Produk: vaksin

  • Virus HPMV Masih Misterius dan Belum Banyak Dikenal, Tapi…

    Virus HPMV Masih Misterius dan Belum Banyak Dikenal, Tapi…

    Jakarta

    Apa itu virus HMPV? Virus Human metapneumovirus atau HMPV, sedang jadi pembicaraan karena kasusnya disebut merebak di China. Bahkan di Amerika Serikat, virus ini diam-diam juga banyak menular.

    Virus HMPV sebenarnya belum banyak dikenal. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menyebut terjadi kenaikan kasus HMPV sebesar 36% di Amerika Serikat pada tahun 2023.

    Dikutip detikINET dari New York Post, Human metapneumovirus atau HMPV adalah penyakit pernapasan dengan gejala yang mirip flu pada umumnya, yaitu batuk, demam, hidung tersumbat, sakit tenggorokan, dan napas pendek.

    Jadi, kebanyakan orang berasumsi HMPV hanya flu biasa. Namun bagi anak-anak atau lansia serta orang dengan imun lemah, HMPV bisa menyebabkan sakit yang cukup berat dan harus dirawat di rumah sakit.

    Tidak mengejutkan jika kebanyakan orang belum pernah mendengar mengenai HMPV lantaran virus ini memang baru ditemukan tahun 2021. Namun saat ilmuwan menguji sampel darah sampai tahun 1950-an, ditemukan bukti bahwa virus ini mungkin sudah bersirkulasi setidaknya 50 tahun lamanya.

    “Namun saya merasa banyak orang bahkan di bidang kesehatan tidak familiar dengan virus ini. HMPV padahal adalah virus paling penting yang tidak pernah Anda dengar,” kata John V Williams, profesor mikrobioogi di University of Pittsburgh.

    Kebanyakan orang yang terinfeksi HMPV membaik setelah beberapa hari beristirahat, minum cairan, dan mengonsumsi dekongestan serta obat pereda nyeri yang dijual bebas.

    Kebanyakan anak-anak sudah terinfeksi HMPV saat mereka mencapai usia 5 tahun. Namun, bagi sebagian anak kecil, penyakit ini dapat berubah menjadi lebih serius.

    Dalam studi tahun 2015 di Journal of the Pediatric Infectious Diseases Society, bayi dan anak-anak berusia kurang dari 2 tahun kemungkinan besar dirawat di rumah sakit karena HMPV. Dan 18% anak-anak yang dirawat di rumah sakit dirawat di unit perawatan intensif, sementara 6% memerlukan ventilasi mekanis karena kesulitan bernapas.

    Sebuah studi yang diterbitkan Lancet memperkirakan di tahun 2018, HMPV menyebabkan 643.000 pasien rawat inap dan 16.100 kematian di seluruh dunia di antara anak-anak berusia di bawah 5 tahun.

    Saat ini belum ada obat atau vaksin untuk penyakit ini, tetapi hal itu mungkin akan segera berubah karena berbagai riset sedang dilakukan. Moderna, produsen vaksin COVID-19, telah memulai uji klinis awal vaksin terhadap HMPV.

    Hingga vaksin tersebut dikembangkan, dokter menyarankan tindakan pencegahan umum terhadap HMPV dan virus pernapasan lainnya yaitu mencuci tangan secara teratur, menghindari orang yang sakit, dan tinggal di rumah jika merasa terinfeksi.

    [Gambas:Youtube]

    (fyk/afr)

  • Wabah PMK Kembali Merebak di Indonesia, Apa yang Harus Dilakukan Peternak?
                
                    
                        
                            Yogyakarta
                        
                        7 Januari 2025

    Wabah PMK Kembali Merebak di Indonesia, Apa yang Harus Dilakukan Peternak? Yogyakarta 7 Januari 2025

    Wabah PMK Kembali Merebak di Indonesia, Apa yang Harus Dilakukan Peternak?
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA,KOMPAS.com
    – Wabah
    Penyakit Mulut dan Kuku
    (PMK) kembali merebak di Indonesia. 
    Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada (
    UGM
    ) Prof Aris Haryanto membeberkan terkait mitigasi yang perlu dilakukan sesuai dengan gejala PMK yang muncul. 
    Penyakit PMK atau bernama lain
    apthae epizootica
    (AE),
    aphthous fever
    , dan
    foot and mouth disease
    (FMD) ini disebabkan oleh virus RNA, genus
    Apthovirus
    yang termasuk dalam keluarga
    Picornaviridae

    “Virus ini bisa menyebar secara langsung melalui udara. Jika hewan itu ditempatkan berdampingan, kemungkinan tertularnya besar. Bahkan ada kasus di mana penularannya bisa sampai 200 km jaraknya,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (6/01/2025). 
    Prof Aris menyampaikan mitigasi PMK perlu dilakukan secara bertahap sesuai gejala yang muncul. 
    Pada tahap pertama
    , hewan yang terkena PMK akan mengalami demam tinggi.
    Peternak diharapkan bisa bersikap tanggap dengan memberi analgesik dan antibiotik untuk meredakan nyeri dan demam. 
    Guna mencegah penularan, hewan yang mengalami gejala harus dipisahkan dengan hewan lainnya agar. 


