Produk: vaksin

  • Deretan Negara di Asia yang Laporkan Peningkatan Kasus COVID-19

    Deretan Negara di Asia yang Laporkan Peningkatan Kasus COVID-19

    Jakarta

    Banyak negara di Asia yang melaporkan adanya peningkatan kasus COVID-19. Hal ini dipicu oleh munculnya subvarian Corona baru, salah satunya NB.1.8.1 yang mengkhawatirkan.

    Selain itu, ada beberapa varian COVID-19 yang juga tersebar di beberapa negara. Varian itu meliputi XEC, JN.1, hingga LF.7.

    Dikutip dari berbagai sumber, berikut deretan negara di Asia yang melaporkan adanya peningkatan kasus COVID-19:

    Korea Selatan

    Badan Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Korea melaporkan kasus COVID-19 yang dihitung melalui rumah sakit dan klinik pengawasan penyakit pernapasan, tercatat 8,8 persen selama minggu 18-24 Mei (minggu ke-21), menunjukkan tren peningkatan selama dua minggu berturut-turut.

    Komunitas medis juga memantau dengan cermat kemungkinan munculnya kembali penyakit menular. Komite Tanggap Penyakit Menular dari Asosiasi Medis Korea (KMA) menyatakan pada kesempatan yang sama.

    “Meskipun COVID-19 tersebar luas di luar negeri, virus pernapasan akut seperti rhinovirus, virus influenza B, dan virus parainfluenza secara bersamaan tersebar luas di Korea. Sehingga diperlukan kehati-hatian khusus,” terang komunitas tersebut, dikutip dari Business Korea.

    KMA mencatat jumlah pasien dengan infeksi saluran pernapasan akut menunjukkan sedikit peningkatan sejak pertengahan Mei. Melihat virus varian Omicron meningkat, hal ini menimbulkan kekhawatiran besar tentang kebangkitan COVID-19.

    Hong Kong

    Hong Kong melaporkan adanya kenaikan kasus COVID-19 yang diperkirakan akan tetap tinggi selama satu atau dua bulan ke depan.

    Dikutip dari South China Morning Post, pusat perlindungan kesehatan juga mendesak kelompok berisiko tinggi untuk segera mendapatkan vaksin booster untuk mengurangi kemungkinan komplikasi serius, hingga kematian.

    Pengawas pusat tersebut, Dr Edwin Tsui Lok-kin menjelaskan bahwa virus Corona telah berubah menjadi penyakit endemik dengan pola siklus. Peningkatan kasus biasanya diperkirakan terjadi setiap enam hingga sembilan bulan.

    “Hong Kong telah mengalami peningkatan kasus COVID-19 sejak April 2025, lebih dari setengah tahun setelah peningkatan terakhir pada Juli dan Agustus 2024,” terang Tsui.

    Ia mengatakan bahwa aktivitas virus akan relatif tinggi dalam jangka pendek, sebelum berangsur-angsur mereda selama satu atau dua bulan ke depan.

    Thailand

    Dikutip dari Nation Thailand, data per 30 Mei 2025 menunjukkan 41.283 kasus baru, sehingga total kasus tahun ini menjadi 257.280. Dilaporkan juga ada dua kasus kematian baru, sehingga total kematian menjadi 52.

    Wilayah Bangkok mencatat kasus terbanyak, diikuti Provinsi Chonburi, dengan tingkat infeksi tertinggi di kalangan orang dewasa usia kerja, pelajar, anak-anak, dan populasi lansia.

    Masyarakat diimbau untuk memantau situasi, terutama karena varian NB.1.8.1 terus menyebar dengan cepat di berbagai wilayah. Meskipun situasi di Thailand belum mencapai level tertinggi, perjalanan internasional dan musim hujan, yang sering kali membawa penyakit pernapasan, dapat mempercepat wabah di masa mendatang.

    Next: Singapura dan Malaysia

    Singapura

    Negara tetangga Indonesia, yakni Singapura juga melaporkan adanya peningkatan kasus COVID-19. Singapura mengalami peningkatan tajam dalam kasus COVID-19, dengan ratusan infeksi baru dilaporkan setiap hari.

