Sempat Nihil Kasus, Puluhan Sapi di Kota Kediri Terjangkit PMK
Tim Redaksi
KEDIRI, KOMPAS.com
– Puluhan ekor sapi di
Kota Kediri
, Jawa Timur, mengalami serangan penyakit mulut dan kaki (PMK).
Padahal, sejak 2023 yang lalu, Kota Kediri sempat menyandang gelar zero kasus.
Penyakit tersebut menyebabkan hewan ternak berkaki empat mengalami sejumlah gejala, mulai dari mulut berbusa dengan keluarnya liur berlebih, hingga susah berdiri karena kuku dan sendi kaki sakit.
Selain itu, juga diikuti dengan hilangnya nafsu makan sehingga harus digelonggong agar tetap mendapatkan asupan makanan.
Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Kediri, M Ridwan, mengatakan sejauh ini di wilayahnya ada 20 ternak yang terdata mengalami serangan PMK tersebut.
“Mulanya, pada pertengahan Desember 2024 yang lalu, ada laporan dari salah satu warga. Lalu, kita turun untuk pengecekan ke sejumlah peternak dan hasilnya kita temukan sejumlah kasus itu,” ujar Ridwan pada Kompas.com, Jumat (3/1/2025).
Ridwan menambahkan, pihaknya langsung mengadakan sosialisasi lagi kepada peternak tentang kewaspadaan terhadap PMK, yakni dengan mengurangi aktivitas jual beli kecuali terhadap sapi yang telah divaksinasi, menjaga kebersihan kandang, dan melapor jika ada gejala PMK.
“Selain itu, kami terus berkoordinasi dengan provinsi dan pusat agar vaksinasi bisa dilanjutkan,” lanjutnya.
Kota Kediri sudah pernah mengatasi serangan kasus tersebut dan menyandang status sebagai kota zero kasus usai serangan PMK besar-besaran pada kisaran 2022 hingga 2023 silam.
Kembali terjadinya kasus, menurut Ridwan, dimungkinkan karena adanya individu sapi baru yang belum mendapatkan vaksin.
“Kebetulan pada akhir Desember 2024 yang lalu, kita tidak mendapatkan vaksin dari pusat karena keterbatasan,” lanjutnya.
Selain itu, juga ditambah dengan banyaknya serangan PMK yang terjadi di sejumlah wilayah di Jawa Timur, sehingga turut menyebar ke wilayah Kediri.
Kini, pihaknya tengah meningkatkan sosialisasi kepada peternak agar serangan kasus PMK itu tidak semakin menyebar.
Selain itu, juga mengajukan vaksin dari pemerintah pusat.
“Meski saat ini zero kematian, kita galakkan penanggulangannya,” pungkasnya.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.
Produk: vaksin
-
/data/photo/2022/05/12/627cf820ef8db.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
Sempat Nihil Kasus, Puluhan Sapi di Kota Kediri Terjangkit PMK Surabaya 3 Januari 2025
-

Perubahan Cuaca dan Lalu Lintas Perdagangan Hewan Jadi Penyebab Kasus PMK di Tulungagung
Tulungagung (beritajatim.com) – Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Tulungagung meningkatkan pelayanan pemeriksaan kesehatan sapi. Hal ini menyusul meningkatnya kasus temuan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Faktor cuaca disebut menjadi salah satu pemicu kemunculan virus PMK ini. Selain itu lalu lintas hewan ternak sapi juga ikut berpengaruh terhadap penyebaranya.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Tulungagung, Tutus Sumaryani mengatakan dari hasil pendataan ditemukan 77 ekor sapi yang terkena PMK.
Dari jumlah terwebut dua ekor sapi karena PMK. Hingga saat ini proses pendataan masih terus berlangsung. Petugas lapangan melaporkan update data seminggu sekali.
“Dibanding tahun sebelumnya, PMK tahun ini tidak terlalu banyak, laporan yang masuk ada 77 ekor sapi yang terkena penyakit ini,” ujarnya, Jumat (3/1/2025).
Saat ini angka populasi sapi potong dan perah di Tulungagung sebanyak 143 ribu ekor. Dari jumlah tersebut, 80 persen diantaranya sudah mendapatkan vaksin PMK. Kondisi ini membuat pihak Dinas yakin penyakit ini bisa segera ditangani.
