Produk: vaksin

  • Vaksin Ini Bisa Cegah Stroke dan Serangan Jantung, Terlindungi selama 8 Tahun

    Vaksin Ini Bisa Cegah Stroke dan Serangan Jantung, Terlindungi selama 8 Tahun

    Jakarta

    Ketika berbicara mengenai pencegahan serangan jantung dan stroke, pola makan yang baik dan rutin beraktivitas fisik juga menjaga tubuh tetap sehat adalalah kunci utamanya. Tapi siapa yang akan mengira kedua penyakit mematikan itu bisa dicegah dengan vaksinasi.

    Sebuah penelitian baru menunjukkan vaksinasi rutin yang bisa diberikan kepada orang dewasa untuk melindungi dari virus ternyata mampu memberikan perlindungan terhadap penyakit kardiovaskular.

    Diberitakan Medical Daily, peneliti menemukan vaksin herpes zoster selain bermanfaat mencegah penyakit tersebut, juga mampu melindungi diri dari serangan jantung dan stroke hingga delapan tahun.

    Menurut temuan baru yang dipublikasikan dalam European Heart Journal, vaksinasi herpes zoster dikaitkan dengan pengurangan risiko berikut:

    Risiko stroke 26 persen lebih rendah
    Risiko serangan jantung 35 persen lebih rendah
    Risiko gagal jantung 26 persen lebih rendah
    Risiko gangguan irama jantung yang dikenal sebagai fibrilasi atrium 29 persen lebih rendah

    Efek perlindungan paling kuat terjadi dalam dua hingga tiga tahun setelah divaksinasi herpes zoster, tetapi para peneliti menemukan bahwa perlindungan tersebut bertahan hingga delapan tahun.

    baca juga

    ===BREAK====

    “Studi kami menunjukkan bahwa vaksin herpes zoster dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung, bahkan pada orang-orang tanpa faktor risiko yang diketahui. Ini berarti bahwa vaksinasi dapat memberikan manfaat kesehatan selain mencegah herpes zoster,” kata Profesor Dong Keon Yon yang memimpin studi tersebut.

    Beberapa faktor dapat menjelaskan mengapa vaksin herpes zoster dapat membantu menurunkan risiko penyakit jantung. Infeksi herpes zoster dikaitkan dengan kerusakan pembuluh darah, peradangan, dan pembentukan gumpalan, yang semuanya dapat menyebabkan penyakit jantung. Dengan mencegah herpes zoster, vaksin dapat membantu mengurangi risiko ini.

    Manfaat yang lebih kuat yang diamati pada individu yang lebih muda kemungkinan besar disebabkan oleh respons imun yang lebih kuat, sementara perlindungan yang lebih besar pada pria mungkin disebabkan oleh perbedaan dalam cara vaksin memengaruhi mereka.

    baca juga

    (kna/kna)

  • Riset Ini Bawa Kabar Baik, Vaksin COVID-19 Lindungi Ginjal dari Kerusakan Parah

    Riset Ini Bawa Kabar Baik, Vaksin COVID-19 Lindungi Ginjal dari Kerusakan Parah

    Jakarta – Sebuah studi terbaru menunjukkan bahwa vaksinasi COVID-19 tidak hanya melindungi dari gejala berat, tetapi juga berpotensi mencegah kerusakan ginjal parah akibat infeksi COVID-19.

    Selama ini kita tahu bahwa komplikasi COVID-19 bisa menyerang berbagai organ vital seperti jantung, otak, paru-paru, dan tak terkecuali ginjal. Namun, riset dari UCLA Health menemukan fakta menarik: pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit memiliki kemungkinan lebih kecil untuk mengalami kerusakan ginjal parah jika mereka sudah divaksinasi.