    Lonjakan ini sebagian besar disebabkan oleh varian NB.1.8.1. Kasus rawat inap juga meningkat menjadi rata-rata 350 per hari, naik dari 225 pada minggu sebelumnya. Sementara rawat inap ICU harian telah meningkat menjadi sembilan kasus.

    Malaysia

    Dikutip dari Malay Mail, situasi COVID-19 masih terkendali dan di bawah level waspada. Kementerian Kesehatan Malaysia mengatakan total ada 11.727 kasus COVID-19 telah tercatat sejak Minggu Epidemiologi (MEP) 1 hingga 19 di tahun ini, dengan tren penurunan yang terus berlanjut sejak awal tahun.

    “Jumlah kasus tertinggi tercatat dalam beberapa minggu pertama tahun ini dengan 960 kasus pada Minggu I/2025 dan 1.229 kasus pada Minggu II/2025 dan Minggu III/2025,” kata Kemenkes.

    “Kasus harian menunjukkan tren penurunan terus-menerus hingga mencapai 210 kasus pada Minggu I/15/2025,” kata pernyataan yang dikeluarkan hari ini.”

    Untuk periode Minggu I/16 hingga Minggu I/19, pernyataan tersebut mengatakan bahwa rata-rata sekitar 600 kasus per minggu tercatat.

    Kementerian Kesehatan meyakinkan masyarakat bahwa angka tersebut masih di bawah ambang batas peringatan dan tindakan pengendalian yang tepat sedang dilaksanakan.

  • WHO Peringkatkan Kasus Covid Naik di Asia Tenggara

    WHO Peringkatkan Kasus Covid Naik di Asia Tenggara

    Jakarta, CNBC Indonesia – Virus Covid-19 mulai kembali mengintai sektor kesehatan dunia. Sejak pertengahan Februari 2025, virus SARS-CoV-2 global telah meningkat, dengan tingkat kepositifan tes mencapai 11%. Angka tertinggi sejak Juli 2024.

    Peningkatan ini terjadi di negara-negara di kawasan Mediterania Timur, Asia Tenggara, dan Pasifik Barat. Sejak awal 2025, tren varian SARS-CoV-2 global sedikit bergeser. WHO menyarankan semua negara anggotanya untuk terus menerapkan pendekatan terpadu berbasis risiko dalam mengelola Covid-19.

    Berdasarkan data SARS-CoV-2 yang dilaporkan ke Global Influenza Surveillance and Response System (GISRS) dari lokasi surveilans sentinel. Pada 11 Mei 2025, tingkat kepositifan tes adalah 11% di 73 negara, wilayah, dan teritori yang melapor.

    Jumlah tersebut sama dengan puncak yang diamati pada Juli 2024 atau 12% dari 99 negara dan menandai peningkatan dari 2% yang dilaporkan oleh 110 negara pada pertengahan Februari 2025.

    “Peningkatan tingkat kepositifan tes terutama didorong oleh negara-negara di Wilayah Mediterania Timur, Wilayah Asia Tenggara, dan Wilayah Pasifik Barat,” tulis WHO mengutip website resminya, Minggu (1/6).

    Negara-negara di Wilayah Afrika, Wilayah Eropa, dan Wilayah Amerika saat ini melaporkan tingkat aktivitas SARS-CoV-2 yang rendah dengan persen kepositifan dari situs pengawasan virologi sentinel atau sistematis yang berkisar antara 2% hingga 3%.

    Sebagai bagian dari program pengendalian COVID-19 yang komprehensif, vaksinasi tetap menjadi intervensi utama untuk mencegah penyakit parah dan kematian akibat COVID-19, terutama di antara kelompok-kelompok yang berisiko.

    WHO meminta, upaya pencegahan COVID-19 semakin ditanamkan dalam sistem pengawasan dan respons yang lebih luas. Berbagai negara telah bergerak untuk mengoperasikan platform pengawasan penyakit pernapasan terintegrasi – seperti eGISRS dan Coronavirus Network (CoViNet) – yang mencakup pengawasan sentinel, karakterisasi virologi, dan pemantauan air limbah, yang memungkinkan pendeteksian varian SARS-CoV-2 yang bersirkulasi dan memberikan wawasan tentang tren yang lebih luas pada penyakit pernapasan akibat virus.

