Produk: vaksin

  • China Laporkan Penurunan Kasus HMPV di Tengah Kekhawatiran Potensi Pandemi

    China Laporkan Penurunan Kasus HMPV di Tengah Kekhawatiran Potensi Pandemi

    Jakarta

    Kasus infeksi human metapneumovirus (HMPV) di China utara mengalami penurunan. Hal ini disampaikan oleh pejabat kesehatan setempat pada Minggu, di tengah kekhawatiran dunia atas potensi pandemi baru.

    HMPV, yang termasuk dalam famili yang sama dengan respiratory syncytial virus (RSV), menyebabkan gejala seperti flu atau pilek termasuk demam, batuk, dan hidung tersumbat.

    Gejalanya sering kali hilang dengan sendirinya, meskipun dapat menyebabkan gejala berat pada anak-anak, orang dewasa yang lebih tua, dan mereka yang memiliki sistem kekebalan tubuh yang lemah.

    “Human metapneumovirus bukanlah virus baru, dan telah ada di antara manusia setidaknya selama beberapa dekade,” kata Wang Liping, seorang peneliti di Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit China, dalam jumpa pers yang diselenggarakan oleh Komisi Kesehatan Nasional China.

    Wang menambahkan bahwa peningkatan jumlah kasus virus ini dalam beberapa tahun terakhir, yang pertama kali terdeteksi di Belanda pada tahun 2001, disebabkan oleh metode deteksi yang lebih baik.

    “Saat ini, angka kasus positif deteksi human metapneumovirus berfluktuasi, dan angka kasus positif di provinsi utara menurun, dan angka kasus positif di antara pasien berusia 14 tahun ke bawah sudah mulai menurun,” ungkapnya.

    Sebelumnya, kekhawatiran muncul dalam beberapa hari terakhir atas lonjakan infeksi HMPV di China utara setelah beredar gambar daring rumah sakit yang dipenuhi pasien bermasker. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan belum menerima laporan wabah yang tidak biasa di China atau di tempat lain.

    Para ahli mengatakan HMPV tidak seperti COVID-19 karena sudah ada selama beberapa dekade dan sudah ada kekebalan bawaan terhadapnya. Sebagian besar anak-anak terinfeksi virus tersebut pada usia 5 tahun.

    Wang mengatakan penyakit pernapasan yang saat ini menyerang orang-orang di China disebabkan oleh patogen yang diketahui, dan tidak ada penyakit menular baru yang muncul.

    “Jumlah pasien di klinik demam dan unit gawat darurat di seluruh negeri telah meningkat tetapi secara umum masih lebih rendah dibandingkan periode yang sama tahun lalu,” kata Gao Xinqiang, wakil direktur Departemen Tanggap Darurat Medis komisi kesehatan.

    “Tidak ada kekurangan sumber daya medis yang nyata,” kata Gao.

    Infeksi flu di seluruh negeri di China diperkirakan akan menurun secara bertahap pada pertengahan hingga akhir Januari, kata juru bicara komisi Hu Qiangqiang.

    Tidak ada vaksin atau obat yang tersedia untuk HMPV. Para ahli menyarankan tindakan pencegahan agar tidak tertular virus dan penyakit pernapasan lainnya, termasuk mencuci tangan secara teratur, menghindari keramaian jika memungkinkan, dan mengenakan masker di tempat ramai.

    (suc/kna)

  • Praktisi Kesehatan Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini HMPV dengan PCR untuk Mencegah Komplikasi

    Praktisi Kesehatan Ingatkan Pentingnya Deteksi Dini HMPV dengan PCR untuk Mencegah Komplikasi

    Jakarta, Beritasatu.com – Praktisi Kesehatan Masyarakat dr Ngabila Salama menganjurkan, agar masyarakat yang mengalami gejala terjangkit virus Human Metapneumovirus (HMPV) untuk segera melakukan deteksi dini melalui tes panel virus, seperti PCR.

    “Mencegah komplikasi dapat dilakukan dengan deteksi dini apabila ada gejala berupa batuk, pilek, gangguan saluran pernapasan, serta memiliki riwayat bepergian dari luar negeri, terutama China,” ujar dr Ngabila Salama saat dihubungi Beritasatu.com, Minggu (12/1/2025).

    Menurut dr Ngabila, kelompok dengan imunitas rendah seperti bayi, balita, lansia, ibu hamil, individu dengan kondisi medis penyerta (comorbid), serta orang dengan imunodefisiensi seperti HIV, harus lebih waspada terhadap virus HMPV. Apabila seseorang terkonfirmasi positif terpapar virus ini, pasien harus segera diisolasi. 