    Dikutip dari NBC News, para peneliti di UCLA Health menganalisis rekam medis dari sekitar 3.500 pasien yang dirawat di rumah sakit antara Maret 2020 hingga Maret 2022. Mereka membandingkan pasien yang telah menerima setidaknya dua dosis vaksin mRNA (Moderna atau Pfizer) atau satu dosis Johnson & Johnson Janssen, dengan pasien yang belum divaksinasi.

    Studi ini fokus pada peserta yang mengalami kerusakan ginjal parah hingga membutuhkan dialisis khusus bernama CRRT (Continuous Renal Replacement Therapy). Terapi ini adalah dialisis tanpa henti yang berfungsi menggantikan kerja ginjal dalam menyaring limbah dari darah, dan biasanya diberikan pada pasien di unit perawatan intensif.

    Sekitar 16 persen pasien COVID-19 yang tidak divaksinasi membutuhkan CRRT selama dirawat, dibandingkan dengan hanya 11 persen pasien yang sudah divaksinasi. Bahkan, pasien yang tidak divaksinasi memiliki risiko dua setengah kali lebih tinggi untuk membutuhkan CRRT setelah keluar dari rumah sakit.

    Mereka juga menghadapi risiko kematian yang jauh lebih tinggi setelah dipulangkan, dibandingkan dengan pasien yang sudah divaksinasi. Temuan ini selaras dengan studi Yale University School of Medicine pada 2021 yang menunjukkan 30 persen pasien COVID-19 yang dirawat mengalami cedera ginjal akut.

    Para ahli menjelaskan, virus COVID-19 dapat merusak ginjal secara langsung atau secara tidak langsung melalui kerusakan organ lain seperti jantung dan paru-paru. Semakin parah gejala COVID-19, semakin besar risiko kerusakan ginjal. Namun, infeksi ringan atau tanpa gejala jarang menyebabkan kerusakan ginjal yang signifikan.

    Profesor Biostatistik Yong Chen dari University of Pennsylvania, yang meneliti komplikasi COVID-19 termasuk masalah ginjal pada anak-anak, menjelaskan bahwa vaksinasi melindungi ginjal terutama dengan mencegah bentuk parah COVID-19 yang menyebabkan cedera ginjal.

    “Meskipun vaksin tidak secara langsung melindungi sel-sel ginjal, mereka meredam penyakit sistemik yang jika tidak akan menyebabkan kegagalan multi-organ,” ujarnya.

    (kna/kna)

  • Dinas KPKP DKI klarifikasi soal isu BPJS hewan

    Dinas KPKP DKI klarifikasi soal isu BPJS hewan

    Petugas bersiap menyuntikkan vaksin rabies gratis di Jagakarsa, Jakarta Selatan, Kamis (16/11/2023). Berdasarkan data Pemprov DKI Jakarta hingga Oktober 2023 jumlah vaksinasi rabies mencapai sebanyak 56.173 ekor. ANTARA FOTO/Lifia Mawaddah Putri

    Dinas KPKP DKI klarifikasi soal isu BPJS hewan
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Jumat, 13 Juni 2025 – 19:30 WIB

    Elshinta.com – Kepala Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan, dan Pertanian (DKPKP) DKI Jakarta Hasudungan Sidabalok mengklarifikasi bahwa wacana mengenai layanan kesehatan hewan yang ramai disebut sebagai “BPJS hewan” tidak benar.

    Hasudungan pun meluruskan bahwa program tersebut bukanlah BPJS seperti yang berlaku bagi manusia, melainkan subsidi atau potongan harga untuk pelayanan kesehatan hewan, khususnya bagi pemilik hewan dari kalangan kurang mampu.

    “Bukan BPJS. Hanya subsidi atau potongan harga kalau BPJS kan ada iurannya. Wacana untuk memberikan subsidi kepada pemilik hewan yang kurang mampu untuk mendapatkan pelayanan kesehatan hewan,” kata dia saat dikonfirmasi di Jakarta, Jumat.

