Produk: vaksin

  • Genosida Nyamuk dari Dunia: Solusi atau Bencana?

    Genosida Nyamuk dari Dunia: Solusi atau Bencana?

    Jakarta: Nyamuk adalah salah satu makhluk paling mematikan di dunia. Dengan menyebarkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan Zika, mereka bertanggung jawab atas jutaan kematian setiap tahun.

    Ide untuk memberantas nyamuk sepenuhnya telah memicu perdebatan besar di kalangan ilmuwan, aktivis lingkungan, dan masyarakat umum.

    Apakah ini solusi tepat untuk mengurangi penderitaan manusia, atau tindakan yang berpotensi merusak keseimbangan ekosistem?
     
    Dampak Negatif Nyamuk pada Manusia
    Nyamuk bertanggung jawab atas sekitar 608,000 kematian manusia pada tahun 2022 berdasarkan WHO, menjadikannya vektor penyakit paling mematikan di dunia.

    Demam berdarah, yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti, menyumbang jutaan kasus infeksi setiap tahun dengan puluhan ribu kematian.

    Wabah dengue ini tidak hanya menjadi masalah kesehatan di kawasan tropis tetapi juga semakin meluas ke daerah subtropis akibat perubahan iklim. Virus Zika dan Chikungunya menimbulkan komplikasi kesehatan serius, termasuk microcephaly pada bayi.

    Dengan angka ini, argumen untuk memberantas nyamuk tampak kuat. Teknologi seperti CRISPR telah memungkinkan modifikasi genetik untuk membuat nyamuk tidak mampu bereproduksi. Namun, apakah kita memahami sepenuhnya dampak dari langkah ini?
    Dilema Etika dan Teknologi
    Menggunakan teknologi untuk “genosida” nyamuk menimbulkan pertanyaan etis. Apakah manusia berhak menentukan nasib spesies lain?

    Argumentasi ini sering dibandingkan dengan konsep dominasi manusia atas alam, yang telah menyebabkan banyak kerusakan ekosistem. Selain itu, apakah risikonya dapat diprediksi?

    Teknologi penghapusan spesies, seperti penggunaan gen drive, belum sepenuhnya teruji untuk dampak jangka panjang. Ada juga kekhawatiran bahwa gen yang dimodifikasi dapat menyebar ke spesies nyamuk lain yang tidak menjadi target.

    Beberapa pakar bioetika juga menyoroti bahwa, meskipun nyamuk tidak dianggap makhluk yang “merasakan” seperti manusia, tindakan memusnahkan spesies secara sengaja membawa implikasi moral yang signifikan.

    Sebagai perbandingan, manusia merayakan keberhasilan memberantas virus variola yang menyebabkan cacar karena dampak positifnya pada kesehatan global. Namun, nyamuk berbeda karena perannya dalam ekosistem.
     
    Peran Nyamuk dalam Ekosistem
    Nyamuk, meskipun menjengkelkan, memiliki peran ekologis yang penting. Larva nyamuk adalah makanan utama bagi ikan dan serangga air.

    Nyamuk dewasa menjadi santapan burung, kelelawar, dan laba-laba. Beberapa spesies nyamuk membantu penyerbukan tanaman, meskipun kontribusinya kecil dibandingkan lebah.

    Para ilmuwan memperingatkan bahwa menghapus nyamuk sepenuhnya dapat mengganggu rantai makanan, terutama di wilayah tropis. Namun, tidak semua spesies nyamuk memiliki dampak ekologis yang signifikan.

    Sebagian besar masalah kesehatan disebabkan oleh beberapa spesies saja, seperti Aedes aegypti dan Anopheles gambiae.

    Namun, spesies seperti Anopheles gambiae, yang dikenal sebagai penyebar malaria utama di Afrika, memiliki peran penting di habitat rawa. Larva mereka membantu mengatur mikrobioma tanah dan mendukung ekosistem lokal.

    Menghapus spesies ini sepenuhnya bisa memiliki konsekuensi tak terduga terhadap keseimbangan ekosistem.

    Beberapa entomolog juga memperingatkan bahwa memusnahkan nyamuk dapat membuka peluang bagi spesies lain yang mungkin lebih berbahaya atau sulit dikendalikan.
     
    Teknologi Pengendalian Modern
    Proyek seperti MOSQUAREL menunjukkan pendekatan inovatif untuk mengendalikan populasi nyamuk. Dengan menggunakan drone untuk menyebarkan nyamuk jantan steril, teknologi ini bertujuan untuk mencegah reproduksi tanpa membahayakan ekosistem secara langsung.

    Namun, metode ini masih memerlukan pengujian lebih lanjut untuk memastikan keefektifannya di lapangan.

    Alternatif lainnya adalah menggunakan bakteri Wolbachia, yang secara alami mengurangi kemampuan nyamuk untuk menyebarkan penyakit.

    Program “Eliminate Dengue” di Australia telah berhasil menggunakan metode ini untuk menekan penularan demam berdarah.
     
    Alternatif Solusi
    Jika genosida nyamuk terlalu ekstrem, ada beberapa alternatif yang lebih aman. Pengendalian populasi dapat dilakukan dengan menggunakan nyamuk steril untuk mengurangi reproduksi tanpa menghapus spesies sepenuhnya.

    Peningkatan infrastruktur kesehatan, seperti penyediaan vaksin malaria dan pengobatan efektif, dapat membantu mengurangi dampak penyakit yang ditularkan nyamuk.

    Pengelolaan lingkungan juga penting, termasuk menguras tempat penampungan air yang menjadi sarang nyamuk dan penggunaan larvasida ramah lingkungan.

    Pendekatan ini dapat mengurangi ketergantungan pada insektisida yang sering merusak serangga lain, seperti kupu-kupu.

    Baca Juga:
    7 Tanaman Pengusir Nyamuk Ini Bisa Ditanam di Sekitar Rumah

    Jakarta: Nyamuk adalah salah satu makhluk paling mematikan di dunia. Dengan menyebarkan penyakit seperti malaria, demam berdarah, dan Zika, mereka bertanggung jawab atas jutaan kematian setiap tahun.
     
    Ide untuk memberantas nyamuk sepenuhnya telah memicu perdebatan besar di kalangan ilmuwan, aktivis lingkungan, dan masyarakat umum.
     
    Apakah ini solusi tepat untuk mengurangi penderitaan manusia, atau tindakan yang berpotensi merusak keseimbangan ekosistem?
     