    “Selanjutnya, dilakukan pemeriksaan tracing atau penyelidikan epidemiologi untuk memutus mata rantai penularan sebagai deteksi dini HMPV,” kata dr Ngabila.

    Ngabila menegaskan, hingga saat ini belum ada vaksin untuk melawan virus HMPV sehingga masyarakat diminta untuk tetap waspada. Meskipun tingkat kematian dan fatalitasnya cenderung rendah, dia mengingatkan agar masyarakat tidak panik.

    Menurutnya, HMPV sudah ada sejak lama di lingkungan sekitar, dan penularannya terjadi melalui droplet, airborne, atau aerosol. Oleh karena itu, langkah preventif yang dapat dilakukan adalah menjaga kebersihan tangan dan selalu memakai masker.

    Lebih lanjut, dr Ngabila menjelaskan virus HMPV tidak berpotensi menjadi pandemi, seperti Covid-19. Virus tersebut pertama kali ditemukan pada 2001 di Belanda dan telah bersirkulasi di berbagai negara, termasuk Indonesia. 

    Selain itu, sebagian besar kasus di dalam negeri sudah sembuh, dan kemungkinan besar banyak orang di sekitar kita yang sudah pernah terinfeksi HMPV.

    “Berbeda dengan Covid-19, yang pertama kali ditemukan pada 31 Desember 2019 di Wuhan, China. HMPV sudah ada sejak lama,” pungkas dr Ngabila yang menjelaskan pertolongan pertama saat terinfeksi HMPV.

  • Epidemiolog Sebut Virus HMPV Tak Berpotensi Jadi Pandemi

    Epidemiolog Sebut Virus HMPV Tak Berpotensi Jadi Pandemi

    Jakarta, Beritasatu.com – Epidemiolog Dicky Budiman menyebut virus Human Metapneumovirus (HMPV) tidak berpotensi menjadi pandemi, sehingga masyarakat tidak perlu terlalu khawatir. Meski begitu, masyarakat diminta tetap waspada dengan penyebaran HMPV.

    “Probabilitas atau kemungkinannya (virus HMPV menjadi pandemi) mendekati 0%. Jadi kecil sekali,” kata Dicky saat dihubungi Beritasatu.com, pada Minggu (12/1/2025).

    Menurut Dicky, syarat dari satu penyakit ataupun patogen, baik virus atau bakteri menjadi satu pandemi, yaitu harus baru. Sementara, virus HMPV bukan merupakan hal yang baru.

    Dengan virus baru, berarti manusia di bumi ini belum memiliki kekebalan terhadap virus atau bakteri tersebut, sehingga infeksi itu terjadi.

    Selain itu, ia juga memberikan contoh dengan menyebutkan H1N1, flu yang sudah ada sejak 100 tahun lalu, serta Covid-19, yaitu SARS-CoV-2 yang merupakan penyakit baru.

    Epidemiolog Dicky Budiman – (Beritasatu.com/Stefani Wijaya)

    Dicky menjelaskan, HMPV berbeda dengan Covid karena sudah ada sejak sekitar 1950 bahkan jauh sebelum itu sudah terdeteksi infeksi di dunia.

    Menurutnya, kemungkinan sangat besar mayoritas sudah memiliki kekebalan yang tidak akan berdampak seperti Covid-19.

    Dicky mengatakan, meskipun belum ada obat atau vaksin spesifik untuk HMPV, gejala yang ditimbulkannya cenderung lebih ringan dan sedang jika dibandingkan dengan Covid-19, karena banyak orang yang sudah memiliki imunitas.

    “Bahkan bagi  yang terjangkit HMPV bisa diobati atau menjalani perawatan di rumah sendiri yang akan pulih dalam lima atau tujuh hari paling lama,” tandas Dicky yang menjelaskan HMPV tidak akan menjadi pandemi.

  • Praktisi Kesehatan Berikan Tips Pencegahan HMPV dengan CERDIK dan CERIA

    Praktisi Kesehatan Berikan Tips Pencegahan HMPV dengan CERDIK dan CERIA

    Jakarta: HMPV adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang disebabkan oleh virus yang sudah ditemukan sejak 2001 di dunia dan sudah bersirkulasi sejak lama di dunia bahkan Indonesia.

    Walau berbeda family dengan influenzae, gejala HMPV dengan influenza sama persis. Akan tetapi, pada orang dengan imunitas rendah seperti bayi, balita, anak, ibu hamil, lansia, orang dengan komorbid, HMPV bisa menyebabkan sesak nafas karena pneumonia/bronkiolitis (anak), dengan tingkat fatalitas kematian yang amat rendah.

