Produk: vaksin

  • Wasiat Paus Fransiskus, ‘Popemobile’ Jadi Klinik untuk Anak-anak di Gaza

    Wasiat Paus Fransiskus, ‘Popemobile’ Jadi Klinik untuk Anak-anak di Gaza

    Jakarta

    Lebih dari satu dekade lalu, mobil Mitsubishi yang telah dimodifikasi itu membawa Paus Fransiskus melalui jalan-jalan di Betlehem. Kini, sesuai dengan salah satu permintaan terakhir mendiang Paus, mobil kepausan itu diberi kehidupan kedua: menjadi klinik kesehatan keliling untuk anak-anak di Jalur Gaza.

    Paus Fransiskus sering menyatakan bahwa “Anak-anak bukanlah angka. Mereka adalah wajah. Nama. Cerita. Dan masing-masing adalah sakral”, dan dengan hadiah terakhirnya ini, kata-katanya telah menjadi tindakan.

    Diberitakan Vatikan News, mobil kepausan yang telah dimodifikasi itu akan dilengkapi dengan peralatan untuk diagnosis, pemeriksaan, dan perawatan termasuk tes cepat untuk infeksi, instrumen diagnostik, vaksin, perlengkapan jahitan, dan perlengkapan penyelamat hidup lainnya.

    Wasiat tersebut secara pribadi dipercayakan Paus kepada Caritas Jerusalem pada bulan-bulan terakhir hidupnya untuk menanggapi keadaan darurat kemanusiaan yang sangat serius di Gaza, tempat ratusan ribu anak-anak terlantar hidup tanpa akses ke makanan, air bersih, atau perawatan medis dasar.

    Mobil itu akan dikelola oleh dokter dan petugas medis, untuk menjangkau anak-anak di sudut-sudut paling terpencil di Gaza setelah akses kemanusiaan ke jalur itu dipulihkan.

    Dalam siaran pers, Peter Brune, Sekretaris Jenderal Caritas Swedia, menulis bahwa dengan kendaraan ini, pihaknya akan dapat menjangkau anak-anak yang saat ini tidak memiliki akses ke layanan kesehatan, terutama anak-anak yang terluka dan kekurangan gizi.

    “Ini adalah intervensi konkret yang menyelamatkan nyawa di saat sistem kesehatan di Gaza hampir runtuh total”, tambahnya.

    Unicef mengatakan bulan lalu bahwa konflik tersebut telah menewaskan lebih dari 15.000 anak, melukai puluhan ribu lainnya, dan menyebabkan hampir 1 juta anak terus-menerus mengungsi di Jalur Gaza, sekaligus menambah peringatan bahwa situasi kemanusiaan telah mencapai titik terburuknya sejak permusuhan pecah pada tahun 2023.

    (kna/kna)

  • Bill Gates Datangi Singapura, Mau Dirikan Kantor

    Bill Gates Datangi Singapura, Mau Dirikan Kantor

    Singapura

    Bill Gates berkunjung ke Singapura. Sang pendiri Microsoft menghadiri event Ecosperity yang digelar oleh Temasek, perusahaan investasi milik pemerintah Singapura. Di situ, dia membicarakan mengenai perubahan iklim.

    Dalam obrolan dengan Duta Singapura untuk Aksi Iklim Ravi Menon, Gates mengatakan negara-negara kaya berutang pada dunia untuk mencapai emisi nol, terlepas dari apakah seluruh dunia berhasil mencapainya atau tidak.

    Menurutnya, seperti dikutip detikINET dari CNBC, tidak semua negara harus mencapai nol mutlak, namun negara-negara kaya harus melakukannya untuk menunjukkan bahwa ada solusi untuk mengurangi dampak krisis iklim.

    Nol emisi karbon didefinisikan Perserikatan Bangsa-Bangsa sebagai memangkas emisi karbon hingga tersisa sejumlah kecil emisi residual yang dapat diserap dan disimpan secara permanen oleh alam dan tindakan penghilangan karbon dioksida lainnya, sehingga tidak ada emisi di atmosfer.

    Gates juga menyerukan dunia lebih berani berinovasi untuk memerangi perubahan iklim. Namun demikian, ia menilai gagasan bahwa dunia akan mencapai nol emisi tahun 2050 tidak realistis. PBB mengatakan untuk menjaga pemanasan global tak lebih dari 1,5°C, emisi perlu dikurangi hingga 45% tahun 2030 dan mencapai nol emisi tahun 2050.

    “Semakin cepat kita mencapainya, semakin baik. Tetapi kita membutuhkan contoh.” kata dia. Salah satu kendalanya adalah mendapat investasi untuk menggeber teknologi yang bisa mencegah pemanasan global.

    Di Singapura, Gates juga bertemu dengan Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong. Yayasan Gates Foundation rupanya akan mendirikan kantor di negara kota tersebut.

    “Kami berdiskusi secara mendalam tentang berbagai tantangan yang akan dihadapi, mulai dari energi bersih hingga pengembangan vaksin. Singapura berharap dapat bekerja sama erat dengan Yayasan Gates untuk memajukan inovasi dan meningkatkan kualitas hidup di Asia dan di seluruh dunia,” kata Wong dalam di Facebook.

    Mantan CEO Microsoft tersebut bertemu pula dengan Menteri Senior Singapura Lee Hsien Loong untuk membahas bagaimana yayasannya dapat bekerja sama dengan lebih banyak pihak seperti universitas.

    “Kami menyambut Yayasan Gates dan pihak lainnya untuk terus membawa bisnis dan minat mereka ke Singapura dan berinvestasi dalam ekosistem kami serta mempererat hubungan kami dengan kawasan ini,” kata Lee.

    (fyk/fyk)

  • Kasus Kanker Anus ‘Ngegas’ di Kalangan Wanita AS, Inikah Pemicunya?

    Kasus Kanker Anus ‘Ngegas’ di Kalangan Wanita AS, Inikah Pemicunya?

