Produk: vaksin

  • Vaksin Tuberkulosis untuk Remaja dan Dewasa Baru Tersedia Tahun 2029 – Halaman all

    Vaksin Tuberkulosis untuk Remaja dan Dewasa Baru Tersedia Tahun 2029 – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM,  JAKARTA — Peneliti Nasional Vaksin TB Prof. DR. Dr. Erlina Burhan, Sp.P(K) mengatakan, vaksin untuk mencegah Tuberkulosis (TB) pada remaja dan dewasa baru tersedia pada tahun 2029.

    Saat ini vaksin M72/AS01E masih dalam tahap uji klinis fase 3 dan rampung pada 2028 akhir.

    “Bahwa vaksin ini selesai pada tahun 2028 akhir. Dan mudah-mudahan Indonesia sudah bisa mulai vaksinasi 2029 awal. Vaksin TB ini akan menyasar remaja hingga usia 50 tahun,” ujar Prof Erlina dalam konferensi pers daring, Senin (24/3/2025).

    Ia menerangkan, tidak ada syarat khusus bagi penerima vaksin TB. Sama seperti jenis vaksin lain, yang diberikan kepada orang yang dalam keadaan sehat.

    “Tidak sedang sakit TBC dan jika memiliki komorbid, keadaannya terkontrol,” urai dokter spesialis paru ini.

    Vaksin M72/AS01E telah menunjukkan perlindungan sekitar 50 persen dalam uji klinis fase 2b selama tiga tahun pada orang dewasa yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis atau bakteri penyebab TB.

    WHO memperkirakan bahwa dalam jangka waktu 25 tahun, tingkat perlindungan ini dapat menyelamatkan 8,5 juta jiwa, mencegah 76 juta kasus baru TB, dan menghemat biaya sebesar USD 41,5 miliar bagi rumah tangga yang terdampak TB.

    Sejak tahun 2022, Indonesia menjadi salah satu lokasi utama dalam uji klinis fase 3 vaksin M72/AS01E. Hingga Maret 2025, jumlah subjek yang telah berpartisipasi dalam penelitian ini di Indonesia hampir mencapai 2.000 orang.

    “Ini menunjukkan komitmen kuat Indonesia dalam mendukung inovasi dan penelitian untuk menemukan solusi yang lebih efektif dalam memerangi TB,” ujar dia. 

    Meski demikian, keberhasilan vaksin tidak hanya diukur dari efektivitasnya dalam uji klinis, tetapi juga dari kemampuannya menjangkau dan diterima oleh masyarakat luas.

    Dengan meningkatnya beban TB di Indonesia, upaya untuk mengembangkan vaksin yang lebih efektif harus didukung oleh berbagai pihak, termasuk pemerintah, tenaga kesehatan, peneliti, serta masyarakat luas. 

  • Indonesia Jadi Negara Kedua dengan Penderita TB Terbanyak di Dunia

    Indonesia Jadi Negara Kedua dengan Penderita TB Terbanyak di Dunia

    Jakarta – Dirjen Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes, Rizka Andalucia mengungkap Indonesia menjadi negara kedua di dunia dengan jumlah pasien tuberkulosis (TB) terbanyak. Kemenkes saat ini sedang melakukan percepatan screening hingga melakukan pengadaan vaksin TB.

    (/)

  • Video: Vaksin TB M72 Akan Rampung Tahun 2028

    Video: Vaksin TB M72 Akan Rampung Tahun 2028

    Video: Vaksin TB M72 Akan Rampung Tahun 2028

  • Video: Indonesia Turut Aktif Pengembangan Vaksin TB M72

    Video: Indonesia Turut Aktif Pengembangan Vaksin TB M72

    Video: Indonesia Turut Aktif Pengembangan Vaksin TB M72

  • Update Vaksin TB M72 yang Diteliti di RI, Sudah Masuk Uji Klinis Fase 3

    Update Vaksin TB M72 yang Diteliti di RI, Sudah Masuk Uji Klinis Fase 3

    Jakarta

    Indonesia menjadi salah satu negara yang ikut terlibat dalam penelitian vaksin tuberkulosis (TBC) baru jenis M72. Ini menjadi langkah yang penting, mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan kasus TB tertinggi di dunia.

    Indonesia menduduki peringkat kedua di dunia dengan estimasi kasus TBC sebanyak 1.090.000 kasus. Indonesia berada di bawah India dengan 2,8 juta kasus dan di atas China dengan 741 ribu kasus.

