Produk: vaksin

  • Pakar Peringatkan Dunia di Ambang Pandemi Flu Burung

    Pakar Peringatkan Dunia di Ambang Pandemi Flu Burung

    Jakarta, CNN Indonesia

    Para pakar kesehatan memperingatkan potensi ancaman pandemi flu burung yang menunjukkan tanda-tanda mutasi, meningkatkan risiko penyebaran antar manusia.

    Flu burung varian H5N1, yang pertama kali muncul di China pada tahun 1996, kini menyebar lebih luas daripada sebelumnya termasuk ke wilayah terpencil seperti Antartika.

    Menurut Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (WOAH), sejak Oktober 2021 lebih dari 300 juta unggas telah mati atau dimusnahkan akibat wabah flu burung. Selain itu, 315 spesies burung liar dilaporkan terinfeksi di 79 negara.

    Bahkan mamalia yang memakan burung terinfeksi, seperti anjing laut, mengalami kematian massal.

    Situasi semakin kompleks pada Maret lalu, ketika virus mulai menyebar di antara sapi perah di Amerika Serikat dan membuat fenomena baru. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) melaporkan bahwa 58 orang di negara tersebut telah dinyatakan positif flu burung tahun ini, termasuk dua kasus tanpa kontak langsung dengan hewan yang terinfeksi.

    Pakar epidemiologi Meg Schaeffer dari SAS Institute menyatakan sejumlah faktor kini menunjukkan bahwa flu burung berada di ambang menjadi pandemi.

    “Flu burung sedang mengetuk pintu kita dan dapat memulai pandemi baru kapan saja,” ungkap Schaeffer, melansir Science Alert, Kamis (12/12).

    Dalam sebuah headline artikel opini di The New York Times, flu burung disebut sebagai “salah satu bencana yang paling bisa diperkirakan dalam sejarah,”.

    Meski saat ini masih ada hambatan biologis yang mencegah H5N1 menyebar dengan mudah antar manusia, penelitian terbaru menunjukkan bahwa virus ini hanya membutuhkan satu mutasi tambahan untuk meningkatkan kemampuan infeksi pada manusia.

    Penelitian yang dipublikasikan di jurnal Science mengungkapkan bahwa varian flu burung yang menginfeksi sapi di AS kini mendekati titik di mana ia dapat menyebar lebih efektif di antara manusia.

    Meski demikian, Ed Hutchinson, virolog dari University of Glasgow menegaskan bahwa belum ada kepastian apakah H5N1 akan berkembang menjadi penyakit yang menyebar di antara manusia. Namun, semakin banyak spesies yang terinfeksi, semakin besar peluang virus untuk beradaptasi.

    “Kita belum tahu apakah virus influenza H5N1 akan berevolusi menjadi penyakit manusia,” jelas Hutchinson

    Ia juga menyoroti kasus remaja di Kanada yang menderita flu burung berat, di mana analisis genetik menunjukkan virus mulai berevolusi untuk lebih mudah menginfeksi sel manusia.

    Kasus flu burung pada pekerja peternakan di AS sebagian besar ringan sejauh ini. Namun, penelitian terbaru mengungkap bahwa delapan dari 115 pekerja sapi perah di Michigan dan Colorado memiliki antibodi flu burung, menunjukkan tingkat infeksi sekitar tujuh persen. Hal ini memunculkan kekhawatiran adanya kasus yang tidak terdeteksi.

    “Jika pandemi flu burung terjadi, dampaknya bisa sangat parah karena manusia belum memiliki kekebalan terhadap virus ini,” tambah Schaeffer.

    Untuk mencegah skenario terburuk, para peneliti mendesak pemerintah AS untuk meningkatkan pengujian dan memperkuat kerja sama internasional. Departemen Pertanian AS baru-baru ini mengumumkan rencana untuk menguji pasokan susu nasional terhadap flu burung, dengan perhatian khusus pada susu mentah yang belum dipasteurisasi.

    Tom Peacock, seorang virolog dari Imperial College London, menyebutkan bahwa meskipun ada kekhawatiran, pengembangan perawatan antivirus dan vaksin dapat memberikan harapan.

    (wnu/dmi)

    [Gambas:Video CNN]

  • Kader Kesehatan Desa Berperan Penting Tekan Penyakit Diare dan Pneumonia pada Anak  – Halaman all

    Kader Kesehatan Desa Berperan Penting Tekan Penyakit Diare dan Pneumonia pada Anak  – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com Eko Sutriyanto 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Setelah pandemi Covid-19, kebiasaan mencuci tangan di kalangan masyarakat Indonesia mengalami penurunan.

    Padahal, penyakit seperti diare dan pneumonia adalah ancaman besar bagi kehidupan anak-anak.

    Data menunjukkan bahwa lebih dari seperempat kematian pada bayi di bawah satu tahun di Indonesia disebabkan oleh kedua penyakit ini.

    Di daerah pedesaan, keterbatasan informasi kesehatan dan praktik budaya yang sudah mendarah daging menghambat penerapan kebiasaan hidup sehat.

    Situasi semakin diperburuk oleh tingginya angka malanutrisi, di mana sekitar 21 persen atau 4,5 juta anak balita menderita stunting.

    Kondisi ini tidak hanya mengganggu pertumbuhan tetapi juga melemahkan sistem kekebalan tubuh, membuat anak-anak lebih rentan terhadap penyakit menular.

    Di wilayah yang kurang memiliki akses imunisasi dan sanitasi yang baik, dampak malanutrisi ini menjadi semakin mengkhawatirkan.

    Di tengah tantangan ini, program Keluarga Siaga Dukung Kesehatan Siap Hadapi Masa Depan (Sigap) di Kota Batu, Kabupaten Bogor, menunjukkan bahwa perubahan itu mungkin.

    Para kader kesehatan di desa ini kini menjadi garda terdepan dalam mendukung kesehatan masyarakat.

    “Dulu mereka kurang pengetahuan, tetapi sekarang mereka bilang kalau mereka sudah pintar. Beberapa kader juga mengatakan telah melakukan kunjungan rumah, kunjungan orang tua ke Posyandu meningkat pesat,” kata Kepala Desa Kota Batu, Ratna Wulansari dalam keterangannya belum lama ini.

    Diterangkan Ratna, program ini bertujuan untuk membangun kebiasaan sehat dalam keluarga dengan mempromosikan tiga perilaku utama yakni cuci tangan pakai sabun (CTPS), imunisasi anak yang tepat waktu dan lengkap, serta gizi yang lebih baik.

    Program diadakan hasil kemitraan dengan Gavi, Unilever Lifebuoy, The Power of Nutrition, dan Kementerian Kesehatan Indonesia berawal dari keberhasilan proyek Safal Shuruaat di India.

    Data dari proyek percontohan di Indonesia menunjukkan hasil yang menjanjikan.

