Produk: vaksin

  • Ini Perbedaan HMPV dengan Covid-19

    Ini Perbedaan HMPV dengan Covid-19

    Jakarta, Beritasatu.com – Dunia kesehatan kembali dihebohkan dengan kemunculan virus baru yang dianggap menyerupai Covid-19 di China, yaitu human metapneumovirus (HMPV). Meski memiliki beberapa kesamaan dalam penularan, HMPV memiliki perbedaan signifikan dengan Covid-19, baik dari segi risiko kematian maupun penanganannya.

    Ahli epidemiologi dari Griffith University Australia Dicky Budiman menjelaskan, HMPV sebenarnya bukan virus baru. HMPV sudah dikenal sejak lama, bahkan lebih dari 300 tahun lalu.

    “Jadi ini namanya kan human metapneumovirus. Human itu kan manusia. Itu sudah dikenal sejak lama, bahkan lebih dari 300 tahun yang lalu, pertama kali ditemukan pada avian atau burung (avian metapneumovirus). Saat ini ada metapneumovirus manusia, tetapi dua (virus) ini berbeda,” ujar Dicky kepada Beritasatu.com di Jakarta, Senin (13/1/2025).

    Dicky menambahkan, meskipun ada kesamaan dalam penularan antara Covid-19 dan HMPV, keduanya berbeda dalam cara penyebarannya. HMPV tidak dapat menginfeksi burung atau hewan lainnya, sementara Covid-19 dapat menular antara hewan dan manusia, yang pada akhirnya menyebabkan pandemi global.

    Selain itu, meski penularan Covid-19 dan HMPV terjadi melalui droplet, yakni cairan yang tersebar ketika seseorang berbicara, batuk, atau bersin, risiko HMPV lebih rendah dibandingkan Covid-19.

    Pada Covid-19, angka kematian bisa sangat tinggi, terutama pada individu dengan komorbiditas, lansia, atau gangguan imunitas. Sebaliknya, HMPV memiliki tingkat fatalitas yang sangat rendah, yakni kurang dari 1% pada kelompok rentan, bahkan lebih kecil (sekitar 0,1%) pada masyarakat umum.

    Penanganan HMPV juga tidak memerlukan langkah yang kompleks seperti Covid-19. Hingga saat ini, HMPV belum memiliki vaksin, tetapi masih dapat dikendalikan dengan langkah pencegahan standar, seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak.

    Perbedaan lainnya, HMPV tidak menunjukkan potensi untuk menjadi pandemi global seperti Covid-19. Meski demikian, kewaspadaan tetap diperlukan, terutama bagi kelompok rentan.

  • Kementan Jamin Kebutuhan Daging Terpenuhi Meski PMK Merebak di 11 Provinsi

    Kementan Jamin Kebutuhan Daging Terpenuhi Meski PMK Merebak di 11 Provinsi

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) melakukan langkah-langkah antisipatif agar stok daging tetap mencukupi seiring merebaknya wabah kasus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada ternak ruminansia.

    Direktur Kesehatan Hewan Kementan Imron Suandy menyampaikan, langkah antisipatif yang dilakukan yakni dengan memastikan pasokan daging mencukupi, baik dari produksi lokal maupun cadangan yang ada.

    “Pemerintah telah melakukan langkah antisipatif dengan memastikan pasokan daging mencukupi, baik dari produksi lokal maupun cadangan yang ada,” kata Imron kepada Bisnis, Selasa (14/1/2025).

    Selain itu, pihaknya juga terus memantau kondisi lapangan secara intens guna memastikan distribusi daging berjalan dengan lancar. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi naiknya harga daging.

    Berdasarkan pantauan laporan iSIKHNAS, setidaknya kasus PMK telah terjadi di 11 provinsi dengan total ternak terinfeksi 14.630 ekor sejak Desember 2024 – 9 Januari 2025.

    Seiring dengan adanya kasus tersebut, Kementan sejak Desember 2024 telah membentuk Satuan Tugas Kesiapsiagaan, Pengendalian dan Penanggulangan PMK.

    Satgas tersebut melibatkan asosiasi profesi dan akademisi. Adapun tugas Satgas dibagi dalam enam divisi yaitu divisi pengaduan data dan pelaporan; divisi pengendalian dan penanggulangan; divisi konsultasi; divisi edukasi dan sosialisasi; divisi sumber daya; dan divisi kerjasama yang merefleksikan tugas masing-masing.