    Jakarta

    Studi terkini yang dipresentasikan pada Digestive Disease Week 2025 (DDW) mengungkapkan, peningkatan kasus kanker anus atau anal cancer yang mengkhawatirkan di kalangan wanita Amerika Serikat (AS), khususnya wanita kulit putih dan Hispanik berusia di atas 65 tahun.

    Dalam studi baru tersebut, para peneliti mempelajari data dari National Cancer Institute tahun 2017 hingga 2021. Mereka menemukan kanker anus telah meningkat sebesar 2,9 persen untuk wanita dan 1,6 persen untuk pria dalam periode lima tahun.

    Lonjakan yang mengkhawatirkan ini telah terdaftar dalam kelompok populasi yang secara tradisional tidak terkait dengan kanker anus, yakni wanita kulit putih dan Hispanik. Dikutip dari United States Census Bureau, istilah ‘Hispanik’ merujuk pada individu yang memiliki keturunan atau latar belakang budaya dari negara-negara berbahasa Spanyol, termasuk Meksiko, Puerto Rico, Kuba, dan negara-negara di Amerika Tengah dan Selatan.

    “Angka kanker anus meningkat paling cepat di kalangan wanita kulit putih dan Hispanik berusia di atas 65 tahun, kelompok yang secara tradisional tidak dianggap berisiko tinggi,” kata penulis utama Dr Ashley Robinson, residen penyakit dalam di Rumah Sakit Umum Advocate Lutheran, dikutip dari Times of India, Selasa (6/5/2025).

    Menurut penelitian, lonjakan kasus signifikan terjadi pada wanita kulit putih di atas usia 65 tahun, dengan kenaikan sebesar 4,3 persen selama lima tahun terakhir, 11,4 kasus per 100.000 orang pada 2021. Wanita Hispanik dalam kelompok usia yang sama, dengan 7,5 kasus per 100.000, menunjukkan peningkatan tahunan yang lebih bertahap sebesar 1,7 persen.

    Para peneliti memperkirakan kasus kanker anus pada wanita di atas usia 65 tahun dapat berlipat ganda dalam waktu kurang dari 17 tahun jika tren ini terus berlanjut.

    Kanker anus atau anal cancer bermula di jaringan anus atau lapisan saluran anus, jalur yang menghubungkan anus dengan rektum atau bagian bawah sistem pencernaan. Jika dideteksi lebih dini, kanker ini dapat diobati.

    Gejala kanker anus meliputi perdarahan di rektum, terutama saat buang air besar, benjolan atau massa, nyeri, perubahan pada buang air besar, seperti frekuensi atau konsistensi tinja, tinja bocor, dan merasa ingin buang air besar terus-menerus.

    Apa Pemicunya?

    Meski penyebab pasti kanker anus tidak diketahui, 90 persen kasus terkait dengan jenis Human Papillomavirus (HPV). Namun, sebagian besar orang dengan HPV tidak terkena kanker anus.

    Adapun vaksin HPV disetujui oleh FDA pada tahun 2006, terutama direkomendasikan bagi mereka yang berusia 9 hingga 26 tahun. Tujuannya untuk memberikan sebelum kemungkinan terpapar HPV melalui aktivitas seksual.

    Kasus kanker anus mungkin meningkat di kalangan wanita berusia di atas 65 tahun karena mereka telah melewati usia vaksinasi yang direkomendasikan saat vaksin tersebut tersedia secara luas.

    “Meskipun alasan pasti di balik tren ini masih belum jelas, sebagian besar wanita yang lebih tua telah melewati usia yang direkomendasikan untuk vaksinasi HPV saat pertama kali tersedia secara luas,” kata Robinson.

    Seperti semua jenis kanker, tidak ada cara pasti untuk mencegah kanker anus. Namun, seseorang dapat mengurangi faktor risiko terkena kanker anus dengan tidak merokok, melakukan hubungan seks yang aman, dan yang terpenting dengan mendapatkan vaksin HPV jika memenuhi syarat untuk mendapatkannya.

    Vaksin ini tidak hanya mencegah kanker anus, tetapi juga kanker mulut dan tenggorokan, kanker serviks, dan kanker penis.

    “Sangat penting bagi kita untuk mempromosikan vaksinasi HPV sebagai alat utama untuk mencegah kanker anus, sekaligus memberi tahu penyedia layanan kesehatan seiring dengan berkembangnya pedoman skrining,” kata Dr Robinson.

    “Temuan ini menyoroti kelompok pasien tertentu yang mungkin mendapat manfaat dari skrining terarah untuk HPV anus dan kanker anus.”

    (suc/naf)

  • Trump Perintahkan Pembatasan Pendanaan Penelitian Virus

    Trump Perintahkan Pembatasan Pendanaan Penelitian Virus

    Jakarta

    Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump memerintahkan pembatasan baru pada suatu penelitian biologis yang menurut pemerintahannya menyebabkan pandemi COVID-19 melalui kebocoran laboratorium di China.

    Dilansir AFP, Selasa (6/5/2025), AS akan menghentikan pendanaan di negara-negara tertentu yang melakukan eksprerimen ‘gain of function’ yang berkaitan dengan peningkatan patogen. Aturan ini ditandatangani Trump di Gedung Putih pada Senin (5/5).

    “Tidak ada laboratorium yang kebal terhadap kebocoran — dan ini akan mencegah kebocoran yang tidak disengaja terjadi di masa mendatang dan membahayakan manusia,” tulis Menteri Kesehatan Robert F. Kennedy Jr.

    Direktur Institut Kesehatan Nasional atau National Institutes of Health (NIH), Jay Bhattacharya sepakat dengan aturan tersebut. Menurutnya, penelitian berbahaya memiliki dampak negatif kepada orang sekitar.

    “Setiap negara yang terlibat dalam penelitian ini membahayakan populasi mereka sendiri, serta dunia, seperti yang kita lihat selama pandemi COVID,” tambah Jay.

