Produk: vaksin

  • PMK dan Pupuk Subsidi Jadi Atensi DPRD Pamekasan

    PMK dan Pupuk Subsidi Jadi Atensi DPRD Pamekasan

    Pamekasan (beritajatim.com) – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) dan pupuk bersubsidi menjadi atensi Komisi 2 Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Pamekasan, bersama mitra kerja terkait.

    Atensi tersebut dibahas dalam rapat koordinasi Komisi 2 DPRD Pamekasan, bersama Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Pamekasan, di Gedung Wakil Rakyat Jl Kabupaten 107 Pamekasan, beberapa waktu lalu.

    “Dalam rapat koordinasi bersama DKPP, banyak hal yang kami koordinasikan, beberapa di antaranya poin tentang banyaknya sapi sakit mendadak hingga pupuk bersubsidi,” kata salah satu anggota Komisi 2 DPRD Pamekasan, Tabri S Munir, Senin (6/1/2025).

    Poin pertama berkenan dengan temuan yang diduga PMK yang mulai meresahkan masyarakat, khususnya para peternak maupun pemilik sapi. “Dengan adanya temuan ini, segera lakukan proteksi dengan pemberian vaksin PMK maupun penyemprotan disinfektan,” ungkapnya.

    “Terlebih ada temuan 19 ekor sapi di Pamekasan, justru disembelih paksa karena sakit, diduga akibat PMK yang mulai menjangkit ternak. Hal ini tentu mulai meresahkan masyarakat,” sambung legislator muda Partai Demokrat Pamekasan.

    Dalam kesempatan itu, pihaknya juga meminta DKPP agar lebih memudahkan dalam peningkatan swasembada pangan. “Komisi 2 meminta DKPP agar pasar hewan yang ada dikembangkan sebagai pasar hewan terpadu, termasuk melakukan perencanaan seluruh Puskeswan berada di pasar hewan sebagai upaya menjaga dan memastikan kesehatan hewan,” pintanya.

    “Karena itu kami juga berencana memfasilitasi pembahasan pasar hewan terpadu dengan melibatkan OPD (Organisasi Perangkat Daerah) terkait, yakni OPD pengelola pasar maupun OPD pengelola limbah atau sampah pasar,” tegasnya.

    Tidak hanya itu, pupuk subsidi juga tidak lepas dari pembahasan dalam rapat koordinasi mitra kerja. “Serapan pupuk subsidi pada 2024, tidak mencapai 100 persen karena ada beberapa permasalahan, di antaranya mundurnya masa hujan sekitar 32 hari,” jelasnya.

    “Termasuk juga ada beberapa kios yang tidak melakukan tebus pupuk karena petani tidak melakukan tebus beli pupuk subsidi, hal itu terjadi karena banyak petani yang belum melakukan beli tebus karena baru tanam padi,” sambung Tabri.

    Bahasan lainnya juga berkenaan dengan alokasi pupuk 2025 yang mengalami penurunan dibanding sebelumnya. “Alokasi pupuk bersubsidi 2025 turun dibanding 2024, atas kondisi ini DKPP masih terus mendalami alasan dari Pemprov Jatim,” pungkasnya. [pin/beq]

  • Gejala HMPV yang Menyebar di China dan Sudah Ada di Malaysia

    Gejala HMPV yang Menyebar di China dan Sudah Ada di Malaysia

    Jakarta, CNBC Indonesia – Dalam beberapa hari terakhir, tersebar kabar soal sebaran virus bernama Human Metapneumovirus (HMPV) di China. Banyak orang yang khawatir soal virus ini karena takut bisa membatasi kegiatan masyarakat lagi seperti pandemi Covid-19 selama hampir tiga tahun.

    Wabah HMPV di China sendiri dilaporkan terus memburuk. Salah satunya mereka yang terinfeksi telah memenuhi banyak rumah sakit.

    Lalu apa sebenarnya HMPV dan bagaimana pencegahannya? Berikut rangkumannya dari NDTV, Senin (6/1/2025):

    1. Pengertian HMPV

    HMPV sendiri disebut mirip seperti flu. Virus biasanya akan menyerang sistem pernapasan bagian atas, namun juga sering menginfeksi pernapasan bawah.