    Selain membentuk Satgas PMK, Imron menuturkan bahwa pihaknya telah mengupayakan penyediaan vaksin untuk pengebalan ternak sehat sebanyak 4 juta dosis yang dialokasikan terutama untuk wilayah-wilayah kasus, tinggi populasi ternak sapi, dan lalu lintas ternak tinggi.

    “Pada saat ini, telah ditargetkan 25 Provinsi untuk mendapatkan vaksin pusat, dengan alokasi utama di Pulau Jawa, Lampung, Bali, dan NTB,” tuturnya.

    Pemerintah juga mengirimkan tim gabungan Ditjen PKH, UPT Pusat Ditjen PKH, Dinas Provinsi, dan Dinas Kab/Kota wilayah tertarget yang secara serentak melakukan giat vaksinasi hewan sehat, pengobatan ternak sakit, penyemprotan disinfeksi, dan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi).

  • Cegah Penularan PMK, Pemko Palangka Raya Usulkan 4.000 Dosis Vaksin
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        14 Januari 2025

    Cegah Penularan PMK, Pemko Palangka Raya Usulkan 4.000 Dosis Vaksin Regional 14 Januari 2025

    Cegah Penularan PMK, Pemko Palangka Raya Usulkan 4.000 Dosis Vaksin
    Tim Redaksi
    PALANGKA RAYA, KOMPAS.com
    – Pemerintah Kota (Pemko)
    Palangka Raya
    mengusulkan 4.000 dosis vaksin untuk mencegah penularan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang berpotensi menyerang hewan ternak sapi di daerah tersebut.

    Vaksin PMK
    sedang diajukan ke pemerintah pusat melalui pemerintah provinsi. Palangka Raya mengajukan 4.000 dosis,” ungkap Kepala Bidang Kesehatan Hewan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Palangka Raya, Ganjar, kepada
    Kompas.com
    , Selasa (14/1/2025).
    Kendati demikian, Ganjar mengakui bahwa pihaknya belum mengetahui kapan vaksin tersebut akan diterima.
    Ia menekankan pentingnya vaksinasi untuk mencegah penularan PMK di suatu daerah.
    Menurutnya, populasi sapi di Palangka Raya hanya berjumlah sekitar 2.000 ekor.
    Namun, langkah antisipasi penyebaran PMK perlu diambil mengingat persiapan penyediaan sapi untuk hari raya kurban yang akan dilakukan dalam beberapa bulan ke depan.
    “Yang menjadi perhatian ke depan kan sapi untuk kurban yang sudah mulai disediakan sejak Maret, jangan sampai sapi kurban ini membawa dan menularkan PMK,” jelas dia.


    Oleh karena itu, pihaknya memprioritaskan agar penggunaan vaksin nantinya dioptimalkan untuk sapi kurban.
    “Makanya sapi kurban kami wajibkan untuk vaksinasi, vaksinasi mandiri yang dibiayai oleh peternak, dinas membantu untuk proses penyuntikannya,” tambahnya.
    Saat ini, ketersediaan
    vaksin PMK
    di Palangka Raya masih kosong.
    Vaksin PMK yang dimiliki Pemko beberapa di antaranya sudah kedaluwarsa dan ditarik oleh Kementerian Pertanian karena merupakan barang dari dana Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN).
    “Kita belum ada vaksin, tetapi sudah membantu peternak untuk berhubungan dengan distributor vaksin,” ucap Ganjar.
    Penyediaan vaksin PMK saat ini tidak bisa dibiayai oleh APBN seperti pada 2022-2024 lalu.
    Oleh karena itu, vaksin harus dibeli oleh peternak secara mandiri.
    “Untuk kemunculan PMK sekarang, APBN tidak bisa membiayai lagi, sehingga harus dari pembiayaan mandiri (oleh peternak). Vaksin disediakan dengan pengawasan dokter hewan, kami siap bantu untuk menyuntikkan vaksinnya,” jelasnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • 14.630 Ternak Korban PMK, Wabah Tersebar di 11 Provinsi

    14.630 Ternak Korban PMK, Wabah Tersebar di 11 Provinsi

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Pertanian (Kementan) mencatat sebanyak 14.630 ekor ternak terinfeksi Penyakit Mulut dan Kuku atau PMK sepanjang Desember 2024-9 Januari 2025. 