    Dampak Negatif Nyamuk pada Manusia
    Nyamuk bertanggung jawab atas sekitar 608,000 kematian manusia pada tahun 2022 berdasarkan WHO, menjadikannya vektor penyakit paling mematikan di dunia.
    Demam berdarah, yang disebabkan oleh nyamuk Aedes aegypti, menyumbang jutaan kasus infeksi setiap tahun dengan puluhan ribu kematian.
     
    Wabah dengue ini tidak hanya menjadi masalah kesehatan di kawasan tropis tetapi juga semakin meluas ke daerah subtropis akibat perubahan iklim. Virus Zika dan Chikungunya menimbulkan komplikasi kesehatan serius, termasuk microcephaly pada bayi.
     
    Dengan angka ini, argumen untuk memberantas nyamuk tampak kuat. Teknologi seperti CRISPR telah memungkinkan modifikasi genetik untuk membuat nyamuk tidak mampu bereproduksi. Namun, apakah kita memahami sepenuhnya dampak dari langkah ini?
    Dilema Etika dan Teknologi
    Menggunakan teknologi untuk “genosida” nyamuk menimbulkan pertanyaan etis. Apakah manusia berhak menentukan nasib spesies lain?
     
    Argumentasi ini sering dibandingkan dengan konsep dominasi manusia atas alam, yang telah menyebabkan banyak kerusakan ekosistem. Selain itu, apakah risikonya dapat diprediksi?
     
    Teknologi penghapusan spesies, seperti penggunaan gen drive, belum sepenuhnya teruji untuk dampak jangka panjang. Ada juga kekhawatiran bahwa gen yang dimodifikasi dapat menyebar ke spesies nyamuk lain yang tidak menjadi target.
     
    Beberapa pakar bioetika juga menyoroti bahwa, meskipun nyamuk tidak dianggap makhluk yang “merasakan” seperti manusia, tindakan memusnahkan spesies secara sengaja membawa implikasi moral yang signifikan.
     
    Sebagai perbandingan, manusia merayakan keberhasilan memberantas virus variola yang menyebabkan cacar karena dampak positifnya pada kesehatan global. Namun, nyamuk berbeda karena perannya dalam ekosistem.
     
    Peran Nyamuk dalam Ekosistem
    Nyamuk, meskipun menjengkelkan, memiliki peran ekologis yang penting. Larva nyamuk adalah makanan utama bagi ikan dan serangga air.
     
    Nyamuk dewasa menjadi santapan burung, kelelawar, dan laba-laba. Beberapa spesies nyamuk membantu penyerbukan tanaman, meskipun kontribusinya kecil dibandingkan lebah.
     
    Para ilmuwan memperingatkan bahwa menghapus nyamuk sepenuhnya dapat mengganggu rantai makanan, terutama di wilayah tropis. Namun, tidak semua spesies nyamuk memiliki dampak ekologis yang signifikan.
     
    Sebagian besar masalah kesehatan disebabkan oleh beberapa spesies saja, seperti Aedes aegypti dan Anopheles gambiae.
     
    Namun, spesies seperti Anopheles gambiae, yang dikenal sebagai penyebar malaria utama di Afrika, memiliki peran penting di habitat rawa. Larva mereka membantu mengatur mikrobioma tanah dan mendukung ekosistem lokal.
     
    Menghapus spesies ini sepenuhnya bisa memiliki konsekuensi tak terduga terhadap keseimbangan ekosistem.
     
    Beberapa entomolog juga memperingatkan bahwa memusnahkan nyamuk dapat membuka peluang bagi spesies lain yang mungkin lebih berbahaya atau sulit dikendalikan.
     
    Teknologi Pengendalian Modern
    Proyek seperti MOSQUAREL menunjukkan pendekatan inovatif untuk mengendalikan populasi nyamuk. Dengan menggunakan drone untuk menyebarkan nyamuk jantan steril, teknologi ini bertujuan untuk mencegah reproduksi tanpa membahayakan ekosistem secara langsung.
     
    Namun, metode ini masih memerlukan pengujian lebih lanjut untuk memastikan keefektifannya di lapangan.
     
    Alternatif lainnya adalah menggunakan bakteri Wolbachia, yang secara alami mengurangi kemampuan nyamuk untuk menyebarkan penyakit.
     
    Program “Eliminate Dengue” di Australia telah berhasil menggunakan metode ini untuk menekan penularan demam berdarah.
     
    Alternatif Solusi
    Jika genosida nyamuk terlalu ekstrem, ada beberapa alternatif yang lebih aman. Pengendalian populasi dapat dilakukan dengan menggunakan nyamuk steril untuk mengurangi reproduksi tanpa menghapus spesies sepenuhnya.
     
    Peningkatan infrastruktur kesehatan, seperti penyediaan vaksin malaria dan pengobatan efektif, dapat membantu mengurangi dampak penyakit yang ditularkan nyamuk.
     
    Pengelolaan lingkungan juga penting, termasuk menguras tempat penampungan air yang menjadi sarang nyamuk dan penggunaan larvasida ramah lingkungan.
     
    Pendekatan ini dapat mengurangi ketergantungan pada insektisida yang sering merusak serangga lain, seperti kupu-kupu.
     
    Baca Juga:
    7 Tanaman Pengusir Nyamuk Ini Bisa Ditanam di Sekitar Rumah
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (SUR)

  • Tekan Prevalensi Stunting, Para Orang Tua di Kudus Dapat Edukasi Soal Makanan Bergizi – Halaman all

    Tekan Prevalensi Stunting, Para Orang Tua di Kudus Dapat Edukasi Soal Makanan Bergizi – Halaman all

    Tekan Prevalensi Stunting, Orang Tua di Kudus Dapat Edukasi Soal Makanan Bergizi

    Willem Jonata/Tribunnews.com

    TRIBUNNEWS.COM – Kondisi gizi buruk dapat berdampak pada kesehatan dan kecerdasan anak-anak di masa depan.

    Sebagai faktor penentu kesehatan anak-anak, para orang tua hendaknya memiliki pengetahuan yang cakap tentang makanan bergizi, cara pengolahan, hingga aturan makannya.

    Berangkat dari kesadaran itu, maka Milklife Festival Keluarga Sehat 2024, digelar di Alun-alun Simpang Tujuh, Kudus, 7-8 Desember 2024.

    Talkshow dan Edukasi Pelayanan Kesehatan Keluarga bertema “Cegah Stunting Sebelum Genting” juga diadakan sebagai bagian acara kolaborasi Bakti Sosial Djarum Foundation dan dan Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, itu. 

    Tema “Cegah Stunting Sebelum Genting” menjadi bentuk ajakan kepada seluruh elemen masyarakat Kudus agar bersama-sama berperan mencegah bahaya stunting. 