    NDTV mencatat infeksi akibat virus ini biasanya terjadi pada musim dingin dan awal musim semi.

    2. Penyebaran

    Seperti disebutkan sebelumnya, HMPV mirip dengan flu atau pilek biasa. Manusia bisa terinfeksi dari orang lain melalui batuk, bersin atau berkontak langsung.

    3. Gejala

    Masa inkubasi untuk HMPV selama 3-6 hari, ini berganting pada tingkat keparahannya. Terkait gejala, berikut daftarnya:

    batuk
    demam
    hidung tersumbat
    sakit tenggorokan
    sesak napas

    4. Risiko Tertinggi

    Penyakit ini memiliki beberapa kalangan yang berisiko tinggi mengalami penyakit parah yakni anak kecil, orang tua, dan mereka dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    5. Komplikasi

    NDTV juga menuliskan HMPV bisa menyebabkan penyakit parah, bahkan membutuhkan rawat inap. Komplikasinya mulai dari bronkiolitis, bronkitis, pneumonia, asma atau PPOK (penyakit paru obstruktif kronis) dan infeksi telinga.

    6. Pencegahan

    Berikut adalah beberapa kebiasaan yang dinilai bisa mencegah tertular HMPV:

    cuci tangan dengan sabun dan air minimal 20 detik
    tutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin
    pertimbangkan menggunakan masker dan hindari berkontak dengan orang sakit
    hindari menyentuh mata, hidung dan mulut dengan tangan yang tidak dicuci
    isolasi diri saat sakit

    7. Antivirus

    Sejauh ini belum ada antivirus atau vaksin khusus mencegah HMPV

    (dem/dem)

  • Virus HMPV di China Makin Meluas, Kemenkes: Belum Masuk Indonesia – Halaman all

    Virus HMPV di China Makin Meluas, Kemenkes: Belum Masuk Indonesia – Halaman all

     

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wakil Ketua Komisi IX DPR RI Nihayatul Wafiroh meminta pemerintah mencegah masuknya virus Human Metapneumovirus (HMPV) ke Indonesia.

    Virus ini tengah mewabah secara cepat di China.

    Kata Nihayatul, pemerintah harus bisa mengantisipasi terjadinya penyebaran wabah tersebut di Indonesia. Salah satunya dengan memperketat pemantauan di pintu-pintu masuk negara.

    “Pemerintah perlu meningkatkan sistem pemantauan di pintu-pintu masuk negara, seperti bandara dan pelabuhan, untuk memeriksa gejala-gejala yang mirip dengan infeksi saluran pernapasan akut.”

    “Ini termasuk penggunaan tes diagnostik yang tepat untuk mendeteksi virus HMPV lebih awal,” ujar Nihayatul dalam keterangannya, Minggu (5/1/2025).

    Pemerintah kata dia juga perlu berkoordinasi dengan World Health Organization (WHO) dan negara lain untuk mendapatkan informasi mengenai penyebaran virus HMPV dan vaksinasi yang diperlukan.

    Menurut dia, upaya itu menjadi salah satu deteksi dini bagi pemerintah untuk bisa mengantisipasi terjadinya penyebaran virus secara masif.

    “Pemerintah perlu terus berkoordinasi dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan negara-negara yang terdampak untuk mendapatkan informasi terkini mengenai virus ini, termasuk pola penyebaran, tingkat virulensi, dan vaksinasi yang diperlukan,” jelas Nihayatul.

    Pemerintah juga perlu mengedukasi kepada masyarakat tanpa memberi rasa khawatir.

    “Edukasi Masyarakat tanpa memberikan rasa khawatir: Menyampaikan informasi yang jelas dan tepat kepada masyarakat mengenai cara-cara pencegahan infeksi, seperti mencuci tangan, menggunakan masker jika sakit, dan menjaga kebersihan lingkungan, tetap penting untuk mencegah penyebaran virus,” kata dia.