    Direktur Kesehatan Hewan Kementan Imron Suandy, merujuk laporan iSIKHNAS, total kasus yang tercatat pada periode tersebut terjadi di 11 provinsi yang ada di Indonesia.

    “Sejak Desember 2024 – 9 Januari 2025, terjadi kasus PMK di 11 provinsi dengan total terinfeksi 14.630 ekor,” kata Imron kepada Bisnis, Selasa (14/1/2025).

    Seiring dengan adanya wabah tersebut, Imron menyebut bahwa Kementan dalam hal ini Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan sejak akhir Desember 2024 telah membentuk Satuan Tugas Kesiapsiagaan, Pengendalian dan Penanggulangan PMK.

    Satgas tersebut melibatkan asosiasi profesi dan akademisi. Adapun tugas Satgas dibagi dalam enam divisi yaitu divisi pengaduan data dan pelaporan; divisi pengendalian dan penanggulangan; divisi konsultasi; divisi edukasi dan sosialisasi; divisi sumber daya; dan divisi kerjasama yang merefleksikan tugas masing-masing.

    Selain membentuk Satgas PMK, Imron menuturkan bahwa pihaknya telah mengupayakan penyediaan vaksin untuk pengebalan ternak sehat sebanyak 4 juta dosis yang dialokasikan terutama untuk wilayah-wilayah kasus, tinggi populasi ternak sapi, dan lalu lintas ternak tinggi.

    “Pada saat ini, telah ditargetkan 25 Provinsi untuk mendapatkan vaksin pusat, dengan alokasi utama di Pulau Jawa, Lampung, Bali, dan NTB,” tuturnya.

    Pemerintah juga mengirimkan tim gabungan Ditjen PKH, UPT Pusat Ditjen PKH, Dinas Provinsi, dan Dinas Kab/Kota wilayah tertarget yang secara serentak melakukan giat vaksinasi hewan sehat, pengobatan ternak sakit, penyemprotan disinfeksi, dan KIE (Komunikasi, Informasi, dan Edukasi).

    Adapun, materi KIE PMK telah didistribusikan ke semua pihak untuk mempercepat penanganan PMK, termasuk petunjuk teknis penanganan PMK dan flyer vaksinasi PMK.

    “Giat respons terhadap PMK di lapangan terus dilakukan setiap hari sampai saat ini,” pungkasnya. 

  • Perubahan Musim dan Lingkungan Lembap Memicu Wabah HMPV dan Influenza A – Halaman all

    Perubahan Musim dan Lingkungan Lembap Memicu Wabah HMPV dan Influenza A – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Kenaikan kasus infeksi saluran pernapasan akibat Human Metapneumovirus (HMPV) dan Influenza A telah menjadi perhatian global. 

    Keduanya telah menyebabkan peningkatan kasus yang signifikan, terutama di negara-negara seperti China dan Jepang dan HMPV adalah virus yang sering dijuluki “kembaran” virus influenza.

    Dokter Spesialis Penyakit Dalam, dr. Alius Cahyadi, SpPD, FPCP mengatakan, HMPV memiliki gejala mirip flu seperti batuk, pilek, demam, dan sakit tenggorokan namun HMPV juga bisa memicu penyakit yang lebih serius, terutama pada bayi, lansia, dan orang dengan kondisi medis yang mendasar.

     

    HMPV sering disebut mirip dengan Covid-19, hanya saja Covid-19 cenderung lebih berbahaya, menyebar lebih cepat dan memiliki dampak yang jauh lebih besar pada skala global sementara Influenza A adalah virus musiman yang sudah akrab di telinga kita.

    “Virus ini dikenal sangat menular dan dapat menyebabkan penyakit yang bervariasi, mulai dari flu biasa hingga pneumonia yang parah. Subtipe H1N1 dan H9N2 dari Influenza A menjadi perhatian utama dalam wabah kali ini,” kata Alius dalam keterangannnya, Senin (13/1/2025).

    Dikatakannnya, sejumlah faktor mendukung penyebaran cepat kedua virus ini mulai kondisi cuaca seperti perubahan musim dan lingkungan lembap, yang ideal bagi virus, mobilitas tinggi penduduk di kota-kota besar dan penurunan imunitas masyarakat setelah pandemi Covid-19.