Meskipun stok vaksin di Dinas sendiri kini sudah habis, namun peternak bisa membeli secara mandiri. “Sekarang sudah bisa dilayani pembelian vaksin PMK, beberapa klinik kesehatan hewan juga melayani pemberian vaksin,” tuturnya.
Lebih lanjut Tutus menjelaskan adanya perubahan cuaca menjadi salah satu pemicu munculnya penyakit ini. Kondisi cuaca membuat sistem imun pada sapi menurun dan rentan terkena penyakit. Selain itu lalu lintas perdagangan sapi antar kota juga membantu penyebaran PMK.
Untuk menekan angka kasus, petugas mengintensifkan layanan pemeriksaan kesehatan sapi di masyarakat. Selain itu mereka juga mengawasi perdagangan sapi di pasar hewan terpadu. “Setiap sapi dari luar kota kita semprot disenfektan, jika ditemukan sapi yang sakit kita minta dibawa pulang,” pungkasnya. [nm/kun]
-
/data/photo/2025/01/03/6777335b8d8bf.jpg?w=1200&resize=1200,0&ssl=1)
10.000 Dosis Vaksin PMK di Ngawi Kedaluwarsa, Ini Penyebabnya Surabaya 3 Januari 2025
10.000 Dosis Vaksin PMK di Ngawi Kedaluwarsa, Ini Penyebabnya
Tim Redaksi
NGAWI, KOMPAS.com
– Sebanyak 10.000 dosis vaksin penyakit mulut dan kuku (
PMK
) bantuan pemerintah pusat untuk Pemkab
Ngawi
kedaluwarsa sejak Oktober 2024. Penyebabnya, banyak peternak yang menolak sapinya disuntik
vaksin PMK
.
“Kebetulan banyak peternak yang menolak divaksin (sapinya). Bahkan ada yang membuat surat pernyataan tertulis menolak divaksin. Makanya ada vaksin yang masih dan
kadaluarsa
,” kata Kepala Dinas Perikanan dan Peternakan (DPP) Ngawi, Eko Yudo Nurcahyo, yang dikonfirmasi Kompas.com pada Kamis (2/1/2025).
Dia menyebut peternak menolak vaksin PMK lantaran sapinya tidak mau makan usai disuntik vaksin. Padahal, agar sapi terlindung dari PMK, kata Yudo, setiap enam bulan sekali sapi harus disuntik vaksin tersebut.
“Jadi memang harus booster terus dan rutin enam bulan sekali disuntik vaksin. Apalagi virus PMK masih ada dan Indonesia belum zero PMK,” kata Yudo.
Yudo mengungkapkan bahwa awal tahun lalu Pemkab Ngawi mendapatkan bantuan vaksin dari pemerintah pusat sebanyak 463.747 dosis.
Ratusan ribu dosis vaksin tersebut disuntikkan ke berbagai hewan ternak yang berpotensi terkena PMK secara rutin setiap enam bulan sekali.
Rinciannya, sapi 130.248 dosis, kerbau 1.914 dosis, kambing 307.910 dosis, dan domba 13.675 dosis.
Rencananya, ribuan vaksin kadaluarsa tersebut akan dimusnahkan. Hanya saja, pihaknya menunggu petunjuk dari pemerintah pusat terkait mekanisme dan syarat pemusnahan vaksin tersebut.
Terkait pencegahan PMK, Yudo mengatakan Pemkab Ngawi akan mengadakan 10.000 dosis vaksin PMK pada pertengahan bulan ini dengan total anggaran sebesar Rp 255 juta.
“Kami menganggarkan sepuluh ribu dosis vaksin. Akhir Januari sudah bisa terealisasi,” jelas Yudo.
Pengadaan vaksin PMK perlu segera dilakukan lantaran sampai saat ini belum ada informasi dari pemerintah pusat maupun provinsi mengenai pengadaan vaksin tersebut.
Rencananya, vaksin tersebut akan disuntikkan pada hewan sapi yang belum terjangkit.
Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved. -

Fakta-fakta Lonjakan Penyakit Pernapasan di China, Disebut Dipicu Virus HMPV Fakta-fakta Lonjakan Penyakit Pernapasan di China, Disebut Dipicu Virus HMPV
Apa Gejalanya?
HMPV paling banyak terjadi pada kelompok anak. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CDC China), gejalanya mirip dengan influenza pada umumnya, tetapi bisa berkembang menjadi keluhan lebih parah.
“Gejala-gejalanya meliputi batuk, demam, hidung tersumbat, dan mengi. Kasus yang parah dapat mengakibatkan bronkitis atau pneumonia, terutama di kalangan bayi, orang tua, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah,” beber CDC China.
Mereka dengan riwayat penyakit paru-paru yang sudah ada sebelumnya, seperti asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), atau emfisema, berisiko lebih tinggi terkena gejala lebih parah.
“Masa inkubasi berkisar antara tiga hingga lima hari,” kata CDC China.
Meskipun jumlah kasus meningkat, para ahli menekankan kehati-hatian dalam menggunakan obat antivirus tanpa pandang bulu untuk hMPV.
Saat ini, tidak ada vaksin atau pengobatan antivirus khusus dan penanganannya berfokus pada pengurangan gejala. CDC telah mengeluarkan beberapa rekomendasi untuk menekan penyebaran hMPV dan penyakit pernapasan lain.
Masyarakat diminta memakai masker di tempat ramai, menjaga jarak sosial, sering mencuci tangan, dan menunda menghindari tempat ramai sebisa mungkin.
Simak Video “Video: Kemenkes Pastikan Belum Ada Laporan Kasus Flu A dan HMPV di RI”
[Gambas:Video 20detik](naf/sao)
-

PMK Kembali Menjangkit Ternak di Jatim, Disnak Gerak Cepat Lakukan Penanganan
Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Fatimatuz Zahroh
TRIBUNJATIM.COM, SURABAYA – Kepala Dinas Peternakan Jawa Timur Indyah Aryani menyatakan Pemprov Jatim gerak cepat melakukan penanganan mulai merebaknya kembali kasus PMK pada hewan ternak di sejumlah daerah di Jatim.
Sebagaimana diketahui, para peternak di sejumlah daerah di Jatim mengeluhkan hewannya yang sakit dan dengan gejala penyakit mirip PMK. Seperti banyak sapi yang tidak mau makan, mulut berlendir, atau juga seperti sariawan.
Saat dikonfirmasi Tribun Jatim Network, Indyah membenarkan bahwa ada indikasi PMK yang mulai kembali merebak di Jawa Timur. Beberapa kasus yang muncul seperti di Ponorogo, Madiun dan juga Mojokerto serta sejumlah daerah yang lain.
“Benar ada kenaikan kasus di masing-masing kabupaten di Jatim. Kita mulai melakukan sejumlah tindakan untuk antisipasi dan penanganan,” kata Indyah, Kamis (2/1/2025) sore.
Sejumlah langkah yang dilakukan, Dinas Peternakan Jawa Timur adalah melakukan sosialisasi dan vaksinasi. Pihaknya juga melakukan pengobatan bagi hewan yang sakit.
“Kita mulai aktif melakukan komunikasi memberikan informasi dan Edukasi kepada peternak. Selain itu kami juga melakukan pengobatan pada ternak sakit dan melakukan vaksinasi pada ternak yang sehat,” jelas Indyah.
Pihaknya pun menegaskan bahwa Pemprov Jatim juga melakukan pengamanan dengan menerapkan pengaturan lalu lintas ternak. Dimana ternak yang keluar masuk Jatim dilakukan pemeriksaan.
“Kami melaksanakan biosecuriti, melaksanakan pengendalian lalu lintas ternak, ini penting kami lakukan untuk menjaga agar tidak ada penularan yang masif pada hewan yang keluar masuk ke Jatim,” ujarnya.
Tidak hanya itu, Dinas Peternakan Jatim juga sudah menurunkan tim untuk melakukan penyemprotan desinfektan pada pasar tenak. Desinfektan ini penting untuk mencegah penularan yang lebih luas.