    Cakupan vaksin PCV1, yang penting untuk pencegahan pneumonia, meningkat dari 28% menjadi 64%, sedangkan praktik CTPS sebelum memberi makan anak meningkat dari 50 persen menjadi 81 persen.

    Pencapaian yang menjajikan ini menjadi sorotan dalam pertemuan dewan tingkat tinggi Gavi baru-baru ini di Nusa Dua, Bali, dengan tema Leveraging Private Sector Expertise, Development Finance, and Multisectoral Platforms for Immunization Outcomes.

    Pertemuan ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi multisektoral dalam mengatasi ketidaksetaraan kesehatan, terutama di negara dengan sumber daya terbatas dan beragam latar belakang seperti Indonesia.

    Menteri Kesehatan Indonesia Budi Gunadi Sadikin menyoroti pentingnya kemitraan dalam mengatasi tantangan kesehatan yang bersifat sistemik. 

    “Imunisasi sangat penting untuk membangun masyarakat sehat menuju Indonesia Emas 2045 atau negara berpenghasilan tinggi,” katanya.

    Pemerintah menghargai inisiatif kolaboratif dari organisasi seperti Gavi dan sektor swasta, yang membantu mengatasi tantangan dan memastikan setiap anak, termasuk yang berada di daerah terpencil, memiliki akses terhadap vaksin yang dapat menyelamatkan nyawa, sekaligus akses terhadap layanan kesehatan preventif.

    Team Leader Keluarga Sigap, Ardi Prastowo menjelaskan perubahan perilaku adalah inti dari peningkatan kualitas kesehatan masyarakat.

    Dengan mengadaptasi model-model yang terbukti ke dalam konteks Indonesia, program ini menunjukkan bagaimana pendekatan komprehensif dapat mendorong perubahan yang berkelanjutan.

    “Dengan upaya multisektoral ini, Gavi dan mitranya bertujuan untuk memastikan tidak ada anak yang tertinggal dalam akses terhadap layanan kesehatan,” kata Ardi.

    Parnil Sarin dari Unilever Lifebuoy menyatakan program keluarga ini memungkinkan warga untuk mempraktikkan kebersihan tangan yang benar sehingga mendapatkan nutrisi yang lebih baik dan imunisasi lengkap.

    Program Keluarga Sigap adalah bukti nyata pentingnya kolaborasi dalam mengatasi ketidaksetaraan kualitas kesehatan dan membangun masa depan yang lebih sehat bagi anak-anak di seluruh Indonesia.

    Dengan integrasi perilaku kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, program ini tidak hanya mendukung tujuan imunisasi tetapi juga kesehatan dan pembangunan yang lebih luas.

     

  • Belanja Perpajakan 2025 Diproyeksi Makin Bengkak Imbas PPN 12% Khusus Barang Mewah

    Belanja Perpajakan 2025 Diproyeksi Makin Bengkak Imbas PPN 12% Khusus Barang Mewah

    Bisnis.com, JAKARTA — Belanja perpajakan atau tax expenditure yang akan pemerintah keluarkan pada 2025 berpotensi bengkak Rp78,3 triliun sebagai imbas dari semakin bertambahnya objek yang pemerintah bebaskan dari pajak.

    Kepala Riset Center for Indonesia Taxation Analysis (CITA) Fajry Akbar memproyeksikan angka tambahan tersebut akan mendorong kenaikan belanja perpajakan dari target awal senilai Rp445,5 triliun pada 2025 (Nota Keuangan). Artinya, belanja pajak akan tembus ke angka Rp523,8 triliun. 

    Pasalnya, pemerintah memutuskan untuk hanya memungut Pajak Pertambahan Nilai (PPN) 12% terhadap barang-barang mewah—di samping pemerintah telah membebaskan PPN untuk barang kebutuhan pokok. 

    Dengan demikian, barang maupun jasa yang seharusnya mengalami kenaikan tarif menjadi 12%, tarifnya akan tetap 11%. 

    Menurut hitungan Fajry, PPN yang dapat diserap dari objek barang mewah hanya senilai Rp1,7 triliun. Sementara potensi penerimaan negara dengan PPN 12% kepada objek PPN pada umumnya, senilai Rp80 triliun. 

    “Jadi besaran tambahan tax expenditure jika tarif PPN hanya naik pada objek PPnBM saja adalah Rp80 triliun dikurang Rp1,7 triliun sama dengan Rp78,3 triliun,” jelasnya, Kamis (12/12/2024). 

    Fajry menjelaskan PPN dikenakan secara luas, baik dari objek dan tarif. Perlakuan yang berbeda akan dihitung sebagai belanja perpajakan. 

    Dengan kata lain, meski pemerintah membebaskan pajak bahan pokok, jasa kesehatan, maupun pendidikan kepada masyarakat, namun pemerintah tetap harus membayarnya dan disebut sebagai belanja perpajakan. 

    Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyebutkan dalam kebijakan PPN 11%, pemerintah telah membebaskan masyarakat untuk tidak bayar pajak terhadap pembelian barang pokok dan berbagai jasa. 

    Akibatnya, pajak yang tidak dapat dikumpulkan dari masyarakat tersebut mencapai Rp231 triliun.

    Sama halnya akan terjadi dengan PPN 12%. Mulai dari beras, daging, ikan, telur, sayur, susu segar, gula konsumsi, pendidikan, kesehatan, jasa angkutan umum, jasa tenaga kerja, jasa keuangan, jasa asuransi, buku, vaksin polio, rumah sederhana, sangat sederhana, rusun nami, listrik, dan air, tarif PPN-nya adalah 0%. 

    “Jadi kalau kita perkirakan tahun depan pembebasan PPN itu akan mencapai Rp265,6 triliun rupiah,” jelasnya dalam konferensi pers, Rabu (11/12/2024). 

    Adapun perlakuan berbeda untuk menunjukkan keberpihakan pemerintah yang tercermin bahwa belanja perpajakan terbesar adalah untuk peningkatan kesejahteraan masyarakat yang mencapai 50,2% dari total belanja perpajakan tahun 2022 yang senilai Rp323,5 triliun. 

    Mayoritas kebijakan belanja perpajakan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat diberikan dalam bentuk pengecualian barang dan jasa kena pajak seperti bahan kebutuhan pokok, jasa angkutan umum, serta jasa pendidikan dan kesehatan, yang ditujukan untuk menjaga daya beli masyarakat.