    Menurut dokter yang praktek di Bethsaida Hospital Gading Serpong ini,  HMPV dan Influenza A dapat menyebabkan berbagai komplikasi kesehatan, mulai dari pneumonia dan bronkitis hingga gagal napas. 

    Selain itu, kedua virus ini juga dapat memperburuk kondisi kesehatan pada individu dengan penyakit kronis seperti asma dan penyakit paru obstruktif kronis (PPOK).

    Beberapa kelompok masyarakat lebih rentan terhadap infeksi HMPV dan Influenza A yakni bayi dan Lansia mengingat sistem kekebalan tubuh yang belum matang atau melemah membuat kelompok usia ini lebih mudah terinfeksi.

    Kemudian individu dengan Penyakit Kronis seperti penyakit seperti jantung, paru-paru, diabetes, dan gangguan imunitas dapat meningkatkan risiko komplikasi.

    “Pekerja kesehatan yakni tenaga medis yang berinteraksi langsung dengan pasien berisiko tinggi terpapar virus,” katanya.

    Untuk mencegah penyebaran HMPV dan Influenza A, beberapa langkah penting dapat dilakukan mulai vaksinasi yakni untuk Influenza A dapat dicegah dengan vaksin influenza, sedangkan vaksin untuk HMPV hingga saat ini masih belum ada.

    “Juga protokol kesehatan seperti memakai masker, mencuci tangan secara teratur, dan menjaga jarak fisik adalah langkah-langkah sederhana namun efektif untuk mencegah penularan,” katanya.

    Kemudian istirahat yang cukup dan jika merasa sakit, segera istirahat dan hindari kontak dengan orang lain dan berkonsultasikan dengan dokter jika gejala semakin parah.

    “Pencegahan adalah kunci dalam menghadapi wabah virus seperti HMPV dan Influenza A. Penting untuk menjaga imunitas tubuh, mengikuti protokol kesehatan, dan segera mencari bantuan medis jika mengalami gejala serius,” katanya.

    Ia juga mengingatkan pentingnya melakukan screening untuk mendeteksi infeksi virus seperti HMPV dan juga Influenza A di rumah sakit.  (Tribunnews.com/Eko Sutriyanto)

  • Kasus PMK Meningkat, Pemkab Kediri Tutup Pasar Hewan dan Intensifkan Pengobatan

    Kasus PMK Meningkat, Pemkab Kediri Tutup Pasar Hewan dan Intensifkan Pengobatan

    Kediri (beritajatim.com) – Pemerintah Kabupaten Kediri resmi menutup sementara pasar hewan mulai Senin, 13 Januari 2025, sebagai langkah strategis menekan penyebaran Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang terus melonjak.

    Kebijakan ini tidak hanya berlaku untuk pasar hewan yang dikelola Pemkab Kediri, seperti Pasar Hewan Tretek Pare dan Pasar Hewan Grogol, tetapi juga mencakup pasar hewan yang dikelola oleh pemerintah desa, di antaranya, Pasar Hewan Purwokerto Ngadiluwih, Pasar Hewan Wonorejo Wates, Pasar Hewan Brenggolo Plosoklaten dan Pasar Hewan Bringin Badas

    Kasus PMK di Kabupaten Kediri Capai 607, Sapi Potong Jadi Korban Terbanyak

    Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan (DKPP) Kabupaten Kediri, Tutik Purwaningsih, mengungkapkan bahwa saat ini petugas terus melakukan pengobatan intensif terhadap ternak yang terinfeksi PMK. “Saat ini petugas kita terus melakukan pengobatan ternak yang terkena PMK,” ujar Tutik.

    Berdasarkan data DKPP hingga 12 Januari 2025, jumlah kasus PMK di Kabupaten Kediri telah mencapai 607 kasus, tersebar di semua kecamatan dan didominasi oleh sapi potong. Rinciannya: 128 ekor sapi sembuh, 450 sapi masih sakit dan 25 sapi mati.

    Penutupan Pasar Hewan Diperpanjang hingga 28 Januari 2025

    Semula, penutupan pasar hewan dijadwalkan hanya sampai 25 Januari 2025, namun dengan meningkatnya kasus, Pemkab Kediri memperpanjang masa penutupan hingga 28 Januari 2025.

    Tutik juga mengimbau para pedagang untuk mematuhi kebijakan ini guna mencegah penyebaran virus PMK yang lebih luas. Namun, masih ada pedagang kambing yang nekat berjualan, dengan alasan bahwa PMK hanya menyerang sapi, seperti yang terjadi di Pasar Tretek pada hari pertama penutupan.