    Ribuan warga mulai dari remaja putri, pasangan usia subur, calon pengantin, ibu hamil, ibu menyusui, hingga ibu balita, turut hadir. 

    Penjabat (Pj) Bupati Kudus Muhammad Hasan Chabibie mengemukakan peran masyarakat, khususnya orang tua sangat krusial mencegah stunting.

    “Acara ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya peran orang tua dalam memerangi stunting,” ucapnya.

    Menurut dia, kondisi gizi buruk dapat berdampak pada kesehatan dan kecerdasan anak-anak di masa depan.

    “Harapannya kita dapat bersama-sama mempersiapkan Indonesia Emas dengan mengurangi angka prevalensi stunting hingga menjadi sekecil mungkin ,” kata Muhammad Hasan Chabibie.

    Deputy Program Director Bakti Sosial Djarum Foundation Achmad Budiharto mengatakan, diselenggarakannya ini merupakan salah satu cara untuk meningkatkan dan memperluas kesadaran tentang pencegahan stunting. 

    “Kami sadar angka prevalensi stunting di Kudus cukup tinggi dan sulit turun. Salah satu penyebabnya adalah pemahaman masyarakat masih kurang terhadap bahaya dan risiko yang akan menimpa anak-anak mereka. Lewat kegiatan ini kami ingin memberikan edukasi, penanganan, dan pencegahan stunting kepada masyarakat agar semakin waspada terhadap bahaya gizi buruk,” ujar Budiharto.

    Pihaknya telah mengawali berbagai program pencegahan stunting sejak tahun 2018 melalui Gerakan Menjaga Periode Emas (GEMAS) dengan target ibu-ibu pekerja di lingkup karyawan perusahaan.

    Sejak itu, program tersebut telah memantau kehamilan 5.476 ibu, pertumbuhan 8.339 baduta (bawah dua tahun), serta memfasilitasi laktasi 4.715 ibu menyusui.

    Tercatat hingga September 2024, prevalensi stunting di dalam internal perusahaan sudah menurun hingga 7,5 persen, dari awalnya sebesar 18 persen. 

    Lebih lanjut, Budiharto juga mengatakan beberapa hal yang dapat dilakukan untuk mencegah stunting yakni Stimulasi, Deteksi, Intervensi Dini Tumbuh Kembang (SDIDTK).

    Ini adalah pembinaan tumbuh kembang di masa lima tahun pertama kehidupan anak. SDIDTK adalah tindakan memantau pertumbuhan balita agar berkembang secara optimal.

    “Selain SDIDTK, Imunisasi Wajib Balita, Vaksin Calon Pengantin, Screening Triple Eliminasi, Activity Edukasi terkait Stunting, kondisi psikologis Ibu Hamil dan menyusui juga sangat penting dipantau. Kami akan bekerja sama dengan posyandu/PKK dan puskesmas yang tersebar di Kabupaten Kudus, Kelompok PAUD Kabupaten Kudus, serta seluruh Unit Kerja Djarum Group dalam rangka menekan angka gizi buruk di Indonesia,” ujar Budiharto.

    Field Promotion Manager Milklife Danang Adityo Pramandaru berharap dengan adanya Milklife Festival Keluarga Sehat 2024 di Kabupaten Kudus, seluruh warga masyarakat semakin sadar akan bahaya yang mengancam anak-anak dengan gizi buruk.

    Harapannya masyarakat di Kabupaten kudus akan lebih memperhatikan kebutuhan gizi dan nutrisi anak-anak, khususnya di seribu hari pertama kehidupan.

    “Target acara ini tidak hanya ibu hamil, ibu menyusui dan balita, namun juga remaja putri dan pasangan subur karena mereka ini bakal orang tua yang nantinya bertanggung jawab terhadap kecukupan gizi anak-anaknya. Milklife Festival Keluarga Sehat 2024 gratis dibuka untuk umum. Di sini kami menyediakan booth pelayanan kesehatan bagi ibu hamil dan menyusui, balita, juga playground bermain anak yang bisa langsung diakses oleh para pengunjung,” kata Danang.

    Sementara, salah satu ibu hamil, warga dusun Jetak, Kedungdowo, Fitria Setya Permana mengatakan, dirinya merasa sangat terbantu dengan berbagai fasilitas yang didapatkan secara gratis, seperti pemeriksaan Ultrasonography (USG) dan Hemoglobin (HB). 

    Fitria juga mengemukakan bahwa pengetahuan tentang pendidikan gizi sangat penting diketahui ibu hamil sejak anak belum lahir.

    Menurut Fitria yang kini usia kehamilannya memasuki 15 minggu, gizi buruk pada anak sangat mungkin terjadi karena ketidaktahuan ibu dan pengasuh utama terhadap kebutuhan gizi anak-anak sejak dini.

    Jika terjadi secara berkelanjutan, kondisi anak-anak yang stunting dapat semakin parah, karena tubuhnya tidak memiliki imunitas yang kuat untuk menangkal penyakit yang datang.

    Ia bersyukur dengan adanya kegiatan ini. Diakuinya mendapat banyak informasi soal asupan gizi Makanan Pendamping ASI (MPASI).

    Terutama bagaimana seharusnya ia mementingkan protein hewani dibanding serat yang terkandung pada sayur dan buah untuk MPASI.

    “Saya juga mendapatkan ilmu baru memasak MPASI, aturan makan sampai cara penyimpanan bahan-bahan makanannya. Dari sisi ibu hamil, saya juga disarankan makan makanan bergizi dan minum susu. Ilmu ini nanti juga akan saya bagi kepada anggota keluarga di rumah sehingga mereka juga paham akan bahaya stunting dan pencegahannya,” ujar Fitria.

     

     

  • Pengantin Wanita di Tanggamus Meninggal Usai Ijab Kabul, Puskesmas Air Naningan Berikan Penjelasan

    Pengantin Wanita di Tanggamus Meninggal Usai Ijab Kabul, Puskesmas Air Naningan Berikan Penjelasan

    Tanggamus, Beritasatu.com – Puskesmas Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung, memberikan penjelasan setelah viralnya kabar seorang pengantin wanita meninggal bernama Rika Amiyana usai prosesi ijab kabul pernikahannya pada Kamis (5/12/2024).

    Plt Kepala UPT Puskesmas Air Naningan, Sastrawan, menjelaskan bahwa sebelum melangsungkan pernikahan, calon pengantin wanita meninggal sempat menjalani pemeriksaan kesehatan sebagai syarat vaksinasi.