    Direktur Penyakit Menular Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI dr Ina Agustina Isturini MKM mengatakan vaksin ini rencananya bakal digratiskan untuk masyarakat.

    “Ini salah satu komitmen dari pimpinan saat ini, bahwa vaksin TB ini akan masuk dalam program pemerintah. Karena kita serius ingin melakukan eliminasi TB tahun 2030 dan mencapai target nasional maupun global,” ucap dr Ina dalam konferensi pers daring, Senin (24/3/2025).

    Penelitian vaksin TB M72 ini sudah masuk ke dalam uji klinis fase 3. Peneliti Utama Nasional Vaksin TB Prof Dr dr Erlina Burhan, MSc, SpP(K) memperkirakan vaksin ini bakal tersedia di akhir 2028.

    Penelitian ini melibatkan Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Indonesia, FK Universitas Padjadjaran, RS Persahabatan, RS Universitas Indonesia, dan RS Islam Jakarta Cempaka Putih. Sejauh ini, sudah ada 1.839 orang yang terlibat dari target 2.000 partisipan.

    “Saat ini sebetulnya vaksin TB yang diteliti ada 15 kandidat per September 2024. Enam kandidat sudah masuk ke fase 3, ini fase terakhir, uji klinis ketiga. Salah satu yang cukup maju adalah M72 yang saat ini juga kita teliti di Indonesia,” Prof Erlina dalam kesempatan yang sama.

    Selain Indonesia, Afrika Selatan, Kenya, Zambia, dan Malawi juga terlibat dalam penelitian ini. Sampai uji klinis fase 2b, efikasi vaksin M72 menunjukkan perlindungan hingga 50-54 persen.

    Dengan subjek penelitian yang semakin banyak di uji klinis fase 3, Prof Erlina berharap efikasinya bisa meningkat.

    “Kita mengharapkan sih lebih dari itu. Tapi ketentuan WHO kalau efikasi sudah melewati batas 50 persen itu sudah memenuhi syarat, sudah cukup bagus artinya,” ungkap Prof Erlina.

    Kenapa Bikin Vaksin TB Baru?

    Prof Erlina menuturkan vaksin TBC yang tersedia saat ini, BCG (Bacillus Calmette-Guérin), tidak efektif untuk remaja dan orang dewasa. Selain itu, vaksin BCG juga sudah sangat tua, sehingga diperlukan alternatif vaksin baru yang dapat bekerja lebih baik.

    “BCG ini sudah ada lebih dari 100 tahun lalu, ditemukan tahun 1921, dan ternyata di dunia kasus TB itu nggak habis-habis dan bahkan meningkat di tahun-tahun tertentu. Ini menunjukkan bahwa vaksin itu tidak cukup efektif ketika masuk dewasa,” ujarnya.

    Prof Erlina mengingatkan vaksin BCG tetap efektif sebagai pencegahan TB pada anak. Apabila terjangkit, tingkat keparahan infeksi TB yang dialami anak bisa ditekan dengan efektif.

    Oleh karena itu, ia mengimbau orang tua untuk tidak perlu ragu memberi vaksin BCG pada anak. Menurut rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), vaksin BCG diberikan pada anak usia 0-1 bulan.

    Kemenkes berharap vaksin M72 ini nantinya bisa menjadi solusi menekan insidensi TBC dari 388 per 100 ribu kasus pada tahun 2024, menjadi 65 per 100 ribu kasus pada 2030. Angka kematian akibat TB diharapkan juga menurun nantinya.

    “Diharapkan dengan adanya vaksin TB, insidensi akan turun tahun di tahun 2030. Kematian turun dari 49 per 100 ribu menjadi 6 per 100 ribu penduduk. Jadi vaksin ini menjadi harapan yang luar biasa untuk bisa secara jangka panjang menurunkan kasus TB di Indonesia,” tandas dr Ina.

    (avk/kna)

  • Bio Farma Terima Sertifikat Halal Vaksin BCG dari BPJPH

    Bio Farma Terima Sertifikat Halal Vaksin BCG dari BPJPH

    JABAR EKSPRES – Bio Farma menerima sertifikat halal dari Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH) untuk produk vaksin BCG pada kegiatan Buka Bersama Karyawan Bio Farma 1446 H. Penyerahan sertifikat halal diserahkan secara langsung oleh Kepala BPJPH, Ahmad Haikal Hassan, dan diterima secara langsung oleh Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya pada 21 Maret 2025 di Kantor Pusat Bio Farma Bandung.