    Padahal, menurut Tutik, PMK juga dapat menyerang hewan berkuku belah lainnya, termasuk kambing dan domba. “Saat ini kita juga sedang mempersiapkan pengadaan vaksin,” tambahnya.

    Pemkab Kediri Usulkan 50.000 Dosis Vaksin untuk PMK

    Dalam rapat koordinasi gugus tugas PMK yang dipimpin Bupati Kediri Hanindhito Himawan Pramana pada 8 Januari 2025, DKPP mengusulkan pengadaan 50.000 dosis vaksin dengan estimasi anggaran Rp1,5-2 miliar.

    Plt Kepala Badan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (BPKAD) Kabupaten Kediri, Erfin Fatoni, menyebutkan bahwa pada tahun 2025, Pemkab Kediri telah mengalokasikan anggaran Belanja Tidak Terduga (BTT) sebesar Rp17,9 miliar.

    “Kami menyesuaikan dengan kebutuhan DKPP. Apa yang dibutuhkan akan kami penuhi agar kenaikan kasus PMK tidak semakin tinggi,” jelas Erfin.

    Langkah Strategis Pemkab Kediri dalam Mengendalikan PMK

    1. Penutupan sementara pasar hewan hingga 28 Januari 2025
    2. Pengobatan intensif bagi ternak yang terinfeksi PMK
    3. Sosialisasi dan penertiban pedagang untuk mencegah transaksi ilegal
    4. Pengadaan 50.000 dosis vaksin PMK untuk mencegah lonjakan kasus

    Dengan langkah-langkah ini, Pemkab Kediri berharap dapat menekan penyebaran PMK secara signifikan serta melindungi kesehatan hewan ternak dan perekonomian peternak di wilayah Kediri. [nm/kun]

  • Kementan Siapkan Vaksin 4 Juta Dosis Atasi Wabah PMK

    Kementan Siapkan Vaksin 4 Juta Dosis Atasi Wabah PMK

    Jakarta

    Kementerian Pertanian (Kementan) menyiapkan 4 juta dosis vaksin Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) di 2025. Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Agung Suganda mengatakan vaksin akan didistribusikan secara bertahap ke 25 provinsi dengan kasus PMK.

    Agung mengatakan sebanyak 124.225 dosis vaksin telah didistribusikan ke tujuh provinsi dan unit perbibitan, termasuk Jawa Barat, Sumatera Barat, Jawa Tengah, Bali dan Bangka Belitung.

    “Jawa Barat (20.000 dosis), Sumatera Barat (20.000 dosis), Sumatera Selatan (10.000 dosis), Sulawesi Barat (10.000 dosis), Jawa Tengah (40.000 dosis), Bali (17.000 dosis), Bangka Belitung (4.000 dosis), dan unit perbibitan ternak (3.225 dosis) ,” ujar Agung dalam keterangannya, Senin (13/1/2025).

    Kementan menargetkan 400.000 dosis didistribusikan pada Januari, 1,2 juta dosis pada Februari, dan 400.000 dosis lagi pada Maret. Sedangkan alokasi 2 juta dosis lagi direncanakan untuk vaksinasi periode kedua pada Juli hingga September 2025.

    Agung mengatakan vaksin PMK itu diproduksi Balai Besar Veteriner Farma (Pusvetma). Pusvetma, sebagai laboratorium rujukan PMK nasional, telah menjadi produsen utama vaksin milik pemerintah.

    Sebelumnya, pada Desember 2024, vaksin hibah sebanyak 51.200 dosis telah disalurkan ke delapan provinsi. Selain itu, sebanyak 65.000 dosis vaksinasi mandiri dilakukan di berbagai wilayah.

    Kepala Pusvetma, Edy Budi Susila, menambahkan, pendistribusian vaksin ini diharapkan dapat segera diaplikasikan untuk menekan angka kasus PMK di Indonesia.

    “Pusvetma siap memenuhi kebutuhan dalam negeri dan menjamin kualitas vaksin telah sesuai dengan standar nasional sehingga dijamin aman dan memiliki efikasi (khasiat) sebagaimana yang dipersyaratkan,” kata Edy.