    Jalur klinis yang dikembangkan selama fase akut pandemi COVID-19 sedang disempurnakan dan dipertahankan, mendukung akses ke diagnosis, pengobatan, dan perawatan untuk individu dengan COVID-19 dan kondisi pasca-COVID-19 (COVID panjang).

    Upaya vaksinasi tetap menjadi landasan perlindungan bagi kelompok berisiko tinggi, dengan vaksin terbaru yang ditawarkan melalui strategi imunisasi rutin atau yang ditargetkan, sering kali bersamaan dengan vaksin untuk influenza musiman dan respiratory syncytial virus (RSV).

    Di luar sektor kesehatan, tekanan sosial dan ekonomi yang lebih luas, seperti inflasi, ketidakstabilan politik, dan krisis kemanusiaan, semakin memperumit upaya untuk mempertahankan manajemen ancaman penyakit COVID-19 dalam skala besar.

    WHO dan para mitranya terus mendukung negara-negara dalam menghadapi kenyataan ini dengan mendorong integrasi yang peka terhadap konteks, penentuan prioritas, dan investasi jangka panjang dalam sistem manajemen ancaman penyakit pernapasan.

     

    (mkh/mkh)

  • Kata Epidemiolog soal MB.1.1, Varian Baru COVID-19 yang Dominan di Indonesia

    Kata Epidemiolog soal MB.1.1, Varian Baru COVID-19 yang Dominan di Indonesia

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI mengungkap beberapa varian COVID-19 yang terkait peningkatan kasus di Asia belakangan ini. Jika di Thailand dan Malaysia didominasi varian XEC, di Indonesia varian COVID-19 yang dominan adalah MB.1.1.

    “Dengan varian dominan yang beredar adalah MB.1.1,” tulis Plt Dirjen Penanggulangan Penyakit Kemenkes RI, Murti Utami, dalam edaran tentang kewaspadaan COVID-19 tertanggal 23 Mei 2025 tersebut.

    Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan tidak perlu kaget dan panik dengan kemunculan beberapa subvarian dari COVID-19. Menurutnya, mutasi dan kemunculan varian baru adalah mekanisme alami karena virus harus bisa bertahan dengan lebih mudah menginfeksi manusia.

    “Karena kalau di luar tubuh manusia, dia (virus) tidak akan bertahan lama, tidak lebih dari setengah hari. Dengan dia bisa cepat menginfeksi, virus akan terus bertahan dan berkembang, termasuk subvarian yang saat ini cukup dominan di Asia, Asia Tenggara,” terangnya saat dihubungi detikcom, Sabtu (31/5/2025).

    Dicky menyebut saat ini ada beberapa varian yang dominan, seperti LF-7, NB.1.8, MB.1.1 hingga LP.8.1. Menurutnya, semuanya memiliki karakter yang serupa, yaitu efektif dalam menginfeksi.

    Namun begitu, gejala yang muncul juga semakin ringan atau bahkan tidak bergejala. Sebab, imunitas yang terbentuk dapat mengatasi keparahan dari varian tersebut.

    “Mayoritas manusia saat ini sudah memiliki kekebalan terhadap subvarian-subvarian SARS-CoV-2 ini. Tidak seperti sebelum-sebelumnya,” tutur Dicky.

    Meskipun sebagian besar sudah memiliki imunitas atau kekebalan terhadap COVID-19, Dicky mengingatkan masih ada kelompok-kelompok yang rentan. Misalnya seperti lansia, anak-anak, dan orang-orang dengan komorbid, seperti diabetes tak terkendali hingga autoimun.

    NEXT: Antisipasi penularan

    Lantas, Apa yang Harus Dilakukan?

    Oleh karena itu, Dicky menyarankan untuk tetap menerapkan 3M yakni memakai masker, mencuci tangan, dan menjauhi kerumunan bisa tidak ada keperluan yang mendesak.