  • Kolaborasi NCCTRC dan UNHAN RI untuk Kesiapsiagaan Menghadapi Darurat Kesehatan

    Kolaborasi NCCTRC dan UNHAN RI untuk Kesiapsiagaan Menghadapi Darurat Kesehatan

    Jakarta

    Multi Country Training and Knowledge Hub for Health Emergency Operational Readiness (Multheor) Indonesia-Universitas Pertahanan RI bekerja sama dengan National Critical Care and Trauma Response Centre (NCCTRC) Australia menyelenggarakan Public Health Emergency Training di Ruang Serbaguna, Gedung Auditorium Lantai 2, Kampus Unhan RI, Sentul, Jawa Barat (11-12 Desember 2024). Pelatihan ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan operasional dalam menghadapi kedaruratan kesehatan masyarakat di tingkat nasional maupun global. Acara dimulai dengan opening ceremony yang dihadiri oleh Rektor Unhan RI dan beberapa pejabat Universitas Pertahanan RI serta pemangku kepentingan seperti perwakilan dari Kementerian Pertahanan RI, Pusat Krisis Kementerian Kesehatan RI dan juga Fakultas Farmasi Universitas Indonesia.

    Dalam sesi pembukaan, Prof Dr apt Yahdiana Harahap, MS selaku Chair of Multheor Indonesia, menyampaikan laporan yang mencakup sejarah, aktivitas, dan pencapaian Multheor Indonesia, serta latar belakang terlaksananya pelatihan ini. Dalam laporannya, Prof Yahdiana menjelaskan bahwa acara training ini dapat terlaksana karena adanya Memorandum of Understanding (MoU) antara Universitas Pertahanan RI dengan NCCTRC, Australia. MoU tersebut menegaskan komitmen kedua institusi untuk bekerja sama dalam memperkuat kapasitas penanganan kedaruratan kesehatan masyarakat melalui pertukaran pengetahuan, teknologi, dan pengalaman praktis.

    Setelah laporan dari Chair of Multheor Indonesia, sambutan disampaikan oleh Maya Cherian, perwakilan dari NCCTRC Australia, yang menyoroti pentingnya kolaborasi internasional dalam menghadapi kedaruratan kesehatan secara global.

    Acara kemudian secara resmi dibuka oleh Rektor Universitas Pertahanan Republik Indonesia (Unhan RI), Letnan Jenderal TNI (Purn) Dr Jonni Mahroza, S.I.P, MA, M.Sc, PhD yang menyatakan bahwa pelatihan ini adalah langkah strategis dalam mendukung ketahanan nasional di sektor kesehatan.

    Public Health Emergency Training yang diadakan selama 2 hari (11-12 Desember 2024) ini diikuti oleh 24 orang peserta yang berasal dari Universitas Pertahanan RI, Direktorat Kesehatan Kementerian Pertahanan, Pusat Krisis Kementerian Kesehatan, Pusat Kesehatan TNI, Laboratorium Biologi dan Vaksin Puskesad, Rumah Sakit Ramelan, Universitas Indonesia, dan Universitas Gadjah Mada. Sebagai fasilitator pada training ini adalah Maya Cherian (NCCTRC), Marion (University of Melbourne), Dr dr M Wawan Mulyawan, SpBS (FK UI), dr Yogi Prabowo (FK UI), dan dr Arief Rachman (Mer-C Indonesia.

    (up/up)

  • Sinergi LPEI dan Bio Farma, Dukung Ekspor Farmasi Indonesia ke 160 Negara melalui PKE Industri Farmasi dan Alat Kesehatan

    Sinergi LPEI dan Bio Farma, Dukung Ekspor Farmasi Indonesia ke 160 Negara melalui PKE Industri Farmasi dan Alat Kesehatan

    Jakarta: Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI/Indonesia Eximbank) memberikan fasilitas kredit modal kerja ekspor senilai Rp300 miliar kepada PT Bio Farma (Persero) melalui program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Pemberian fasilitas kredit kepada Bio Farma ini menegaskan komitmen LPEI untuk mendorong industri farmasi Indonesia agar dapat bersaing di pasar global.
     
    Dengan penandatanganan perjanjian kredit ini, LPEI dan PT Bio Farma (Persero) menciptakan sinergi yang lebih kuat dalam pengembangan industri farmasi di Indonesia, serta meningkatkan daya saing produk-produk farmasi Indonesia di pasar global. Data Kementerian Perindustrian menunjukkan, nilai ekspor industri farmasi dan obat bahan alam Indonesia sepanjang Januari hingga September 2024 mencapai USD639,42 juta atau Rp9,9 triliun.
     
    Penandatanganan Perjanjian Kredit dilakukan oleh Kepala Divisi Bisnis III LPEI, Nurrohmanudin dengan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Bio Farma (Persero), IGN Suharta Wijaya dan disaksikan oleh Direktur Pelaksana Bisnis, Anton Herdianto, Plt. Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis Maqin U. Norhadi, dan Direktur Utama PT Bio Farma (Persero) Shadiq Akasya.
    Direktur Pelaksana Bisnis LPEI, Anton Herdianto, menjelaskan Perjanjian Kredit LPEI dengan Bio Farma merupakan wujud nyata peningkatan kemandirian industri farmasi Indonesia melalui PKE Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Bio Farma memiliki peran penting dalam mendukung program vaksinasi, serta memperluas penetrasi pasar internasional yang menjadi bukti atas kualitas dan kepercayaan global terhadap produk-produk vaksinnya.
     
    “Program PKE merupakan wujud negara hadir untuk mendorong ekspor nasional dan merupakan bentuk diplomasi ekonomi Indonesia ke mancanegara secara terukur, bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri lokal agar dapat bersaing dengan negara-negara lain sehingga ekspor Indonesia bisa meningkat. Sinergi LPEI dengan Bio Farma sebagai salah satu BUMN terbesar di farmasi, merupakan langkah awal untuk mendukung kemandirian industri farmasi Indonesia,” kata Anton. 
     
     

     
    Direktur Utama Bio Farma Shadiq Akasya mengatakan, Bio Farma sebagai produsen vaksin terbesar di Indonesia berkomitmen untuk memproduksi vaksin berkualitas tinggi dan berkontribusi pada ketahanan kesehatan nasional dan mendukung program imunisasi nasional.
     
    Bio Farma saat ini merupakan pemain global dengan menempati posisi kesembilan berdasarkan WHO global vaccine market report 2023, saat ini telah mendistribusikan vaksin ke lebih dari 160 negara di dunia. Sebagai supplier vaksin terbesar kelima melalui Badan Kesehatan Dunia (WHO).
     
    “Bio Farma memiliki kapasitas produksi 3,1 miliar dosis per tahun, dengan sekitar 52 persen dari total produksi kami diekspor. Ini menunjukkan bahwa Bio Farma tidak hanya berfokus pada pasar domestik, tetapi juga berkomitmen untuk memenuhi permintaan internasional,” kata Shadiq.
     
    Total dana PKE sebesar Rp8,7 triliun telah disalurkan LPEI untuk delapan progam PKE yang sedang berjalan, yaitu PKE Penerbangan, PKE Kawasan, PKE Pariwisata Mandalika, PKE Trade Finance, PKE UKM, PKE Alat Transportasi, PKE Destinasi Pariwisata Super Prioritas, dan PKE Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.
     