    Selain itu, perintah tersebut juga berupaya untuk mengakhiri pendanaan untuk jenis penelitian ilmu hayat lainnya di negara-negara yang dianggap kurang memiliki pengawasan yang memadai, sehingga secara signifikan memperluas jenis penelitian asing yang dapat menjadi sasaran.

    Perintah tersebut mengajak pengembangan strategi untuk “mengatur, membatasi, dan melacak penelitian ‘gain-of-function- atau perolehan fungsi yang berbahaya di seluruh Amerika Serikat yang terjadi tanpa pendanaan federal”.

    Diketahui, Trump telah lama mendukung teori bahwa SARS-CoV-2 bocor dari Institut Virologi Wuhan sebagai hasil dari penelitian gain-of-function — sebuah alternatif terhadap teori bahwa virus tersebut menyebar secara alami dari hewan liar ke manusia di pasar makanan laut di kota yang sama.

    Situs web pemerintah AS Covid.gov yang sebelumnya berfokus pada promosi informasi vaksin dan pengujian, kini dikhususkan untuk menyoroti argumen yang mendukung kebocoran laboratorium.

    Beberapa lembaga AS, termasuk Biro Investigasi Federal, Departemen Energi, dan, yang terbaru, Badan Intelijen Pusat — yang mengubah pendiriannya di bawah masa jabatan kedua Trump — kini condong ke asal laboratorium. Beberapa lembaga intelijen lainnya mendukung spillover alami.

    (zap/yld)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Kian Mencekam di Gaza Gara-gara Israel Blokir Bantuan

    Kian Mencekam di Gaza Gara-gara Israel Blokir Bantuan

    Jakarta

    Situasi kemanusiaan di Jalur Gaza yang terus-terusan digempur militer Israel semakin mencekam. Keadaan ini diperparah karena tidak ada bantuan yang masuk akibat diblokir oleh Israel.

    Dirangkum detikcom, Senin (5/5/2025), sudah hampir 19 bulan perang berkecamuk di Gaza. Warga Gaza mulai kehabisan cara untuk bertahan hidup dan khawatir dengan kondisi masa depan.

    Blokade Israel atas semua pasokan bantuan kemanusiaan dan komersial telah berlangsung selama dua bulan. Sementara, pengeboman Israel di seluruh Gaza masih terus berlanjut.

    “Kenyataan di Gaza tidak bisa digambarkan,” kata Ahmad Qattawi kepada Deutsche Welle (DW) melalui sambungan telepon dari Kota Gaza.

    “Kami hidup dalam tragedi, mencoba bertahan hidup tanpa mengetahui keselamatan kami nantinya. Kami mungkin bisa bertahan hidup, tapi jiwa kami sudah lama mati. Ketakutan akan serangan bom adalah salah satu penyebabnya, dan menemukan makanan yang cukup adalah masalah lainnya,” katanya.

    “Kami sibuk mencari makan setiap hari, menyimpan makanan untuk beberapa hari ke depan,” ujarnya.

    “Kami makan dengan hemat, dan cukup,” lanjutnya.

    Sejumlah lembaga bantuan secara konsisten memperingatkan tentang meningkatnya risiko malnutrisi dan kelaparan akibat penutupan toko-toko roti, melambungnya harga bahan makanan pokok, dan penutupan perbatasan yang terus berlanjut.

    Sejumlah kecil sayuran masih tersedia di pasaran, tapi sekarang harganya tidak terjangkau bagi kebanyakan orang. Harga-harga melambung tinggi dan banyak warga Gaza yang tidak memiliki penghasilan. Satu kilogram tomat, bahan pokok di dapur-dapur Palestina, sekarang harganya sekitar 30 shekel (sekitar Rp137 ribu). Padahal sebelum perang harganya hanya 1-3 shekel (sekitar Rp4-13.000). Saat ini, satu kilogram gula bisa mencapai lebih dari 60 shekel (sekitar Rp274 ribu).

    Tak Ada Tempat Aman, Semua Orang Kelaparan

    Dapur Umum di Gaza Terancam Tutup gegara Stok Makanan Habis (Foto: REUTERS/Mahmoud Issa)

    Direktur Jaringan Organisasi Nonpemerintah Palestina (Palestinian Non-Govermental Organizations Network/PNGO), Amjad Shawa, mengatakan situasi yang terjadi di Gaza saat ini adalah bencana.

    “Sepanjang sejarah Gaza, kami tidak pernah mengalami situasi seperti ini,” kata Amjad Shawa kepada DW lewat sambungan telepon. “Ini adalah bencana.”

    “Ada serangan udara, artileri, serangan ke tenda-tenda, dan ke tempat perlindungan,” ujar Shawa.

    “Tidak ada tempat aman. Ditambah lagi, semua orang kelaparan. Bahkan, secara pribadi, kami tidak tahu harus makan apa. Hampir tidak ada apa-apa,” imbuhnya

    Shawa menyatakan bahwa warga merasa terus terdesak dan disudutkan tanpa ada tanda-tanda situasi akan berakhir. Dia mengaku tidak bisa berbuat apa-apa.

    “Hal terburuk bagi kami sebagai pekerja kemanusiaan adalah kami tidak bisa berbuat apa-apa, tidak punya apa-apa untuk diberikan,” jelasnya.

    “Kami berusaha sekuat tenaga memberi harapan di sana-sini, tapi di sisi lain, kami adalah bagian dari masyarakat dan tidak bisa memisahkan diri dari keadaan ini,” kata dia.

    Sistem Kesehatan di Ambang Kehancuran

    Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian/OCHA) menyatakan bahwa sistem layanan kesehatan Gaza “berada di ambang kehancuran, kewalahan menangani korban massal dan sangat terhambat oleh pemblokiran total yang memutus pasokan obat-obatan penting, vaksin, hingga peralatan medis.”