    Terkait vaksinasi, Dicky masih belum melihat adanya urgensi pada kelompok-kelompok, kecuali yang sangat rawan, mungkin perlu mendapatkan booster. Tetapi, harus dipastikan vaksinnya sudah diperbarui untuk menghadapi subvarian baru.

    “Tapi, bukan berarti vaksin lama sama sekali tidak memiliki manfaat ya. Bisa saja dia (vaksin) tidak cukup selektif untuk menghadapi subvarian baru ini,” terang Dicky.

    “Tapi, secara umum tidak perlu khawatir,” pungkasnya.

    Simak Video “Video Varian Covid-19 yang Mendominasi Indonesia Saat Ini “
    [Gambas:Video 20detik]

  • Tak Lagi Wajib di AS, Rekomendasi Vaksin COVID-19 untuk Anak-Ibu Hamil Dicabut!

    Tak Lagi Wajib di AS, Rekomendasi Vaksin COVID-19 untuk Anak-Ibu Hamil Dicabut!

    Foto Health

    Rafida Fauzia – detikHealth

    Jumat, 30 Mei 2025 11:01 WIB

    Amerika Serikat – CDC menghentikan rekomendasi vaksin COVID-19 rutin untuk anak sehat dan ibu hamil. Keputusan ini memicu perdebatan di kalangan ahli kesehatan AS.

  • Ciri-ciri Orang Terkena Kanker Hati, Salah Satunya Bisa Terlihat Lewat Urine

    Ciri-ciri Orang Terkena Kanker Hati, Salah Satunya Bisa Terlihat Lewat Urine

    Jakarta

    Hati merupakan salah satu organ terpenting, karena manusia tidak bisa hidup tanpa hati. Beberapa jenis kanker bisa terbentuk di organ ini.

    Jenis kanker yang paling umum adalah karsinoma hepatoseluler. Mendeteksi tanda-tanda kanker hati bisa menjadi langkah penting untuk tindakan penyembuhan.

    Tanda-tanda Kanker Hati

    Banyak orang yang tidak mengalami tanda dan gejala pada tahap awal kanker hati. Namun, dikutip dari Md Anderson dan Mayo Clinic, gejala yang muncul meliputi:

    Penurunan berat badanKehilangan nafsu makanNyeri perut bagian atasMual dan muntahKelelahanPembengkakan perutPerubahan warna menjadi kuning pada kulit dan bagian putih mataKotoran berwarna putih dan berkapurMerasa kenyang setelah makan sedikitUrine berwarna gelapPembengkakan pembuluh darah di perutBenjolan keras di bawah tulang rusuk sebelah kanan

    Stadium Kanker Hati

    Ada 4 stadium kanker hati yang ditandai dengan perkembangan gejala hingga ukuran tumor.

    Stadium I/stadium O: Ada satu tumor di hati berukuran kurang dari 2 cm.Stadium II/stadium A: Ada satu tumor berukuran 5 cm. Selain itu, terdapat beberapa tumor lain berukuran lebih kecil dari 3 cm. Stadium kanker ini mencakup kanker hati yang menyebar ke pembuluh darah.Stadium III/stadium B: Ada lebih dari satu tumor dan atau satu tumor berukuran 5 cm atau lebih besar. Kemungkinan kanker hati berada di kelenjar getah bening, pembuluh darah besar, atau organ lain.Stadium IV: Ada kanker hati di bagian tubuh lain, seperti paru-paru atau tulang.

    Faktor Risiko Kanker Hati

    Beberapa faktor yang bisa meningkatkan risiko kanker hati yaitu:

    Infeksi kronis dengan virus hepatitis B (HBV) atau virus hepatitis C (HCV)Adanya sirosis, yang menyebabkan terbentuknya jaringan parut di hati dan meningkatkan risiko terkena kanker hatiMengidap diabetesAdanya penumpukan lemak di hatiKonsumsi alkohol berlebihan

    Cara Mencegah Kanker Hati

    Dapatkan vaksin hepatitis BBerhenti merokokHentikan konsumsi alkoholPertahankan berat badan yang sehat

    (elk/kna)

  • Benarkah Menteri Kesehatan Wajibkan Penumpang Pesawat Vaksin TBC? Ini Faktanya

    Benarkah Menteri Kesehatan Wajibkan Penumpang Pesawat Vaksin TBC? Ini Faktanya

    Jakarta – Viral di media sosial unggahan yang menampilkan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin berbicara seolah-olah pemerintah mewajibkan vaksin tuberkulosis (TBC) untuk penumpang pesawat.