    Mendiagnosis HMPV perlu PCR/panel virus yang biasanya dilakukan di Rumah Sakit besar atau swasta untuk pasien umum non BPJS. 

    Bagi orang dengan imunitas rendah, riwayat berpergian dari luar negeri utamanya China, dan mengalami gejalas ISPA ringan/berat (sesak nafas), sebaiknya diperiksakan panel virus penyebab ISPA/PCR HMPV.

    Hal ini dilakukan untuk menghindari penyebaran virus lebih masif dengan melakukan isolasi. Dan melakukan penyelidikan epidemiologi/tracing pada kasus positif karena virus ini lebih mudah menular dari virus influenza atau virus lainnya.
     

    Pengobatan HPMV
    Pengobatan HPMV sama saja dengan flu dan infeksi virus pada umumnya. Blm ada vaksin spesifik untuk HMPV. Cara penularan HMPV sama dengan flu pada umumnya secara airborne/aerosol dan droplet.

    Pencegahan HPMV
    Praktisi kesehatan masyarakat dr. Ngabila Salama memberikan tips pencegahan HPMV, seperti menjaga pola hidup bersih dan sehat setiap hari, berikut tips nya:

    1. Bersih Diri
    Bersih diri contohnya adalah dengan rajin 3M: mencuci tangan dengan 6 langkah menggunakan air mengalir dan sabun selama 20 detik, memakai masker dan menjaga jarak di keramaian.

    2. Bersih Lingkungan
    Bersih lingkungan contohnya dengan rajin membersihkan permukaan benda, menjaga ventilasi cahaya dan udara di rumah, sekolah, dan kantor agar tetap baik.

    3. Pola hidup sehat
    ?menjaga imunitas tetap baik agar virus atau kuman lainnya tidak mudah masuk ke dalam tubuh dengan CERDIK dan CERIA setiap hari.
     

    CERDIK dan CERIA
    Cerdik merupakan singkatan dari:

    C: cek kesehatan secara rutin: pemeriksaan tekanan darah, gula darah, lingkar perut, BB, TB, indeks massa tubuh, faktor risiko kanker dan rokok, dll GRATIS 6 bulan sekali di puskesmas atau posyandu terdekat

    E: enyahkan asap rokok (baik perokok aktif dan pasif sama-sama membahayakan kesehatan pertumbuhan termasuk anemia dan stunting, perkembangan, mental emosional, dan kognitif).

    R: rajin aktivitas fisik 20-30 menit dalam sehari, 5 kali dalam seminggu. Rajin aktivitas fisik 30 menit dalam sehari, 5 kali dalam seminggu. Aktivitas fisik dapat mengeluarkan hormon endorphine yang memicu rasa senang, bahagia, antistress, dan lebih bersemangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari.

    Studi menyebutkan aktivitas fisik rutin minimal 6.000 langkah per hari dapat menghindari risiko terkena penyakit jantung dan serangan jantung di kemudian hari. Aktivitas fisik ini dapat diperoleh juga dengan melakukan olahraga murah berjalan kaki, lari, atau jogging, serta aktivitas olahraga aerobik lainnya seperti treadmill, sepeda statis, bersepeda, berenang, senam, yoga, menggunakan transportasi publik.

    D: diet atau makanan seimbang dengan konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi sehari dan batasi konsumsi gula, garam, lemak (GGL) karena berbahaya bisa menyebabkan obesitas dan penyakit kronis (silent killer/mother of disease darah tinggi dan kencing manis).

    Konsumsi gula maksimal 4 SDM, garam 1 SDT, lemak 5 SDM dalam sehari sudah termasuk cemilan dan makan wajib. Isi piringku setengah piring sayur dan buah, setengah lainnya karbohidrat dan lauk.

    I: istirahat / tidur cukup 7-8 jam per hari.

    K: kelola stress dengan baik dengan menyalurkan hobi, family time, beribadah.

    CERIA singkatan dari:
    1. Cerdas intelektual, emosional dan spiritual
    2. Empati dalam berkomunikasi efektif
    3. Rajin beribadah sesuai agama dan keyakinan
    4. Interaksi yang bermanfaat bagi kehidupan
    5. Asah asih dan asuh dalam keluarga dan masyarakat

    Penting deteksi dini penyakit jika sudah diobati 2-3 hari sendiri di rumah tidak membaik, segera rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat atau dokter untuk pengobatan & diagnosis lebih lanjut.