    Meski wabah HMPV ini belum menunjukkan ancaman sebesar Covid-19 namun kata dia, pemerintah perlu menerapkan langkah-langkah pencegahan yang proaktif dan berbasis data. 

    Kepastian rumah sakit dan tenaga kesehatan untuk siap menangani virus HMPV juga harus menjadi salah satu fokus.

    HMPV merupakan jenis virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas.  

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Virus Human Metapneumovirus (HMPV) merebak di China (Kolase Tribunnews/net)

    Termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV.  

    Meski demikian, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.

    Terkait hal tersebut Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, drg. Widyawati, MKM  menyebut jika saat ini belum ada laporan kasus virus HMPV di Indonesia.  

    “Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia,” ungkap Widyawati.

    Walau begitu, pihaknya mengimbau pada masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai langkah pencegahan.  

    “Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” jelas Widyawati.

    Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara sekaligus ahli paru Prof Tjandra Yoga Aditama menegaskan, wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di China  tidak sama dengan Covid-19.

    “Banyak yang ‘mensejajarkan’ infeksi HMPV ini mirip dengan Covid-19. Itu pernyataan yang tidak tepat,” kata dia.

    Prof Tjandra menyebut, HMPV bukanlah virus atau varian baru. HMPV sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu. Sementara, Covid-19 adalah varian baru dari virus korona.

    “Jika gejalanya adalah serupa, seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada dan kalau memberat dapat masuk rumah sakit.”

    “Perlu diketahui bahwa semua infeksi paru dan saluran napas memang gejalanya seperti itu,” tutur Direktur Pascasarjana Universitas YARSI ini.

    Dia menuturkan, peningkatan kasus HMPV di China yang dikhawatirkan sama seperti Covid-19 juga tidak tepat. Hal ini karena dari waktu ke waktu, selalu saja ada peningkatan kasus infeksi saluran napas, apalagi di musim dingin di negara empat musim seperti China. 

    “Sehingga tidak tepatlah kalau kita terlalu cepat mengkorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan Covid-19, walaupun tentu kita perlu tetap waspada,” jelas dia.

    HMPV pertama kali dilaporkan di jurnal ilmiah di Belanda pada Juni 2001 yang berjudul “A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease”.

    Pasca temuan di berbagai negara seperti Norwegia, Rumania, Jepang dan juga tentu China, para peneliti bahkan memperkirakan HMPV sudah puluhan tahun bersirkulasi.

    Virus ini tidak hanya ada pada manusia melainkan juga pada hewan atau Animal Metapneumovirus. AMPV bahkan sudah lebih awal ditemukan, yaitu di tahun 1978 di Afrika Selatan, yang awalnya diberi nama “Turkey Rhinotracheitis Virus” (TRTV)  lalu menjadi AMPV Animal Metapneumovirus.

    Ini adalah penyakit pada unggas, yang punya 4 sub tipe, dari A sampai D. Para pakar berpendapat bahwa penyakit pada manusia akibat HMPV nampaknya akibat evolusi dari AMPV sub tipe C. (Tribun Network/ais/rin/riz/wly)

  • Virus HMPV Mewabah di China, Apa Sudah Masuk ke Indonesia? Ini Kata Kemenkes  – Halaman all

    Virus HMPV Mewabah di China, Apa Sudah Masuk ke Indonesia? Ini Kata Kemenkes  – Halaman all

    Wabah Virus HMPV Merebak di China, Apakah Sudah Masuk ke Indonesia? Ini Kata Kemenkes 

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di China telah menjadi perhatian internasional dalam beberapa waktu terakhir. 

    Virus ini menyebar dengan sangat luas dan cepat, menyebabkan lonjakan kasus yang signifikan di wilayah China bagian utara. 

    Lantas, apakah virus HMPV sudah ada di Indonesia? 

    Terkait hal ini, Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, drg. Widyawati, MKM beri jawaban. 

    Ia mengungkapkan jika saat ini belum ada laporan kasus virus HMPV di Indonesia. 