    “Saat pemeriksaan kesehatan, calon pengantin wanita dalam kondisi normal, sehingga kami memberikan vaksin tetanus (TT). Setelah vaksinasi, tidak ada keluhan hingga pasien pulang,” jelas Sastrawan pada Senin (9/12/2024).

    Sastrawan juga menambahkan bahwa jika terjadi efek samping pascavaksinasi, pasien biasanya melakukan kunjungan ulang. Namun, dalam kasus ini, tidak ada laporan keluhan hingga kejadian mendadak setelah akad nikah.

    Diketahui, pada hari pernikahan, sekitar 20 hari setelah vaksinasi, pengantin wanita tiba-tiba dilarikan ke UGD Puskesmas oleh keluarganya dalam kondisi lemah dan tidak sadarkan diri.

    “Saat diperiksa tim medis, tensi pasien sangat rendah dan kondisinya sudah kritis. Setelah diberikan oksigen, pasien dirujuk ke Rumah Sakit Secanti di Kecamatan Gisting, Tanggamus. Namun, pengantin wanita meninggal dunia setibanya di rumah sakit,” ujar Sastrawan.

    Sastrawan menegaskan bahwa imunisasi tetanus yang diberikan kepada pengantin wanita ini tidak berkaitan dengan kematiannya. “Imunisasi TT ini sama seperti vaksinasi lainnya. Selama ini aman dan tidak ada kasus serupa,” kata Sastrawan.

    Ia juga menyebutkan bahwa meskipun pengantin wanita meninggal memiliki riwayat penyakit jantung, kondisinya dinyatakan normal saat vaksinasi dilakukan.

    Kejadian ini menjadi viral di media sosial setelah suasana pesta pernikahan mendadak berubah menjadi duka. Peristiwa ini terjadi di Pekon Air Naningan, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.

    Pengantin wanita Rika Amiyana menikah dengan Nur Kholik dan meninggal dunia dua jam setelah akad nikah selesai. Jenazah pengantin wanita meninggal ini telah dimakamkan di tempat pemakaman umum desa tersebut pada Jumat (6/12/2024).

    Hingga Minggu (8/12/2024), pihak keluarga dan masyarakat masih menunggu keterangan lebih lanjut dari pihak terkait untuk memastikan penyebab pengantin wanita meninggal.

  • Kronologi Pengantin Meninggal Seusai Ijab Kabul yang Viral, Rika Sempat Mengeluh Ini ke Suami

    Kronologi Pengantin Meninggal Seusai Ijab Kabul yang Viral, Rika Sempat Mengeluh Ini ke Suami

    Tanggamus, Beritasatu.com – Pengantin wanita meninggal dunia seusai ijab kabul viral di media sosial. Kejadian pilu ini terjadi di Pekon (Desa) Air Naningan, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.

    Pengantin yang meninggal seusai ijab kabul bernama Rika Amiyana. Prosesi pernikahan Nur Kholik dengan Rika Amiyana awalnya berjalan normal. Namun di tengah suasana bahagia itu setelah prosesi ijab kabul, Rika tiba-tiba terjatuh dan mengembuskan napas terakhir.

    Pernikahan Rika Amiyani dan Nur Kholik dimulai dengan momen yang penuh kebahagiaan pada Kamis (5/12/2024) pukul 10.00 WIB. 

    Dalam video yang viral di media sosial terlihat, kedua mampelai melangsungkan proses ijab kabul dengan dihadiri keluarga dari kedua keluarga pengantin. Setelah sah menjadi suami-istri, Rika dan Nur lanjut ke prosesi sungkeman ke orang tua atau wali keduanya.

    Pasangan pengantin yang baru saja melangsungkan proses ijab kabul tersebut juga sempat  bersalaman dengan para tamu undangan. Namun, Rika sang pengantin wanita tiba-tiba lunglai dan tidak sadarkan diri.

    Pernikahan Rika Amiyani dan Nur Kholik di Pekon Air Naningan, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung. – (Beritasatu.com/Triyono)

    Saat itu, Nur Kholik sempat berupaya menahan tubuh istrinya yang terkulai lemah. Namun, tidak lama kemudian badan Rika jatuh ke sisi kiri kursi pelaminan bersama sang suami.

    Suasana pesta pernikahan yang semula meriah berubah menjadi panik. Warga kemudian menggotong Rika ke dalam masuk rumah dan Nur mengikuti dari belakang.

    Untuk mendapatkan tindakan medis, pengantin wanita kemudian dibawa ke puskesmas setempat lalu dirujuk ke rumah sakit. Namun, Rika akhirnya dinyatakan meninggal dunia.

    Dalam video selanjutnya terlihat warga mengangkat keranda jenazah Rika Amiyani untuk dikebumikan. 

    Menurut informasi, Rika Amiyani sang pengantin yang meninggal seusai ijab kabul, diketahui memiliki riwayat penyakit jantung sejak kecil.

    Sebelum lunglai tidak sadarkan diri di kursi pelaminan, Rika sempat mengeluh kepada suaminya Nur Kholik kalau dirinya mengalami sakit pada bagian dada.

    Informasi lainya menyebut, sebelum melangsungkan pernikahan, Rika sempat menjalani pemeriksaan kesehatan di puskesmas sebagai syarat pernikahan, yang mencakup vaksin imunisasi. 

    Setelah vaksinasi tersebut, Rika mengalami pembengkakan di tangan yang kemudian merambat ke kaki. Meskipun sudah mendapatkan perawatan, kondisi Rika tidak menunjukkan perbaikan yang signifikan.

    Jenazah Rika, pengantin yang meninggal seusai ijab kabul itu sudah dimakamkan oleh pihak keluarga di tempat pemakaman umum di Desa Air Naningan, Kabupaten Tanggamus. 

  • Enam Tokoh Pahlawan Nasional: Kahar Mudzakkir-Ruhana Kuddus

    Enam Tokoh Pahlawan Nasional: Kahar Mudzakkir-Ruhana Kuddus

    JAKARTA – Presiden Joko Widodo (Jokowi) menganugerahkan gelar pahlawan nasional kepada enam tokoh, yakni Abdul Kahar Mudzakkir, Alexander Andries (AA) Maramis, KH Masjkur, M Sardjito, Ruhana Kuddus, dan Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi.

    Pemberian gelar pahlawan nasional tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 120/TK/2019 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional tertanggal 7 November 2019 dan diberikan langsung kepada para ahli waris di Istana Negara, Jakarta, Jumat 8 November.

    Enam tokoh yang semasa hidupnya berjuang di berbagai bidang, mendapatkan gelar pahlawan nasional tahun 2019 ini.