    HMPV tidak akan menjadi pandemi seperti COVID-19 karena merupakan virus lama ditemukan dan sudah bersirkulasi luas di seluruh Indonesia sejak 2001. Berbeda dengan COVID-19 yang baru pertama kali ditemukan di dunia pada 31 Desember 2019 di Wuhan China

    Jakarta: HMPV adalah infeksi saluran pernafasan akut (ISPA) yang disebabkan oleh virus yang sudah ditemukan sejak 2001 di dunia dan sudah bersirkulasi sejak lama di dunia bahkan Indonesia.
     
    Walau berbeda family dengan influenzae, gejala HMPV dengan influenza sama persis. Akan tetapi, pada orang dengan imunitas rendah seperti bayi, balita, anak, ibu hamil, lansia, orang dengan komorbid, HMPV bisa menyebabkan sesak nafas karena pneumonia/bronkiolitis (anak), dengan tingkat fatalitas kematian yang amat rendah.
     
    Mendiagnosis HMPV perlu PCR/panel virus yang biasanya dilakukan di Rumah Sakit besar atau swasta untuk pasien umum non BPJS. 

    Bagi orang dengan imunitas rendah, riwayat berpergian dari luar negeri utamanya China, dan mengalami gejalas ISPA ringan/berat (sesak nafas), sebaiknya diperiksakan panel virus penyebab ISPA/PCR HMPV.
     
    Hal ini dilakukan untuk menghindari penyebaran virus lebih masif dengan melakukan isolasi. Dan melakukan penyelidikan epidemiologi/tracing pada kasus positif karena virus ini lebih mudah menular dari virus influenza atau virus lainnya.
     

    Pengobatan HPMV
    Pengobatan HPMV sama saja dengan flu dan infeksi virus pada umumnya. Blm ada vaksin spesifik untuk HMPV. Cara penularan HMPV sama dengan flu pada umumnya secara airborne/aerosol dan droplet.

    Pencegahan HPMV
    Praktisi kesehatan masyarakat dr. Ngabila Salama memberikan tips pencegahan HPMV, seperti menjaga pola hidup bersih dan sehat setiap hari, berikut tips nya:

    1. Bersih Diri

    Bersih diri contohnya adalah dengan rajin 3M: mencuci tangan dengan 6 langkah menggunakan air mengalir dan sabun selama 20 detik, memakai masker dan menjaga jarak di keramaian.

    2. Bersih Lingkungan

    Bersih lingkungan contohnya dengan rajin membersihkan permukaan benda, menjaga ventilasi cahaya dan udara di rumah, sekolah, dan kantor agar tetap baik.

    3. Pola hidup sehat

    ?menjaga imunitas tetap baik agar virus atau kuman lainnya tidak mudah masuk ke dalam tubuh dengan CERDIK dan CERIA setiap hari.
     

    CERDIK dan CERIA
    Cerdik merupakan singkatan dari:
     
    C: cek kesehatan secara rutin: pemeriksaan tekanan darah, gula darah, lingkar perut, BB, TB, indeks massa tubuh, faktor risiko kanker dan rokok, dll GRATIS 6 bulan sekali di puskesmas atau posyandu terdekat
     
    E: enyahkan asap rokok (baik perokok aktif dan pasif sama-sama membahayakan kesehatan pertumbuhan termasuk anemia dan stunting, perkembangan, mental emosional, dan kognitif).
     
    R: rajin aktivitas fisik 20-30 menit dalam sehari, 5 kali dalam seminggu. Rajin aktivitas fisik 30 menit dalam sehari, 5 kali dalam seminggu. Aktivitas fisik dapat mengeluarkan hormon endorphine yang memicu rasa senang, bahagia, antistress, dan lebih bersemangat dalam menjalani aktivitas sehari-hari.
     
    Studi menyebutkan aktivitas fisik rutin minimal 6.000 langkah per hari dapat menghindari risiko terkena penyakit jantung dan serangan jantung di kemudian hari. Aktivitas fisik ini dapat diperoleh juga dengan melakukan olahraga murah berjalan kaki, lari, atau jogging, serta aktivitas olahraga aerobik lainnya seperti treadmill, sepeda statis, bersepeda, berenang, senam, yoga, menggunakan transportasi publik.
     
    D: diet atau makanan seimbang dengan konsumsi sayur dan buah 3-5 porsi sehari dan batasi konsumsi gula, garam, lemak (GGL) karena berbahaya bisa menyebabkan obesitas dan penyakit kronis (silent killer/mother of disease darah tinggi dan kencing manis).
     
    Konsumsi gula maksimal 4 SDM, garam 1 SDT, lemak 5 SDM dalam sehari sudah termasuk cemilan dan makan wajib. Isi piringku setengah piring sayur dan buah, setengah lainnya karbohidrat dan lauk.
     
