cempaka Putih, Jakarta Pusat. Andri menerangkan maksud pesan anaknya yakni meminta pertolongan Polisi agar kasus ledakan diusut secara terbuka.

    “Semua seluruh pihak kepolisian. Mau Polres, mau Kapolda, mau Kapolri. Saya minta diusut karena itu permintaan dari anak saya,” jelasnya.

    Menurut Andri, pengusutan kasus ini akan memberi harapan dan semangat kepada anaknya yang masih terbaring di rumah sakit. Dia ingin pelaku agar bisa diketahui segera.

    “Perlu orang tua korban ini tahu biar saya sampaikan ke anaknya, biar dia lebih semangat lagi buat sembuh. Jadi jangan gak usah ditutupi. Kalau bisa terbuka lah. Sampai sekarang pelakunya juga gak tahu ke mana lah, apa dia di sini, apa dia masih hidup apa gimana,” katanya.

    Lukman Alami Luka Bakar 40 Persen

    Andri bercerita Lukman berada dekat dengan pusat ledakan. Ledakan membuat wajah dan sebagian badan putranya terbakar.

    “Kata dokter bilang, dari keseluruhan tubuh itu berapa persen ya. Cuma kalau saya lihat ada sekitar 30-40 persen ada. Jadi di bagian sebelah kiri itu kena semua dari kepala sini sampai kaki sini. Pokoknya bagian kiri itu semuanya kena,” kata Andri.

    Andri mengatakan luka bakar yang dialami Lukman sangat serius karena sampai membuat otot dan tulang kakinya terlihat. Lukman kini sudah dalam keadaan sadar.

    “Ini operasi yang kedua hari ini. Insyaallah operasinya jam 4 kata dokter janjiannya. Yang pertama sekali hari ini operasinya bagian yang dibahas itu bagian kulitnya dulu yang luka kulit, karena luka bakar di kulit. Cuman kata dokter luka bakarnya itu parah banget,” ungkapnya.

    Andri kemudian menceritakan reaksinya ketika menerima informasi anaknya menjadi korban ledakan. Dia tidak mengira ledakan itu dipicu oleh bom.

    “Saya tidak ada perasaan apa-apa. Maksudnya kaget atau apa. Karena kan dia bilang itu cuma ada ledakan doang. Katanya di sekolah itu ada ledakan. Saya juga nggak tahu. Kayak itu ternyata nyampai di sini itu bom,” kata dia.

    Andri seketika kaget dan panik mendengar hal tersebut. “Posisi ya itu dekat bomnya, bomnya di sini. Sebelah sini (menunjuk kiri belakang). Pokoknya di samping belakang sedikit, sebelah kiri bomnya,” katanya.

    Satu Korban Jalani Cangkok Kulit

    Direktur Utama RS Islam Cempaka Putih Pradono Hangdojo menyampaikan masih ada 11 korban ledakan yang masih dirawat. Dia mengatakan salah satu korban masih berada di ICU dan akan menjalani cangkok kulit atau skin grafting akibat luka bakar parah.

    “Adapun yang di ICU kondisinya memang masih cukup parah dan serius, jadi belum bisa pindah ke ruang anak biasa. Saat ini penanganannya dilakukan secara multidisipliner, ini meliputi dokter anestesi konsultan intensive care,” kata Pradono.

    Dia mengatakan korban yang dirawat intensif dipantau langsung oleh enam dokter spesialis, yaitu bedah ortopedi, bedah plastik, paru, mata, THT, dan bedah mulut. Korban juga dipantau spesialis penunjang seperti radiologi, patologi, mikrobiologi, dan rehab medik.

    “Kondisinya saat ini sudah bisa merespons dan sedang dilakukan tindakan-tindakan termasuk rencana untuk kemungkinan dilakukan skin grafting ya untuk luka bakar yang terjadi pada bagian muka dan bagian yang lainnya,” jelasnya.

    Pradono menerangkan korban luka bakar grade 3 tidak bisa dipulihkan secara alami. Dia menyebut korban akan dibantu dengan tindakan medis untuk mengembalikan kulitnya.

    “Kalau dibiarkan untuk sembuh secara alami, biasanya tidak bisa dan terjadi namanya sebuah scar tissue ya atau cicatrix, dan itu bisa menimbulkan bukan hanya masalah kosmetik, tapi juga masalah fisiologi dan biasanya dilakukan skin grafting atau tandur kulit, diambil dari tempat yang lain dan kemudian dipindahkan,” ujarnya.

    Pradono menyebut korban yang mengalami trauma pendengaran akibat ledakan juga bertambah. Dokter akan mengecek langsung kondisi korban.