    Kompas.com/MOH.ANAS Petugas dari Dinas Pertanian dan Kesehatan Hewan Kabupaten Pasuruan mengambil tindakan dalam rangka menyikapi merebaknya kasus PMK, Senin (06/01/2025).
    Tahap selanjutnya
    , akan muncul lepuh atau lesi atau sariawan pada rongga mulut, serta luka pada kuku. 
    “Hewan yang terinfeksi harus diberi antibiotik dan vitamin secara berkala, ini untuk mencegah munculnya infeksi sekunder akibat luka yang terbuka,” ungkapnya. 
    Selama pelaksanaan mitigasi, peternak diharapkan menerapkan biosekuriti yang baik pada area kandang dengan mengawasi secara ketat akses keluar masuk pada hewan yang terinfeksi. 
    Adapun masa inkubasi virus PMK bisa dalam jangka panjang selama 2 hingga 5 hari. Sedangkan jangka pendek, terjadi dalam masa waktu 10 hingga 14 hari. 
    “Tidak perlu panik, utamanya segera lapor dan lakukan mitigasi. Pemerintah saat ini sudah menutup beberapa pasar hewan di
    Yogyakarta
    dan Jawa Tengah. Harapannya masyarakat bisa menaati karena ini bersifat sementara,” tuturnya. 
    Prof Aris mengatakan, kemungkinan lonjakan kasus PMK dikarenakan proses vaksinasi yang belum menyeluruh dan dilakukan secara berkala. 
    “Kasus PMK kali ini merupakan gelombang kedua, sebelumnya sudah pernah (vaksinasi) dan peternak sekarang sudah terinformasi. Namun karena kasusnya mereda, jumlah vaksinasinya juga menurun,” ungkapnya. 
    Pengembangan vaksin PMK terus digalakkan oleh pemerintah dengan mengembangkan jenis vaksin sesuai dengan tipe virus yang muncul dalam kasus nasional. 
    Hanya saja, produksi vaksin dalam negeri masih belum mencukupi kebutuhan vaksinasi untuk hewan-hewan ruminansia ternak yang rentan terkena PMK. 
    “Vaksinasi itu harus dilakukan dua kali minimal. Jarak antara vaksin pertama dan kedua itu sebulan. Tapi setelah itu tetap harus divaksin setiap enam bulan sekali,” ucapnya. 
    Prof Aris berpendapat, perlu upaya kerja sama antar pihak sangat diperlukan untuk mengatasi
    wabah PMK

    Pemerintah bersama Perhimpunan Dokter Hewan Indonesia (PDHI) dan sejumlah pakar terus menjalin kerja sama agar jumlah kasus terinformasi dan tertangani dengan baik. 
    Khusus wilayah DIY dan Jawa Tengah, Fakultas Kedokteran Hewan UGM juga turut berkontribusi menangani kasus PMK melalui PDHI maupun penerjunan mahasiswa secara langsung. 
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • PB PGI Dorong Obat, Alkes dan Vaksin Bisa Diproduksi di Dalam Negeri – Halaman all

    PB PGI Dorong Obat, Alkes dan Vaksin Bisa Diproduksi di Dalam Negeri – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Sektor kesehatan sangat berperan besar berkontribusi sebagai salah satu masalah yang harus diselesaikan oleh bangsa ini. Menteri Kesehatan sebagai nakhoda harus bisa bekerja sama dengan semua pihak dalam pembangunan kesehatan.

    Selain itu riset kesehatan inovatif juga harus didukung terutama yang dilakukan oleh institusi pendidikan agar bisa menghasilkan produk yang murah untuk dapat digunakan masyarakat.

    Terkait hal tersebut, Ketua Pengurus Besar Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI), Prof Dr.dr. Ari Fahrial Syam SpPD-KGEH,MMB,FACP,FACG mengatakan salah satu riset kesehatan inovatif yang harus segera ditingkatkan adalah upaya-upaya kemandirian untuk pembuatan obat, vaksin dan alat kesehatan yang memang dapat diproduksi dalam negeri.

    “Beberapa perusahaan farmasi dalam negeri bahkan produknya sudah diterima di negara tetangga. Di satu sisi, pembiayaan BPJS tidak terbatas juga harus dibatasi. Rekomendasi dari penilaian teknologi kesehatan atau health technology assessment (HTA) harus dilaksanakan oleh Kementerian Kesehatan karena rekomendasi yang diberikan bertujuan untuk menekan pembiayaan kesehatan. Harus ada regulasi yang kuat agar mengurangi produk impor alat kesehatan dan pemerintah mendorong  penggunaan produk-produk inovasi lokal yang sebenarnya tidak kalah dengan produk luar negeri,” kata Prof Ari Fahrial dalam pernyataannya yang diterima Tribun, Senin(6/1/2025).

    Menurut Prof Ari Fahrial saat ini juga harus melihat negara-negara Asia lain maju pesat dalam produksi alat kesehatan berteknologi tinggi, seperti produksi India, China dan Turki yang mengikuti kemajuan produksi teknologi tinggi dari Korea dan Jepang.

    Bahkan saat ini kata dia ada aksesoris untuk tindakan endoskopi saluran cerna masih diimpor. “Para praktisi klinis tentu akan senang hati untuk menggunakan produk dalam negeri yang berkualitas ketika alat kesehatan tersebut memang ada di pasaran Indonesia. Pada akhirnya harapan untuk Indonesia yang lebih sehat selalu ada dan rasanya profesi kedokteran serta institusi pendidikan kedokteran dan kesehatan harus diajak berkomunikasi dan berkolaborasi untuk mengejar ketertinggalan kita selama ini dalam hal pembangunan kesehatan,” kata Prof Ari Fahrial.