“Selain itu kami juga sudah melakukan rapat koordinasi dengan Dinas Kabupaten Kota dan Kementrian Pertanian, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan untuk pengendalian PMK dengan menyediakan obat, vitamin, vaksin dan biaya operasional vaksinasi,” pungkas Indyah
-

Disnak Jatim: 30 Daerah Alami Kenaikan Kasus PMK
Surabaya (beritajatim.com) – Dinas Peternakan (Disnak) Provinsi Jatim akhirnya buka suara terkait merebaknya kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Bahkan, beberapa daerah sudah masuk Kejadian Luar Biasa (KLB).
“Kami sudah drop obat-obatan dan vitamin kepada kabupaten/kota. Kemarin bantuan vaksin dari Pusvetma didrop, untuk selanjutnya melaksanakan Komunikasi, Informasi, Edukasi (KIE) dan disinfektan, pengobatan dan vaksinasi,” kata Kadisnak Jatim, Indyah Aryani dikonfirmasi beritajatim.com, Kamis (2/1/2025).
Menurut Indyah, sebanyak 30 kabupaten/kota di Jatim mengalami kenaikan kasus. “Untuk populasi yang kecil seperti Kota Surabaya belum ada laporan kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK),” ujarnya.
Diberitakan sebelumnya, memasuki 2025, Kabupaten Blitar masuk dalam kategori daerah dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Blitar masuk kategori KLB usai 235 sapi terjangkit PMK, bahkan 30 ekor di antaranya mati.
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Blitar, Nanang Miftahudin menyebut bahwa berdasarkan melonjaknya kasus yang jauh diatas standar, sebenarnya di Kabupaten Blitar sudah bisa dikategorikan wabah atau KLB.
Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) juga mulai mengancam kesehatan ternak di Kabupaten Ponorogo. Di Desa Jimbe, Kecamatan Jenangan, sejumlah sapi milik warga dilaporkan menunjukkan gejala khas PMK, seperti mulut berlendir dan luka pada kuku. Bahkan, beberapa sapi dilaporkan telah mati akibat penyakit tersebut.
Meski kasus Penyakit Kulit dan Kuku (PMK) di Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan, namun sejumlah ternak masih belum disuntik vaksin. Kondisi ini terjadi lantaran vaksin dari Kementerian Pertanian masih belum datang. [tok/beq]
-

Wabah PMK Kembali Melanda Batang, Vaksinasi Jadi Kendala Utama
TRIBUNJATENG.COM, BATANG – Kabupaten Batang kembali dilanda wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang hewan ternak.
Kekurangan vaksin membuat peternak di daerah ini semakin khawatir.
Hingga awal Januari 2025, tercatat 161 ekor sapi terinfeksi PMK pada akhir tahun lalu, dengan tambahan 25 sapi, 14 kambing, dan 4 domba yang dilaporkan terjangkit tahun ini.
Kepala Bidang Peternakan Dinas Pangan dan Pertanian Kabupaten Batang, Syam Manohara, menjelaskan bahwa lonjakan kasus disebabkan oleh masuknya ternak baru dari luar daerah yang belum divaksin.
“Ternak yang sudah divaksin di Batang relatif aman, namun ternak baru dari Jawa Timur dan Lampung membawa risiko besar,” ungkapnya, Kamis (2/1/2025).
Wabah pertama kali terdeteksi pada Oktober 2024 di beberapa desa, termasuk Desa Silurah, Sodong, Kecamatan Wonotunggal, dan Kebaturan Bawang, yang menjadi daerah terdampak terparah.
Menurut Syam, persediaan vaksin PMK habis sejak akhir tahun lalu, dan pihaknya sedang berkoordinasi dengan Provinsi Jawa Tengah untuk tambahan alokasi vaksin.
“Saat ini kami tidak ada vaksin sama sekali. Langkah yang bisa dilakukan hanya fokus pada kebersihan kandang dan biosekuriti,” ujarnya.
Petugas lapangan mengedukasi peternak tentang pemisahan ternak baru dari ternak lama serta menjaga kebersihan kandang untuk mencegah penyebaran virus.
“Virus berkembang pesat saat musim hujan, sehingga pencegahan adalah langkah terbaik saat ini,” tambah Syam.