    Dalam catatan detikcom, kasus PMK telah menyerang ternak sapi di berbagai daerah. Terbaru, 189 ekor sapi yang tersebar di beberapa desa di wilayah Bojonegoro masuk sebagai suspect penyakit mulut dan kuku (PMK). Sementara itu, 17 sapi milik warga Desa Papringan Kecamatan Temayang mati dalam sepekan ini.

    Di tempat berbeda, data dari Dinas Peternakan dan Perikanan (Disnakan) Kabupaten Kuningan hingga saat ini tercatat sudah 28 sapi yang terpapar penyakit mematikan tersebut. Kepala Disnakan Kabupaten Kuningan Wawan Setiawan mengatakan, data sapi yang terpapar PMK tersebut berada di dua kecamatan, yaitu Kecamatan Maleber dan Subang.

    (ada/fdl)

  • Penyakit Mulut dan Kuku di Jombang Tembus 536 Kasus, Dewan Desak Pemkab Segera Antisipasi

    Penyakit Mulut dan Kuku di Jombang Tembus 536 Kasus, Dewan Desak Pemkab Segera Antisipasi

    Jombang (beritajatim.com) – Kasus Penyakit Mulut dan Kuku (PMK) yang menyerang sapi di Kabupaten Jombang terus menunjukkan peningkatan signifikan.

    Berdasarkan data terbaru dari Dinas Peternakan Kabupaten Jombang, hingga 13 Januari 2025 tercatat 536 kasus PMK, dengan rincian 23 sapi mati, 65 ekor disembelih paksa, 193 ekor dinyatakan sembuh, dan 254 ekor masih dalam kondisi sakit.

    Ketua Komisi B Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kabupaten Jombang, Anas Burhani, meminta pemerintah kabupaten segera mengambil langkah antisipasi untuk mencegah tingginya angka kematian sapi akibat PMK.

    “Jangan sampai setiap hari kematian hewan karena kasus PMK ini terus berlanjut,” ujar Anas Burhani, Senin (13/1/2025).

    Menurut Anas, kasus PMK yang terus meningkat menunjukkan perlunya perhatian serius dari pemerintah daerah. Ia juga mengungkapkan bahwa Dinas Peternakan sebelumnya sempat kehabisan stok vaksin PMK.

    Oleh karena itu, jika dinas terkait mengajukan anggaran untuk penanganan kasus ini, termasuk pengadaan vaksin, DPRD akan mendukung penuh. “Kami akan mendorong agar segera direalisasikan,” tegas Anas Burhani.

    Namun, Anas juga mempertanyakan kurangnya langkah antisipasi rutin oleh pemerintah daerah. “Mengapa tidak ada antisipasi-antisipasi, sehingga anggaran kok mesti minta. Apakah tidak ada ploting anggaran untuk pengadaan vaksin di 2024 kemarin,” kritiknya.

    Sementara itu, Plt Kepala Dinas Peternakan dan Perikanan Kabupaten Jombang, Mochamad Saleh, menjelaskan pihaknya sedang mengajukan anggaran pengadaan vaksin melalui Belanja Tidak Terduga (BTT) kepada Penjabat (Pj) Bupati Jombang. “Sesuai kebutuhan,” ujarnya singkat.

    Terkait penutupan pasar hewan untuk mengendalikan penyebaran PMK, Saleh menyebut pihaknya masih menunggu Surat Keputusan (SK) Bupati terkait penetapan status Kejadian Luar Biasa (KLB). “Kami belum melakukan penutupan (pasar hewan),” pungkasnya. [suf]

  • Kasus Sapi Terpapar PMK di Kendal Naik, Vaksin Habis
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        13 Januari 2025