    Badan Pangan Dunia (WFP) baru-baru ini mengumumkan bahwa stok makanan mereka untuk Gaza telah habis, dan sisa persediaan terakhir dikirimkan ke dapur umum yang menyediakan makanan dasar bagi kelompok paling rentan, serta sisa tepung terigu ke para tukang roti.

    “Pada 31 Maret, semua 25 tukang roti yang didukung WFP tutup karena stok tepung terigu dan bahan bakar memasak habis,” kata WFP dalam sebuah pernyataan.

    “Di minggu yang sama, paket makanan WFP yang dibagikan ke keluarga, yang isinya stok makanan untuk dua minggu, juga telah habis. WFP sangat prihatin dengan kekurangan air bersih dan bahan bakar untuk memasak sehingga memaksa warga mencari barang apa saja yang bisa dibakar untuk memasak.”

    Saat persediaan menipis, kekhawatiran tentang cara menghidupi keluarga mengalahkan segalanya, kata Mahmoud Hassouna, warga Kota Khan Younis di Gaza selatan, kepada DW melalui telepon. Pemuda 24 tahun ini mengungsi di awal perang 2023, saat rumah keluarganya hancur akibat serangan bom Israel.

    Dia menghabiskan hari dengan beraktivitas di sekitar rumah darurat keluarganya dan membantu ibunya menyiapkan makanan.

    “Kami kembali bergantung pada makanan kaleng,” ungkapnya. “Kami tak punya cukup uang untuk membeli sayuran, yang harganya melambung tinggi di pasaran.”

    Tugas Hassouna adalah mencari kayu bakar, yang sekarang menjadi sangat sulit karena sebagian besar pohon telah ditebang atau hancur oleh bom. Banyak warga nekat memasuki rumah-rumah yang hancur untuk menyelamatkan pintu atau barang kayu.

    “Hampir dua tahun hidupku dihabiskan di bawah bom, pembunuhan, dan kematian. Aku bahkan tak lagi mengenali diriku sendiri.”

    Gencatan senjata yang dimulai Januari 2025 dan berlangsung hingga awal Maret 2025 sempat memberi sedikit kelegaan bagi warga Gaza, sekaligus waktu untuk mengisi pasokan gudang organisasi bantuan. Namun, situasi kembali memburuk ketika Israel melanggar gencatan senjata dan melanjutkan serangan pada 18 Maret 2025, setelah fase pertama kesepakatan gencatan dan pembebasan sandera berakhir, sementara negosiasi fase kedua gagal.

    Sebelum melanggar gencatan senjata, pemerintah Israel telah memerintahkan penutupan semua perlintasan perbatasan dan menghentikan seluruh pengiriman bantuan kemanusiaan serta komersial ke Gaza.

    Blokade Israel

    Hancur Lebur Sekolah yang Tampung Pengungsi Palestina Dibombardir Israel (Foto: REUTERS/Mahmoud Issa)

    Blokade ini merupakan bagian dari strategi yang disebut pihak Israel sebagai “tekanan maksimum” untuk memaksa Hamas membebaskan sisa sandera di bawah kesepakatan baru gencatan senjata sementara, sekaligus bertujuan menggulingkan kelompok militan Palestina tersebut. Pejabat Israel menuduh Hamas mencuri bantuan kemanusiaan dan menggunakannya untuk pasukan mereka sendiri.

    Media Israel melaporkan bahwa dewan keamanan sedang menyiapkan persetujuan rencana operasional untuk memperluas serangan militer, termasuk memanggil pulang puluhan ribu pasukan cadangan. Hanya saja, belum dijelaskan waktu pelaksanaan ekspansi tersebut.

    Hamas menolak semua tuntutan pelucutan senjata dan bersikeras pada kesepakatan yang menjamin berakhirnya perang.

    Sejak penyerangan Hamas pada 7 Oktober 2023, pejabat Israel menyatakan 59 sandera masih berada di Gaza, dengan kurang dari separuhnya diperkirakan masih hidup.

    Pekan lalu, jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 52.000, menurut data Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. Sementara, ribuan lainnya diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan.

    Sejumlah lembaga bantuan hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuduh Israel menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai alat politik. Tindakan ini berpotensi menjadi kejahatan perang karena berdampak pada seluruh populasi Gaza yang berjumlah 2,2 juta jiwa.

    Wakil Sekretaris Jenderal PBB bidang Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Tom Fletcher, mengingatkan Israel dalam sebuah pernyataan: “Hukum internasional cukup jelas: Sebagai kekuatan pendudukan, Israel wajib mengizinkan akses bantuan kemanusiaan. Bantuan, dan nyawa sipil yang diselamatkannya, tidak boleh dijadikan alat tawar-menawar.”

    Sepanjang perang, populasi Gaza hampir sepenuhnya bergantung pada bantuan dan pasokan komersial dari luar. Militer Israel secara terus menerus membuat warga mengungsi hingga membentuk zona penyangga besar di utara, perbatasan timur, serta selatan, yang berakibat pada hilangnya akses warga Palestina ke lahan pertanian paling subur di Gaza.

    “Secara sederhana, Israel tidak hanya menghalangi makanan masuk ke Gaza, tetapi juga menciptakan keadaan yang membuat warga Palestina tidak bisa menanam atau memproduksi makanannya sendiri,” ujar Gavin Kelleher, pekerja kemanusiaan Dewan Pengungsi Norwegia yang baru kembali dari Gaza, dalam konferensi pers.

    Warga Gaza juga melaporkan adanya insiden penjarahan gudang serta suasana mencekam dan keamanan internal yang rapuh selama serangan Israel.

    Berdasarkan laporan OCHA pada hari Kamis (01/05): “Serangan baru-baru ini dilaporkan menghantam gedung permukiman dan tenda pengungsian, terutama di Rafah dan Gaza Timur. Hingga Selasa (29/04), lembaga kemanusiaan memperkirakan lebih dari 423.000 orang di Gaza kembali mengungsi tanpa adanya tempat aman.”