    “Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia,” ungkap Widyawati pada keterangannya, Minggu (5/1/2024). 

    Walau begitu, pihaknya mengimbau pada masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai langkah pencegahan. 

    “Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” jelas Widyawati.

    Sebagai informasi, HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. 

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. 

    Meski begitu, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.

    Kemenkes mengajak masyarakat untuk tetap memantau informasi resmi terkait perkembangan virus ini. 

    Pemerintah juga menekankan pentingnya kerja sama masyarakat dalam menerapkan langkah pencegahan.

     

    Jangan lupa segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan.

     

     HMPV Tidak Sama dengan Covid-19, HMPV Bukan Virus atau Varian Baru

    Mantan Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara sekaligus ahli paru Prof Tjandra Yoga Aditama menegaskan, wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di China tidak sama dengan Covid-19.

    “Banyak yang ‘mensejajarkan’ infeksi HMPV ini mirip dengan Covid-19. Itu pernyataan yang tidak tepat,” kata Tjandra Yoga kepada wartawan, Sabtu (4/1/2024).

    Prof Tjandra menyebut, HMPV bukanlah virus atau varian baru.

    HMPV sudah ada sejak puluhan tahun yang lalu.

    Sementara, Covid-19 adalah varian baru dari virus corona.

    “Jika gejalanya adalah serupa, seperti batuk, demam, mungkin sesak dan nyeri dada dan kalau memberat dapat masuk rumah sakit. Perlu diketahui bahwa semua infeksi paru dan saluran napas memang gejalanya seperti itu,” tutur Direktur Pascasarjana Universitas YARSI ini.

    Lebih jauh ia menuturkan, peningkatan kasus HMPV di China yang dikhawatirkan sama seperti Covid-19 juga tidak tepat.

    Hal ini dikarenakan dari waktu ke waktu, selalu saja ada peningkatan kasus infeksi saluran napas, apalagi di musim dingin di negara empat musim seperti China.

    “Sehingga tidak tepatlah kalau kita terlalu cepat mengkorelasikan kenaikan kasus HMPV ini dengan Covid-19, walaupun tentu kita perlu tetap waspada,” jelas dia.

    Asal Usul HMPV

    HMPV pertama kali dilaporkan di jurnal ilmiah di Belanda pada Juni 2001 yang berjudul “A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease”.

    Pasca temuan di berbagai negara seperti Norwegia, Rumania, Jepang dan juga tentu China, para peneliti bahkan memperkirakan HMPV sudah puluhan tahun bersirkulasi.

    Virus ini tidak hanya ada pada manusia melainkan juga pada hewan atau Animal Metapneumovirus.

    AMPV bahkan sudah lebih awal ditemukan, yaitu di tahun 1978 di Afrika Selatan, yang awalnya diberi nama “Turkey Rhinotracheitis Virus” (TRTV)  lalu menjadi AMPV Animal Metapneumovirus.

    Ini adalah penyakit pada unggas, yang punya 4 sub tipe, dari A sampai D.

    Para pakar berpendapat bahwa penyakit pada manusia akibat HMPV nampaknya akibat evolusi dari AMPV sub tipe C.

  • Virus HMPV Mewabah di China, Apa Sudah Masuk ke Indonesia? Ini Kata Kemenkes  – Halaman all

    Virus HMPV Menyebar Luas di China, Kemenkes Imbau Masyarakat Indonesia Waspada – Halaman all

     

    Laporan Wartawan Tribunnews.com, Aisyah Nursyamsi

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di China telah menjadi perhatian internasional dalam beberapa waktu terakhir. 

    Virus ini menyebar dengan sangat luas dan cepat, menyebabkan lonjakan kasus yang signifikan di wilayah China bagian utara.

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengimbau masyarakat untuk tidak panik tetapi tetap waspada dan menjaga kesehatan guna mencegah risiko penularan virus ini. 

    Juru Bicara Kemenkes RI, drg. Widyawati, MKM,  menyampaikan langkah-langkah pencegahan  yang perlu dilakukan. 