Dokter hewan Ambar Puspitaningsih dari Dinas Pangan dan Pertanian Batang memastikan bahwa PMK tidak menular ke manusia.
“Jika daging dan jeroan ditangani dengan baik, produk tersebut aman dikonsumsi,” jelasnya.
Namun, ia mengingatkan bahwa biosekuriti tetap menjadi kunci utama.
“Ternak yang sakit harus dipisahkan dari yang sehat, dan ternak baru dipisahkan dari ternak lama dengan pemantauan ketat,” pungkasnya.
Dinas berharap ketersediaan vaksin segera terpenuhi agar wabah PMK dapat diatasi lebih efektif, sehingga peternak dapat kembali tenang dalam mengelola usaha ternak mereka.
-

Blitar KLB Penyakit Mulut dan Kuku, 30 Ekor Sapi Mati
Blitar (beritajatim.com) – Memasuki 2025, Kabupaten Blitar masuk dalam kategori daerah dengan Kejadian Luar Biasa (KLB) Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). Blitar masuk kategori KLB usai 235 sapi terjangkit PMK, bahkan 30 ekor di antaranya mati.
Kabid Kesehatan Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakkan) Kabupaten Blitar, Nanang Miftahudin menyebut bahwa berdasarkan melonjaknya kasus yang jauh diatas standar, sebenarnya di Kabupaten Blitar sudah bisa dikategorikan wabah atau KLB.
“Tapi untuk penyakit hewan penetapannya oleh Kementan, berbeda dengan sektor kesehatan manusia yang bisa ditetapkan oleh pimpinan daerah,” ujar Nanang, Kamis (2/1/2025).
Lebih lanjut Nanang menjelaskan kasus PMK pada Desember 2024 ini, jauh meningkat dibanding awal 2024 apalagi 2023. Karena program vaksinasi berjalan dengan maksimal, sedangkan mulai April 2024 pelaksanaan vaksinasi merosot tajam.
“Terutama karena sama sekali tidak didampingi biaya operasional, makanya dimasukkan kondisi darurat,” jelasnya.
Diungkapkan Nanang pada Senin (30/12/2024), Dinas Peternakan Provinsi Jatim melaksanakan rapat darurat, dalam rangka pengusulan perubahan status di Jatim. Untuk menentukan penetapan wabah PMK atau perubahan status, dari tertular menjadi wabah PMK agar bisa mengalokasikan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT).
Disampaikan Nanang jika sejak awal Desember 2024, kasus PMK yang menyerang ternak sapi di Kabupaten Blitar kembali meningkat.
“Dari data sementara, sampai terakhir 31 Desember 2024 total ada 315 kasus dan 235 ekor ternak sapi yang positif PMK. Dimana 35 ekor sudah sembuh, serta 30 ekor sapi mati dan 15 dipotong paksa,” bebernya.
Peningkatan ternak sapi yang positif terserang PMK, tersebar di seluruh wilayah Kabupaten Blitar. Kasus ini menyerang ternak sapi yang terutama belum pernah divaksin, atau tidak jelas sudah atau belum divaksin.
“Karena ternak baru dibeli atau didatangkan dari luar daerah, sehingga Disnakkan melakukan beberapa langkah pencegahan. Seperti melakukan pemeriksaan ketat ternak sapi di Pasar Hewan, kalau diketahui sakit dengan gejala mirip PMK diminta untuk dibawa kembali dan diobati sampai sembuh,” jelasnya.
Pihak Disnakkan juga sudah melakukan upaya pencegahan diantaranya, membuat surat edaran untuk camat, lurah/desa perihal kewaspadaan muncul Penyakit Hewan Menular Strategis (PHMS). Kemudian, berkoordinasi dengan organisasi profesi PDHI Jatim 8 dan Paravetindo serta petugas Puskeswan dalam kesiapsiagaan menghadapi PHMS ini.
“Serta penyebaran informasi melalui media sosial, flyer tentang kewaspadaan terhadap penyakit PMK dan PHMS. Komunikasi, Informasi dan Edukasi oleh petugas kesehatan hewan pada peternak, agar segera melapor jika menemukan hewan dengan gejala PMK dan penyakit strategis lainnya,” ungkapnya.