    “Saya ingin merevisi ini karena sebelumnya dikatakan masalah gangguan pendengaran sekitar 75 persen tapi ternyata lebih dari 90 persen ada gangguan pada pendengaran karena trauma akustik ya, akibat suara yang dahsyat yang keluar dari sana,” katanya.

    “Sekarang sedang dilakukan pemeriksaan yang menyeluruh termasuk di situ adalah pemeriksaan audiometri kemudian juga pemeriksaan endoskopi telinga dan untuk dilakukan foto ya, bagaimana kondisi perforasi atau bolong pada gendang telinga,” jelas dia.

    Pradono menyebut dokter masih memeriksa berapa korban yang mengalami gangguan gendang telinga. Dia menyebut tindakan medis akan disesuaikan dengan kondisi yang dialami korban.

    “Biasanya, kalau di bawah 50 persen, dalam 2 minggu itu biasanya bisa mengecil atau menutup secara alamiah. Namun, kalau sudah 100 persen, biasanya susah. Nah, ini yang sedang kita lakukan asesmen,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 3

    (idn/idn)

  • Bak Mukjizat, Kepala Balita Terpisah dari Tulang Belakang Bisa Disambung Lagi

    Bak Mukjizat, Kepala Balita Terpisah dari Tulang Belakang Bisa Disambung Lagi

    Jakarta

    Bak mukjizat, peristiwa yang terjadi pada bocah berusia dua tahun bernama Oliver Staub tampak sulit dipercaya. Pasalnya, ia mengalami cedera fatal pasca ditabrak truk besar yang menyebabkan kepalanya terpisah dari tulang belakang.

    Dokter sempat menjelaskan kondisi Staub pasca kecelakaan bahkan hanya bisa bertahan beberapa hari. Namun, seperti keajaiban, Oliver berhasil selamat melalui operasi yang dilakukan University Chicago Medicine.

    Ketua Bedah Saraf di University of Chicago Medicine dr Mohamad Bydon menyebut anggota tubuh anak tersebut kini bahkan sudah bisa kembali bergerak. Kondisi yang jelas jauh berbeda pasca kecelakaan.

    Ayahnya, Stefan, menceritakan kilas balik seburuk apa kondisi yang dialami anaknya. Oliver kala itu ditemukan tak bernapas di kursi belakang dengan posisi kepala sangat tak wajar.

    “Saya yakin dia sudah meninggal,” kenang Stefan, dikutip dari cerita di YouTube The Staub Family, Rabu (28/10/2025).

    Bibi Oliver yang berada di mobil belakang langsung memberikan CPR dan membawanya ke rumah sakit. Di rumah sakit Meksiko City, dokter menyampaikan kabar pahit.

    “Kami menangis dan berpelukan. Kami bahkan sudah membicarakan soal pemakamannya,” kata bibi Oliver, Laura.

    Ketika rumah sakit menanyakan apakah mereka ingin mendonorkan organ Oliver, Laura menjawab tanpa ragu.

    “Oliver adalah anak paling ceria di dunia. Kami tahu, jika dia bisa membantu orang lain, dia pasti akan senang.”

    Kondisi Membaik

    Kondisi Oliver tiba-tiba membaik setelah 39 hari dirawat. Anak itu mulai menunjukkan tanda kesadaran setelah dinyatakan lumpuh total. Ia kemudian diperbolehkan pulang dengan penyangga leher dan selang pernapasan.

    “Dokter di Meksiko tampaknya sudah kehilangan harapan. Namun berkat ketelatenan orang tuanya, nyawa Oliver tetap bertahan,” beber dr Bydon yang sukses melakukan operasi.

    dr Bydon, dikenal dengan penelitian tentang pengobatan cedera tulang belakang menggunakan stem cell.

    Pada 11 Juli, tim dokter yang dipimpin dr Bydon melakukan dua tahap operasi besar, menyambungkan kembali tengkorak Oliver dengan tulang belakang, serta merekonstruksi lapisan saraf tulang belakangnya. Operasi ini sangat berisiko karena pada anak sekecil Oliver, sedikit saja kehilangan darah bisa berakibat fatal.

    Beberapa hari pascaoperasi, keajaiban itulah terjadi.

    “Dia mulai menggerakkan tangan kanannya. Awalnya kami pikir itu hanya refleks. Tapi lalu dia mulai menggenggam jari orang tuanya. Lalu jari-jari lain, kaki, dan bahkan bisa bernapas tanpa ventilator untuk beberapa waktu,” jelas dr Bydon.

    Ia bahkan menyebut pemulihan ini sebagai keajaiban medis.

    “Biasanya, kami hanya berharap pasien bisa menstabilkan lehernya. Tapi Oliver tidak hanya itu, dia bisa menggerakkan tubuhnya dan mulai merasakan ketika harus buang air kecil. Ini belum pernah terjadi sebelumnya,” ujarnya.