    Lebih jauh Prof Ari Fahrial juga menjelaskan peran organisasi profesi termasuk institusi pendidikan, organisasi kemasyarakatan, swasta dan juga lembaga pemerintah lainnya memegang peranan penting dalam pembangunan kesehatan. Dalam periode tahun 2024 dirinya melihat kerja sama antara Kementerian Kesehatan dan stakeholder dalam membangun kesehatan belum berjalan secara optimal.

    Semua stakeholder pembangunan kesehatan selama ini turut serta dalam pembangunan Kesehatan, serta turut serta memberikan masukan yang terbaik untuk nangsa ini mengatasi masalah kesehatan yang ada.  

    “Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia (PGI), berpartisipasi dalam pembangunan kesehatan khususnya di bidang saluran cerna, dalam hal continuing medical education peningkatan capacity building para dokter umum, spesialis dan subspesialis di bidang gastroenterologi, melakukan riset multisenter termasuk uji klinik dan terus menerus mengedukasi masyarakat secara langsung melalui seminar dan webinar, serta melalui media sosial,” ujarnya.

    PB PGI lanjut Prof Ari Fahrial juga terus melakukan pembaruan-pembaruan konsensus dalam bidang gastroenterologi berdasarkan evidence based yang menjadi panduan bagi para tenaga medis di seluruh Indonesia. PB PGI juga rutin mengirimkan pakar ke BPOM dalam memberikan pandangan ahli untuk obat baru yang akan beredar di Indonesia. PB PGI juga aktif mengirimkan topik-topik untuk Health Technology Assessment (Penilaian Teknologi Kedokteran). PB PGI juga turut serta menjadi tim ahli dalam penyusunan formularium obat nasional.

    “Kementerian Kesehatan dalam 1 tahun terakhir ini berusaha keras untuk melaksanakan UU Kesehatan 17 2023 dan juga turunannya PP N0 28 2024. Tetapi upaya yang dilakukan tampaknya belum berjalan mulus dan bahkan terburu-buru sehingga terkesan mengubur upaya-upaya yang telah dilakukan sebelumnya,” kata dia.

    Benturan yang terjadi menurut Prof Ari Fahrial kalau tidak diantisipasi dengan baik akan menimbulkan konflik yang berkepanjangan. Transformasi kesehatan yang terdiri dari enam pilar utama yang mencakup layanan primer, layanan rujukan, ketahanan kesehatan, pembiayaan kesehatan, sumber daya kesehatan dan teknologi terus diupayakan dengan berbagai terobosan.

    Beberapa aturan dibuat untuk mendukung hal tersebut, tetapi problem utama adalah tatanan implementasi khususnya dalam hal pemerataan dan evaluasi berkelanjutan yang menunjukkan bahwa program turunan dari enam pilar transformasi Kesehatan masih menghadapi berbagai kendala.

    Kendala utama adalah upaya kolaboratif antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dan masyarakat termasuk para pelaku kesehatan.

    “Ego sektoral masih kental dalam Pembangunan Kesehatan saat ini. Konsep sistem Kesehatan akademik yang telah dimulai sejak zaman pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono tampaknya didukung setengah hati oleh Kementerian Kesehatan saat ini. Padahal jika konsep ini dijalankan dengan konsisten dan didukung penuh, bisa mengurai berbagai permasalahan Kesehatan di Indonesia termasuk dalam pelaksanaan enam pilar transformasi kesehatan,” kata Prof Ari Fahrial.

    Karena lanjut dia konsep Sistem Kesehatan Akademik (AHS) menyatukan peran Kementerian Kesehatan dengan rumah sakit vertikalnya, institusi Pendidikan dengan sumber dayanya baik sumber daya manusia, fasilitas Pendidikan, riset dan fasilitas Kesehatan yang juga dimiliki oleh institusi Pendidikan dan juga melibatkan pemerintah daerah yang mempunyai Masyarakat termasuk calon SDM Kesehatan.

    “Target AHS bukan saja untuk menciptakan sumber daya Kesehatan yang handal, tetapi juga pelayanan Kesehatan yang mumpuni dan berorientasi pada penurunan berbagai target pembangunan Kesehatan.

    Melalui konsep AHS ini pembiayaan Kesehatan menjadi lebih efisien, distribusi tenaga Kesehatan menjadi lebih baik, penelitian kesehatan inovatif lebih meningkat yang akhirnya terjadi efisiensi pembiayaan kesehatan serta upaya-upaya pencegahan penyakit yang lebih optimal. Melalui AHS ini terjadi resources sharing atas semua stakeholder yang ada,” tutup Prof Ari Fahrial.

  • VIDEO HMPV Cepat Menyebar di China: Indonesia Perketat Pengawasan di Pintu Masuk RI dan Pesan Menkes – Halaman all

    VIDEO HMPV Cepat Menyebar di China: Indonesia Perketat Pengawasan di Pintu Masuk RI dan Pesan Menkes – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Pemerintah Indonesia terus memantau perkembangan situasi wabah Human Metapneumovirus (HMPV) yang kini sedang merebak di China dan beberapa negara lainnya.

    Juru Bicara Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, drg Widyawati MKM, menyampaikan salah satu langkah yang diambil untuk mencegah penyebaran virus tersebut ke Tanah Air adalah dengan meningkatkan kewaspadaan di pintu-pintu masuk negara. 

    Hal ini dilakukan melalui pengawasan kekarantinaan kesehatan bagi pelaku perjalanan internasional yang menunjukkan gejala Influenza Like Illness (ILI).

    “Kami akan terus berkoordinasi dengan pihak terkait untuk memastikan langkah-langkah preventif yang efektif.”

    “Upaya ini dilakukan agar virus ini tidak masuk ke Indonesia,” ujar Widyawati di Jakarta, Sabtu (4/1/2025).