    Dalam poster tersebut, dinarasikan bahwa penumpang wajib sudah divaksin TBC dan menunjukkan surat vaksin sebagai syarat naik pesawat untuk mencegah penyebaran lewat udara. Berikut narasinya:

    “Semua penumpang yang akan naik pesawat agar sudah di vaksin TBC dan menunjukan surat vaksin. Tujuannya untuk mencegah menyebaran lewat udara.”

    Penjelasan:

    Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) memberikan klarifikasi melalui akun Instagram resminya bahwa pernyataan tersebut tidak benar atau hoaks. Ia menyatakan bahwa tidak ada aturan yang mewajibkan vaksin TBC sebagai syarat perjalanan udara.

    Kemenkes juga mengimbau masyarakat agar tidak mudah percaya dengan informasi yang belum terverifikasi dan selalu melakukan pengecekan fakta.

    “Beredar narasi tidak benar soal kewajiban vaksin TBC untuk naik pesawat. Faktanya, tidak ada aturan yang mewajibkan vaksin TBC untuk naik pesawat,” bunyi keterangan itu.

    Vaksin TBC menjadi sorotan setelah Indonesia terlibat dalam uji klinis fase 3 vaksin TBC M72 yang didanai Bill Gates. Total partisipan uji klinik fase 3 ini berjumlah 20.081 orang dari lima negara. Afrika Selatan menjadi kontributor terbesar dengan 13.071 partisipan, diikuti Kenya (3.579), Indonesia (2.095), Zambia (889), dan Malawi (447).

    Di Indonesia, kegiatan ini dilaksanakan di berbagai institusi medis terkemuka, termasuk RSUP Persahabatan, RS Islam Cempaka Putih Jakarta, RS Universitas Indonesia (RSUI), Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (FK UNPAD) Bandung, dan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI).

    Seluruh pelaksanaan uji klinik vaksin M72 di Indonesia diawasi secara ketat oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Kementerian Kesehatan RI, serta para ahli vaksin TBC nasional dan global.

    (kna/kna)

  • Travelling Saat Asia Dihantui COVID-19, Butuh Vaksin Apa Saja? Ini Saran Dokter

    Travelling Saat Asia Dihantui COVID-19, Butuh Vaksin Apa Saja? Ini Saran Dokter

    Jakarta

    Kasus COVID-19 tengah meningkat lagi di Asia, namun sejauh ini tidak ada pengetatan terkait perjalanan lintas negara. Bertepatan dengan long weekend, kira-kira butuh vaksin apa saja ya jika mau travelling ke luar negeri?

    Sejak status kedaruratan pandemi COVID-19 dilonggarkan, vaksin COVID-19 memang sudah tidak lagi menjadi syarat untuk bepergian ke luar negeri. Begitupun, peningkatan kasus yang terjadi belakangan ini, oleh para pakar dinilai normal atau tidak mengkhawatirkan meski tetap perlu diwaspadai.

    Konsultan alergi dan imunologi klinik, dr Muthmainnah, SpPD-KAI mengatakan persyaratan vaksin terkadang memang diberlakukan untuk memasuki negara tertentu. Bukan untuk COVID-19, melainkan untuk beberapa penyakit lain sebagaimana diatur oleh regulasi negara tersebut.

    “Kalau ke India kita haris tifoid. Kalau ke negara meningitis belt itu kita disarankan vaksinasi meningitis,” kata dr Muthmainnah saat berbincang dengan detikcom, di Depok Rabu (28/5/2025).

    “Tapi secara umum influenza itu kita harusnya sudah terproteksi ya, karena kan sifatnya umum. Risikonya seluruh dunia, vaksin dasar,” lanjutnya.

    Beberapa vaksin juga direkomendasikan jika ingin bepergian ke luar negeri. Di antaranya, menurut dr Muthainnah, adalah tifoid (tipes) dan hepatitis.