    Ini menjadi mimpi buruk bagi Mahmoud Hassouna. “Harapanku satu-satunya adalah tidak lagi mengungsi,” katanya. “Setelah itu, aku ingin perang mengerikan ini berakhir.”

    19 Orang Tewas dalam Serangan Terbaru Israel

    Gempuran Israel di Gaza tak ada habis-habisnya di tengah blokade bantuan kemanusiaan. Pada Senin (5/5) dini hari waktu setempat, dua serangan udara Israel menghantam sejumlah apartemen dan rumah di wilayah Jalur Gaza. Nahas, sedikitnya 19 orang tewas akibat rentetan serangan tersebut.

    Juru bicara badan pertahanan sipil Gaza, Mahmud Bassal, seperti dilansir AFP, Senin (5/5), mengatakan bahwa dua serangan udara Tel Aviv itu menghantam area-area permukiman yang ada di Gaza City.

    “Tim kami menemukan 15 martir dan 10 orang luka-luka, sebagian besar anak-anak dan wanita, setelah serangan Israel terhadap tiga apartemen (di barat laut Gaza City),” kata Bassal dalam pernyataannya.

    Empat orang lainnya, sebut Bassal, tewas dalam serangan udara yang menghantam sebuah rumah di area Beit Lahiya, sebelah utara Gaza City. Bassal menambahkan bahwa empat orang lainnya mengalami luka-luka dalam serangan yang sama.

    Militer Israel belum memberikan komentar langsung atas laporan serangan mematikan itu.

    Tel Aviv semakin mengintensifkan pengeboman udara dan memperluas operasi darat di Jalur Gaza, sejak melanjutkan kembali serangannya di daerah kantong Palestina tersebut pada 18 Maret lalu, menyusul kolapsnya gencatan senjata dengan Hamas.

    Halaman 2 dari 3

    (lir/lir)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Israel Blokir Bantuan, Situasi di Gaza Makin Mencekam

    Israel Blokir Bantuan, Situasi di Gaza Makin Mencekam

    Jakarta

    Setelah hampir 19 bulan berkonflik, warga Gaza mulai kehabisan cara untuk bertahan hidup dan khawatir dengan kondisi masa depan. Blokade Israel atas semua pasokan bantuan kemanusiaan dan komersial telah berlangsung selama dua bulan. Namun, pengeboman Israel di seluruh Gaza masih terus berlanjut.

    “Kenyataan di Gaza tidak bisa digambarkan,” kata Ahmad Qattawi kepada DW melalui sambungan telepon dari Kota Gaza. “Kami hidup dalam tragedi, mencoba bertahan hidup tanpa mengetahui keselamatan kami nantinya. Kami mungkin bisa bertahan hidup, tapi jiwa kami sudah lama mati. Ketakutan akan serangan bom adalah salah satu penyebabnya, dan menemukan makanan yang cukup adalah masalah lainnya.”

    “Kami sibuk mencari makan setiap hari, menyimpan makanan untuk beberapa hari ke depan,” ujarnya.

    “Kami makan dengan hemat, dan cukup.”

    Sejumlah lembaga bantuan secara konsisten memperingatkan tentang meningkatnya risiko malnutrisi dan kelaparan akibat penutupan toko-toko roti, melambungnya harga bahan makanan pokok, dan penutupan perbatasan yang terus berlanjut.

    Sejumlah kecil sayuran masih tersedia di pasaran, tapi sekarang harganya tidak terjangkau bagi kebanyakan orang. Harga-harga melambung tinggi dan banyak warga Gaza yang tidak memiliki penghasilan. Satu kilogram tomat, bahan pokok di dapur-dapur Palestina, sekarang harganya sekitar 30 shekel (sekitar Rp137 ribu). Padahal sebelum perang harganya hanya 1-3 shekel (sekitar Rp4-13.000). Saat ini, satu kilogram gula bisa mencapai lebih dari 60 shekel (sekitar Rp274 ribu).

    ‘Tak ada tempat aman’

    “Sepanjang sejarah Gaza, kami tidak pernah mengalami situasi seperti ini,” kata Direktur Jaringan Organisasi Nonpemerintah Palestina (Palestinian Non-Govermental Organizations Network/PNGO), Amjad Shawa, kepada DW lewat sambungan telepon. “Ini adalah bencana.”

    Shawa menyatakan bahwa warga merasa terus terdesak dan disudutkan tanpa ada tanda-tanda situasi akan berakhir. “Hal terburuk bagi kami sebagai pekerja kemanusiaan adalah kami tidak bisa berbuat apa-apa, tidak punya apa-apa untuk diberikan,” jelasnya. “Kami berusaha sekuat tenaga memberi harapan di sana-sini, tapi di sisi lain, kami adalah bagian dari masyarakat dan tidak bisa memisahkan diri dari keadaan ini.”

    Kemudian, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian/OCHA) menyatakan bahwa sistem layanan kesehatan Gaza “berada di ambang kehancuran, kewalahan menangani korban massal dan sangat terhambat oleh pemblokiran total yang memutus pasokan obat-obatan penting, vaksin, hingga peralatan medis.”

    Badan Pangan Dunia (WFP) baru-baru ini mengumumkan bahwa stok makanan mereka untuk Gaza telah habis, dan sisa persediaan terakhir dikirimkan ke dapur umum yang menyediakan makanan dasar bagi kelompok paling rentan, serta sisa tepung terigu ke para tukang roti.

    “Pada 31 Maret, semua 25 tukang roti yang didukung WFP tutup karena stok tepung terigu dan bahan bakar memasak habis,” kata WFP dalam sebuah pernyataan. “Di minggu yang sama, paket makanan WFP yang dibagikan ke keluarga, yang isinya stok makanan untuk dua minggu, juga telah habis. WFP sangat prihatin dengan kekurangan air bersih dan bahan bakar untuk memasak sehingga memaksa warga mencari barang apa saja yang bisa dibakar untuk memasak.”