    Kemenkes: Belum Masuk Indonesia

    Lantas, apakah virus HMPV sudah ada di Indonesia? 

    Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI, drg Widyawati MKM mengungkapkan jika saat ini belum ada laporan kasus virus HMPV di Indonesia.

    “Saat ini belum ada laporan kasus HMPV di Indonesia,” ungkap Widyawati pada keterangannya, Minggu (5/1/2024). 

    Walau begitu, pihaknya mengimbau pada masyarakat tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sebagai langkah pencegahan. 

    “Hal ini penting untuk memperkuat daya tahan tubuh dan mencegah penularan berbagai virus yang berpotensi mengancam kesehatan,” jelas Widyawati.

    Sebagai informasi, HMPV adalah virus yang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan, dengan gejala yang mirip flu biasa seperti batuk, pilek, demam, dan sesak napas. 

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.

    Virus ini biasanya tidak berbahaya bagi orang dewasa yang sehat, tetapi berisiko lebih tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    Termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Hingga saat ini, belum ada vaksin atau pengobatan khusus untuk HMPV. 

    Meski begitu, perawatan suportif seperti rehidrasi, pengendalian demam, dan istirahat cukup efektif dalam membantu meringankan gejala.

    Kemenkes mengajak masyarakat untuk tetap memantau informasi resmi terkait perkembangan virus ini. 

    Pemerintah juga menekankan pentingnya kerja sama masyarakat dalam menerapkan langkah pencegahan.

    Jangan lupa segera berkonsultasi ke fasilitas kesehatan jika mengalami gejala infeksi saluran pernapasan.

    Menkes: Masyarakat Jangan Panik

    Menteri Kesehatan (Menkes RI) Budi Gunadi Sadikin meminta masyarakat tidak panik dengan kemunculan informasi wabah HMPV yang kini sedang melanda China.

    Ia menegaskan, HMPV memiliki gejala yang mirip seperti flu biasa dan tidak mematikan seperti Covid19.

    “Kalau virus baru Covid-19, tubuh manusia belum tahu bagaimana meresponsnya. Akibatnya, kalau menyerang tubuh, tubuh bingung bagaimana merespons Covid-19.”

    “Sehingga kemungkinan besar risiko fatalitynya tinggi. HMPV ini tidak mematikan. Sama seperti flu biasa,” kata dia saat ditemui di Ditjen Tenaga Kesehatan, Jakarta, Senin (6/1/2025).

    Ia mengatakan, virus tersebut sudah ada sejak tahun 2001 dan menyebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia.

    Berbagai referensi menyatakan, HMPV merupakan virus yang sudah lama ada sehingga respons imun tubuh bisa biasa mengenali dan melawan virus tersebut.

    “Seperti itu (HMPV) supaya tidak panik. Semua orang bisa terkena flu. Kalau daya tahan tubuh  baik, HMPV itu otomatis akan bisa ditahan oleh sistem imun kita,” ujar eks dirut Bank Mandiri ini.

    Meski tidak mematikan, Budi pun mengingatkan agar waspada dengan menjaga pola hidup bersih dan sehat. Makan yang cukup, olahraga dan istirahat yang cukup.

    Saat mulai batuk, pilek segeralah beristirahat. “Tips-nya 3M. Menjaga jarak, mencuci tangan, pakai masker. Sama seperti Covid-19,” ujar BGS.

    Diketahui, virus HMPV memiliki risiko tinggi bagi anak-anak, lansia, dan individu dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah, termasuk mereka yang memiliki penyakit kronis seperti diabetes, gangguan pernapasan, atau penyakit jantung.

    Virus ini menyebar melalui percikan pernapasan, kontak langsung, atau menyentuh permukaan yang telah terkontaminasi.

    Dalam kasus berat, virus ini dapat menyebabkan komplikasi seperti bronkitis atau pneumonia.(Tribunnews/Rina Ayu/Aisyah Nursyamsi)

     
     

  • Apa Itu Wabah HMPV yang Merebak di China? Begini Gejala dan Cara Penularannya

    Apa Itu Wabah HMPV yang Merebak di China? Begini Gejala dan Cara Penularannya

    Jakarta

    Belakangan dunia digemparkan dengan wabah baru virus HMPV yang menyebar di China. Kini, beberapa negara telah mengkonfirmasi adanya kasus akibat virus tersebut.’

    Menurut laporan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) China, penyakit HMPV yang mirip flu ini tengah meningkat di negara tersebut. Lantas, apa itu HMPV?

    Apa Itu HMPV?

    Human metapneumovirus (HMPV) adalah virus yang dapat menyebabkan penyakit mirip flu pada orang-orang dari segala usia.

    “Anak-anak kecil, orang tua, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah adalah yang paling rentan terhadap gejala yang parah,” menurut CDC yang dikutip dari Live Science.

    Virus ini baru ditemukan pada tahun 2001. Virus HMPV termasuk dalam famili virus yang sama dengan respiratory syncytial virus (RSV), virus musiman yang juga menyebabkan pilek dan infeksi paru-paru.

    Menurut epidemiolog Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Amerika Serikat, Eileen Schneider, virus ini dikaitkan dengan sekitar 20.000 rawat inap di antara anak-anak di bawah usia 5 tahun di AS setiap tahun.

    Apa Saja Gejala HMPV?

    Gejala HMPV mirip dengan penyakit flu lainnya. Beberapa gejala umumnya, meliputi batuk, demam, hidung tersumbat, dan sesak napas. Namun, ini dapat berkembang menjadi bronkitis atau pneumonia.