    I: istirahat / tidur cukup 7-8 jam per hari.
     
    K: kelola stress dengan baik dengan menyalurkan hobi, family time, beribadah.
     
    CERIA singkatan dari:
    1. Cerdas intelektual, emosional dan spiritual
    2. Empati dalam berkomunikasi efektif
    3. Rajin beribadah sesuai agama dan keyakinan
    4. Interaksi yang bermanfaat bagi kehidupan
    5. Asah asih dan asuh dalam keluarga dan masyarakat
     
    Penting deteksi dini penyakit jika sudah diobati 2-3 hari sendiri di rumah tidak membaik, segera rujuk ke fasilitas kesehatan terdekat atau dokter untuk pengobatan & diagnosis lebih lanjut.
     
    HMPV tidak akan menjadi pandemi seperti COVID-19 karena merupakan virus lama ditemukan dan sudah bersirkulasi luas di seluruh Indonesia sejak 2001. Berbeda dengan COVID-19 yang baru pertama kali ditemukan di dunia pada 31 Desember 2019 di Wuhan China
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (SUR)

  • Peneliti Ingin Ciptakan ‘Vaksin Obesitas’, Bisa Bebas Makan Sepuasnya?

    Peneliti Ingin Ciptakan ‘Vaksin Obesitas’, Bisa Bebas Makan Sepuasnya?

    Jakarta

    Mungkinkah peneliti menciptakan ‘vaksin obesitas’ sehingga orang-orang bisa makan bebas tanpa takut gemuk? Peneliti di University of Colorado Boulder mungkin telah menemukan mekanisme vaksin inovatif yang dapat membantu tubuh menjaga berat badan, melibatkan bakteri sehat.

    Dalam penelitian yang diterbitkan belum lama ini dalam jurnal Brain, Behaviour and Immunity, tikus yang disuntik dengan bakteri Mycobacterium vaccae (M vaccae), yang biasanya ditemukan di tanah dan susu sapi, menjadi lebih kebal terhadap kenaikan berat badan yang biasanya disebabkan oleh makan tinggi lemak dan gula.

    “Yang sangat mengejutkan tentang penelitian ini adalah kami melihat pencegahan lengkap kenaikan berat badan terkait pola makan pada hewan-hewan ini,” kata profesor fisiologi Christopher Lowry, dikutip dari NY Post, Minggu (12/1/2025).

    “Hal ini menunjukkan bahwa paparan bakteri bermanfaat itu dapat melindungi kita dari beberapa dampak kesehatan negatif dari pola makan khas barat,” sambungnya.

    M vaccae dalam penelitian berbeda disebut dapat mengurangi peradangan akibat stres pada tikus. Ini yang mendorong peneliti untuk mengeksplorasi ‘vaksin stres’ yang terbuat dari bakteri tersebut.

    Dalam penelitiannya itu, Lowry dan timnya menguji apakah M vaccae juga dapat membantu mengatasi peradangan otak dan kecemasan, yang sering kali disertai dengan pola makan yang buruk.

    Sekelompok tikus remaja dalam penelitian itu diberi makanan sehat, sementara kelompok lainnya diberi makan junk food berupa hamburger dan kentang goreng. Makanan-makanan tersebut diberikan selama 10 pekan dengan setengah dari masing-masing kelompok mendapat suntikan M vaccae setiap pekan.

    Pada akhir penelitian, kelompok tikus yang tidak disuntik bakteri dan makan junk food mengalami kenaikan berat badan 16 persen lebih besar dibanding tikus yang makan sehat. Tikus pada kelompok ini juga memiliki lemak visceral yang lebih banyak.

    Lemak visceral yang tidak terkontrol dapat meningkatkan risiko penyakit jantung dan diabetes.

    Hal yang mengejutkan adalah tikus yang mendapat suntikan dan makan junk food tidak mengalami kenaikan berat badan. Mereka juga memiliki lemak visceral yang lebih rendah daripada tikus yang makan sehat.

    Gagasan vaksin untuk melawan kenaikan berat badan terdengar seperti fiksi. Tapi jika berhasil, ini mungkin akan menjadi temuan yang besar dalam dunia kedokteran.

    Penelitian lebih lanjut pada manusia diperlukan untuk melihat seberapa besar efektivitasnya. Peneliti menduga vaksin tersebut nantinya dapat mengurangi peradangan, meningkatkan kesehatan jaringan lemak, dan meningkatkan metabolisme.