    Dia menjelaskan sistem subsidi atau potongan harga yang dimaksud akan berlaku saat pemilik membawa hewannya untuk diperiksa ke Pusat Kesehatan Hewan (Puskeswan). Namun, dia menekankan wacana ini masih dalam tahap perencanaan awal dan memerlukan kajian komprehensif sebelum bisa diimplementasikan.

    Sebelum direalisasikan, kata Hasudungan, Dinas KPKP lebih memilih untuk mempersiapkan sarana prasarana terlebih dahulu, seperti menambah Puskeswan karena untuk saat ini Jakarta baru memiliki dua Puskeswan, yakni di Ragunan, Jakarta Selatan, dan Pondok Ranggon, Jakarta Timur.

    Sebelumnya, Anggota Komisi C DPRD Jakarta Fraksi PDI-P Hardiyanto Kenneth mendorong wacana layanan BPJS hewan untuk pemilik yang kurang mampu karena tidak semua pemilik hewan di Jakarta memiliki kondisi ekonomi yang memadai.

    “Tidak semua pemilik hewan berlatar belakang dari kalangan mampu. Kadang yang mereka rescue itu kucing liar dan anjing liar, biasanya mereka juga akan merawatnya. Mereka adalah garda terdepan dalam bantuan pada hewan domestik,” kata Kenneth.

    Layanan BPJS hewan nantinya akan terintegrasi dengan sistem identifikasi peliharaan melalui microchip yang bertujuan untuk pendataan.

    Oleh karena itu, Kenneth berharap agar Puskeswan Ragunan menjadi barometer pelayanan kesehatan hewan di Indonesia. Sebab, dia menyoroti Puskeswan Ragunan telah memiliki kemajuan pelayanan yang signifikan.

    “Saya ingin Puskeswan ini menjadi contoh nasional dan internasional. Ini tantangan buat Dr. Hasudungan untuk mewujudkan rumah sakit hewan yang berstandar internasional,” kata dia.

    Sumber : Antara

  • Kemenkes Minta Suami Dukung Istri Ikut Periksa Risiko Kanker Serviks

    Kemenkes Minta Suami Dukung Istri Ikut Periksa Risiko Kanker Serviks

    Jakarta

    Kasus kanker serviks atau kanker leher rahim di Indonesia masih cukup tinggi. Diperkirakan ada 36 ribu perempuan Indonesia yang terkena kanker serviks dengan 20 ribu kematian.

    “Kanker leher rahim adalah kanker kedua terbanyak dan kurang lebih 56 kematian akibat kanker leher rahim setiap harinya,” kata Direktur Penanggulangan Penyakit Tidak Menular, Kementerian Kesehatan RI, dr Siti Nadia Tarmizi, M Epid dalam konferensi pers, Jumat (13/6/2025).

    Kanker serviks adalah penyakit yang terjadi ketika sel-sel abnormal tumbuh di leher rahim dan membentuk tumor ganas. Infeksi virus HPV merupakan penyebab utama terjadinya kanker serviks.

    Kemenkes RI telah memasukkan vaksin HPV ke dalam program imunisasi nasional yang ditujukan untuk anak usia sekolah kelas 5-6 SD. Pada dewasa, wanita usia 30 sampai 69 tahun direkomendasikan mendapatkan skrining kanker serviks metode HPV DNA yang bisa dilakukan di Puskesmas bersamaan dengan program Cek Kesehatan Gratis (CKG).

    “Kita berharap para perempuan Indonesia tidak malu melakukan ini dan mendapatkan dukungan suami agar perempuan mau tes DNA HPV supayabisa terlindungi dari kanker leher rahim,” beber Nadia.

    Kanker serviks adalah kondisi serius yang memerlukan perhatian medis segera. Mendapatkan penanganan sedini mungkin bisa meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan risiko kematian karena kanker serviks.

    “Paling sering terjadi, kita merasa takut akan hasil atau prosedur serta pemeriksaannya. ‘Daripada saya ketahuan kanker, mendingan saya nggak pernah tahu kanker’, padahal ini hal yang tidak baik,” tandas Nadia.