    Dikutip dari Newsweek, lamanya penyakit bergantung pada tingkat keparahan gejala orang tersebut. Tetapi, secara umum biasanya sama seperti penyakit flu.

    Bagaimana Penularan HMPV?

    Seperti virus serupa lainnya, HMPV biasanya menyebar antarmanusia melalui percikan batuk dan bersin. Selain itu, bisa menular melalui berpelukan, berciuman, dan melalui sentuhan permukaan dan benda yang terkontaminasi virus lalu mulut, hidung, atau mata.

    Di AS, HMPV beredar secara musiman bersamaan dengan flu dan penyakit serupa. Penyebaran yang paling aktif terjadi di akhir musim dingin dan musim semi.

    Bagaimana Cara Agar Tidak Tertular HMPV?

    Menurut CDC AS, tidak ada pengobatan ataupun vaksin untuk melawan virus HMPV. Pengobatan untuk HMPV bersifat suportif, artinya bertujuan untuk mengurangi gejala dan menjaga tanda-tanda vital tetap stabil.

    Untuk mencegah infeksi HMPV, individu dapat mengambil tindakan pencegahan yang sama seperti yang mereka lakukan untuk virus pernapasan lainnya.

    “HMPV adalah infeksi pernapasan yang menyebar dengan cara yang sama seperti virus pernapasan lainnya seperti flu dan COVID-19,” kata profesor virologi di University of Warwick di Inggris yang mempelajari pneumovirus, Andrew Easton.

    “Kita dapat melindungi diri dari HMPV dengan cara yang sama seperti yang kita lakukan untuk virus tersebut,” sambungnya.

    CDC merekomendasikan hal-hal berikut:

    Cuci tangan secara teratur dengan sabun dan air selama minimal 20 detik.Hindari menyentuh mata, hidung, dan mulut dengan tangan yang belum dicuci.Hindari kontak dekat dengan orang yang sedang tidak sehatTutup mulut saat batuk dan bersin.

    Negara Mana Saja yang Melaporkan Kasus HMPV?

    Beberapa negara telah melaporkan temuan kasus virus HMPV. Berikut daftarnya:

    Malaysia

    Malaysia mendeteksi 327 kasus infeksi human human metapneumovirus (hMPV). Kementerian Kesehatan setempat mengatakan HMPV merupakan infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh virus dari famili Pneumoviridae.

    “Ini bukan penyakit baru dan di negara ini, infeksi HMPV tidak perlu dilaporkan atau diberitahukan menurut Undang-Undang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular 1988,” katanya dalam sebuah pernyataan, baru-baru ini, dikutip dari Straits Times, Minggu (5/1/2025).

    India

    Dikutip dari Business Standard, India mendeteksi kasus pertama yang diduga Human Metapneumovirus (HMPV) pada bayi berusia delapan bulan di Bengaluru.

    Berdasarkan laporan dari Bruhat Bengaluru Mahanagara Palike (BBMP), kasus diduga HMPV itu terdeteksi melalui laboratorium swasta. Namun, pasien dan keluarganya tidak memiliki riwayat perjalanan ke negara yang terdampak.

    “Kasus itu berasal dari Hunasanahalli di distrik Pedesaan Bengaluru. Anak itu telah dirawat di Rumah Sakit Baptis Bengaluru,” kata sumber itu, seraya menambahkan bahwa anak itu akan dipulangkan hari ini, Senin (6/1/2025).

    (sao/kna)

  • Peternak Sapi Diminta Siaga Satu Cegah PMK

    Peternak Sapi Diminta Siaga Satu Cegah PMK

    Jakarta

    Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono meminta peternak sapi siaga satu dalam menghadapi wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK). PMK merupakan penyakit pada ternak yang sangat menular.

    Sudaryono mendorong para peternak untuk melakukan vaksinasi secara berkala agar Indonesia terbebas dari penyakit menular ini. Hal ini dikatakan saat menghadiri acara di PT Bumi Rojo Koyo, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, pada Minggu, (5/1/2025) kemarin.

    “Salah satu hal yang perlu kita waspadai adalah bagaimana mengantisipasi wabah PMK. Oleh karena itu, vaksinasi harus dilakukan, baik yang difasilitasi pemerintah maupun secara mandiri,” kata Sudaryono dalam keterangan tertulis, dikutip Senin (6/1/2025).

    Dengan vaksinasi yang sudah dilakukan, ia menekankan tidak cukup dilakukan hanya sekali, melainkan harus secara berkala agar efeknya maksimal.

    “Alhamdulillah, sapi sudah kita vaksin semua. Namun, vaksinasi harus terus dilakukan secara berkala dan diulang,” terang Sudaryono.

    Sudaryono juga mengingatkan pentingnya peran serta pemerintah daerah (Pemda) Provinsi, Kabupaten, dan Kota dalam menghadapi potensi penyebaran PMK.

    “Satu sapi yang terinfeksi PMK bisa menular ke mana-mana. Oleh karena itu, kita harus bekerja sama menjaga seluruh populasi sapi di Jawa Timur,” imbuhnya.

    Sementara itu, Pemerintah menargetkan peningkatan produksi dan populasi sapi dalam lima tahun mendatang, yang diperkirakan akan mencapai 5 juta ekor.

    Untuk tahun 2025 ini, pemerintah menargetkan tambahan 200 ribu ekor sapi dengan memperkuat para peternak besar, kecil, dan koperasi untuk mendukung program ini.