    Halaman 2 dari 3

    (naf/kna)

  • Purbaya Beri Suntikan Rp20 Triliun untuk BPJS Disertai Warning Perbaiki Sistem Klaim

    Purbaya Beri Suntikan Rp20 Triliun untuk BPJS Disertai Warning Perbaiki Sistem Klaim

    GELORA.CO -Menteri Keuangan (Menkeu) Purbaya Yudhi Sadewa telah mengambil langkah sigap dengan mengalokasikan dana jumbo sebesar Rp 20 triliun untuk melunasi tunggakan iuran Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. 

    Ia mengatakan, anggaran tersebut sudah masuk dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) 2026 seperti yang pernah dijanjikan Presiden Prabowo Subianto.

    Meski telah menjamin ketersediaan dana, Purbaya berharap hal ini tidak berhenti pada penyelesaian utang saja. Ia secara tegas menuntut adanya reformasi fundamental dalam tata kelola BPJS Kesehatan agar kebocoran anggaran dapat dicegah.

    Purbaya juga menyoroti aturan-aturan lama yang dianggap tidak lagi relevan, khususnya pasca-pandemi Covid-19. Ia mencontohkan kebijakan Kementerian Kesehatan yang mewajibkan rumah sakit menyediakan 10 persen ventilator.

    “Karena rumah sakit sudah telanjur membeli, akhirnya setiap pasien diarahkan ke alat itu, yang otomatis membuat tagihan ke BPJS membengkak,” kritik Purbaya. Ia lantas meminta BPJS Kesehatan untuk mengevaluasi dan membatasi pembelian alat kesehatan yang tidak esensial. Namun, ia menekankan bahwa revisi kebijakan medis ini harus melibatkan pakar kesehatan agar kualitas layanan tetap terjaga.

    Selain tata kelola, perhatian Menkeu juga tertuju pada optimalisasi sistem Teknologi Informasi (TI) di BPJS Kesehatan. Purbaya terkejut mengetahui BPJS memiliki sekitar 200 tenaga TI.

    “Itu sudah seukuran perusahaan komputer besar. Saya instruksikan agar mereka mengintegrasikan seluruh sistem TI di Indonesia dan mulai menggunakan Artificial Intelligence (AI),” tegasnya.

    Purbaya meyakini integrasi sistem dan pemanfaatan AI akan menjadi alat deteksi dini yang sangat efektif untuk mengurai permasalahan layanan, termasuk mendeteksi klaim-klaim yang mencurigakan atau bermasalah.

    “Itu harus diinvestigasi. Dengan sistem yang baik, masalah seperti ini akan cepat terselesaikan. Saya targetkan enam bulan ke depan, sistem TI ini harus sudah berfungsi. Mereka menyatakan siap,” jelasnya. Ia berharap, jika target ini tercapai, BPJS Kesehatan akan memiliki sistem TI rumah sakit yang terbaik dan terbesar di dunia.

  • India Tarik Sirup Obat Batuk usai Picu Kematian 14 Anak

    India Tarik Sirup Obat Batuk usai Picu Kematian 14 Anak

    Jakarta

    Sebanyak 14 anak di India meninggal dunia terkait penggunaan sirup obat batuk tanpa merek. Otoritas setempat melarang penjualan sirup tersebut sejak awal September 2025.

    Sebagian besar korban berusia di bawah 15 tahun, yang berasal dari beberapa pedesaan di Nagpur, Maharashtra, Chhindwara, hingga Madhya Pradesh. Kematian para korban dikaitkan dengan kasus gagal ginjal akut dan gejala neurologis, yang mendorong pemerintah pusat melakukan penyelidikan besar-besaran.

    Gejala Awal yang Dialami Anak

    Sekitar enam anak yang berusia 3-10 tahun di distrik Parasia, Chhindwara, meninggal hanya dalam hitungan minggu pasca mengonsumsi obat. Berdasarkan laporan India Today, anak-anak awalnya hanya mengalami demam ringan, pilek, dan batuk.

    Kondisi mereka memburuk dengan cepat. Sebagian besar anak pingsan dalam 24 jam setelah dirawat di rumah sakit.

    “Sebagian besar pasien mengalami gagal ginjal akut yang memerlukan dialisis dan ventilator. Tetapi, upaya itu tidak berhasil menyelamatkan mereka,” terang Kepala Dinas Kesehatan setempat, Dr Naresh Gunnade, dikutip dari Independent UK.

    Dr Naresh mengungkapkan sampel dari anak-anak yang terdampak sudah dikirim untuk pengujian laboratorium.