    (avk/up)

  • 28 Orang Meninggal Akibat DBD di Lampung, Ini Langkah yang Dilakukan Pemerintah

    28 Orang Meninggal Akibat DBD di Lampung, Ini Langkah yang Dilakukan Pemerintah

    Liputan6.com, Lampung – Provinsi Lampung menghadapi tantangan serius dalam pencegahan dan pengendalian Demam Berdarah Dengue (DBD) setelah mencatat total 9.096 kasus sepanjang tahun 2024. Data ini mencerminkan perlunya upaya strategis untuk mengatasi wabah yang terus berulang setiap tahun.

    Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Lampung, Edwin Rusli menerangkan bahwa di wilayah Kabupaten Lampung Utara kasus DBD tercatat paling banyak. 

    “Di Lampung Utara ada 1.698 kasus DBD. Wilayah ini tercatat paling banyak dari 15 kabupaten-kota di Lampung,” kata Edwin Rusli, Kamis (9/1/2024).

    Dia menyebut, kasus tertinggi tercatat pada Februari dengan 1.481 laporan. Jumlahnya menurun secara signifikan setelah Agustus, namun masih mencapai 877 kasus pada Desember.

    “Kemudian, sepanjang 2024, sebanyak 28 orang meninggal dunia akibat DBD. Tingkat fatalitas kasus (CFR) tertinggi tercatat di Tulang Bawang Barat (0,52%) dan Pesawaran (0,41%),” sebutnya.

    Gubernur Lampung telah mengeluarkan Surat Edaran No. 38 tahun 2024 sebagai respons terhadap meningkatnya kasus DBD. Beberapa langkah strategis telah diterapkan, meliputi:

    1. Penguatan Surveilans Dengue, deteksi dini dan respons cepat dilakukan untuk mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB).

    2. Gerakan 1 Rumah 1 Jumantik (G1R1J), setiap rumah diwajibkan memiliki juru pemantau jentik (jumantik) guna mengurangi potensi sarang nyamuk.

    3. Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN-3M Plus) masyarakat diimbau melakukan pengurasan, penutupan, mendaur ulang barang bekas, dan menggunakan larvasida.

    4. Sosialisasi Vaksin Dengue, pemerintah mulai memperkenalkan vaksin dengue sebagai langkah pencegahan jangka panjang.

    Pemerintah mengingatkan masyarakat untuk waspada terhadap gejala awal DBD, seperti; demam tinggi mendadak, nyeri ulu hati dan belakang bola mata, munculnya bintik merah di kulit bahkan mimisan atau muntah darah pada tahap lanjut.

    Jika gejala tersebut muncul, masyarakat diminta segera membawa pasien ke fasilitas kesehatan untuk mendapatkan penanganan medis. Sebagai langkah awal, pasien disarankan mengonsumsi banyak cairan dan menggunakan obat penurun demam, seperti paracetamol.

    Dengan kerja sama aktif antara pemerintah dan masyarakat, diharapkan angka kasus DBD di Lampung dapat terus ditekan pada tahun-tahun mendatang.

    Berdasarkan laporan Dinas Kesehatan Lampung, berikut jumlah kasus DBD yang terjadi di 15 kabupaten/kota selama Januari hingga Desember 2024:

    1. Lampung Utara: 1.698 kasus (tertinggi di provinsi)

    2. Lampung Timur: 1.182 kasus

    3. Metro: 725 kasus

    4. Lampung Tengah: 712 kasus

    5. Pringsewu: 680 kasus

    6. Pesisir Barat: 491 kasus

    7. Pesawaran: 422 kasus

    8. Tanggamus: 386 kasus

    9. Tulang Bawang Barat: 385 kasus

    10. Lampung Barat: 282 kasus

    11. Way Kanan: 267 kasus

    12. Tulang Bawang: 209 kasus

    13. Mesuji: 202 kasus

    14. Bandar Lampung: 118 kasus

    15. Lampung Selatan: 109 kasus

     

     

     

  • Jaga Produktivitas Susu dan Daging, Pemkab KBB Tangani PMK

    Jaga Produktivitas Susu dan Daging, Pemkab KBB Tangani PMK

    JABAR EKSPRES – Pemerintah Daerah (Pemda) Kabupaten Bandung Barat (KBB) berjanji bakal segera menangani kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang ratusan hewan ternak di wilayahnya.

    Langkah ini bakal segera dilakukan guna menjaga menjaga peningkatan produksi susu serta daging hewan terutama sapi menjelang hari raya Idul Adha.

    Berdasarkan data dari Dinas Perikanan dan Peternakan (Dispernakan) KBB menyebut per Desember 2024 hingga 9 Januari 2025 lalu, sebanyak 229 sapi di wilayah Bandung Barat terpapar PMK dan 4 ekor sapi diantaranya mati serta 10 lainnya dipotong paksa.