    NEXT: Situasi COVID-19 saat ini

    Beberapa negara di Asia melaporkan peningkatan kasus COVID-19 belakangan ini, di antaranya Thailand dan Singapura. Ada banyak faktor yang memicu peningkatan, salah satunya surveilans dan pencatatan yang baik.

    “Bahkan saat situasi normal, mereka tetap rajin mencatat dan melaporkan,” kata Prof Tjandra Yoga Aditama, dokter paru senior yang juga pernah menjabat direktur penyakit menular WHO Asia Tenggara, baru-baru ini.

    Kalaupun terjadi fluktiasi kasus seperti saat ini, menurut Prof Tjandra sangat dimungkinkan. Yang terpenting adalah bagaimana otoritas kesehatan memantau perkembangan kasus, kematian, hingga pola genomik virus.

    “Varian yang mendominasi masih JN.1 dan turunannya seperti LF.7 dan NB 1.8,” jelasnya.

    Bagaimana situasi di Indonesia? Wakil Menteri Kesehatan (Wamenkes) Dante Saksono Harbuwono mengatakan, ada beberapa kasus yang teridentifikasi namin jumlahnya tidak banyak.

    “Yang penting masyarakat tetap jaga 3M, mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker. Itu tetap kita harus waspadai,” pesan Wamenkes.

    Simak Video “Video: Kasus Covid-19 di Singapura Melonjak, Bagaimana dengan Indonesia?”
    [Gambas:Video 20detik]

  • Prabowo-Macron Teken Kerja Sama US$ 11 Miliar, Ini Daftar Lengkapnya

    Prabowo-Macron Teken Kerja Sama US$ 11 Miliar, Ini Daftar Lengkapnya

    Jakarta, CNBC Indonesia – Pemerintah Indonesia menyepakati sekitar 26 kesepakatan kerjasama dengan Perancis. Seperti yang diketahui, Presiden Prabowo Subianto dengan Presiden Perancis Emmanuel Macron sepakat untuk mendorong kerja sama yang lebih jauh antara Indonesia dan Perancis. Hal ini dilakukan dengan mengeluarkan deklarasi visi bersama di tahun 2050.

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto mengatakan bahwa nilai kerjasama tersebut mencapai US$11 miliar (Rp 179 triliun).

    “Saya hitung total nota kesepahamannya, paling tidak US$11 miliar, Jadi itu betul-betul inti dari pidato kedua pemimpin kita yang akan membawa Indonesia dan Prancis ke tingkat selanjutnya. Tidak hanya antarpemerintah, tetapi juga antarpelaku usaha dan selanjutnya antarmasyarakat,” ujar Airlangga dalam acara Indonesia-France Business Forum, Rabu (28/5/2025).

    Airlangga menjelaskan bahwa jumlah Memorandum of Understanding terdiri dari 16 kesepakatan yang ditandatangani pagi ini di Istana negara dan 10 lainnya dalam acara Indonesia-France Business Forum.

    “Saya ingin melaporkan bahwa Presiden Indonesia juga menyampaikan bahwa memorandum awal kita sudah diserahkan ke OECD. Mudah-mudahan minggu depan kita sudah ada pertemuan dewan menteri. Dari situ, baru proses selanjutnya di Indonesia,” ujarnya.

    Berikut 26 nota kesepakatan yang ditandatangani hari ini, Rabu (28/5/2025):

    1. MoU for the Cooperation on Diplomatic Capacity Building

    2. MoU on Mutual Protection of Classified Information MPCIA

    3. Letter of Intent on Strategic Defense Cooperation

    4. Declaration of Intent concerning Cooperation in the field of Agriculture

    5. Letter of Intent on Critical Minerals Cooperation

    6. Declaration of Intent in the field of Sustainable Forestry

    7. MoU on Cooperation in the field of Creative Economy

    8. MoU on Cooperation in the field of Culture

    9. Declaration of Intent on Cooperation in the field of Disaster Risk Management

    10. MoU on Cooperation in the Transportation Sector

    11. Cooperation Agreement between Pordasi and FFI Avasec AFCE France Galop on the Development of Sport Horse Cooperation

    12. Memorandum of Understanding antara MEDEF International and KADIN tentang Keamanan Pangan dan Program Makanan Bergizi Gratis