    “Menjaga pola hidup sehat, mencuci tangan secara teratur, dan menggunakan masker di tempat umum dapat membantu mengurangi risiko tertular penyakit menular,”ungkap Widyawati pada keterangannya, Minggu (5/1/2024). 

    Pemerintah Indonesia saat ini masih terus memantau perkembangan situasi wabah HMPV di China dan negara-negara lain. 

    Langkah antisipasi dilakukan melalui peningkatan kewaspadaan di pintu-pintu masuk negara.

    Termasuk pengawasan kekarantinaan kesehatan bagi pelaku perjalanan internasional yang menunjukkan gejala Influenza Like Illness (ILI).

    “Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan langkah-langkah preventif yang efektif. Upaya ini dilakukan agar virus ini tidak masuk ke Indonesia,” kata Widyawati pada keterangannya, Minggu (5/12/2024). 

    Sebagai informasi, HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. 

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. 

    Meski demikian, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.

    Kemenkes mengajak masyarakat untuk tetap memantau informasi resmi terkait perkembangan virus ini. 

    Pemerintah juga menekankan pentingnya kerja sama masyarakat dalam menerapkan langkah pencegahan.

    Dan segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan.

     

  • Sertifikat Vaksin Meningitis Palsu Beredar di Jemaah Umrah Sumbar

    Sertifikat Vaksin Meningitis Palsu Beredar di Jemaah Umrah Sumbar

    Jakarta, CNN Indonesia

    Balai Kekarantinaan Kesehatan (BKK) Kelas I Padang, Sumatera Barat, menemukan indikasi penggunaan sertifikat meningitis atau International Certificate Vaccination (ICV) palsu oleh jamaah umrah di kota itu. 

    Pihak BKK Padang mengaku saat ini masih melakukan proses investigasi mendalam, termasuk berkaitan dengan pihak-pihak yang memproduksi.

    “Jadi kita akan menelusuri lebih jauh pihak-pihak yang memproduksi itu. Kita berharap kepada siapapun yang ikut berkontribusi dalam memproduksi itu untuk hentikan segera,” kata Kepala BKK Kelas 1 Padang, Mawari Edy dalam keterangan kepada wartawan, Sabtu (4/1).

    Ia menjelaskan, jemaah yang menggunakan sertifikat vaksin palsu tersebut berangkat dari Bandara Internasional Minangkabau (BIM), dengan temuan ICV palsu terjadi pada 15 Desember 2024

    Sertifikat palsu terungkap usai tim BKK Padang melakukan pemeriksaan terhadap calon jamaah yang berangkat.

    “Kita terus lakukan pengetatan pemeriksaan, karena kita mendapat adanya indikasi (munculnya kasus) pada akhir November lalu,” katanya.

    “Jadi temuan teman-teman dengan jamaah yang kedapatan tidak asli ICV atau ICV asli tetapi tidak divaksin itu, kami konfirmasi tidak ada penolakan malah dari jemaah. Menjadi aneh kalau kemudian jemaah tidak ada masalah (dengan sertifikat palsu), karena bisa merugikan,” katanya lagi.

    Edy menegaskan ICV palsu akan merugikan calon jamaah, bukan saja dari sisi materiil, tetapi juga kesehatan. Apalagi infeksi bakteri tersebut menyerang cairan radang selaput otak dan sumsum tulang belakang yang dapat berakibat pada kematian.

    Ia mengatakan jemaah yang kedapatan menggunakan ICV palsu akan diberikan teguran dan edukasi, serta juga mewajibkan mereka untuk melakukan vaksinasi sebelum berangkat ke tanah suci.

    Secara aturan, Vaksinasi Meningitis wajib dilakukan calon jemaah haji maupun umrah, minimal sepuluh hari jelang keberangkatan.

    Aturan tersebut diperketat oleh Kerajaan Arab Saudi sebagai upaya pencegahan, khususnya negara-negara yang sering mengalami epidemi meningitis meningokokus, serta negara-negara dengan wabah neisseria yang merupakan bakteri penyebab penyakit meningitis meningokokus.