    Akumulasi disbursement PKE sejak diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan (KMK) sampai dengan 30 November 2024 adalah sebesar Rp19,9 triliun dengan jumlah pelaku usaha yang memanfaatkan sebanyak 231 pelaku usaha. Adapun total new disbursement tahun 2024 per 30 November 2024 mencapai sebesar Rp 6,6 triliun atau 121 persen dari target Rp5,5 triliun.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ROS)

  • YPDT-UKI Usulkan Tokoh Pelopor Farmasi Prof Midian Sirait Jadi Pahlawan Nasional

    YPDT-UKI Usulkan Tokoh Pelopor Farmasi Prof Midian Sirait Jadi Pahlawan Nasional

    Jakarta: Adanya penghargaan yang mendalam terhadap adat budaya Batak, menjadi benih dari pemikiran dan tindakan Prof Dr Midian yang mampu mempertemukan pemikiran tradisonal dan modern dalam medium budaya masyarakat yang terbuka.

    Selain itu, perkembangan semangat patriotisme-nasionalisme tumbuh melalui sekolah pertukangan Jepang di mana Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dan beragam latar belakang sosial peserta sekolahnya dari berbagai daerah.

    “Semangat patriotisme dan nasionalisme tumbuh bersamaan dengan proses ikut serta menjadi pejuang langsung dalam mempertahankan kemerdekaan,” ujar Sekretaris Umum Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) Dr Andaru Sasnyoto dalam Seminar Nasional bertajuk “Perjuangan Prof Dr Midian Sirait dalam Pembangunan Kesehatan di Bidang Formasi dan Obat di Indonesia sebagai Wujud Pemenuhan Hak Asasi Manusia”, di Jakarta, Rabu, 11 Desember 2024.

    Hadir sebagai narasumber lainnya, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Lucia Rizka Andalusia, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM RI) tahun 2001-2006 Dr Sampurno, Alumni ITB Daryono Hadi Tjahjono, Edy Pramono, dan Dosen Ilmu Politik UKI Fransiskus X Gian Tue Mali. 

    Lebih lanjut, Andaru mengemukakan, pendidikan di Jerman memberikan pematangan pemikiran dan keterlibatan yang lebih jauh dalam perkembangan negara dan bangsa.

    “Masa Pendidikan dari 1956-1961 dalam waktu yang relatif cepat, dapat menyelesaikan studi menjadi Sarjana Farmasi hingga Doktor Bidang Pengetahuan Alam, Fitokimia,” kata Andaru. 

    Menurutnya, melalui organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Midian Sirait mendorong agar pemerintah lebih menaruh perhatian terhadap masalah-masalah pembangunan dan mengkritik pemerintah yang membuat Front nasional menjadi tempat yang leluasa untuk berperannya faktor komunis/PKI dalam politik nasional, dan menempatkan Pancasila sebagai alat untuk membelah masyarakat pro dan anti revolusi.

    “Pada sisi lain melalui PPI juga melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung pembebasan Irian barat dari Belanda dan menyatukan/mengintegrasikan sebagai bagian dari Republik Indonesia (RI),” terangnya.

    Menurut Andaru, Midian Sirait setelah menempuh Pendidikan di Jerman kembali ke Indonesia sebagai bagian dari panggilan tanggung jawab dan cinta Tanah Air. Andaru mengatakan, keterlibatan dalam pembaruan politik melalui dukungan terhadap gerakan mahasiswa untuk demokrasi dan perbaikan kehidupan rakyat.

    Dia juga menuturkan, di tengah arus perubahan politik yang cepat dan keterbukaan atau reformasi Prof Midian mendorong dibentuknya partai politik yang secara khusus menyuarakan kepentingan-kepentingan dan nilai Kristiani dan hak-hak azasi manusia.

    YPDT, lanjuit Andaru, inisiatif awalnya dimulai dan digerakkan oleh Midian Sirait. Menurutnya, dengan adanya kasus HKBP ada keprihatinan keterpecahan yang meluas di kalangan masyarakat Batak, perlu suatu modus yang mempertemuakan semua kepentingan masyarakat di Kawasan Danau Toba. 

    “Dan itu kebetulan adalah kepentingan lingkungan Kawasan Danau Toba yang dirasakan terus mengalami ketetinggalan bahkan kemerosotan perhatian terhadap kondisi lingkungan danau Toba,” ujar Andaru.

    Lucia Rizka Andalusia mengapresiasi setinggi-tingginya  peran jasa Prof Dr Midian Sirait dalam mempelopri sistem pengawasan obat dan makanan secara nasional. Menurut Lucia, pengaturan, pengendalian dan pengawasan di bidang kefarmasian telah dapat ditata dan dilaksanakan dengan baik.

    “Terutama dengan pembagian peran pusat dan daerah yang merupakan buah pemikiran Prof Dr Midian Sirait,”tambah dia.  

    Dia mengemukakan, tata kelola supply chain obat dan vaksin yang efisien dan efektif sehingga ketersediaan dan akses masyarakat terhadap produk kesehatan dapat berjaga merupakan hasil dari kebijakan Prof Dr Midian Sirait.  

    “Jasa Prof Dr Midian Sirait dalam mewujudkan tata Kelola obat yang bermanfaat untuk menjamin khasiat, keamanan, dan mutu di Indonesia sangat penting,” ujar Lucia. 

    Hal Senada,  Dr Sampurno, menuturkan, peran Midian Sirait mendirikan Perusahaan Umum (Perum) tidak bisa dianggap sebelah mata. 

    “Membangun Pabrik Obat Esensial Nasional di Cibitung dengan soft loan dan grant dari Pemerintah Italia adalah salah satu peran Prof Dr Midian Sirait,”ucapnya. 

    Menurutnya, produksi obat Inpres dengan daftar A, B, dan C untuk menjamin ketersediaan obat terutama di Puskesmas seluruh Indonesia. “Belakangan program strategis ini discontinue, penyediaan obat sector publik dilakukan melalui mekanisme pasar bebas,”tandas Sampurno.

    Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatra Utara Asren Nasution menuturkan, Midian Sirait menjadi teramat layak untuk untuk diusulkan sebagai Pahlawan Nasional. 

    “Prof Dr Midian Sirait menjadi teramat layak untuk diusulkan sebagai Pahlawan Nasional,”imbuh Asren. 

    Diakui Asren, bahwa Midian Sirait bukan hanya pejuang dalam kemerdekaan,akan tetapi Midian Sirait juga salah satu pelopor farmasi di Indonesia. 

    “Beliau (Midian Sirait) cerdas dan peduli dalam perjuangan bangsa, agak jarang prajurit itu sebagai pemikir atau memilih daya nalar. Ternyata, beliau bukan Naga Bonar. Tetapi beliau angkat senjata, berpikir, dan menjadi guru besar,”ujarnya. 

    Dalam Seminar Nasional untuk mencari dukungan mengusulkan Midian Sirait sebagai Pahlawan Nasional, UKI dan YPDT melakukan nota kesepahaman. Tampak, Dekan Fisipol UKI  Dr Verdinand Robertua dan Ketua Umum YPDT Matuap Siahaan menandatangani nota kesepahaman tersebut.  