Ditanya mengenai program vaksinasi PMK, Nanang mengakui jika vaksinasi memang merupakan perlindungan yang bagus. Tapi saat ini tidak ada stok vaksin di pemerintah dan sesuai surat pemberitahuan Kementan, agar para peternak berupaya dengan vaksinasi mandiri.
“Tapi di rakor Senin (30/12/2024) lalu, Kementan akan mengusahakan persediaan vaksin/alokasi vaksin dengan berupaya menggeser dari anggaran kegiatan lain. Tapi waktunya kapan tersedianya vaksin dari pemerintah, menunggu info lebih lanjut,” imbuhnya. [owi/beq]
-

Vaksin PMK Belum Datang, Disnakkeswan Pasuruan Sebar Obat dan Vitamin
Pasuruan (beritajatim.com) – Meski kasus Penyakit Kulit dan Kuku (PMK) di Kabupaten Pasuruan mengalami peningkatan namun sejumlah ternak masih belum disuntik vaksin. Kondisi ini terjadi lantaran vaksin dari Kementerian Pertanian masih belum datang.
Meski begitu, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan telah memberikan obat dan vitamin untuk sejumlah ternak. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Ainur Alfia mengatakan saat ini sudah disalurkan di sejumlah peternak.
“Untuk vaksinnya kami masih menunggu dari Kementerian namun kita sudah memberikan obat dan vitamin,” jelasnya, Kamis (2/1/2025).
Alfi juga mengatakan pihaknya telah menyalurkan 562 botol obat dan 720 boks vitamin serta 48 liter disinfektan. Vitamin dan obat-obatan tersebut seluruhnya diambilkan dari APBD Pemkab Pasuruan.
“Anggaran tersebut sudah masuk APBD dan setiap tahun selalu ada. Tinggal kita melakukan distribusi ke peternak,” lanjutnya.
Diketahui sebelumnya kasus PMK di Kabupaten Pasuruan kembali merebak setelah dua bulan telah dinyatakan hilang. Terdapat kurang lebih 99 kasus baru yang muncul pada bulan Desember 2024 lalu.
Kasus tersebut muncul dan menyerang ternak di 6 kecamatan Kabupaten Pasuruan. Keenam kecamatan tersebut yakni di Prigen, Pandaan, Nguling, Purwodadi, Winongan, dan Gempol. [ada/beq]
-

RS di China Kewalahan, Pasien Influenza A dan HMPV Melonjak, Kemenkes: Belum Terdeteksi di Indonesia – Halaman all
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kasus infeksi Influenza A dan HMPV atau human meta pneumo virus sedang merebak di China.
Sejumlah rumah sakit bahkan kewalahan karena jumlah pasien naik signifikan.
Gejala kedua penyakit itu mirip dengan Covid-19 yakni demam tinggi, batuk, sakit tenggorokan maupun sulit bernapas. Otoritas pengendalian penyakit China pada akhir Desember lalu mengumumkan, tengah menguji coba sistem pemantauan khusus untuk pneumonia yang belum diketahui penyebabnya.
Influenza A merupakan influenza yang paling umum terjadi di negara Tirai Bambu dan sekitarnya. Kondisi ini selalu terjadi di akhir tahun, lantaran di sana sedang musim dingin.
Penyakit bisa sembuh dengan sendirinya seiring kekebalan tubuh seseorang makin membaik. Sementara HMPV merupakan virus yang menyebabkan infeksi saluran pernafasan akut.
HMPV rentan dialami bayi, anak kecil dan siapa saja yang memiliki kekebalan tubuh yang lemah. HMPV bisa mengakibatkan bronkitis, asma, dan pneumonia.
Melihat kondisi ini, Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara Prof Tjandra Yoga Aditama menyarankan lima hal yang perlu dipersiapkan Indonesia untuk menghadapi penyakit-penyakit tersebut.
Pertama, survailans dan deteksi dini merupakan kunci utama pengendalian penyakit menular. “Ini suatu langkah yang amat baik, dan perlu juga dipertimbangkan di negara kita, baik untuk infeksi pernapasan sampai pneumonia maupun penyakit menular lainnya,” kata dia di Jakarta, Rabu (1/1/2025).