    “Kita sudah ada target total dalam 5 tahun 5 juta. Tahun ini 200 ribu dan regulasinya sudah selesai. Pemerintah menyediakan lahan sudah selesai,” jelas sudaryono.

    Dengan upaya vaksinasi yang intensif dan sinergi antara pemerintah dan peternak, Sudaryono berharap wabah PMK dapat dicegah dan sektor peternakan Indonesia dapat berkembang dengan baik, meningkatkan ketahanan pangan nasional.

    (ada/hns)

  • Mengenal HMPV, Virus yang Serang Saluran Pernapasan, Menyebar Cepat di China – Halaman all

    Mengenal HMPV, Virus yang Serang Saluran Pernapasan, Menyebar Cepat di China – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM – China kembali menghadapi lonjakan virus yang menyerang saluran pernapasan, yaitu HMPV.

    Human Metapneumovirus (HMPV) telah menyebabkan lonjakan kasus di seluruh provinsi Cina utara musim dingin ini, terutama di kalangan anak-anak.

    Foto dan video orang-orang yang mengenakan masker di rumah sakit di China muncul di platform media sosial terkait dengan HMPV ini.

    Otoritas kesehatan China telah menerapkan langkah-langkah baru untuk memantau dan mengelola penyebaran kasus pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya.

    Meskipun demikian, Beijing telah meremehkan perkembangan tersebut sebagai kejadian musim dingin tahunan.

    “Infeksi saluran pernapasan cenderung mencapai puncaknya selama musim dingin.”

    “Penyakit ini tampaknya tidak terlalu parah dan menyebar dalam skala yang lebih kecil dibandingkan tahun sebelumnya,” ujar juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Mao Ning, dikutip dari The Independent.

    Lantas, apa itu HMPV?

    HMPV adalah virus yang biasanya menimbulkan gejala yang mirip dengan flu biasa.

    Biasanya, penderita akan mengalami batuk atau mengi, hidung meler, atau sakit tenggorokan.

    Sebagian besar kasus bersifat ringan, tetapi anak-anak kecil, orang dewasa berusia di atas 65 tahun, dan orang dengan sistem kekebalan tubuh yang lemah berisiko lebih tinggi terkena HMPV.

    Virus ini sering menyebabkan infeksi saluran pernapasan atas, tetapi terkadang dapat menyebabkan infeksi saluran pernapasan bawah seperti pneumonia, kambuhnya asma, atau memperburuk penyakit paru obstruktif kronik (PPOK).

    Infeksi HMPV lebih umum terjadi pada musim dingin dan awal musim semi.

    Mengutip Mayo Clinic, kemungkinan orang yang baru pertama kali terkena HMPV bisa mengalami gejala yang parah.

    Itulah sebabnya anak kecil memiliki risiko yang lebih besar untuk mengalami gejala yang parah.

    Biasanya, orang akan mendapatkan kekebalan dari infeksi pertama dan kemudian lebih mungkin mengalami gejala ringan seperti flu biasa jika terinfeksi HMPV lagi.

    Orang dewasa berusia di atas 65 tahun dan orang dengan masalah pernapasan atau sistem kekebalan tubuh yang lemah juga bisa mengalami gejala parah.

    Para peneliti memperkirakan bahwa sekitar 10 persen hingga 12 persen penyakit pernapasan pada anak-anak disebabkan oleh HMPV.

    Sebagian besar kasus bersifat ringan, tetapi sekitar 5 persen hingga 16% anak-anak akan mengalami infeksi saluran pernapasan bawah seperti pneumonia.

    Terdapat beberapa kesamaan antara HMPV dan Covid-19, yakni kedua virus tersebut menyebabkan penyakit pernapasan pada orang-orang dari segala usia.

    Dikutip dari Mint, HMPV dan Covid-19 kemungkinan besar menyebar dari orang yang terinfeksi ke orang lain melalui sekresi dari batuk dan bersin serta kontak pribadi yang dekat.

    Virus juga menyebar dengan menyentuh benda atau permukaan yang terdapat virus dan kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata.

    Menurut Science Direct, Covid-19 tampaknya sensitif terhadap suhu dan, oleh karena itu, bersifat musiman.

    Demikian pula HMPV bersirkulasi dalam musim tahunan yang berbeda, kata CDC AS.

    Meskipun HMPV dapat dideteksi sepanjang tahun, infeksi biasanya mencapai puncaknya di Amerika Serikat dari akhir musim dingin hingga awal musim semi.

    Sayangnya, untuk saat ini belum ada vaksin untuk mencegah HMPV lebih menular.

    Namun, pasien dapat membantu mencegah penyebaran HMPV dan virus pernapasan lainnya dengan mengikuti langkah-langkah berikut:

    Cuci tangan sesering mungkin dengan sabun dan air setidaknya selama 20 detik.
    Hindari menyentuh mata, hidung, atau mulut dengan tangan yang belum dicuci.
    Hindari kontak dekat dengan orang yang sakit.
    Pasien yang memiliki gejala seperti flu harus menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin.
    Hindari berbagi cangkir dan peralatan makan dengan orang lain.

    Malaysia Laporkan 327 Kasus pada 2024

    Virus Human Metapneumovirus (HMPV) merebak di China (Kolase Tribunnews/net)

    Malaysia pada tahun 2024 telah mencatat sebanyak 327 kasus infeksi HMPV, naik 45 persen dari 225 kasus pada tahun 2023.

    Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan bahwa HMPV bukanlah penyakit baru.

    Kementerian menghimbau masyarakat untuk tetap waspada terutama karena infeksi saluran pernafasan akan terus ada di tengah masyarakat.