    “Pada bulan Oktober tahun ini Fisipol UKI sudah memasuki 30 tahun, dan Prof. Midian Sirait salah satu pelopor Fisipol UKI,” tandas Verdinand. 

    Sebelumnya, Universitas Negeri Medan (Unimed) menggelar seminar nasional dengan menghadirkan sejumlah pakar dan sejarahwan mengkaji secara ilmiah terkait kelayakan mengusulkan Prof Dr Midian Sirait sebagai pahlawan nasional dari Sumatra Utara kepada pemerintah pusat.

    Midian Sirait lahir di Lumban Sirait, Sumatra Utara pada 12 November 1928. Di usia 83 tahun, tepatnya Minggu, 9 Desember 2011 sekitar pukul 09.25, meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta. 

    Midian meninggalkan tiga anak, di antaranya Sondang Sirait (61), Poltak Sirait (60), dan Sinta Sirait (55), serta empat cucu. Midian dimakamkan di tanah kelahirannya di Porsea, Sumatera Utara, Rabu, 12 Januari 2011.

    “Bapak bisa bisa di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, tapi permintaan beliau dimamakamkan di tanah kelahirannya bersama mama kami (Dra. Ellen Kunze boru Situmorang-red),”ujar Poltak. 

    Midian dianugerahi Tanda Kehormatan RI Bintang Mahaputera Utama yang diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada Jumat 13 Agustus 2010 di Istana Merdeka. Tanda Kehormatan ini dianugerahkan kepada tokoh yang dianggap berjasa dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa. 

    Jakarta: Adanya penghargaan yang mendalam terhadap adat budaya Batak, menjadi benih dari pemikiran dan tindakan Prof Dr Midian yang mampu mempertemukan pemikiran tradisonal dan modern dalam medium budaya masyarakat yang terbuka.
     
    Selain itu, perkembangan semangat patriotisme-nasionalisme tumbuh melalui sekolah pertukangan Jepang di mana Bahasa Indonesia menjadi bahasa pengantar dan beragam latar belakang sosial peserta sekolahnya dari berbagai daerah.
     
    “Semangat patriotisme dan nasionalisme tumbuh bersamaan dengan proses ikut serta menjadi pejuang langsung dalam mempertahankan kemerdekaan,” ujar Sekretaris Umum Yayasan Pencinta Danau Toba (YPDT) Dr Andaru Sasnyoto dalam Seminar Nasional bertajuk “Perjuangan Prof Dr Midian Sirait dalam Pembangunan Kesehatan di Bidang Formasi dan Obat di Indonesia sebagai Wujud Pemenuhan Hak Asasi Manusia”, di Jakarta, Rabu, 11 Desember 2024.
    Hadir sebagai narasumber lainnya, Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia Lucia Rizka Andalusia, Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM RI) tahun 2001-2006 Dr Sampurno, Alumni ITB Daryono Hadi Tjahjono, Edy Pramono, dan Dosen Ilmu Politik UKI Fransiskus X Gian Tue Mali. 
     
    Lebih lanjut, Andaru mengemukakan, pendidikan di Jerman memberikan pematangan pemikiran dan keterlibatan yang lebih jauh dalam perkembangan negara dan bangsa.
     
    “Masa Pendidikan dari 1956-1961 dalam waktu yang relatif cepat, dapat menyelesaikan studi menjadi Sarjana Farmasi hingga Doktor Bidang Pengetahuan Alam, Fitokimia,” kata Andaru. 
     
    Menurutnya, melalui organisasi Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) Midian Sirait mendorong agar pemerintah lebih menaruh perhatian terhadap masalah-masalah pembangunan dan mengkritik pemerintah yang membuat Front nasional menjadi tempat yang leluasa untuk berperannya faktor komunis/PKI dalam politik nasional, dan menempatkan Pancasila sebagai alat untuk membelah masyarakat pro dan anti revolusi.
     
    “Pada sisi lain melalui PPI juga melakukan kegiatan-kegiatan yang mendukung pembebasan Irian barat dari Belanda dan menyatukan/mengintegrasikan sebagai bagian dari Republik Indonesia (RI),” terangnya.
     
    Menurut Andaru, Midian Sirait setelah menempuh Pendidikan di Jerman kembali ke Indonesia sebagai bagian dari panggilan tanggung jawab dan cinta Tanah Air. Andaru mengatakan, keterlibatan dalam pembaruan politik melalui dukungan terhadap gerakan mahasiswa untuk demokrasi dan perbaikan kehidupan rakyat.
     
    Dia juga menuturkan, di tengah arus perubahan politik yang cepat dan keterbukaan atau reformasi Prof Midian mendorong dibentuknya partai politik yang secara khusus menyuarakan kepentingan-kepentingan dan nilai Kristiani dan hak-hak azasi manusia.
     
    YPDT, lanjuit Andaru, inisiatif awalnya dimulai dan digerakkan oleh Midian Sirait. Menurutnya, dengan adanya kasus HKBP ada keprihatinan keterpecahan yang meluas di kalangan masyarakat Batak, perlu suatu modus yang mempertemuakan semua kepentingan masyarakat di Kawasan Danau Toba. 
     
    “Dan itu kebetulan adalah kepentingan lingkungan Kawasan Danau Toba yang dirasakan terus mengalami ketetinggalan bahkan kemerosotan perhatian terhadap kondisi lingkungan danau Toba,” ujar Andaru.
     
    Lucia Rizka Andalusia mengapresiasi setinggi-tingginya  peran jasa Prof Dr Midian Sirait dalam mempelopri sistem pengawasan obat dan makanan secara nasional. Menurut Lucia, pengaturan, pengendalian dan pengawasan di bidang kefarmasian telah dapat ditata dan dilaksanakan dengan baik.
     
    “Terutama dengan pembagian peran pusat dan daerah yang merupakan buah pemikiran Prof Dr Midian Sirait,”tambah dia.  
     
    Dia mengemukakan, tata kelola supply chain obat dan vaksin yang efisien dan efektif sehingga ketersediaan dan akses masyarakat terhadap produk kesehatan dapat berjaga merupakan hasil dari kebijakan Prof Dr Midian Sirait.  
     
    “Jasa Prof Dr Midian Sirait dalam mewujudkan tata Kelola obat yang bermanfaat untuk menjamin khasiat, keamanan, dan mutu di Indonesia sangat penting,” ujar Lucia. 
     
    Hal Senada,  Dr Sampurno, menuturkan, peran Midian Sirait mendirikan Perusahaan Umum (Perum) tidak bisa dianggap sebelah mata. 
     
    “Membangun Pabrik Obat Esensial Nasional di Cibitung dengan soft loan dan grant dari Pemerintah Italia adalah salah satu peran Prof Dr Midian Sirait,”ucapnya. 
     