    (ned/vws)

    [Gambas:Video CNN]

  • Ada Wabah Virus HMPV di China, Kemenkes Imbau Warga RI

    Ada Wabah Virus HMPV di China, Kemenkes Imbau Warga RI

    Jakarta, CNBC Indonesia – Virus Human Metapneumovirus (HMPV) saat ini tengah mewabah di China dan menyita perhatian internasional dalam beberapa waktu terakhir. Virus ini masuk dalam kategori virus yang menyebar dengan sangat luas dan cepat khususnya di China bagian utara.

    Menanggapi adanya virus tersebut, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) mengimbau masyarakat untuk tidak panik tetapi tetap waspada dan menjaga kesehatan guna mencegah risiko penularan virus ini.

    Juru Bicara Kemenkes RI Widyawati menjelaskan bahwa langkah-langkah preventif bisa dilakukan oleh masyarakat seperti dengan menjaga pola hidup sehat, mencuci tangan secara teratur, dan menggunakan masker di tempat umum dapat membantu mengurangi risiko tertular penyakit menular.

    “Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia. Meski begitu, kami mengimbau agar masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” jelas Widyawati dalam keterangan resmi, dikutip Sabtu (4/1/2025).

    Adapun pemerintah RI juga terus memantau perkembangan situasi wabah virus HMPV di China hingga di negara-negara lain.

    Widyawati menyebutkan, langkah antisipasi bisa dilakukan melalui peningkatan kewaspadaan di pintu-pintu masuk negara, termasuk pengawasan kekarantinaan kesehatan bagi pelaku perjalanan internasional yang menunjukkan gejala Influenza Like Illness (ILI).

    “Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan langkah-langkah preventif yang efektif. Upaya ini dilakukan agar virus ini tidak masuk ke Indonesia,” tambahnya.

    Asal tahu saja, HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Sayangnya, hingga saat ini belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. Meski demikian, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.

    (fsd/fsd)

  • Gunungkidul Darurat Wabah PMK, 457 Sapi Suspek, 42 Mati

    Gunungkidul Darurat Wabah PMK, 457 Sapi Suspek, 42 Mati

    Liputan6.com, Gunungkidul – Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) terus menyebar di Kabupaten Gunungkidul, menimbulkan kekhawatiran serius di kalangan peternak. Hingga akhir Desember 2024, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul melaporkan 457 sapi terduga terkena PMK, dengan 42 ekor di antaranya dilaporkan mati. Kepala DPKH Gunungkidul, Wibawanti Wulandari, mengungkapkan bahwa wabah ini telah menyebar hampir merata di seluruh kapanewon. “Kami mengimbau para peternak untuk segera melaporkan apabila ada sapi yang sakit atau mati, agar dapat segera ditangani,” ujarnya.

    Untuk mengatasi wabah ini, DPKH Gunungkidul mengandalkan program vaksinasi sebagai langkah pencegahan utama. Hingga kini, sebanyak 375 dosis vaksin telah disalurkan kepada peternak di daerah terdampak, dengan pendampingan dari Kementerian Pertanian. DPKH juga telah mengajukan tambahan vaksin ke Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) untuk memenuhi kebutuhan tahun 2025. “Vaksinasi rutin akan menjadi strategi pengendalian jangka panjang karena PMK kini telah dianggap sebagai penyakit endemik,” kata Wibawanti.

    Selain vaksinasi, pihak DPKH membagikan desinfektan kepada para peternak dan mengimbau penerapan biosecurity yang ketat. Langkah ini meliputi pembersihan kandang secara rutin, mencuci tangan sebelum memberi makan ternak, membersihkan pakaian setelah masuk kandang, serta memisahkan sapi yang sakit dari yang sehat.

    Kendati berbagai upaya telah dilakukan, masih ada kendala dalam pelaksanaan program. Menurut Wibawanti, sejumlah peternak enggan menerima vaksinasi karena kurangnya pemahaman atau kekhawatiran terkait efek samping vaksin. Padahal, vaksin harus segera digunakan agar tetap efektif. “Kesadaran peternak sangat penting dalam memutus rantai penyebaran PMK. Selain vaksinasi, pola perawatan dan kebersihan kandang juga harus ditingkatkan,” tambahnya.