    Hasil Uji Sampel Sirup Obat Batuk

    Dikutip dari The New Indian Express, sampel uji sirup obat batuk yang dikumpulkan dari sebuah perusahaan farmasi yang berbasis di Chennai ditemukan tercemar. Hal ini diungkapkan oleh seorang pejabat dari Departemen Keamanan Pangan dan Obat-obatan, Sabtu (4/10).

    “Para pejabat meminta penjelasan dari perusahaan yang berbasis di Tamil Nadu tersebut dan menginstruksikannya untuk menghentikan produksi di fasilitasnya di dekat Chennai,” tambah pejabat tersebut.

    Perkembangan ini terjadi setelah pemerintah Tamil Nadu melarang penjualan sirup obat batuk Coldrif dan memerintahkan penarikan segera stok yang ada dari pasar. Tindakan ini menyusul kecurigaan yang mengaitkan kematian belasan anak di Madhya Pradesh dan Rajasthan yang mengonsumsi obat sirup ini.

    “Sampel uji ditemukan tercemar. Kami telah meminta penjelasan dari produsen. Produksi di fasilitas tersebut akan dihentikan sementara hingga ada tindakan lebih lanjut,” tegas pejabat tersebut.

    “Sampai perusahaan memberikan penjelasan yang memuaskan, produksi di pabrik akan tetap dihentikan,” tambahnya.

    Halaman 2 dari 2

    (sao/naf)

  • Viral di TikTok, Tren ‘Benadryl Challenge’ Hampir Tewaskan Remaja AS

    Viral di TikTok, Tren ‘Benadryl Challenge’ Hampir Tewaskan Remaja AS

    Jakarta

    Seorang remaja putri di Carolina Selatan, Amerika Serikat hampir kehilangan nyawanya karena sebuah tren viral di TikTok bernama ‘Benadryl Challenge’. Tren apakah itu, dan seberapa bahaya?

    Insiden tersebut membuat remaja itu berhalusinasi, serta jantung yang berdebar kencang sebelum dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis. Ibu dari remaja tersebut menemukan putrinya kritis dengan detak jantung mendekati 200 denyut per menit.

    Menurut laporan, botol pil dan tablet yang hilang ditemukan tersembunyi di bawah bantalnya. Awalnya, remaja putri itu mengaku hanya meminum dua pil, tetapi ternyata lebih banyak pil yang hilang.

    Kekhawatiran ini telah memicu kembali peringatan dari orang tua, dokter, dan para regulator tentang risiko mematikan dari sebuah ‘challenge’ media sosial.

    Apa itu Benadryl Challenge

    Dikutip dari Medical Daily, Benadryl Challenge merupakan tren yang mendorong remaja untuk menelan obat alergi Benadryl dalam jumlah besar demi merasakan sensasi ‘high’. Terlihat sepele, namun efeknya bisa mematikan.

    Benadryl sendiri mengandung diphenhydramine, antihistamin, keduanya masih aman jika digunakan sesuai dosis. Namun, dalam tantangan ini, remaja mengonsumsi hingga belasan pil sekaligus untuk mencari efek halusinasi.

    Overdosis obat dalam hal ini dapat menyebabkan seseorang mengalami kebingungan, kejang, psikosis, koma, bahkan kematian.

    Benadryl Challenge pertama kali menarik perhatian publik pada tahun 2020 setelah beberapa kasus rawat inap dan kematian dilaporkan di Amerika Serikat.

    Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) mengeluarkan peringatan pada saat itu, mendesak kaum muda untuk menghindari tren tersebut dan mendesak TikTok untuk menghapus konten yang mempromosikannya.

    Tren Ini Pernah ‘Menelan’ Korban

    Benadryl Challenge telah disorot dalam beberapa kasus sebelumnya. Pada tahun 2020, seorang gadis berusia 15 tahun di Oklahoma meninggal setelah mengonsumsi difenhidramin secara berlebihan. Pada tahun yang sama, beberapa remaja di Texas dirawat di rumah sakit setelah overdosis yang dilaporkan terkait dengan tren tersebut.

    Pada tahun 2023, Jacob Stevens (13) dari Ohio, meninggal dunia setelah mengonsumsi hingga 14 tablet Benadryl. Sementara teman-temannya merekam percobaan bunuh diri tersebut.

    Ia mengalami kejang, dipasangi ventilator, dan tidak pernah sadar kembali. Kematiannya memicu desakan dari keluarganya agar kontrol akses terhadap obat tersebut diperketat.

    Halaman 2 dari 2

    Simak Video “Video Top 5: Kasus Keracunan MBG hingga AS Caplok TikTok”
    [Gambas:Video 20detik]
    (dpy/suc)