    Menurutnya, produksi obat Inpres dengan daftar A, B, dan C untuk menjamin ketersediaan obat terutama di Puskesmas seluruh Indonesia. “Belakangan program strategis ini discontinue, penyediaan obat sector publik dilakukan melalui mekanisme pasar bebas,”tandas Sampurno.
     
    Kepala Dinas Sosial Provinsi Sumatra Utara Asren Nasution menuturkan, Midian Sirait menjadi teramat layak untuk untuk diusulkan sebagai Pahlawan Nasional. 
     
    “Prof Dr Midian Sirait menjadi teramat layak untuk diusulkan sebagai Pahlawan Nasional,”imbuh Asren. 
     
    Diakui Asren, bahwa Midian Sirait bukan hanya pejuang dalam kemerdekaan,akan tetapi Midian Sirait juga salah satu pelopor farmasi di Indonesia. 
     
    “Beliau (Midian Sirait) cerdas dan peduli dalam perjuangan bangsa, agak jarang prajurit itu sebagai pemikir atau memilih daya nalar. Ternyata, beliau bukan Naga Bonar. Tetapi beliau angkat senjata, berpikir, dan menjadi guru besar,”ujarnya. 
     
    Dalam Seminar Nasional untuk mencari dukungan mengusulkan Midian Sirait sebagai Pahlawan Nasional, UKI dan YPDT melakukan nota kesepahaman. Tampak, Dekan Fisipol UKI  Dr Verdinand Robertua dan Ketua Umum YPDT Matuap Siahaan menandatangani nota kesepahaman tersebut.  
     
    “Pada bulan Oktober tahun ini Fisipol UKI sudah memasuki 30 tahun, dan Prof. Midian Sirait salah satu pelopor Fisipol UKI,” tandas Verdinand. 
     
    Sebelumnya, Universitas Negeri Medan (Unimed) menggelar seminar nasional dengan menghadirkan sejumlah pakar dan sejarahwan mengkaji secara ilmiah terkait kelayakan mengusulkan Prof Dr Midian Sirait sebagai pahlawan nasional dari Sumatra Utara kepada pemerintah pusat.
     
    Midian Sirait lahir di Lumban Sirait, Sumatra Utara pada 12 November 1928. Di usia 83 tahun, tepatnya Minggu, 9 Desember 2011 sekitar pukul 09.25, meninggal di Rumah Sakit Pondok Indah, Jakarta. 
     
    Midian meninggalkan tiga anak, di antaranya Sondang Sirait (61), Poltak Sirait (60), dan Sinta Sirait (55), serta empat cucu. Midian dimakamkan di tanah kelahirannya di Porsea, Sumatera Utara, Rabu, 12 Januari 2011.
     
    “Bapak bisa bisa di makamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, tapi permintaan beliau dimamakamkan di tanah kelahirannya bersama mama kami (Dra. Ellen Kunze boru Situmorang-red),”ujar Poltak. 
     
    Midian dianugerahi Tanda Kehormatan RI Bintang Mahaputera Utama yang diserahkan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, pada Jumat 13 Agustus 2010 di Istana Merdeka. Tanda Kehormatan ini dianugerahkan kepada tokoh yang dianggap berjasa dalam meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan bangsa. 

     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (WHS)

  • WHO: Lebih 1 dari 5 Orang Dewasa di Dunia Menderita Infeksi Herpes Genital – Halaman all

    WHO: Lebih 1 dari 5 Orang Dewasa di Dunia Menderita Infeksi Herpes Genital – Halaman all

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO ungkap sekitar 846 juta orang berusia antara 15 dan 49 tahun hidup dengan infeksi herpes genital.

    Atau, lebih dari 1 dari 5 orang dalam kelompok usia ini secara global menderita herpes genital. 

    Setidaknya 1 orang setiap detik, 42 juta orang setiap tahunnya, diperkirakan akan tertular infeksi herpes genital baru.

    Umumnya, infeksi ini tidak menimbulkan gejala atau hanya menimbulkan sedikit gejala. 

    Namun, bagi sebagian orang, infeksi ini menyebabkan luka dan lepuh pada alat kelamin yang menyakitkan dan dapat kambuh sepanjang hidup.

    Menyebabkan ketidaknyamanan yang signifikan dan sering kali memerlukan beberapa kali kunjungan ke dokter. 

    Menurut perkiraan, lebih dari 200 juta orang berusia 15 hingga 49 tahun menderita setidaknya satu episode gejala seperti itu pada tahun 2020.

    Studi yang diterbitkan dalam jurnal Sexually Transmitted Infections , mengatakan bahwa perawatan dan vaksin baru diperlukan untuk mengurangi efek kesehatan yang merugikan dari virus herpes dan mengendalikan penyebarannya.

    “Meskipun sebagian besar orang yang terinfeksi herpes genital hanya mengalami sedikit gejala, dengan begitu banyak infeksi, herpes genital masih menyebabkan rasa sakit dan tekanan bagi jutaan orang di seluruh dunia dan beban yang ada sudah membebani sistem kesehatan,” kata Direktur Program Global HIV, Hepatitis, dan Infeksi Menular Seksual di WHO Dr. Meg Doherty dilansir dari website resmi, Rabu (11/12/2024). 

    “Pilihan pencegahan dan pengobatan yang lebih baik sangat dibutuhkan untuk mengurangi penularan herpes dan juga akan berkontribusi untuk mengurangi penularan HIV,” lanjutnya. 

    Saat ini, belum ada obat untuk herpes, meskipun pengobatan dapat meredakan gejalanya. 

    Selain luka, herpes genital juga terkadang dapat menyebabkan komplikasi serius, termasuk herpes neonatal. 

    Kondisi langka yang kemungkinan besar terjadi ketika seorang ibu tertular infeksi untuk pertama kalinya di akhir kehamilan dan kemudian menularkan virus ke bayinya saat melahirkan.

    Ada dua jenis virus herpes simpleks (HSV), yang dikenal sebagai HSV-1 dan HSV-2, yang keduanya dapat menyebabkan herpes genital. 

    Menurut perkiraan, 520 juta orang pada tahun 2020 memiliki HSV-2 genital, yang ditularkan selama aktivitas seksual. 

    Dari perspektif kesehatan masyarakat, HSV-2 genital lebih serius karena jauh lebih mungkin menyebabkan wabah berulang, mencakup sekitar 90 persen episode simtomatik, dan dikaitkan dengan peningkatan risiko tiga kali lipat tertular HIV.

    Tidak seperti HSV-2, HSV-1 terutama menyebar selama masa kanak-kanak melalui air liur atau kontak kulit ke kulit di sekitar mulut untuk menyebabkan herpes oral, dengan luka dingin atau sariawan sebagai gejala yang paling umum. 

    Namun, pada mereka yang tidak pernah terinfeksi sebelumnya, HSV-1 dapat ditularkan melalui hubungan seksual untuk menyebabkan infeksi genital pada masa remaja atau dewasa. 