    Kasus Sapi Terpapar PMK di Kendal Naik, Vaksin Habis Regional 13 Januari 2025

    Kasus Sapi Terpapar PMK di Kendal Naik, Vaksin Habis
    Tim Redaksi
    KENDAL, KOMPAS.com 
    – Data dari Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten
    Kendal
    Jawa Tengah, sepanjang tahun 2024, ada 137 ekor sapi yang terkena Penyakit Mulut dan Kuku (
    PMK
    ).
    Dari Jumlah tersebut, 9 ekor diantaranya mati dan 15 lainnya harus dipotong paksa.
    Sedang pada tahun 2025 ini, hingga 12 Januari, ada 43 ekor sapi/kerbau yang terserang PMK. Dari 43 ekor sapi/kerbau itu, 6 ekor terpaksa dipotong dan 6 lainnya sembuh.
    Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kendal, Pandu Rapriat Rogojati mengatakan, 137 hewan ternak sapi yang terkena PMK tersebar di beberapa tempat, di antaranya di Kecamatan Pegandon, Gemuh, Kangkung, Ngampel, Pageruyung dan Sukorejo.
    Upaya yang dilakukan untuk menekan penyebaran PMK, menurut pengakuan Pandu, pihaknya melalui Bidang Peternakan dan Kesehatan Hewan, rutin melaksanakan pemantauan dan melakukan pemeriksaan kepada hewan-hewan ternak, khususnya sapi.
    “Guna mencegah supaya hewan ternak tidak terjangkit PMK, kami rutin mendatangi peternakan dan pasar hewan yang ada di Kendal,” kata Pandu melalui telepon, Senin (13/01/2025).
    Pandu, mengaku untuk mencegah penularan virus PMK, juga perlu diberikan vaksin bagi semua hewan sapi.
    Namun sejak Desember 2024 , vaksin di Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kendal sudah habis. Pihaknya masih mengusahakan untuk meminta ke Provinsi maupun Kementan.
    “Kami mengajukan 1.000 vaksin ke provinsi , dan rencananya akhir Januari nanti akan datang,” ucapnya.
    Pandu menjelaskan, harga vaksin PMK cukup mahal dan pemerintah daerah tidak menganggarkan pengadaan vaksin tersebut.
    “Untuk pemberian vaksin PMK untuk hewan sapi milik peternak maupun pedagang itu gratis tidak dipungut biaya, namun harus nunggu pasokan dari pusat,” terangnya.
    Pandu mengimbau kepada para peternak maupun penjual sapi di Kendal, untuk sementara tidak mendatangkan sapi dari luar daerah Kendal.
     
    Pasalnya, tidak ada jaminan kesehatan hewan tersebut. Jika ada yang mendatangkan sapi dari luar Kendal, maka harus dilakukan isolasi terlebih dahulu. Isolasi dilakukan untuk pengamatan kepada sapi, apakah ada gejala PMK atau tidak.
    Oleh sebab itu, pihaknya berkoordinasi dengan Dinas Perhubungan, terkait jalur transportasi perdagangan.
    “Sedang untuk pasar ternak yang ada di Kendal, kami akan berkoordinasi dengan Dinas Perdagangan,” tegas Pandu.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Vaksin influenza bisa berikan kekebalan terhadap HMPV

    Vaksin influenza bisa berikan kekebalan terhadap HMPV

    Jakarta (ANTARA) – Vaksin influenza ternyata bisa memberikan kekebalan terhadap infeksi akibat Human Metapneumovirus (HMPV) karena gejalanya mirip seperti flu biasa.

    “Walaupun bukan vaksin langsung yang melindungi HMPV, tapi vaksin influenza dapat memberikan kekebalan terhadap penularan (HMPV),” kata Ketua Tim Kerja Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) Kementerian Kesehatan Nani Rizkiyati dalam diskusi daring “Kenali ISPA dan Pneumonia untuk Kita Cegah dan Obati” oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta di Jakarta, Senin.

    Nani merujuk informasi dari pakar kesehatan menjelaskan orang-orang yang sudah divaksin influenza memiliki risiko yang kecil untuk tertular HMPV.

    Hanya saja, sambung dia, vaksin influenza belum menjadi kebijakan pemerintah sehingga belum menjadi kebijakan nasional dan karenanya masih berbayar.

    Selain imunisasi, langkah lainnya yakni memakai masker bila berada di kerumunan, rutin mencuci tangan dan menghindari kontak langsung dengan seseorang yang mengalami gejala flu.

    “Waspada jika kontak dengan unggas mati mendadak, kemudian flu. Itu harus segera ke puskesmas biar diperiksa, diusap (swab) tenggorok, hidung agar diketahui virusnya apa, subtipenya apa,” kata dia.

    Nani menambahkan hingga saat ini belum ada laporan kematian akibat HMPV. Laporan pasien yang meninggal dunia, sambung dia, sebetulnya dia menderita mendadak penyakit lain.

    “Jadi, bukan karena kena HMPV terus meninggal. Itu tidak ada. Karena gejalanya flu ringan,” katanya.

    Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
    Editor: Edy Sujatmiko
    Copyright © ANTARA 2025