    Ia menyarankan masyarakat untuk sering mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menutup mulut dan hidung saat batuk dan bersin.

    “Masyarakat diimbau untuk secara proaktif menjaga kesehatan mereka dan mencegah penularan kepada orang lain, terutama di tempat tertutup dan ramai,” kata Kementerian Kesehatan Malaysia, dikutip dari The Straits Times.

    “Ini termasuk mereka yang berencana bepergian ke negara-negara yang berisiko,” lanjut pernyataan tersebut.

    Kementerian tersebut menambahkan bahwa peningkatan infeksi saluran pernafasan pada awal dan akhir tahun merupakan fenomena yang diharapkan dan dilaporkan secara serupa di negara lain, terutama yang memiliki musim dingin, seperti China.

    Dikatakannya akan memantau perkembangan infeksi saluran pernafasan di dalam dan luar negeri, meningkatkan kesiapsiagaan dan mengambil tindakan yang tepat.

    Provinsi utara China baru-baru ini mengalami tren peningkatan kasus HMPV di antara orang-orang yang berusia di bawah 14 tahun.

    Menurut pernyataan resmi, terjadi peningkatan infeksi penyakit pernapasan akut di China pada minggu tanggal 16 hingga 22 Desember 2024, demikian dilaporkan Reuters.

    Kemenkes RI Minta Waspada

    Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes RI) memastikan bahwa HMPV belum ditemukan di Indonesia.

    “Terkait merebaknya kasus flu A dan juga virus HMPV di Tiongkok, saat ini belum ditemukan kasusnya di Indonesia,” kata Juru Bicara Kemenkes Widyawati dalam keterangannya, dikutip dari Kompas.com.

    Saat ini, Kemenkes belum menerapkan kebijakan pembatasan atau larangan perjalanan dari dan ke China.

    Meski demikian, masyarakat diimbau untuk tetap menjaga kesehatan dengan menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS).

    “Tidak perlu panik, tetapi tetap waspada dengan memantau perkembangan kasus di berbagai media.”

    “Kalaupun terpaksa harus ke luar negeri, terlebih dahulu harus memastikan situasi dan kebijakan di negara tersebut serta terapkan protokol kesehatan,” ujar Widyawati.

    (Tribunnews.com/Whiesa) (Kompas.com/Haryanti Puspa Sari)

  • Wamentan Sudaryono Minta Peternak Sapi di Jawa Timur Siaga 1 PMK

    Wamentan Sudaryono Minta Peternak Sapi di Jawa Timur Siaga 1 PMK

    Jakarta, CNN Indonesia

    Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono meminta peternak sapi di Jawa Timur meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).

    Ia mengatakan penyebaran wabah PMK bisa mengancam populasi sapi di wilayah tersebut.

    Sudaryono mengatakan peningkatan kewaspadaan perlu dilakukan peternak dengan melakukan vaksinasi secara berkala agar Indonesia dapat terbebas dari penyakit menular ini.

    “Salah satu hal yang perlu kita waspadai adalah bagaimana mengantisipasi wabah PMK. Oleh karena itu, vaksinasi harus dilakukan, baik yang difasilitasi pemerintah maupun secara mandiri,” ujarnya dalam keterangan resmi Minggu, (5/1).

    Sudaryono mengatakan Jawa Timur memiliki populasi sapi terbesar di Indonesia. Artinya, Jawa Timur menjadi tempat vital bagi ketahanan pangan nasional.

    Dengan vaksinasi yang sudah dilakukan di sebagian besar populasi sapi, ia menekankan bahwa vaksinasi tidak cukup dilakukan hanya sekali, melainkan harus dilakukan secara berkala agar efeknya maksimal.

    “Alhamdulillah, sapi sudah kita vaksin semua. Namun, vaksinasi harus terus dilakukan secara berkala dan diulang,” katanya.

    Wamentan juga mengingatkan pentingnya peran serta pemerintah provinsi, kabupaten, dan kota dalam menjaga kesiapsiagaan terhadap potensi penyebaran PMK.

    “Satu sapi yang terinfeksi PMK bisa menular kemana-mana. Oleh karena itu, kita harus bekerja sama menjaga seluruh populasi sapi di Jawa Timur,” imbuhnya.

    Wamentan Sudaryono menyatakan bahwa pemerintah menargetkan peningkatan produksi dan populasi sapi dalam lima tahun mendatang, yang diperkirakan akan mencapai 5 juta ekor.

    Untuk 2025 ini, pemerintah menargetkan tambahan 200 ribu ekor sapi dengan memperkuat para peternak besar, kecil, dan koperasi untuk mendukung program ini.

    “Kita sudah ada target total dalam 5 tahun 5 juta. Tahun ini 200 ribu dan regulasinya sudah selesai. Pemerintah menyediakan lahan sudah selesai,” jelasnya.

    Dengan upaya vaksinasi yang intensif dan sinergi antara pemerintah dan peternak, ia berharap wabah PMK dapat dicegah dan sektor peternakan Indonesia dapat berkembang dengan baik, meningkatkan ketahanan pangan nasional.

    (agt/agt)

  • Atasi PMK, DPRD Ponorogo Dorong Tutup Sementara Pasar Hewan

    Atasi PMK, DPRD Ponorogo Dorong Tutup Sementara Pasar Hewan

    Ponorogo (beritajatim.com) – Ketua DPRD Ponorogo, Dwi Agus Prayitno, mendesak penutupan segera pasar hewan di Kecamatan Jetis. Langkah ini dinilai perlu sesegera mungkin dilakukan untuk mencegah semakin meluasnya wabah Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) kembali merebak di Kabupaten Ponorogo, menyerang sejumlah hewan ternak.