    Sekitar 376 juta orang diperkirakan pernah mengalami infeksi HSV-1 genital pada tahun 2020. 

    Dari jumlah tersebut, 50 juta diperkirakan juga menderita HSV-2 karena kedua jenis tersebut dapat terjadi secara bersamaan.

    Meskipun tidak sepenuhnya efektif untuk menghentikan penyebarannya, penggunaan kondom yang benar dan konsisten mengurangi risiko penularan herpes. 

    Orang dengan gejala aktif harus menghindari hubungan seksual dengan orang lain, karena herpes paling menular saat ada luka. 

    WHO merekomendasikan agar orang dengan gejala herpes genital harus ditawarkan tes HIV dan jika perlu, profilaksis pra-pajanan untuk pencegahan HIV.

    SUMBER

  • Sri Mulyani Sebut Kebutuhan Pokok Tetap Bebas dari Kenaikan PPN 12 Persen

    Sri Mulyani Sebut Kebutuhan Pokok Tetap Bebas dari Kenaikan PPN 12 Persen

    Jakarta, Beritasatu.com – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menegaskan, kebijakan kenaikan pajak pertambahan nilai (PPN) menjadi 12 persen yang akan diberlakukan pada 2025 tidak akan menyentuh barang-barang kebutuhan pokok. Barang pokok keseharian, seperti beras, daging, listrik, dan semacamnya akan tetap bebas dari PPN alias 0 persen.

    “Beras, daging, ikan, telur, sayur, susu segar, gula konsumsi, pendidikan, kesehatan, jasa angkutan umum, jasa tenaga kerja, jasa keuangan, jasa asuransi, buku, vaksin polio, rumah sederhana, sangat sederhana, rusunami, listrik, dan air, semuanya tetap dikenakan PPN 0%. Diperkirakan, pembebasan PPN untuk barang-barang ini pada 2025 dapat mencapai Rp 265,6 triliun,” ucap Sri Mulyani pada konferensi pers APBN per November 2024, Jakarta, Rabu (11/12/2024).

    Sri Mulyani menanggapi ramainya kritik terhadap dampak kenaikan PPN pada masyarakat menengah ke bawah. Sri mengamanatkan, kenaikan PPN 12 persen akan tetap menjalankan azas keadilan dan mendengarkan aspirasi masyarakat.

    “Kami terus memantau dan mendengarkan aspirasi dari berbagai pihak, baik pengusaha, masyarakat, maupun anggota DPR. Kami akan berhati-hati dalam menyikapi kebijakan ini karena sangat berpengaruh pada kesehatan fiskal negara,” ujar Sri.

    Dengan itu, kebijakan PPN ini sedang diformulasikan secara lebih detail karena sangat berpengaruh terhadap kesehatan APBN. Masyarakat diminta untuk memahami bahwa pembahasan terkait PPN ini masih dalam tahap diskusi, sehingga belum dapat menjelaskan secara rinci.

    “Nanti kami akan segera mengumumkan bersama dengan menko perekonomian mengenai masalah kenaikan PPN 12 persen,” jelas Sri.

    Pada 2023 hingga sekarang, saat PPN 11 persen, kenyataannya banyak barang dan jasa termasuk barang kebutuhan pokok itu tidak dipungut PPN. Nilai dari barang dan jasa yang tidak dipungut PPNnya itu terhadap penerimaan diperkirakan mencapai Rp 231 triliun. Hal yang sama diperkirakan akan berlanjut tahun depan jika PPN 12 persen difinalisasi.

    “Jadi hal yang sama juga akan diterapkan saat PPN itu di 12 persen, barang-barang kebutuhan pokok tetap akan 0% PPNnya,” lanjut Sri.

    Sri Mulyani juga mengakui kurangnya kejelasan terkait kebijakan PPN belakangan ini. Hal tersebut dijelaskan karena Kementerian Keuangan saat ini tengah sibuk dengan sejumlah agenda penting akhir tahun, termasuk penghitungan penerimaan negara dan penentuan postur anggaran untuk 2024.

    “Tahun ini sangat spesial. Pertama, kami sibuk dengan agenda akhir tahun. Kemudian ditambah dengan keperluan rencana realokasi dengan badan anggaran baru,” jelasnya.

    Sri Mulyani pun memastikan bahwa dalam waktu dekat, bersama dengan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto, dia akan mengumumkan paket kebijakan lengkap terkait kenaikan PPN jadi 12 persen dan dampaknya terhadap berbagai sektor.

  • LPEI Salurkan Kredit Rp 300 M ke Bio Farma buat Genjot Ekspor

    LPEI Salurkan Kredit Rp 300 M ke Bio Farma buat Genjot Ekspor

    Jakarta

    Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI/Indonesia Eximbank) memberikan fasilitas kredit modal kerja ekspor Rp 300 miliar kepada PT Bio Farma (Persero) melalui program Penugasan Khusus Ekspor (PKE) Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Pemberian fasilitas kredit kepada Bio Farma ini sebagai upaya komitmen LPEI untuk mendorong industri farmasi Indonesia agar dapat bersaing di pasar global.

    Dengan penandatanganan perjanjian kredit ini antara LPEI dan PT Bio Farma (Persero) menciptakan sinergi yang lebih kuat dalam pengembangan industri farmasi di Indonesia, serta meningkatkan daya saing produk-produk farmasi Indonesia di pasar global. Sebab, berdasarkan data Kementerian Perindustrian menunjukkan, nilai ekspor industri farmasi dan obat bahan alam Indonesia sepanjang Januari hingga September 2024 mencapai US$ 639,42 juta atau Rp9,9 triliun.

    Penandatangan Perjanjian Kredit dilakukan oleh Kepala Divisi Bisnis III LPEI, Nurrohmanudin dengan Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko PT Bio Farma (Persero), IGN Suharta Wijaya dan disaksikan oleh Direktur Pelaksana Bisnis, Anton Herdianto, Plt Direktur Pelaksana Pengembangan Bisnis, Maqin U. Norhadi, dan Direktur Utama PT Bio Farma (persero), Shadiq Akasya.

    Direktur Pelaksana Bisnis LPEI, Anton Herdianto, mengatakan perjanjian kredit tersebut merupakan wujud nyata peningkatan kemandirian industri farmasi Indonesia melalui PKE Industri Farmasi dan Alat Kesehatan. Menurut dia, Bio Farma memiliki peran penting dalam mendukung program vaksinasi serta memperluas penetrasi pasar internasional, yang menjadi bukti atas kualitas dan kepercayaan global terhadap produk-produk vaksinnya.