    13. Memorandum of Understanding antara PT. APINDO and MEDEF tentang Penguatan Kerjasama Bisnis Keluarga Indonesia dan Prancis

    14. Memorandum of Understanding antara PT Istana Karang Laut and SEAOWL SAS mengenai Proyek Penyulingan Bahan Bakar Penerbangan Berkelanjutan (SAF)

    15. Kesepakatan Bersama antara Gubernur Nusa Tenggara Timur (NTT) and PT.HDF Energy Indonesia tentang Pengembangan Ekosistem Hidrogen Hijau di Provinsi Nusa Tenggara Timur

    16. Memorandum of Understanding antara PT Sinar Mas Agro Resources and Technology Tbk. (PT SMART Tbk.) dan Pacemar

    17. Memorandum of Understanding antara Crédit Agricole Corporate and Investment Bank (CACIB) and DANANTARA tentang Kerjasama untuk Mendukung Pertumbuhan dan Transformasi Ekonomi Berkelanjutan

    18. Memorandum of Understanding antara PT Pertamina New and Renewable Energy and MGH Energy tentang Pengembangan Bahan Bakar Rendah Karbon dan Terbarukan

    19. Memorandum of Understanding antara PT Bio Farma (Persero) dan Bionet France tentang Pengembangan Vaksin Rekombinan Gabungan

    20. Memorandum of Understanding antara PT SMART Tbk. dan the Centre de Cooperation Internationale en Recherche Agronomique pour le Developpement (CIRAD) mengenai penelitian bersama tentang minyak kelapa sawit

    21. Memorandum of Understanding antara Alstom and MRT Jakarta

    22. MoU Badan Gizi Nasional and Danone

    23. MoU Danantara dengan Eramet

    24. Investment RGE Indonesia and Total Energies

    25. Investmen Agreement between PT Citra Bonang Indonesia

    dan Lessaffre

    26. MoU PT Sarana Multi Infrastruktur, PT PLN, dan HDF Energy

    (fab/fab)

  • Varian JN.1 Picu Lonjakan COVID-19 di Malaysia, Warga Diminta Waspada

    Varian JN.1 Picu Lonjakan COVID-19 di Malaysia, Warga Diminta Waspada

    Jakarta

    Warga di Malaysia diminta tetap waspada terhadap kasus COVID-19, mengingat liburan sekolah akan tiba. Ahli virologi Kumitaa Theva Das mengatakan biasanya akan terjadi peningkatan kasus COVID-19 saat banyak orang berkumpul.

    Di situlah penyebaran virus dapat terjadi. Ia memberi contoh peningkatan kasus yang terjadi di Thailand.

    “Misalnya, lonjakan di Thailand dikaitkan dengan Festival Songkran pada bulan April,” terang Dr Kumitaa yang dikutip dari The Straits Times.

    “Namun, karena varian JN.1 ini telah beredar cukup lama, kita tidak akan melihat 20 ribu kasus per hari lagi meskipun sekolah sedang libur,” sambungnya.

    Diketahui, seluruh sekolah di Malaysia akan diliburkan selama satu minggu, yang dimulai pada 29 Mei hingga 9 Juni 2025.

    Meski begitu, Dr Kumitaa memastikan bahwa tidak akan ada peningkatan pasien di rumah sakit negara tersebut karena lonjakan kasus COVID-19.

    Para ahli menduga bahwa JN.1 yang merupakan garis turunan varian Omicron sudah muncul di beberapa negara, termasuk Malaysia, sejak dua tahun lalu.

    Berdasarkan pengamatan Dr Kumitaa, lonjakan kasus di negara-negara tetangga seperti Singapura disebabkan oleh varian LF.7 dan NB.1.8, yang merupakan turunan dari JN.1.

    Di Malaysia, varian LF.7 juga sudah terdeteksi sejak pertengahan 2024.

    “Ini berarti banyak orang mungkin telah terinfeksi sebelumnya dan memiliki kekebalan terhadapnya,” tuturnya.