    Mereka adalah Ruhana Kuddus, Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi, Prof. Dr. M. Sardjito, Prof. K.H. Abdul Kahar Mudzakkir, Dr.(H.C.) A.A. Maramis dan K.H. Masjkur. pic.twitter.com/Ds0g8je22L

    — Joko Widodo (@jokowi) November 8, 2019

    Keenam tokoh penerima gelar Pahlawan Nasional tahun ini berasal dari beragam profesi dan latar belakang. Dua orang di antaranya merupakan anggota BPUPKI/PPKI, seorang sultan dari Sukawesi Tenggara, seorang dokter yang berjasa di dunia pendidikan, dan seorang perempuan yang berjasa di bidang jurnalis dan pendidikan.

    Berikut tokoh-tokoh penerima gelar Pahlawan Nasional 2019: 

    Abdul Kahar Muzakkir 

    Abdul Kahar Muzakkir. Foto: Wikimedia Commons

    Abdoel Kahar Moezakkir (atau ejaan baru Abdul Kahar Muzakkir) merupakan tokoh pendiri Universitas Islam Indonesia (UII) Yogyakarta. Tokoh asal Kotagede ini juga pernah menjadi rektor kampus tersebut periode 1948-1960.

    Selain mendirikan UII, Kahar Muzakkir memang dikenang sebagai cendekiawan Muslim dan pejuang nasional. Dia juga sempat duduk sebagai anggota Badan Penyelidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI). 

    Dr. Sardjito

    Doktor Sardjito. Foto: Wikimedia Commons

    Dr. Sardjito merupakan dokter sekaligus rektor pertama Universitas Gadjah Mada (UGM) periode 1950-1961. Selanjutnya dia juga menjadi rektor UII periode 1963 – 1970.

    Semasa hidupnya, Dr Sardjito kelahiran Magetan ini menciptakan sejumlah vaksin, misalnya untuk typhus, kolera, hingga disentri. Semasa perjuangannya, dia juga berkontribusi dengan membuat makanan dan multivitamin untuk para tentara RI yaitu Biskuit Sardjito. 

    Atas dedikasinya dalam bidang pendidikan dan kesehatan pada era perjuangan kemerdekaan, nama Dr Sardjito juga diabadikan sebagai nama rumah sakit di Yogyakarta, yaitu Rumah Sakit Umum Pusat Dr Sardjito.

    AA Maramis 

    Mr. Alexander Andries Maramis (1897-1977) akhirnya menjadi Pahlawan Nasional RI tahun 2019. pic.twitter.com/sL4IulHZ22

    — Bode Grey Talumewo (@bode_talumewo) November 8, 2019

    Alexander Andries Maramis atau lebih dikenal sebagai AA Maramis merupakan tokoh yang berasal dari Manado, Sulawesi Utara. Ia merupakan anggota BPUPKI dan Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP) pada era kemerdekaan RI. 

    AA Maramis juga pernah menjabat sebagai Menteri Keuangan dan tanda tangannya ada dalam Oeang Republik Indonesia (ORI) — mata uang RI sebelum rupiah. AA Maramis juga keponakan dari Maria Walanda Maramis, tokoh pejuang perempuan dari Sulawesi Utara, yang sebelumya juga mendapat gelar Pahlawan Nasional. 

    Roehana Koeddoes

    Roehana Koeddoes Foto: Wikimedia Commons

    Roehana Koeddoes (atau Ruhana Kuddus dengan ejaan kini) akhirnya mendapat gelar Pahlawan Nasional. Jurnalis perempuan pertama di Indonesia ini, sempat gagal menjadi pahlawan nasional meski telah memenuhi seluruh persyaratan dalam proses pengusulan dari daerah.

    Roehana kelahiran Koto Gadang, Sumatera Barat, ini memiliki komitmen tinggi di bidang pendidikan dan literasi. Roehana hidup pada zaman yang sama dengan RA Kartini, di mana akses perempuan untuk mendapat pendidikan yang baik sangat dibatasi. Ia adalah pendiri surat kabar perempuan pertama di Indonesia.

    Roehana pernah menjadi pimpinan beberapa surat kabar pada masanya. Ia pernah menulis untuk surat kabar Poetri Hindia, Oetoesan Melajoe, hingga mendirikan surat kabarnya sendiri, Soenting Melajoe. Selain di dunia pers, Roehana juga aktif menjadi penggerak kerajinan di Sumbar, khususnya untuk kaum perempuan.

    Sultan Himayatuddin

    Sultan Himayatuddin Muhammad Saidi atau dikenal dengan gelar Oputa Yi Koo adalah putra daerah yang memimpin perlawanan terhadap agresi, invasi, dan imperialisme Belanda di wilayah kesultanan Buton pada abad ke-18. Himayatuddin pernah menjabat dua kali dipilih jadi sultan, yakni sebagai Sultan Buton ke-XX (1750-1752) dan ke-XXIII (1760-1760). Beliau wafat pada tahun 1776 masehi.

    Ia mendapat gelar pahlawan karena kegigihannya melawan penjajah Belanda di Tanah Air. Bahkan, ia sampai harus sempat turun tahta akibat perlawanannya dulu.

    KH Masjkur

    Alhamdulillah, KH Masjkur insya Allah akan dikukuhkan sebagai Pahlawan Nasional, pada 10 November 2019.#KyaikuPahlawanku

    | simak sosok beliau berikut ini. 👇🏻

    credit: @nahdlatululama pic.twitter.com/N4pjOSX6c1

    — PWNU Jatim | #HariSantri2019 (@pwnujatim) November 7, 2019

    KH Masjkur adalah tokoh dan ulama dari Nahdlatul Ulama. Ia pernah menjabat sebagai Menteri Agama di tiga era Perdana Menteri, yakni Amir Syarifuddin, Mohammad Hatta, Soesanto Tirtopordjo atau sekitar periode 1947-1949. Kemudian menjadi Menteri Agama lagi di era Perdana Menteri Ali Sastroamidjojo sekitar periode 1953-1955. 

    Pada zaman perjuangan kemerdekaan, KH Masjkur ikut menjadi anggota BPUPKI. Ia juga pernah tercatat sebagai pendiri Pembela Tanah Air (PETA), yang kemudian berubah nama Laskar Rakyat dan akhirnya menjadi TNI. Pada pertempuran 10 November 1945 di Surabaya, ia memimpin barisan Sabilillah. 

    Seperti diketahui, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menetapkan enam nama pahlawan nasional pada 2018 melalui SK Presiden Nomor 123/TK tahun 2018 tentang Penganugrahan Gelar Pahlawan Nasional.