    Hidup dalam rasa takut

    Saat persediaan menipis, kekhawatiran tentang cara menghidupi keluarga mengalahkan segalanya, kata Mahmoud Hassouna, warga Kota Khan Younis di Gaza selatan, kepada DW melalui telepon. Pemuda 24 tahun ini mengungsi di awal perang 2023, saat rumah keluarganya hancur akibat serangan bom Israel.

    Dia menghabiskan hari dengan beraktivitas di sekitar rumah darurat keluarganya dan membantu ibunya menyiapkan makanan. “Kami kembali bergantung pada makanan kaleng,” ungkapnya. “Kami tak punya cukup uang untuk membeli sayuran, yang harganya melambung tinggi di pasaran.”

    Tugas Hassouna adalah mencari kayu bakar, yang sekarang menjadi sangat sulit karena sebagian besar pohon telah ditebang atau hancur oleh bom. Banyak warga nekat memasuki rumah-rumah yang hancur untuk menyelamatkan pintu atau barang kayu.

    “Hampir dua tahun hidupku dihabiskan di bawah bom, pembunuhan, dan kematian. Aku bahkan tak lagi mengenali diriku sendiri.”

    Gencatan senjata yang dimulai Januari 2025 dan berlangsung hingga awal Maret 2025 sempat memberi sedikit kelegaan bagi warga Gaza, sekaligus waktu untuk mengisi pasokan gudang organisasi bantuan. Namun, situasi kembali memburuk ketika Israel melanggar gencatan senjata dan melanjutkan serangan pada 18 Maret 2025, setelah fase pertama kesepakatan gencatan dan pembebasan sandera berakhir, sementara negosiasi fase kedua gagal.

    Sebelum melanggar gencatan senjata, pemerintah Israel telah memerintahkan penutupan semua perlintasan perbatasan dan menghentikan seluruh pengiriman bantuan kemanusiaan serta komersial ke Gaza.

    Strategi ‘tekanan penuh’ Israel

    Blokade ini merupakan bagian dari strategi yang disebut pihak Israel sebagai “tekanan maksimum” untuk memaksa Hamas membebaskan sisa sandera di bawah kesepakatan baru gencatan senjata sementara, sekaligus bertujuan menggulingkan kelompok militan Palestina tersebut. Pejabat Israel menuduh Hamas mencuri bantuan kemanusiaan dan menggunakannya untuk pasukan mereka sendiri.

    Media Israel melaporkan bahwa dewan keamanan sedang menyiapkan persetujuan rencana operasional untuk memperluas serangan militer, termasuk memanggil pulang puluhan ribu pasukan cadangan. Hanya saja, belum dijelaskan waktu pelaksanaan ekspansi tersebut.

    Hamas menolak semua tuntutan pelucutan senjata dan bersikeras pada kesepakatan yang menjamin berakhirnya perang.

    Sejak penyerangan Hamas pada 7 Oktober 2023, pejabat Israel menyatakan 59 sandera masih berada di Gaza, dengan kurang dari separuhnya diperkirakan masih hidup.

    Pekan lalu, jumlah korban tewas di Gaza telah melampaui 52.000, menurut data Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas. Sementara, ribuan lainnya diperkirakan terkubur di bawah reruntuhan.

    Bantuan kemanusiaan jadi alat politik Israel?

    Sejumlah lembaga bantuan hingga Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) menuduh Israel menggunakan bantuan kemanusiaan sebagai alat politik. Tindakan ini berpotensi menjadi kejahatan perang karena berdampak pada seluruh populasi Gaza yang berjumlah 2,2 juta jiwa.

    Wakil Sekretaris Jenderal PBB bidang Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat, Tom Fletcher, mengingatkan Israel dalam sebuah pernyataan: “Hukum internasional cukup jelas: Sebagai kekuatan pendudukan, Israel wajib mengizinkan akses bantuan kemanusiaan. Bantuan, dan nyawa sipil yang diselamatkannya, tidak boleh dijadikan alat tawar-menawar.”

    Sepanjang perang, populasi Gaza hampir sepenuhnya bergantung pada bantuan dan pasokan komersial dari luar. Militer Israel secara terus menerus membuat warga mengungsi hingga membentuk zona penyangga besar di utara, perbatasan timur, serta selatan, yang berakibat pada hilangnya akses warga Palestina ke lahan pertanian paling subur di Gaza.

    “Secara sederhana, Israel tidak hanya menghalangi makanan masuk ke Gaza, tetapi juga menciptakan keadaan yang membuat warga Palestina tidak bisa menanam atau memproduksi makanannya sendiri,” ujar Gavin Kelleher, pekerja kemanusiaan Dewan Pengungsi Norwegia yang baru kembali dari Gaza, dalam konferensi pers.

    Warga Gaza juga melaporkan adanya insiden penjarahan gudang serta suasana mencekam dan keamanan internal yang rapuh selama serangan Israel.

    Berdasarkan laporan OCHA pada hari Kamis (01/05): “Serangan baru-baru ini dilaporkan menghantam gedung permukiman dan tenda pengungsian, terutama di Rafah dan Gaza Timur. Hingga Selasa (29/04), lembaga kemanusiaan memperkirakan lebih dari 423.000 orang di Gaza kembali mengungsi tanpa adanya tempat aman.”

    Ini menjadi mimpi buruk bagi Mahmoud Hassouna. “Harapanku satu-satunya adalah tidak lagi mengungsi,” katanya. “Setelah itu, aku ingin perang mengerikan ini berakhir.”