    BACA JUGA:Gegara Bandar Nakal, Ratusan Sapi di Bandung Barat Kembali Terjangkit PMK

    “Kami akan segera menangani dan menekan kasus tersebut. Dinas terkait pun sudah berkoordinasi dengan pemerintah pusat soal penyediaan vaksin yang kami butuhkan,” kata Penjabat (Pj) Bupati Bandung Barat, Ade Zakir Hasyim belum lama ini.

    Berkaca pada tahun sebelumnya saat wabah PMK merebak di Bandung Barat, dikatakan Ade, Pemda KBB saat ini lebih siap dalam melakukan penanganan kasus penyakit mulut dan kuku yang menjangkit ratusan hewan ternak di Kabupaten Bandung Barat.

    “Tentu kita punya pengalaman pahit tahun lalu yang berdampak menurunkan produktivitas susu, dan saat ini kami lebih siap dalam menanganinya,” katanya.

    BACA JUGA:Tingkatkan Upaya Cegah PMK di Sektor Peternakan, Dispangtan Cimahi Lakukan Ini

    “Sekarang dengan pengalaman itu kita makin siap untuk tangani. Kalau ada vaksin pasti kita gencarkan, terus untuk lalu lintas ternak tentu kita juga menunggu arahan dari provinsi Jawa Barat,” imbuhnya.

    Sementara itu, Plt Kepala Dispernakan Bandung Barat, Wiwin Aprianti mengatakan sejauh ini Pemkab Bandung Barat memiliki stok vaksin PMK sebanyak 30.000 dosis yang tengah disuntikkan ke 10 kecamatan pusat ternak hewan.

    “Memang kita punya stok vaksin 30.000. Nah ini sedang terus digenjot penyuntikannya. Update terakhir baru 70 persen dari total sasaran. Untuk suntik booster kami menunggu dari pusat, kabarnya baru ada Februari 2025. Kebutuhannya sama 30.000 dosis,” tandasnya. (Wit)

  • Epidemiolog Sebut Virus HMPV Tak Berpotensi Jadi Pandemi

    Mudah Menular, Tingkat Fatalitas HMPV Rendah

    Jakarta, Beritasatu.com – Human Metapneumovirus (HMPV), virus penyebab infeksi saluran pernapasan akut, memiliki tingkat fatalitas kematian yang rendah. Virus ini pertama kali ditemukan pada 2001 dan berbeda famili dengan virus influenza, meskipun gejalanya serupa.

    Praktisi kesehatan masyarakat dr Ngabila Salama menyampaikan, HMPV dapat menyebabkan sesak napas pada seseorang dengan imunitas rendah, seperti bayi, balita, ibu hamil, lansia, dan pasien dengan komorbid.

    “Pada orang dengan imunitas rendah, HMPV dapat menyebabkan pneumonia atau bronkiolitis pada anak, tetapi tingkat fatalitasnya amat rendah,” ujar dr Ngabila, Sabtu (11/1/2025).

    Untuk mendiagnosis HMPV, diperlukan tes PCR atau panel virus. dr Ngabila menyarankan orang dengan imunitas rendah, riwayat perjalanan dari luar negeri, khususnya Tiongkok, serta gejala ISPA ringan hingga berat, untuk menjalani pemeriksaan panel virus atau PCR HMPV.

    Meski HMPV sudah ditemukan di Indonesia, hingga saat ini tidak ada laporan kenaikan kasus baru berdasarkan surveilans ILI (influenza-like illness) atau SARI (severe acute respiratory infection).

    dr Ngabila juga menyampaikan, belum ada vaksin khusus untuk HMPV. Pengobatan virus ini sama seperti penanganan flu atau infeksi virus lainnya.

    “Untuk mencegah penyebaran HMPV, pasien harus melakukan isolasi mandiri. Selain itu, perlu dilakukan penyelidikan epidemiologi atau tracing pada kasus positif, karena virus ini lebih mudah menular dibandingkan virus influenza,” pungkasnya.