    Enam orang itu yakni almarhum Abdurrahman Baswedan, tokoh dari Provinsi DI Yogyakarta; almarhumah Agung Hajjah Andi Depu, tokoh dari Provinsi Sulawesi Barat; dan almarhum Depati Amir, tokoh dari Provinsi Bangka Belitung.

    Kemudian, almarhum Mr. Kasman Singodimedjo, tokoh dari Provinsi Jawa Tengah; almarhum Ir. H. Pangeran Mohammad Noor, tokoh dari Provinsi Kalimantan Selatan; dan almarhum Brigjen KH Syam’un, tokoh dari Provinsi Banten.    

  • Hi Ladies, Kenali 4 Penyebab Kanker Serviks

    Hi Ladies, Kenali 4 Penyebab Kanker Serviks

    Sedangkan dokter spesialis obgyn dam genologi onkologi Rumah Sakit Hermina lainnya, dr. Puja Agung Antonius, Sp.OG (K) Onk, menekankan pentingnya deteksi dini untuk mencegah terjangkit kanker serviks.

    “Kanker atau kanker leher rahim terjadi akibat infeksi virus HPV (human papillomavirus) yang biasanya disebarkan melalui hubungan seksual,” tutur Agung.

    Agung mebeberkan penyakit kanker serviks cukup mematikan dan sering kali tidak menimbulkan gejala pada awalnya. Namun ketika muncul, gejalanya kerap dianggap sebagai gejala menstruasi atau infeksi saluran kemih.

    Gejala yang umum dialami oleh penderita kanker serviks adalah perdarahan saat berhubungan seks atau setelah masa menopause dan menstruasi, keputihan yang mengandung darah dan berbau busuk, nyeri panggul, dan nyeri saat berhubungan intim.

    “Kanker serviks merupakan salah satu kanker yang dapat dihindari dan ditekan angka kejadiannya dengan melakukan upaya-upaya pencegahan agar tidak menimbulkan dampak yang fatal,” ungkap Agung.

    Berikut upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah kanker serviks :

    – Upaya Pencegahan PrimerPencegahan primer dilakuakn untuk mencegah terjadinya kontak dengan karsinogen atau penyebeb utama dari kanker serviks (virus HPV) melalui kegiatan promosi atau edukasi, seperti kegiatan penyuluhan atau edukasi kesehatan di masyarakat untuk menjalankan pola hidup sehat, menghindari faktor risiko terkena kanker, melakukan immunisasi dengan vaksin HPV dan lain-lain.

    – Upaya Pencegahan SekunderUpaya ini dilakukan dengan skrining/deteksi dini dan terapi lesi prakanker dan lesi invasif dini. Mendeteksi kanker serviks sedini mungkin juga merupakan bagian dari upaya mencegah dampak yang lebih serius.

    Agung menyebutkan terdapat ada tiga cara mendeteksi kanker serviks secara dini:

    1. IVA (Inspeksi Visual Asam Asetat )

    IVA merupakan cara sederhana untuk mendeteksi kanker leher rahim sedini mungkin. Pemeriksaan ini biasanya lebih murah, praktis, dan mudah untuk dilakukan dengan peralatan sederhana serta bisa dilaksanakan juga oleh selain dokter ginekologi seperti dilakukan di puskesmas.

    Tujuan pemeriksaan IVA adalah untuk mengurangi morbiditas dari penyakit dengan pengobatan dini terhadap kasus-kasus yang ditemukan untuk mengetahui kelainan pada leher rahim.

    Syarat Mengikuti Test IVA:

    – Sudah pernah melakukan hubungan seksual- Tidak dalam keadaan menstruasi/ haid- Tidak dalam keadaan hamil- Tidak melakukan hubungan intim minimal 24 jam sebelum melakukan pemeriksaan

    2. PAPSMEAR

    Pap smear adalah prosedur untuk mendeteksi kanker leher rahim (serviks) pada wanita. Pap smear juga dapat menemukan sel-sel abnormal (sel prakanker) di leher rahim yang dapat berkembang menjadi kanker.

    Skrining dengan metode pap smear dilakukan untuk melihat perubahan sel dari normal, pra kanker hingga kanker. Pap smear dilakukan dengan mengambil sampel sel di serviks.

    Setelah itu, sampel sel tadi akan diteliti di laboratorium agar diketahui apakah di dalam sampel tersebut terdapat sel prakanker atau sel kanker.

    Pap smear juga bisa digunakan untuk mendeteksi infeksi atau peradangan pada serviks. Metode papsmear perlu dokter spesialis patologi anatami untuk melakukan penilaian.

    3. Tes HPV DNA

    Pemeriksaan HPV DNA adalah prosedur untuk mendeteksi infeksi HPV (human papilloma virus) tipe risiko tinggi pada wanita seperti wanita yang menderita HIV, memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah, terkena paparan diethylstilbestrol (DES) sebelum lahir, mendapatkan hasil abnormal (lesi prakanker) tingkat tinggi pada pap smear.

    Infeksi HPV dapat memicu perubahan abnormal pada sel serviks yang berpotensi menjadi kanker serviks atau jenis kanker lainnya, seperti kanker vagina dan kanker anus.

    Pemeriksaan HPV DNA dilakukan dengan mengambil sampel sel dari leher rahim (serviks). Sampel tersebut akan diperiksa di laboratorium untuk diketahui apakah terdapat materi genetik (DNA) dari HPV di dalam sel serviks.

    Tes HPV jauh lebih sensitif dari papsmea dan dikerjakan dengan metode PCR sehingga lebih akurat. Tes ini dapat dilakukan 3 tahun sekali jika hasil negatif

    “Kanker serviks dapat dicegah dengan rutin melakukan deteksi dini. Dan jika tetap ingin sehat dan terhindar dari bahaya kanker serviks, tentunya harus selalu menjaga pola hidup yang sehat dan mulai untuk peduli akan diri dengan melakukan deteksi dini atau skrining dini untuk mengetahui kondisi kesehatan terkini,” tutur Agung.

    Agung mengimbau kepada seluruh kelompok wanita jangan takut untuk memeriksakan diri ke dokter, karena semakin cepat di ketahui semakin cepat pula tindakan pengobatan yang tepat bisa dilakukan.

    Dengan berbagai penjelasan dokter tadi, sudah dapat dibayangkan oleh Anda berbagai upaya untuk meningkatkan pemahaman dan kesadaran tentang kondisi ini penting untuk kesehatan perempuan secara keseluruhan. Salam sehat!