    Artikel ini pertama kali terbit dalam bahasa Inggris

    Penulis adaptasi: Muhammad Hanafi

    Editor: Hani Anggraini

    (ita/ita)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Mobil Paus Fransiskus Bakal Jadi Klinik Keliling untuk Anak-anak di Gaza

    Mobil Paus Fransiskus Bakal Jadi Klinik Keliling untuk Anak-anak di Gaza

    Vatican City

    Salah satu mobil kepausan Paus Fransiskus atau popemobile sedang diubah menjadi klinik kesehatan keliling untuk anak-anak di Jalur Gaza. Inisiasi ini menjadi salah satu keinginan terakhir Paus.

    Dilansir kantor berita Reuters, Senin (5/5/2025), media resmi Vatikan menyampaikan kendaraan tersebut, yang digunakan oleh mendiang Paus selama kunjungannya ke Palestina tahun 2014, sedang dilengkapi dengan peralatan diagnostik dan medis darurat untuk membantu pasien di daerah kantong Palestina, di mana tempat layanan kesehatan telah hancur akibat invasi Israel.

    Paus Fransiskus mempercayakan inisiatif tersebut kepada organisasi bantuan Katolik Caritas Jerusalem beberapa bulan sebelum kematiannya.

    “Ini adalah intervensi konkret yang menyelamatkan nyawa di saat sistem kesehatan di Gaza hampir sepenuhnya runtuh,” kata Peter Brune, Sekretaris Jenderal Caritas Swedia, yang mendukung proyek tersebut, dikutip Vatican News.

    Unit keliling tersebut akan dilengkapi dengan tes infeksi cepat, vaksin, peralatan diagnostik, dan perlengkapan jahitan, serta dikelola oleh tenaga medis. Caritas berencana untuk menyebarkan klinik tersebut ke masyarakat yang tidak memiliki akses fasilitas perawatan kesehatan yang berfungsi setelah akses kemanusiaan ke Gaza memungkinkan.

    “Ini bukan sekadar kendaraan. Ini adalah pesan bahwa dunia tidak melupakan anak-anak di Gaza,” imbuh Brune.

    (fca/fca)

    Hoegeng Awards 2025

    Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini

  • Berusia 99 Tahun, Rahman Geter Percaya Diri Tunaikan Haji, Apa Rahasianya?
                
                    
                        
                            Makassar
                        
                        4 Mei 2025

    Berusia 99 Tahun, Rahman Geter Percaya Diri Tunaikan Haji, Apa Rahasianya? Makassar 4 Mei 2025

    Berusia 99 Tahun, Rahman Geter Percaya Diri Tunaikan Haji, Apa Rahasianya?
    Tim Redaksi
    POLEWALI MANDA, KOMPAS.com
     – Meskipun sudah berusia hampir satu abad,
    Rahman Geter
    , seorang kakek berusia 99 tahun asal
    Polewali Mandar
    , Sulawesi Barat, tetap optimis menunaikan
    ibadah haji
    bersama 494 calon haji lainnya tahun ini.
    Rahman, yang merupakan calon haji tertua di Polewali Mandar, akan berangkat 7 Mei untuk pelaksanaan ibadah haji 2025.
    Rahman lahir pada 31 Desember 1925 dan akan genap berusia 100 tahun pada bulan Desember mendatang.
    Ia tinggal di Dusun Lelupang, Desa Lagi-Agi, Kecamatan Campalagian.
    Perjuangan Rahman dan istrinya, Hania Binti Abdul Rahman (88 tahun), untuk menunaikan rukun Islam kelima tidaklah mudah.
    Selama lebih dari 15 tahun, Rahman menyisihkan uang sedikit demi sedikit untuk menabung biaya naik haji.
    Setelah tabungannya mencukupi, ia mendaftar haji di kantor Kementerian Agama setempat pada tahun 2019. “Alhamdulillah, tahun ini saya akan berangkat bersama istri saya,” ungkap Rahman.
    Meskipun seharusnya Rahman masuk dalam daftar tunggu selama 10 tahun, Kementerian Agama setempat mempercepat proses keberangkatannya karena ia dan istrinya tergolong jemaah lansia yang berisiko rentan.
    Saat ditanya tentang kiat menjaga kebugaran tubuhnya, Rahman menjelaskan, “Biasa saja, hanya menjaga pola makan sehat dan tetap rutin beraktivitas ringan.”
    Sebagai seorang petani kebun, ia kini lebih fokus pada persiapan keberangkatannya ke tanah suci Mekah.
    Menjelang keberangkatan, Rahman dan istrinya telah mempersiapkan segala kebutuhan, mulai dari suntik vaksin, manasik haji, hingga melunasi biaya perjalanan haji dan menyiapkan pakaian perlengkapan haji.
    “Semua persiapan termasuk vaksin sudah, keperluan juga sudah dapat dan tinggal tunggu tanggal keberangkatannya, Insya Allah,” tambah Rahman.
    Rahman dan istrinya tergabung dalam kloter 11 dan dijadwalkan berangkat ke tanah suci Mekah pada tanggal 7 Mei mendatang melalui embarkasi Hasanuddin Makassar.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Terobosan Baru, Perusahaan Farmasi Ini Ciptakan Vaksin untuk Cegah Jerawat

    Terobosan Baru, Perusahaan Farmasi Ini Ciptakan Vaksin untuk Cegah Jerawat

    Jakarta

    Para ilmuwan tengah menguji vaksin untuk mengobati jerawat, kondisi kulit yang memengaruhi sekitar 95 persen orang berusia antara 11 dan 30 tahun. Jika berhasil melewati uji coba, vaksin itu bisa menjadi vaksin jerawat pertama yang pernah ada.

    Perusahaan farmasi Sanofi tengah menjalankan uji klinis tahap awal untuk menguji keamanan dan kemanjuran vaksin bagi orang dewasa dengan jerawat wajah sedang hingga parah.

    Vaksin jerawat ini disebut dapat “membantu membentuk kembali lanskap pengobatan jerawat,” kata juru bicara Sanofi kepada Live Science dikutip Minggu (4/5/2025).