Kedua, tentang inluenza A selalu ada fluktuasi peningkatannya dari waktu ke waktu di berbagai belahan dunia.
Karena itulah WHO selalu mengkompilasi data ini dan diumumkan agar negara-negara dapat mengambil langkah yang diperlukan.
Ketiga terkait, HMPV (human meta pneumo virus) bukanlah penyakit baru di China. Karena sudah banyak diulas tentang pola epidemiologik dan karakteristik genetikanya.
Sehingga bisa jadi panduan pemerintah China untuk program pengendalian dan bahkan proses vaksinasinya kelak.
“Akan baik kalau pola epidemiologik dan genetik berbagai penyakit menular Indonesia juga dipublikasikan dalam jurnal ilmiah resmi seperti ini untuk jadi panduan pula,” terang Mantan Dirjen Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes ini.
Terakhir, menjaga dan meningkatkan pengendalian penyakit menular, mulai dari tingkat dasar yaitu pemahaman dan pola hidup masyarakat, lalu vaksinasi, lalu surveilans dan deteksi dini dan belakangan lalu penangannan kasus dan kontaknya.
Dalam hal ini perlu diingatkan kembali bahwa promotif preventif amatlah perlu, jangan hanya bertumpu ke penanganan kasus yang sudah sakit saja.
Terpisah, Juru Bicara Kementerian Kesehatan (Kemenkes RI) Drg. Widyawati menuturkan, kasus infeksi Influenza A dan HMPV atau human meta pneumo virus yang sedang merebak di China belum ditemukan di Indonesia. “Saat ini belum ditemukan di Indonesia,” kata dia.
Kemenkes mengimbau masyarakat untuk tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) antara lain : rajin mencuci tangan, menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin atau memakai masker, serta disarankan tetap di rumah jika mengalami demam, batuk, pilek atau gejala flu.
“Tidak perlu panik, tetapi tetap waspada, pantau perkembangan kasus melalui media terpercaya. Jika harus bepergian ke luar negeri, pastikan untuk memeriksa situasi dan kebijakan di negara tujuan. Jangan lupa terapkan protokol kesehatan,” ungkap perempuan yang biasa disapa Wiwid ini.
Gejala Mirip Covid-19
Gejala HMPV mirip Covid-19, seperti batuk, demam, hidung tersumbat, mengi, serta bronkitis atau pneumonia. Hingga kini, belum ada vaksin berlisensi untuk mengatasi HMPV.
Sementara flu burung atau Influenza A yang menyerang warga China berasal dari subtipe antara lain H1N1 dan H9N2.
Ilustrasi (Freepik.com)
Epidemiolog dari Griffith University Australia, Dicky Budiman membenarkan bahwa virus Influenza A dan HMPV tengah merebak di China.
“Influenza A itu salah satu penyebab flu musiman, bukan virus baru ya. Virus ini endemi dan sangat menular,” ujar Dicky.
Menurut Dicky, penderita Influenza A akan mengalami infeksi saluran pernapasan atas dan bawah.
Gejalanya berupa demam, batuk, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan kelelahan. Dia mengungkapkan, Influenza A termasuk wabah yang dipantau ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Sebab, ada kondisi-kondisi yang membuatnya bisa menjadi pandemi.
“Jika varian barunya (Influenza A) muncul yang bisa menyebar luas di kalangan manusia. Ini yang dikhawatirkan,” lanjutnya.
Meski Influenza A termasuk kondisi serius, Dicky menekankan, penularan wabah tersebut saat ini belum dalam level yang sangat membahayakan.
Sementara itu, lanjutnya, HMPV termasuk virus pernapasan mirip Respiratory Syncytial Virus (RSV) yang diidentifikasi sejak 2001.
Penularan Influenza A dan HMPV dapat melalui droplets atau percikan air liur saat penderita virus tersebut batuk, bersin, atau bicara.
Virus ini juga bisa disebarkan lewat kontak langsung dengan orang terinfeksi atau sentuhan barang yang terkontaminasi. “Ini mirip penularan Covid-19,” tegas Dicky.(Tribun Network/rin/kps/wly)