  • Kemenkes Ungkap Kanker Serviks Bisa Sembuh Jika Ditemukan di Stadium Awal – Halaman all

    Kemenkes Ungkap Kanker Serviks Bisa Sembuh Jika Ditemukan di Stadium Awal – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA- Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Kemenkes Siti Nadia Tarmizi ungkap kanker serviks atau kanker leher rahim bisa dapat disembuhkan, jika terdeteksi pada stadium awal.

    Sayangnya, sebagian besar kasus kanker ditemukan pada stadium lanjut sehingga 70 persen penyakit ini, khususnya kanker serviks, menimbulkan kematian. 

    “Masalahnya orang Indonesia tadi kita ketahui. Kalau stadium awal itu kayak merasa baik-baik, jadi denial (penyangkalan) masih tinggi. Jadi kalau sudah parah baru datang dari stadium 3 dan 4,” ungkapnya saat diskusi media di Jakarta, Senin (2/12/2024). 

    Di sisi lain, Nadia mengungkapkan kanker yang terdeteksi pada stadium lanjut juga menyebabkan pembiayaan pengobatan menjadi lebih mahal.

    “Makanya, target dari WHO itu bisa eliminasi kanker leher rahim. Karena memang jenis kanker ini, dengan kombinasi target 90-75-90, artinya kita betul-betul bisa eliminasi. Kita bisa betul-betul turunkan kasus ini,” lanjutnya. 

    Sebagai informasi, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan eliminasi kanker serviks pada 2030 dengan target 90-70-90 yaitu 90 persen anak perempuan di bawah usia 15 tahun mendapatkan vaksin human papillomavirus (HPV). 

    Lalu 70 persen perempuan berusia 35 tahun dan 45 tahun harus diskrining menggunakan tes performa tinggi serta 90 persen perempuan dengan lesi prakanker mendapatkan tata laksana sesuai standar.

    Lebih lanjut, Nadia meyakini kasus kanker serviks di Indonesia dapat ditekan serendah bahkan dieliminasi dengan kombinasi strategi.

    Seperti peningkatan akses skrining, cakupan vaksinasi HPV, serta pengobatan tepat waktu bagi perempuan dengan lesi prakanker.

    “Dengan skrining kita sudah bisa lihat apa yang terjadi pada rahim kita. Kemudian kalau masih dini, kerusakannya itu mungkin masih sedikit 10 persen. Itu bisa kita atasi sehingga tentunya dia tidak akan berlanjut ke stadium berikutnya,” tutupnya. 
     

     

  • Presiden Prabowo Tegaskan Penerapan PPN 12 Persen Sesuai UU tapi untuk Barang Mewah

    Presiden Prabowo Tegaskan Penerapan PPN 12 Persen Sesuai UU tapi untuk Barang Mewah

    JAKARTA – Presiden Prabowo Subianto menegaskan kebijakan penerapan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12 persen yang berlaku mulai 2025 akan dilaksanakan sesuai dengan undang-undang, namun bersifat selektif.

    Prabowo mengatakan kenaikan PPN ini hanya akan berlaku untuk barang-barang mewah, sementara perlindungan terhadap rakyat tetap menjadi prioritas pemerintah.

    “Kan sudah diberi penjelasan, PPN adalah undang-undang, ya kita akan laksanakan, tapi selektif hanya untuk barang mewah,” kata Prabowo, usai bertemu dengan delegasi Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI) dilansir ANTARA, Jumat, 6 Desember.

    Presiden Prabowo juga menerangkan sejak akhir tahun 2023, pemerintah tidak memungut PPN secara penuh terhadap barang-barang yang seharusnya dikenakan pajak, sebagai bentuk upaya membantu masyarakat, terutama kalangan bawah.

    “Untuk rakyat yang lain, kita tetap lindungi, sudah sejak akhir 2023 pemerintah tidak memungut yang seharusnya dipungut untuk membela, membantu rakyat kecil. Jadi kalaupun naik, itu hanya untuk barang mewah,” ujarnya.

    Ketentuan PPN 12 persen itu diperintahkan Undang-undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.

  • Detik-detik Mempelai Wanita di Lampung Meninggal Dunia Usai Ijab Kabul, Berpacaran 5 Tahun – Halaman all

    Detik-detik Mempelai Wanita di Lampung Meninggal Dunia Usai Ijab Kabul, Berpacaran 5 Tahun – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, LAMPUNG – Seorang pengantin wanita bernama Rika Amiyana  meninggal dunia sesaat setelah pasangannya, Nur Kholik melakukan ijab kabul, pada Kamis (5/12/2024) pagi.

    Diketahui Rika dan Kholik menikah di Dusun Air Naningan Pekon Air Naningan, Kecamatan Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.

    Namun hari yang seharusnya membahagiakan menjadi duka bagi suami dan keluarga.

    Janur kuning yang dipasang di hari bahagianya berubah menjadi bendera kuning.

    Diketahui Rika mendadak ambruk usai melakukan sungkeman pada kedua orangtua.

    Rika dilarikan ke Puskesmas Air Naningan namun kondisinya yang semakin menurun, Rika dirujuk ke Rumah Sakit Panti Secanti, Gisting.

    Nyawa Rika Amiyana tak tertolong sebelum mendapat penanganan di rumah sakit.

    Detik-detik meninggalnya Rika ini dibagikan oleh fotografer di hari pernikahan mereka, Angga Motret.

    Suami Rika yang masih mengenakan baju pengantin tampak menangis tersedu-seduh sambil dibopong orang.

    Dekorasi pernikahan pun menjadi hiasan dalam suasan takjizah tamu undangan.

    Menurut Angga Motret, Rika Amiyana sempat mengeluhkan tidak enak badan sejak pagi sebelum akad nikah namun ijab kabul tetap berlangsung.

    Sementara, pengantin wanita belum dihadirkan, terlihat Nur Kholik mengucapkan ijab kabul dengan ayah Rika, Paiman, di hadapan para saksi.

    Setelah ijab kabul selesai dilangsungkan, barulah Rika Amiyana keluar menemui Nur Kholik yang sudah sah sebagai suaminya.

    Rika pun terlihat mencium tangan suaminya.

     

     

    Di momen tersebut, Rika sudah terlihat menahan sakitnya.

    Kemudian Rika Amiyana dan Nur Kholik sempat duduk di kursi pelaminan dan menyalami tamu undangan.

    Pada momen itu, Rika terlihat duduk di pelaminan.

    Sementara suaminya dan orang tua mereka terlihat berdiri menyambut para tamu.

    Hingga tak lama, tubuh Rika tak mampu lagi bertahan.

    Kemudian terlihat beberapa orang membopong Rika masuk ke dalam rumah.