    DPKH Gunungkidul terus menggencarkan edukasi dan pendampingan kepada peternak untuk meningkatkan kesadaran mereka akan pentingnya pencegahan. Dengan langkah-langkah yang terintegrasi dan dukungan aktif dari peternak, DPKH optimis dapat mengendalikan penyebaran PMK sekaligus meminimalkan kerugian ekonomi di sektor peternakan.

  • Langkah Bupati Kang Giri Antisipasi PMK di Ponorogo, Intruksikan Dokter Hewan Menyisir

    Langkah Bupati Kang Giri Antisipasi PMK di Ponorogo, Intruksikan Dokter Hewan Menyisir

    Laporan Wartawan Tribunjatim.com, Pramita Kusumaningrum 

    TRIBUNJATIM.COM, PONOROGO – Sedikitnya 157 sapi di Ponorogo terjangkit Penyakit Kuku dan Mulut (PMK). Dari 157 sapi itu, satu diantaranya disebut mati.

    Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko mengklaim sudah mengetahui tentang PMK yang mulai menerjang Bumi Reog. 

    “Saya instruksikan kepada para dokter hewan untuk segera menyisir,” ungkapnya, Sabtu (4/1/2025).

    Orang nomor satu di Bumi Reog ini menjelaskan bahwa dokter hewan menyisir kemudian mendata. Jika belum, segera dilakukan vaksin.

    “Sambil ada pembatasan pasar (Pasar Hewan),” terang Kang Giri—sapaan akrab—Bupati Ponorogo Sugiri Sancoko ketika dikonfirmasi Tribunjatim.com.

    Ketika ditanya apakah ada penutupan pasar? Kang Giri menjelaskan belum berani berbicara tentang penutupan Pasar.

    “Saya belum berani ngomong ya. Saya akan kaji dulu dengan pihak kepolisian dan pihak terkait untuk mengambil keputusan apapun biar dijalankan bersama sama,” urainya 

    Sementara Kabid Kesehatan Hewan, Peternakan dan Perikanan Dinas Pertanian Ketahanan Pangan dan Perikanan (Dipertahankan), Siti Barokah mengatakan ada 157 kasus PMK dengan 1 sapi mati dan 2 potong paksa.

    “Sebaran di 15 kecamatan dan 41 desa.Mayoritas terbanyak di Wagir Kidul 16 sapi. Antisipasi terus selama ini kita masih melakukan vaksinasi per desember ini. Terutama di wilayah puskeswan Pudak,” pungkasnya.

     

  • Ramai Wabah Virus HMPV di China, Kemenkes Minta Masyarakat Waspada

    Ramai Wabah Virus HMPV di China, Kemenkes Minta Masyarakat Waspada

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengimbau masyarakat untuk waspada terhadap wabah virus Human Metapneumovirus (HMPV) yang sedang merebak di China dan menjadi perhatian internasional dalam beberapa waktu terakhir. 

    Mengutip keterangan resmi Kemenkes, Sabtu (4/12/2024) Juru Bicara Kemenkes Widyawati menuturkan bahwa saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia. Meski demikian, ia menghimbau agar masyarakat menjaga kesehatan, dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat. 

    “Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” terangnya. 

    Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan situasi wabah HMPV di China dan negara-negara lain. Langkah antisipasi dilakukan lewat peningkatan kewaspadaan di pintu-pintu masuk negara, termasuk pengawasan kekarantinaan kesehatan bagi pelaku perjalanan internasional yang menunjukkan gejala Influenza Like Illness (ILI).

    “Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan langkah-langkah preventif yang efektif. Upaya ini dilakukan agar virus ini tidak masuk ke Indonesia,” jelasnya. 

    Sebagai informasi, HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Virus ini tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, seperti bagi yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. Namun, dijelaskan bahwa perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.