  • Kabupatan di DIY Diminta Segera Putuskan Status Darurat PMK, Batas Akhir Senin
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        11 Januari 2025

    Kabupatan di DIY Diminta Segera Putuskan Status Darurat PMK, Batas Akhir Senin Regional 11 Januari 2025

    Kabupatan di DIY Diminta Segera Putuskan Status Darurat PMK, Batas Akhir Senin
    Tim Redaksi
    YOGYAKARTA, KOMPAS.com
    – Pemerintah Daerah Istimewa
    Yogyakarta
    (DIY) memberi waktu sampai Senin untuk kabupaten menetapkan status darurat PMK.
    Sekretaris Daerah (Sekda) DIY, Beny Suharsono, mengatakan penyebaran PMK pada tahun ini di DIY sudah semakin cepat dan lebih besar dibanding tahun lalu.
    Oleh sebab itu, diperlukan langkah konkret dalam penanganannya, termasuk di dalamnya adalah penetapan status darurat PMK.
    “Ada beberapa daerah yang seharusnya mulai mempertimbangkan status darurat,” ungkap Beny pada Sabtu (11/1/2025).
    Lebih lanjut, dia menjelaskan bahwa jika status tanggap darurat ditetapkan, maka daerah dapat menggunakan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT).
    Namun, dia menekankan bahwa penetapan status tanggap darurat tidak bisa dilakukan serampangan; harus melalui kajian epidemiologis.
    Menurut dia, jika status darurat ditetapkan, maka dalam pengadaan vaksinasi dapat dipercepat.
    “Kajian (epidemiologis) ini akan menjadi dasar penting sebelum memutuskan langkah tersebut,” tambahnya.
    Untuk diketahui, wabah PMK terjadi di hampir seluruh DIY, dengan lokasi seperti di Kabupaten Sleman, Bantul, Gunungkidul, dan Kulon Progo.
    Hanya Kota Yogyakarta saat ini yang belum ada temuan kasus penyebaran PMK.
    “Kepala dinas terkait, saya minta selambat-lambatnya Senin mendatang sudah ada keputusan mengenai status darurat,” beber dia.
    Jika status darurat sudah ditetapkan, lanjut Beny, Pemerintah DIY bakal mempercepat pengadaan vaksin melalui e-catalog dan menjalin kerjasama dengan swasta melalui CSR.
    Ia menambahkan bahwa saat ini baru sekitar 1.000 dari total 1.800-an kasus yang tertangani.
    Ia menyebut perlunya keterlibatan institusi akademis dan balai veteriner dalam memberikan solusi di lapangan.
    “Kami (DIY) memiliki fakultas peternakan dan balai veteriner yang siap turun untuk membantu memberikan edukasi dan solusi langsung,” ujarnya.
    Kolaborasi lintas sektor juga diharapkan dapat mempercepat penanganan PMK.
    Sebelumnya, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Syam Arjayanti, meminta para peternak yang membeli hewan ternak dari daerah lain untuk mengisolasi hewan ternak tersebut terlebih dahulu.
    Syam mengatakan, mengisolasi hewan ternak baru yang dibeli dari daerah lain ini bertujuan untuk mencegah paparan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
    Ditambah lagi, kasus PMK di beberapa daerah, termasuk di DIY, sedang mengalami peningkatan.
    “Kalau beli ternak dari pasar, misalnya, kan bisa jadi carrier. Lebih baik dilakukan isolasi terlebih dahulu,” katanya, Jumat (10/1/2025).
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Tak Ada Aturan Ganjil Genap Jakarta Hari Ini Sabtu 11 Januari 2025, Semua Kendaraan Bebas Melintas – Page 3

    Tak Ada Aturan Ganjil Genap Jakarta Hari Ini Sabtu 11 Januari 2025, Semua Kendaraan Bebas Melintas – Page 3

    Ada ketentuan pengecualian bagi kendaraan bermotor yang diperbolehkan memasuki kawasan ganjil genap Jakarta.

    1. Kendaraan bertanda khusus yang membawa masyarakat disabilitas

    2. Kendaraan ambulans

    3. Kendaraan pemadam kebakaran

    4. Kendaraan angkutan umum (pelat kuning)

    5. Kendaraan yang digerakkan dengan motor listrik

    6. Sepeda motor

    7. Kendaraan angkutan barang khusus bahan bakar minyak dan gas

    8. Kendaraan pimpinan lembaga tinggi negara RI

    9. Kendaraan dinas operasional berpelat merah, TNI dan Polri

    10. Kendaraan pimpinan dan pejabat negara asing serta lembaga internasional yang menjadi tamu negara

    11. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan lalu lintas

    12. Kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut pertimbangan petugas Polri seperti kendaraan pengangkut uang

    13. Kendaraan petugas kesehatan penanganan Covid-19, selama masa penanggulangan bencana yang diakibatkan oleh penyebaran Covid-19.

    14. Kendaraan mobilisasi pasien Covid-19

    15. Kendaraan mobilisasi vaksin Covid-19

    16. Kendaraan pengangkut tabung oksigen

    17. Kendaraan angkutan barang pengangkut logistik