    Pada kesempatan tersebut, Komisaris Utama Bio Farma, Tugas Ratmono menyampaikan bahwa Bio Farma senantiasa berkomitmen untuk meningkatkan kualitas produk lifescience guna meningkatkan kepercayaan pelanggan.

    “Capaian sertifikasi halal untuk produk vaksin BCG vial kami ini merupakan salah satu bukti keseriusan dan kesungguhan seluruh karyawan Bio Farma dan seluruh entitas Bio Farma Group dalam rangka meningkatkan portofolio produk halal. Dengan sertifikasi ini, Bio Farma menunjukan diri sebagai perusahaan yang dapat mengembangkan dan memproduksi produk lifescience berkualitas tinggi. Dengan produk kualitas tinggi, trust dari pelanggan, baik di dalam dan di luar negeri dapat terjaga, sehingga Bio Farma dapat terus berkontribusi pada ketahanan kesehatan Indonesia dan global.” papar Tugas.

    Direktur Utama Bio Farma, Shadiq Akasya menyampaikan bahwa dengan diraihnya Sertifikat Halal ini merupakan bukti komitmen Bio Farma untuk senantiasa memperhatikan aspek halal dari keseluruhan proses produksi.

    “Pada hari ini, BPJPH hadir ditengah-tengah kita untuk menyerahkan secara langsung sertifikasi halal untuk vaksin BCG vial. Kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada pengurus BPJPH atas capaian sertifikasi halal ini. Kami senantiasa berkomitmen untuk meningkatkan kinerja halal, guna meningkatkan daya saing produk di dalam negeri dan maupun di luar negeri.” ungkap Shadiq.

    Shadiq menambahkan sertifikasi halal ini adalah jaminan Bio Farma untuk menyediakan produk berkualitas tinggi yang aman dan nyaman digunakan, serta kedepannya Bio Farma akan menargetkan sertifikasi halal untuk seluruh produk.

    “Sertifikasi halal ini juga menjadi jaminan kami dari Bio Farma, kepada seluruh orang tua di Indonesia, bahwa kami senantiasa menyediakan produk vaksin yang aman dan nyaman untuk digunakan oleh pengguna, utamanya adalah anak-anak di Indonesia. Lebih lanjut, kedepannya kami juga akan terus melakukan pengembangan terhadap keseluruhan produk, dan direncanakan sampai dengan tahun 2039, seluruh portofolio produk Bio Farma telah mendapat sertifikasi halal.” tambah Shadiq.

  • Takut Anak Sakit Saat Mudik? Ini Cara Mencegah dan Mengatasi

    Takut Anak Sakit Saat Mudik? Ini Cara Mencegah dan Mengatasi

    Jakarta

    Mudik melalui perjalanan yang panjang dan melelahkan. Hal ini membuat setiap orang rentan mengalami sakit, terutama anak-anak. Tentu ini menjadi kekhawatiran para orang tua ketika mengajak anak ikut mudik.

    Untuk mencegah anak sakit saat mudik, orang tua harus mempersiapkan dan merencanakan perjalanan mudik dengan baik. Simak bagaimana cara mencegah dan mengatasinya.

    Cara Mencegah Anak Sakit Saat Mudik

    Dokter Spesialis Anak RS Universitas Gadjah Mada (UGM), dr Rr Vetria Sekar Damayanti, MSc, SpA, dalam situs resmi rumah sakit, menyebut ada beberapa hal yang harus diperhatikan orang tua selama mudik.

    1. Kenyamanan Transportasi

    Saat menggunakan kendaraan pribadi, pastikan kondisinya prima dan AC bekerja dengan baik. Jika naik transportasi umum, usahakan pilih yang membuat anak nyaman dalam perjalanan. Jangan membawa anak dengan sepeda motor untuk jarak jauh.

    Sebaiknya usahakan berhenti di rest area setiap 2-3 jam sekali agar anak dapat beristirahat, menghirup udara segar, makan dengan nyaman, dan menggerakkan badannya.

    2. Kenyamanan Akomodasi

    Tak hanya transportasi, tempat menginapnya pun harus nyaman, baik di penginapan maupun rumah di kampung. Siapkan pakaian yang sesuai, misal tempat dingin bawalah jaket dan kaus kaki, tetapi jika panas gunakan pakaian longgar.