    “Lebih baik pasar hewan ditutup sementara, seperti yang dilakukan oleh Pemkab Wonogiri,” kata Kang Wi, sapaan Dwi Agus Prayitno, Senin (6/1/2025).

    Opsi penutupan sementara Pasar Hewan di Kecamatan Jetis, kata Dwi, juga bukan tanpa sebab. Menurutnya, penyebaran PMK yang cepat, ditambah laporan kematian hewan ternak, mengharuskan tindakan drastis untuk mencegah eskalasi. Apalagi, keberadaan pasar sebagai lalu lintas ternak, juga menjadi salah satu pemicu untuk penularan PMK.

    “Kami meminta Pemkab untuk mengeluarkan kebijakan penutupan sementara pasar hewan,” katanya.

    Dwi Agus juga mengingatkan dampak ekonomi yang bisa terjadi jika wabah ini dibiarkan. Selain risiko meluasnya penyebaran, harga hewan ternak bisa anjlok, membuat peternak semakin terpukul. Masalah ketersediaan vaksin PMK yang belum jelas juga menjadi perhatian.

    “Kami mendorong Pemkab segera berkoordinasi dengan Kementerian untuk memastikan vaksin PMK dapat segera tersedia. Ini harus ditanggulangi secepatnya,” katanya.

    Ia menambahkan bahwa dengan adanya kasus yang ada, saat ini bukan lagi fase pencegahan. Sekarang yang dibutuhkan ialah penanganan yang cepat, terutama dari dinas terkait. Kang Wi juga mengingatkan bahwa wabah PMK ini pernah terjadi di Ponorogo pada tahun 2022 lalu. Waktu itu, ribuan sapi perah di Kecamatan Pudak mati gara-gara virus PMK tersebut.

    “Sekarang yang dibutuhkan adalah penanganan cepat dari dinas terkait. Ini bukan lagi fase pencegahan, sebab sudah terlambat,” tutupnya. [end/beq]

  • AS Hadapi Ancaman ‘Quad-demic’, Warganya Diminta Pakai Masker Lagi

    AS Hadapi Ancaman ‘Quad-demic’, Warganya Diminta Pakai Masker Lagi

    Jakarta

    Amerika Serikat (AS) dihantui ancaman ‘quad-demic’, yaitu empat jenis penyakit atau infeksi menyebar secara bersamaan di suatu populasi.

    Kasus flu, COVID-19, respiratory syncytial virus (RSV), dan norovirus di AS dilaporkan meningkat. Peningkatan kasus empat penyakit tersebut juga disebut mengkhawatirkan.

    Menurut laporan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular AS (CDC), flu telah membuat sekitar 3,1 juta orang sakit sejauh musim ini, memicu 37 ribu orang dirawat di RS dan 1.500 orang meninggal.

    Sementara itu COVID-19 terus menginfeksi jutaan orang, dengan 2,5 hingga 4,4 juta kasus dilaporkan sejak Oktober 2024, yang mengakibatkan hingga 120 ribu pasien dirawat di rumah sakit.

    Jumlah pasien rawat inap akibat penyakit RSV juga melonjak hampir 40 persen selama dua minggu, serta wabah norovirus meningkat tiga kali lipat dibandingkan dengan awal musim gugur.

    “Kami akan mengalami peningkatan hingga Januari, dengan puncak yang bervariasi di setiap wilayah. Keempat virus ini cenderung meningkat secara bersamaan, sehingga menciptakan lingkungan kesehatan masyarakat yang menantang,” kata seorang ahli penyakit menular dan mantan pejabat CDC, Dr Joe Bresee, dikutip dari Times of India.

    Imbas peningkatan tersebut, beberapa rumah sakit dan sistem kesehatan di seluruh negeri telah memberlakukan kembali mandat masker, terutama di wilayah dengan aktivitas virus yang tinggi.

    Sistem Perawatan Kesehatan Aurora di Wisconsin, RWJBarnabas Health di New Jersey, dan fasilitas di Illinois dan Indiana telah memperkenalkan kembali aturan masker bagi staf dan pengunjung. Pejabat kesehatan masyarakat di New York City juga mendesak para penumpang untuk mengenakan masker di transportasi umum.

    Apa Pemicunya?

    Para ahli menghubungkan peningkatan infeksi dengan peningkatan aktivitas dalam ruangan, pertemuan liburan yang ramai, dan kekebalan yang menurun.

    “Pesta liburan, reuni keluarga, dan perjalanan menciptakan kondisi yang optimal bagi virus ini untuk menyebar,” kata Dr William Schaffner dari Vanderbilt University Medical Center.

    Yang menambah tantangan adalah keterlambatan dalam vaksinasi. Hanya 21 persen orang dewasa dan 10,6 persen anak-anak yang telah menerima vaksin COVID-19 yang diperbarui, sementara tingkat vaksinasi flu berkisar sekitar 40 persen, menurut data CDC.

    Sementara itu, norovirus menyebar melalui permukaan yang terkontaminasi dan menyebabkan gejala gastrointestinal yang parah, termasuk muntah dan diare. Virus ini dapat berkembang pesat selama musim dingin.

    Dr Robert Hopkins Jr, direktur medis untuk National Foundation for Infectious Diseases, menekankan pentingnya kebersihan tangan, khususnya untuk mencegah norovirus.

    “Pembersih tangan berbahan dasar alkohol tidak mengalahkan norovirus. Sabun dan air tetap penting,” imbuhnya.

    (suc/kna)