    Meskipun kekebalan telah terbentuk, Dr Kumitaa tetap mengimbau masyarakat Malaysia untuk tetap waspada dan menggunaan masker jika perlu.

    “Jika Anda memiliki anak kecil atau lansia di keluarga, memakai masker akan membantu menjaga Anda tetap aman, terutama bagi kelompok berisiko tinggi,” tegas Dr Kumitaa.

    Pada kesempatan berbeda, Kepala unit penyakit menular Rumah Sakit Penang Dr Chow Ting Soo juga meminta agar masyarakat Malaysia untuk tidak lengah pada COVID-19.

    “Kita harus mempraktikkan etika batuk yang baik dan menghindari tempat umum saat terserang penyakit pernapasan,” beber Dr Chow.

    Dr Chow mengatakan bahwa orang lanjut usia dan orang-orang dengan sistem kekebalan yang lemah wajib menggunakan masker serta menghindari tempat ramai. Ia juga mengimbau masyarakat untuk menjaga kebersihan dan segera mendapatkan vaksinasi.

    “Saat ini, vaksin COVID-19 tersedia di klinik kesehatan pemerintah. Lansia dan mereka yang memiliki penyakit komorbid bisa mendapatkannya melalui aplikasi MySejahtera,” jelasnya.

    NEXT: Tidak ada peningkatan kasus

    Direktur kesehatan Penang Fazilah Shaik Allaudin mengatakan dari laporan kementerian kesehatan pada 16 Mei, kasus COVID-19 di Malaysia berada di bawah ambang batas bahaya. Hal ini berdasarkan laporan dari periode yang mencakup Minggu Epidemiologi (EW) 16 hingga EW19/2025, yang mencakup Penang.

    Ia mengatakan kementerian akan terus memantau situasi COVID-19 dan akan menerapkan tindakan pencegahan yang sesuai berdasarkan penilaian risiko saat ini.

    Di Kedah, ketua komite kesehatan Mansor Zakaria mengatakan situasinya terkendali.

    “Kasus yang tercatat tidak serius dan tidak ada indikasi akan terjadi peningkatan,” pungkasnya.

  • Kasus DBD RI Tinggi, Wamenkes: Nyamuk Lebih Mematikan daripada Hewan Buas

    Kasus DBD RI Tinggi, Wamenkes: Nyamuk Lebih Mematikan daripada Hewan Buas

    Jakarta

    Wakil Menteri Kesehatan RI Dante Saksono Harbuwono mengingatkan pentingnya kewaspadaan terhadap nyamuk sebagai vektor penyakit mematikan. Dia juga menyinggung terkait kasus DBD di Indonesia yang menyentuh 1.400 kematian di 2024.

    “Bukan hewan buas yang menjadi penyebab kematian terbanyak, melainkan nyamuk. Gigitan nyamuk, meski tampak sepele, bertanggung jawab atas jutaan kematian setiap tahunnya,” sebut Dante dikutip dari Sehat Negeriku, Rabu (28/5/2025).

    DBD masih menjadi ancaman global dengan lebih dari 3,9 miliar orang di dunia berisiko terinfeksi. Hingga Mei 2025, Kementerian Kesehatan mencatat lebih dari 56 ribu kasus DBD dengan 250 kematian.

    Angka ini menunjukkan perlunya penguatan strategi penanggulangan di berbagai lini, termasuk edukasi dan peningkatan kualitas layanan kesehatan dasar.

    “Indonesia termasuk salah satu negara dengan jumlah kasus tertinggi, bersama Brasil, Kolombia, Meksiko, Peru, dan Vietnam,” tambahnya.

    Pemerintah Indonesia juga berkomitmen untuk mengendalikan penyebaran penyakit dengue dengan berbagai program di antaranya program satu rumah satu juru pemantau jentik (jumantik), fogging, inovasi nyamuk Wolbachia, hingga pengembangan vaksin dengue.

    “Namun semua ini tidak akan berhasil tanpa dukungan lintas sektor, termasuk peran aktif DPR RI dan masyarakat,” jelas Dante.

    (kna/kna)