    3. Asupan Nutrisi

    Untuk menjaga kondisi tubuh, asupan nutrisi harus terpenuhi dengan baik. Jika anak masih minum ASI, maka ibu harus bisa mencukupinya dengan baik. Jika sudah makan, penuhi kebutuhan gizi dengan protein, sayur dan buah. Usahakan untuk membuat dari rumah.

    4. Kebersihan Tubuh dan Lingkungan

    Kebersihan merupakan faktor penting yang harus diperhatikan. Yang pertama adalah kebersihan diri. Disarankan untuk mengganti pakaian ketika sudah berkeringat, mengganti popok 3-4 jam sekali, dan ajari untuk selalu cuci tangan dengan hand sanitizer.

    Kedua adalah kebersihan lingkungan. Usahakan untuk tidak makan sembarangan atau di tempat yang tidak dijaga kebersihannya.

    5, Bawa Obat-obatan Penting

    Sebaiknya siapkan kota P3K saat mudik. Isinya antara lain parasetamol, obat diare, obat mabuk perjalanan, obat batuk pilek, obat anti-alergi, hingga obat untuk perawatan luka.

    Cara Mengatasi Anak Sakit Saat Mudik

    Lantas bagaimana jika anak sudah mengalami sakit saat mudik? Tentu cara mengatasinya tergantung dengan gejala sakitnya.

    Dilansir dari situs RSUD Meuraxa Banda Aceh, berikut ini berbagai penyakit atau gangguan yang sering dialami saat mudik dan cara mengatasinya:

    1. Mabuk Perjalanan

    Mabuk perjalanan menjadi masalah yang paling sering dialami seseorang saat melakukan perjalanan jauh. Gejalanya antara lain pusing, mual, muntah, dan kelelahan.

    Untuk itu penting untuk membawa obat antimabuk perjalanan. Selain itu, jangan melakukan aktivitas yang memicu mabuk, seperti main HP dan membaca buku.

    Hal ini juga disebabkan perbedaan sinyal yang masuk ke otak oleh mata, telinga bagian dalam, dan tubuh. Mata selalu melihat pergerakan tapi telinga dalam dan tubuh mengirim sinyal diam.

    2. Diare

    Diare sering terjadi karena makan makanan dari sembarang tempat yang tidak diketahui kebersihannya. Tidak cuci tangan sebelum makan juga menjadi pemicu. Minumkan oralit ketika anak diare agar tidak dehidrasi dan makan makanan yang mudah dicerna.

    3. Gangguan Pencernaan

    Selain diare, ada berbagai gangguan pencernaan yang bisa terjadi, seperti sembelit akibat terlalu lama duduk, kurang minum air putih, dan terlalu lama menahan buang air kecil dan besar.

    Atasi dengan banyak minum air putih dan makan makanan berserat. Hindari terlalu lama menahan buang air kecil dan besar agar sembelit tidak semakin parah.

    4. Flu

    Flu sangat mudah menyerang seseorang ketika lelah. Penularan flu bisa terjadi lewat udara, kontak langsung, maupun dari benda yang kita pegang.

    Sebelum mudik, detikers bisa mendapatkan vaksin flu. Perbanyak pula meminum vitamin, dan pastikan selalu mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

    Obat flu harus disediakan dalam kotak P3K. Ketika mengkonsumsinya, pastikan tidak menyetir jika obat tersebut membuat kantuk.

    5. Infeksi Saluran Pernapasan Atas (ISPA)

    Terakhir adalah ISPA yang dipicu banyak hal, seperti kondisi ramai kendaraan, debu, dan polusi. Ini semakin mudah menyerang jika mudik menggunakan sepeda motor. Gunakan masker, minum vitamin, dan tingkatkan asupan nutrisi dari makanan bergizi.

    Dengan mempersiapkan mudik dengan baik, kita bisa mencegah anak sakit saat mudik. Jangan lupa untuk menjaga kebersihan dengan mencuci tangan secara rutin.

    (bai/row)

  • Januari – Maret 2025 Ada 13.453 Kasus Rabies, Kemenkes Terbitkan Surat Edaran Kewaspadaan – Halaman all

    Januari – Maret 2025 Ada 13.453 Kasus Rabies, Kemenkes Terbitkan Surat Edaran Kewaspadaan – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM,JAKARTA – Kementerian Kesehatan Republik Indonesia (Kemenkes) telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Nomor HK.02.02/C/508/2025 tentang Kewaspadaan terhadap Kasus Rabies.