    Namun, uji coba vaksin baru itu masih dalam tahap awal, dan belum ada data dari uji coba yang tersedia untuk umum guna mengonfirmasi apakah vaksin itu benar-benar berfungsi.

    Dalam sebuah pernyataan kepada Live Science, Sanofi tidak mengungkapkan detail apa pun tentang cara kerja vaksin baru itu sebenarnya. Namun, rincian uji coba yang dibagikan di situsnya menyebutkan bahwa vaksin jerawat ini dibuat dengan struktur mRNA.

    Dalam kasus ini, protein target kemungkinan besar adalah protein yang dibuat oleh C. acnes, bakteri pemicu jerawat.

    Uji klinis vaksin jerawat

    Sanofi disebut tengah melakukan uji klinis fase I/II yang dimulai pada April 2024 dan diperkirakan akan berlangsung hingga 2027. Selama periode tersebut, perusahaan berencana untuk merekrut sekitar 400 orang dewasa berusia 18 hingga 45 tahun yang memiliki jerawat wajah moderat hingga parah, yang didefinisikan dengan memiliki jumlah jerawat tertentu pada wajah.

    Beberapa peserta dalam uji coba ini akan menerima satu dari tiga dosis vaksin; peserta ini akan disuntik hingga tiga kali dengan dosis tersebut selama uji coba. Sementara itu, peserta uji coba lainnya akan menerima vaksin “dummy” yang tidak mengandung obat. Hal ini akan memberikan titik perbandingan untuk membantu para ilmuwan menentukan seberapa aman dan efektif vaksin tersebut.

    Setelah uji klinis fase I/II selesai, Sanofi juga berencana untuk meluncurkan uji klinis fase I terpisah pada tahun 2027. Dalam uji coba ini, perusahaan akan menguji seberapa efektif vaksin dalam mengobati pasien dengan jerawat yang lebih ringan.

    (kna/kna)

  • Tingkat Penolakan Vaksin Masih Tinggi, Orangtua Perlu Diedukasi Bertahap – Halaman all

    Tingkat Penolakan Vaksin Masih Tinggi, Orangtua Perlu Diedukasi Bertahap – Halaman all

    TRIBUNEWS.COM, JAKARTA – Penolakan terhadap vaksinasi anak masih menjadi tantangan di lapangan, terutama karena maraknya informasi yang simpang siur di internet.

    Hal ini diungkapkan oleh dr Vinia Rusli, Sp.A(K), yang menilai bahwa kekhawatiran orangtua kerap kali terbentuk oleh narasi keliru yang tersebar luas di media sosial.

    “Banyak orangtua yang mendadar (terpengaruh spontan) karena baca story atau informasi yang belum tentu benar. Itu membuat mereka khawatir, bahkan menolak vaksin,” kata Vinia saat sesi talkshow interaktif di event ParenTale di ICE BSD, Tangerang, Banten, Jumat (2/5/2025).

    Menurut Vinia, penolakan vaksinasi bisa dibagi dalam beberapa level mulai yang terrendah (level 0) hingga tinggi (level 5).

    “Orangtua yang berada di level 3 hingga 5 biasanya sudah menunjukkan penolakan aktif atau bahkan keras terhadap vaksinasi,” katanya. 

    Dalam situasi seperti itu, edukasi menjadi lebih menantang karena pola pikir mereka sudah terbentuk kuat.

    “Kita tidak bisa langsung memaksa. Edukasi harus bertahap, disesuaikan dengan tingkat resistensinya,” jelasnya.

    Dokter spesialis anak konsultan yang berpraktek di Siloam Hospitals Lippo Village ini menyarankan agar edukasi dilakukan dengan pendekatan yang lebih lunak.

    “Misalnya memulai dari kelompok orangtua yang masih ragu-ragu (level 1 atau 2), yang masih membuka kemungkinan untuk berdialog dan menerima informasi dari tenaga medis terpercaya,” katanya.

    Pendekatan lunak pada orangtua bisa melalui sesi parenting seperti ParenTale  yang jadi wadah edukatif bagi para orang tua dalam mendampingi tumbuh kembang anak usia 0–10 tahun akan berlangsung hingga MInggu (4/5/2025) ini.

    Sementara itu, event ParenTale 2025 hadir sebagai festival keluarga,  gratis dan terbuka bagi seluruh masyarakat, khususnya keluarga muda, calon orang tua, dan komunitas parenting se-Jabodetabek.

    “Mengusung tema Embracing the Diversity of Parenting Journey, ParenTale 2025  ingin memberikan ruang bagi semua pihak untuk merasakan pengalaman parenting yang mendalam dan inspiratif,” kata  Edwina Tirta, Partnership and Event Creation Director ICE Events.

    Dikatakannya, ParenTale adalah representasi nyata dari bagaimana dunia parenting terus berkembang dan semakin inklusif.

    “Kami mendesain acara ini dengan pendekatan yang personal dan emosional, karena setiap keluarga memiliki kisah dan kebutuhan unik yang layak dirayakanm,” katanya.

    Event ini tidak hanya mengedepankan aspek edukatif, tetapi juga menyediakan area playground interaktif hasil kolaborasi dengan XCocoland, dirancang khusus untuk mendukung kreativitas dan eksplorasi anak.

    Fasilitas penunjang seperti nursery room, stroller parking, dan jastiper lounge disediakan demi kenyamanan seluruh keluarga.

    Ayunda Wardhani, CEO Bridestory – Parentstory, menekankan, sebagai platform yang dekat dengan orang tua milenial dan Gen Z, kami ingin menghadirkan pengalaman yang tidak hanya bermanfaat secara edukatif, tetapi juga menyenangkan dan relevan.” 

    “Event ini tidak hanya mengedepankan aspek edukatif, tetapi juga menyediakan area playground interaktif hasil kolaborasi dengan XCocoland, dirancang khusus untuk mendukung kreativitas dan eksplorasi anak,” katanya.