    “Program PKE merupakan wujud negara hadir untuk mendorong ekspor nasional dan merupakan bentuk diplomasi ekonomi Indonesia ke mancanegara secara terukur, bertujuan untuk meningkatkan daya saing industri lokal agar dapat bersaing dengan negara-negara lain sehingga ekspor Indonesia bisa meningkat. Sinergi LPEI dengan Bio Farma sebagai salah satu BUMN terbesar di farmasi, merupakan langkah awal untuk mendukung kemandirian industri farmasi Indonesia,” kata Anton dalam keterangannya, Rabu (11/12/2024).

    Sementara itu, Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya, mengatakan, Bio Farma, sebagai produsen vaksin terbesar di Indonesia, berkomitmen untuk memproduksi vaksin berkualitas tinggi dan berkontribusi pada ketahanan kesehatan nasional dan mendukung program imunisasi nasional.

    Bio Farma saat ini merupakan pemain global dengan menempati posisi ke 9 berdasarkan WHO global vaccine market report 2023 dan telah mendistribusikan vaksin ke lebih dari 160 negara di dunia. Sebagai supplier vaksin terbesar ke 5 melalui badan Kesehatan dunia (WHO).

    “Bio Farma memiliki kapasitas produksi 3,1 miliar dosis per tahun, dengan sekitar 52% dari total produksi kami diekspor. Ini menunjukkan bahwa Bio Farma tidak hanya berfokus pada pasar domestik, tetapi juga berkomitmen untuk memenuhi permintaan internasional,” kata Shadiq.

    Lebih lanjut, Total dana PKE sebesar Rp 8,7 triliun telah disalurkan LPEI untuk delapan progam PKE yang sedang berjalan, yaitu PKE Penerbangan, PKE Kawasan, PKE Pariwisata Mandalika, PKE Trade Finance, PKE UKM, PKE Alat Transportasi, PKE Destinasi Pariwisata Super Prioritas dan PKE Industri Farmasi dan Alat Kesehatan.

    Akumulasi disbursement PKE sejak diterbitkannya Keputusan Menteri Keuangan (KMK) sampai dengan 30 November 2024 adalah sebesar Rp 19,9 triliun dengan jumlah pelaku usaha yang memanfaatkan sebanyak 231 pelaku usaha. Adapun total new disbursement tahun 2024 per 30 November 2024 mencapai sebesar Rp 6,6 triliun atau 121% dari target Rp 5,5 triliun.

    Lihat juga video: Bos Bio Farma Bicara Kasus Utang Pinjol Rp 1,26 M yang Menjerat Indofarma

    (ara/ara)

  • Penyakit Misterius Muncul di Negara Ini, Ratusan Orang Meninggal

    Penyakit Misterius Muncul di Negara Ini, Ratusan Orang Meninggal

    Jakarta, CNBC Indonesia– Sebuah penyakit misterius baru kini muncul di barat daya Republik Demokratik Kongo (DRC). Setidaknya 143 orang tewas selama dua minggu ini.

    Mengutip laman resmi aliansi vaksin global, Gavi, Rabu (11/12/2024), penyakit tersebut menyebabkan sejumlah gejala seperti flu, berupa demam, sakit kepala, batuk, dan anemia. Mengutip Reuters, seorang ahli epidemiologi mengatakan bahwa sebagian besar wanita dan anak-anak yang terkena dampak serius dari penyakit tersebut.

    “Sejauh ini hanya sedikit yang diketahui tentang penyakit tersebut,” muat laman itu.

    Pejabat di DRC sendiri tengah menyelidiki insiden ini untuk mengidentifikasi penyebab wabah mematikan ini. Awalnya, mereka akan mempertimbangkan kemungkinan penyakit yang diketahui endemik di wilayah tersebut seperti malaria, demam berdarah, atau Chikungunya.

    Namun, mereka mungkin akan menghadapi kesulitan dalam mendeteksi penyebabnya karena masalah infrastruktur pengujian diagnostik, serta kesulitan dalam pengumpulan sampel, pengangkutan sampel tersebut ke laboratorium, dan pengujian. Di negara-negara berpenghasilan rendah, seperti DRC, banyak laboratorium klinis hanya dapat menguji patogen umum. Keterbatasan dalam kualitas dan kinerja beberapa laboratorium klinis mereka juga menjadi masalah.

    “Jika bukan salah satu tersangka yang biasa, deteksi patogen yang lebih langka sering kali mengharuskan sampel dikirim ke laboratorium yang lebih spesialis yang dapat melakukan pengujian khusus, seperti pengurutan gen,” tambah laman tersebut.

    “Ini bisa berarti bahwa sampel perlu dikirim ke laboratorium di luar negeri. Namun, pembagian sampel biologis tersebut secara internasional sangat kontroversial karena kekhawatiran bahwa manfaatnya sering kali tidak dibagi secara adil antarnegara,” jelasnya.

    Laporan sama juga dilihat di situs resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Dikatakan bagaimana antara 24 Oktober hingga 5 Desember 2024, zona kesehatan Panzi di Provinsi Kwango, DRC mencatat 406 kasus penyakit yang tidak terdiagnosis dengan gejala demam, sakit kepala, batuk, pilek, dan nyeri tubuh.

    “Semua kasus yang parah dilaporkan mengalami kekurangan gizi parah. Di antara kasus-kasus tersebut, 31 kematian telah tercatat,” ujarnya.

    “Mayoritas kasus yang dilaporkan terjadi pada anak-anak, terutama mereka yang berusia di bawah lima tahun. Daerah tersebut pedesaan dan terpencil, dengan akses yang semakin terhambat oleh musim hujan yang sedang berlangsung.,” tambahnya.

    Sulitnya jarak menjadi tantangan bagi staf kesehatan. Tantangan-tantangan ini ditambah dengan diagnostik yang terbatas di wilayah tersebut, muat telah menunda identifikasi penyebab yang mendasarinya.

    “Kasus telah dilaporkan dari sembilan dari 30 area kesehatan di zona kesehatan Panzi: Kahumbulu, Kambandambi, Kanzangi, Kasanji, Kiama, Mbanza Kipungu, Makitapanzi, Mwini ngulu, dan Tsakala Panzi. Mayoritas kasus (95,8%) dilaporkan dari wilayah kesehatan Tsakala Panzi (169), Makitapanzi (142), dan Kanzangi (78),” rinci WHO lagi.

    “Di zona kesehatan Panzi, anak-anak berusia 0-14 tahun mewakili 64,3% dari semua kasus yang dilaporkan, dengan kelompok usia 0-59 bulan, 5-9 tahun, dan 10-14 tahun masing-masing mencakup 53%, 7,4%, dan 3,9% dari kasus,” tambahnya.

    “Perempuan merupakan 59,9% dari total kasus. Di antara kematian, 71% berusia di bawah 15 tahun, dengan 54,8% dari total kasus adalah anak-anak berusia di bawah lima tahun. Semua kasus parah dilaporkan mengalami kekurangan gizi. Ada 145 kasus berusia 15 tahun ke atas, yang sembilan di antaranya meninggal. Kematian terutama terjadi di masyarakat desa,” ujarnya lagi.

    (sef/sef)