    Edaran ini bertujuan meningkatkan kesadaran serta memperkuat upaya pencegahan rabies yang masih menjadi ancaman kesehatan masyarakat di Indonesia.

    Plt. Direktur Jenderal Penanggulangan Penyakit, drg. Murti Utami, menegaskan pentingnya peningkatan kewaspadaan di seluruh lapisan masyarakat serta fasilitas kesehatan.

    “Rabies masih menjadi ancaman serius di Indonesia, terutama di wilayah endemis. Oleh karena itu, langkah pencegahan dan pengendalian harus diperkuat. Kami mengimbau masyarakat segera mencuci luka gigitan dengan sabun dan air mengalir selama 15 menit, kemudian mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan Vaksin Anti Rabies (VAR) sesegera mungkin,” ujar drg. Murti Utami ditulis di Jakarta, Sabtu (22/3/2025).

    Rabies adalah penyakit menular akut yang menyerang sistem saraf pusat, disebabkan oleh virus rabies dan ditularkan melalui gigitan atau saliva Hewan Penular Rabies (HPR).

    Berdasarkan data laporan bulanan zoonosis tahun 2024, terdapat 185.359 kasus gigitan HPR dan 122 kematian akibat rabies pada manusia.

    Sementara itu, sejak Januari hingga 7 Maret 2025, sudah dilaporkan 13.453 kasus gigitan HPR dan 25 kematian akibat rabies.

    “Kami juga meminta fasilitas kesehatan untuk memastikan ketersediaan stok vaksin dan serum anti-rabies, agar masyarakat yang membutuhkan dapat segera menerima pengobatan tanpa kendala. Selain itu, pemilik hewan peliharaan wajib memberikan vaksinasi rabies secara rutin untuk mencegah penyebaran penyakit ini,” tambahnya.

    Kemenkes meminta Dinas Kesehatan di seluruh Indonesia untuk meningkatkan promosi kesehatan dan edukasi terkait rabies, memperkuat surveilans rabies dan pengendalian faktor risiko, memastikan kesiapan fasilitas kesehatan dalam menangani kasus gigitan HPR, melakukan pencatatan dan pelaporan kasus rabies secara berkala.

    Melihat kondisi ini, Direktur Penyakit Menular WHO Asia Tenggara 2018-2020 Prof Tjandra Yoga Aditama mengatakan, data di dunia menunjukkan bahwa rabies memang jadi masalah kesehatan di lebih dari 150 negara dengan ribuan kematian tiap tahunnya, dimana 49 persen di antaranya terjadi pada anak di bawah 15 tahun.

    Karena itu diperlukan pendekatan Satu Kesehatan (“One Health”) untuk menanganinya. Penyakit ini juga digolongkan dalam “neglected tropical disease”, penyakit menular di daerah tropik yang masih banyak diabaikan dan tidak mendapat perhatian yang diperlukan.

    “Vaksinasi pada anjing merupakan upaya pencegahan yang sangat penting dan harus dilakukan secara intensif dan luas pada daerah-daerah yang memerlukannya, yang disebut “mass dog vaccination programs”,”ungkap Prof Tjandra.

    Saat seseorang tergigit atau tercakar anjing maka perlu dilakukan tiga hal.

    Cuci luka yang benar, lalu beri  vaksin manusia (“human rabies vaccine”) dalam bentuk post exposure prophylaxis (PEP) dan jika diperlukan diberikan rabies immunoglobulins (RIG) / antibodi monoklonal.

    Namun jika virus sudah mencapai susunan saraf manusia dan menimbulkan gejala berat maka angka kematian tinggi sekali, bahkan hingga mencapai 100 persen.

    RABIES – Vaksinasi rabies untuk anjing di Denpasar Barat. (WHO/Budi Chandra)

    Upaya pencucian luka, pemberian vaksin dan imunoglobulin di atas akan mencegah penyebaran virus di tubuh manusia sehingga tidak sampai ke susunan saraf dan tidak menimbulkan penyakit berat dan kematian.

    “Masa inkubasi rabies rata-rata berkisar antara 2–3 bulan, tetapi dapat bervariasi antara 1 minggu sampai satu tahun. Perbedaan lama waktu inkubasi ini akan tergantung antara lain dari lokasi bagian tubuh yang digigit anjing, jumlah virus (viral load). Ada dua jenis gambaran klinik rabies , yaitu “Furious rabies” (pada sekitar 80 dari total kasus yang ada) yang lebih berat dan “Paralytic rabies” (sekitar 20 persen kasus) yang relatif lebih ringan,” tutur dia.