    Menurut Angga Motret, Rika sempat dibawa ke puskesmas dan dirujuk ke rumah sakit.

    “Dari pgi ktanya udah gk enak badan mb, itu jg manten perempuan keluar stelah akad selesai, abis itu sungkeman,”

    “stlah sungkeman smpet duduk bntar trus pingsan, dbawa kepuskes drujuk ke rs secanti dan dinyatakan meninggal,” tulis Angga di kolom komentar.

    Kemudian terlihat momen jenazah Rika sedang dipasangi kain kafan di tengah rumah.

    Sosok Rika Pengantin Wanita di Lampung Meninggal Usai Akad Nikah, Sakit Jantung Sejak Usia 4 Bulan (tribun)

    Momen itu disaksikan suaminya, Nur Kholik, sambil menangis.

    Nur Kholik juga tampak tak henti mendoakan jasad sang istri yang ada di depannya.

    Beberapa orang terus memberikan dukungan kepada Nur Kholik.

    Angga juga menuturkan kalau Rika diduga meninggal dunia karena serangan jantung.

    “ktanya jantung mb. Kurang paham jg aku,” tulisnya lagi.

    Pacaran Sejak tahun 2019 

    Rika Amiyana merupakan wanita yang lahir pada 14 Agustus 1998. Ia meninggal dunia di usianya baru 26 tahun.

    Rika Amiyana lulusan Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung.

    Tercatat Rika merupakan warga asal Pekon Air Naningan, Kabupaten Tanggamus, Lampung.

    Sosok Rika Amiyana viral dan menjadi perbincangan lantaran kisahnya.

    Ia meninggal dunia tepat setelah dinikahi oleh kekasinya, Nur Kholik, pada Kamis (5/12/2024) pagi.

    Rika Amiyana dan Nur Kholik ternyata telah membangun hubungan asmara sejak tahun 2019.

     Mereka sudah berpacaran sejak sekolah.

    Keduanya kemudian bekerja keras demi bisa melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan bahkan Rika sudah punya harapan untuk menikah sejak tiga tahun lalu.

    Lantaran hal tersebut, Rika antusias saat dibelikan cincin tunangan oleh Nur Kholid di tahun 2021.

    Namun takdir berkata lain, Rika justru meninggal dunia di pelaminan yang ia impikan selama ini.

    Rika Memiliki Riwayat Penyakit Jantung

    Pernyataan Astyana, kakak sepupu dari Rika Amiyana mengungkapkan bahwa Rika memiliki penyakit jantung sejak bayi saat usianya 4 bulan.

    Namun penyakitnya dirasakan Rika tak lama setelah almarhumah sempat melakukan suntuk vaksin TT (Tetanus Toxoid) di Puskesmas sebelum menikah.

    Saat itu, pihak Puskesmas diduga tidak menanyakan apakah Rika memiliki penyakin bawakan.

    “Ini Adik sepupu saya Rika Amiyana dy punya penyakit Cormobid jantung) dari bayi 4 bulan, dy disuntuk TT sebelum menikah dan sebelum disuntik pihak puskesmas dan tidak memeprtanyakan apakah dya punya penyakit bawaan jantung,” tulis Astyana.

    Rika disebut mengalami gejala tangan hingga kakinya bengkak hingga suhu tubuh menjadi panas.

    “Setelah disuntuk TT tangan kirinya bengkak dan kaki kanannya bengkak setelah iu badannya panas, sedangkan kalau punya penyakit tidak bileh disuntik vaksin,”

    “mohon doanya untuk adik sepupu saya, Rika Amiyana semoga Allah memberikan surganya Allah,” tandasnya. (Bangkapos/Fitri Wahyuni) 

     

     

  • Momen Bahagia Pernikahan Berubah Jadi Duka di Tanggamus Lampung

    Momen Bahagia Pernikahan Berubah Jadi Duka di Tanggamus Lampung

    Liputan6.com, Lampung – Kebahagiaan pasangan pengantin baru di Tanggamus, Lampung, berubah menjadi duka mendalam. Seorang pengantin wanita bernama Rika Amiyana meninggal dunia beberapa saat setelah prosesi ijab kabul, Kamis (5/12/2024). Peristiwa ini viral di media sosial, menyentuh hati banyak orang.

    Menurut keterangan sang suami, Nurkholik, Rika sempat mengeluh sakit di bagian kaki saat berjabat tangan dengan para tamu undangan. Tidak lama kemudian, Rika pingsan dan segera dilarikan ke Rumah Sakit Secanti Gisting. Sayangnya, dokter menyatakan Rika telah meninggal dunia.

    Momen bahagia pernikahan yang berlangsung pada pagi hari berubah menjadi kisah duka. Nurkholik menceritakan bahwa istrinya memiliki riwayat penyakit jantung sejak kecil, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda sakit sebelumnya.

    “Sebelum menikah, kami sudah melakukan pemeriksaan kesehatan di Puskesmas untuk persyaratan pernikahan. Pihak puskesmas menyatakan kondisi kesehatan istri saya baik,” kata Nurkholik, Jumat (6/12/2024).

    Ia juga menuturkan bahwa Rika sempat menerima suntikan vaksin sebagai bagian dari pemeriksaan kesehatan tersebut. “Dua hari setelah disuntik, tangannya bengkak. Waktu itu istri saya bilang melalui pesan WhatsApp bahwa tangannya kok bengkak setelah vaksin,” ujarnya.

    “Dari bidan itu dikasih lah obat peringan bengkak. Memang ada hasil tapi memang engga banyak, kempes dikit, terus besar. Tapi merambat ke kaki, jadi dari vaksin itu tadinya tangannya bengkak, tapi ini ke kaki juga,” jelas dia menambahkan. 

    Pada hari pernikahan, Rika masih sempat menjalani seluruh prosesi, mulai dari tanda tangan dokumen pernikahan hingga sungkeman dengan orangtua. Namun, saat bersalaman dengan tamu, Rika mulai merasa lemas.

    “Saya meminta dia duduk karena terlihat tidak kuat berdiri. Beberapa saat kemudian, dia pingsan,” jelas Nurkholik.

    Rika segera dibawa ke Puskesmas, namun kondisinya semakin kritis. Tim medis berusaha memberikan oksigen dan melakukan tindakan penyelamatan, tetapi nyawa Rika tidak tertolong.

    Kematian mendadak Rika menyisakan kesedihan mendalam bagi keluarga dan kerabat. Prosesi pernikahan yang seharusnya menjadi awal bahagia bagi pasangan pengantin ini berubah menjadi kenangan pilu yang menggetarkan hati banyak orang.