  • Indonesia Posisi Keenam Negara dengan Jumlah Anak Tertinggi yang Belum Dapat Imunisasi Dasar – Halaman all

    Indonesia Posisi Keenam Negara dengan Jumlah Anak Tertinggi yang Belum Dapat Imunisasi Dasar – Halaman all

    Laporan wartawan Tribunnews.com, Rina Ayu

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Indonesia menempati posisi keenam, sebagai negara dengan jumlah anak tertinggi yang belum mendapatkan Imunisasi atau zero dose.

    Kondisi ini salah satunya disebabkan oleh hoaks dan informasi yang keliru terkait imunisasi.

    Direktur Imunisasi Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dr. Prima Yosephine, MKM, memaparkan, data WHO tahun 2023 mencatat bahwa 14,5 juta anak di dunia tidak mendapatkan imunisasi (zero dose), dengan Indonesia menempati posisi keenam tertinggi, yaitu 1.356.367 anak tidak menerima imunisasi dasar pada periode 2019-2023.

    “Imunisasi merupakan salah satu intervensi kesehatan yang paling cost-effective dalam mencegah penyakit dan menyelamatkan 3,5 hingga 5 juta nyawa setiap tahun dari penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I),” ujar dia dalam Pertemuan Jurnalis Pekan Imunisasi Dunia 2025 di Jakarta, Jumat (21/3/2025).

    Ia menuturkan, jika anak-anak tidak segera mendapatkan imunisasi kejar, maka risiko terjadinya KLB PD3I akan semakin besar.

    Sebagai solusi, pemerintah meluncurkan inovasi Sepekan Mengejar Imunisasi (PENARI) untuk meningkatkan cakupan imunisasi secara serentak di seluruh pos layanan imunisasi.

    Sejalan dengan itu, Team Leader for Risk Resilience and Governance a.i. United Nations Development Programme (UNDP), Siprianus Bate Soro, menegaskan bahwa hoaks dan misinformasi menjadi hambatan utama dalam meningkatkan cakupan imunisasi.

    “Kami semua harus bersama-sama memastikan masyarakat mendapatkan informasi yang akurat dan terpercaya,” ujarnya.

    Dengan sinergi pemerintah, masyarakat, dan media, imunisasi dapat menjadi bagian penting dalam perjalanan menuju Indonesia Emas 2045—demi generasi yang lebih sehat, kuat, dan terlindungi dari penyakit yang dapat dicegah.

    Ketua Pokja Imunisasi Satuan Tugas Imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), dr. Hartono Gunardi, menekankan, meski lingkungan tampak bersih dan bayi tampak sehat, imunisasi tetap diperlukan untuk perlindungan jangka panjang.

    Imunisasi dari Sudut Pandang Agama

    Sementara itu, Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI), Arif Fahrudin, menegaskan bahwa imunisasi sejalan dengan prinsip Islam yang berorientasi pada kemaslahatan dan pencegahan bahaya (madharat).

    Berdasarkan Fatwa MUI Nomor 04 Tahun 2016 tentang Imunisasi:
    1. Imunisasi diperbolehkan (mubah) sebagai upaya membangun kekebalan tubuh.
    2. Vaksin yang digunakan harus halal dan suci.
    3. Penggunaan vaksin imunisasi yang berbahan haram dan/atau najis hukumnya haram.
    4. Penggunaan vaksin berbahan haram/najis hanya diperbolehkan jika: a. dalam kondisi darurat (al-dlarurat) atau kebutuhan mendesak (al-hajat); b. belum tersedia vaksin yang halal dan suci; c. adanya keterangan tenaga medis yang kompeten dan dipercaya bahwa tidak ada vaksin yang halal.
    5. Jika tidak imunisasi menyebabkan risiko kematian, penyakit berat, atau kecacatan permanen, maka hukumnya menjadi wajib.
    6. Imunisasi tidak boleh dilakukan jika berdasarkan pertimbangan ahli yang kompeten dan dipercaya, menimbulkan dampak yang membahayakan (dlarar).

  • Video Ketua Komnas KIPI: Kanker Serviks Bisa Dicegah dengan Vaksin HPV

    Video Ketua Komnas KIPI: Kanker Serviks Bisa Dicegah dengan Vaksin HPV

    Video Ketua Komnas KIPI: Kanker Serviks Bisa Dicegah dengan Vaksin HPV