    (kna/kna)

  • Kabar Baik! Kemenkes Berencana Gratiskan Vaksin HPV Bagi Perempuan Usia 20+

    Kabar Baik! Kemenkes Berencana Gratiskan Vaksin HPV Bagi Perempuan Usia 20+

    Jakarta

    Pemerintah memperluas program sasaran vaksinasi HPV DNA untuk kelompok usia 20 tahun ke atas. Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan Gertrudis Tandy menyebut vaksinasi di usia dewasa muda baru akan dimulai dua tahun mendatang.

    Pasalnya, pemerintah saat ini fokus menyelesaikan target sasaran vaksinasi HPV DNA pada perempuan dan laki-laki kelas 5 dan 6 SD, juga perempuan berusia 15 tahun. Target sasaran vaksinasi HPV yang ditetapkan oleh Kemenkes adalah mencapai cakupan vaksinasi 90 persen pada anak perempuan usia 15 tahun hingga 2030.

    “Jadi memang sebenarnya dalam program vaksinasi HPV, sudah tercantum pemberian vaksin pada kelompok lebih tua. Pelaksanaan dan implementasinya masih dibahas,” terangnya merespons detikcom dalam konferensi pers Jumat (13/6/2025).

    “Ini akan diberikan untuk 20 tahun ke atas dan rencananya akan kita mulai 2027,” lanjutnya.

    Vaksinasi HPV diprioritaskan untuk usia muda (kelas 5 dan 6 SD, serta usia 15 tahun) karena sistem imun dinilai lebih kuat, menghasilkan lebih banyak antibodi, dan memberikan perlindungan paling baik melawan HPV sebelum terpapar virus tersebut.

    Sebagai catatan, Indonesia menempati peringkat ketiga dengan penyumbang kematian karena kanker terbanyak di ASEAN, setelah Myanmar dan Thailand. Bila dirinci lebih lanjut, dari 240 ribu kematian akibat kanker setiap tahun, sekitar 26 ribu di antaranya diakibatkan kanker serviks.

    Bila tidak ada intervensi yang signifikan, peningkatan kasus kanker di 2050 mencapai 70 persen, sementara untuk kanker serviks di angka 50 persen.

    (naf/kna)

  • Muncul COVID-19 Varian Nimbus, Perlukah Vaksin Baru? Ini Kata Wamenkes

    Muncul COVID-19 Varian Nimbus, Perlukah Vaksin Baru? Ini Kata Wamenkes

    Jakarta

    Belakangan COVID-19 varian NB.1.8.1 atau varian Nimbus tengah menjadi sorotan lantaran memicu kenaikan kasus di beberapa negara seperti Thailand dan Singapura. Meski tidak menunjukkan gejala lebih parah, varian baru ini disebut memiliki kemampuan penyebaran yang lebih besar.

    Berkaitan dengan hal ini, perlukah membuat vaksin baru untuk COVID-19? Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono Harbuwono mengatakan hingga saat ini pembuatan vaksin baru belum diperlukan. Terlebih, belum ada regulasi baru terkait hal tersebut.

    “Belum (perlu vaksin baru), belum ada regulasi untuk melakukan vaksinasi baru, nanti kita lihat situasinya,” kata Dante ketika berbincang dengan awak media di Jakarta Timur, Kamis (12/6/2025).

    Meski lebih mudah menular, varian-varian baru COVID-19 seperti Nimbus tidak memberikan gejala yang lebih berat, kecuali pada orang-orang yang memiliki masalah kesehatan lain atau komorbid. Orang yang memiliki komorbid dan memiliki gejala COVID-19 sebaiknya segera melakukan pemeriksaan ke dokter.

    Ini perlu dilakukan agar masalah kesehatan yang sudah tidak ada semakin parah akibat infeksi COVID-19.

    “Harus tetap waspada. Kalau ada sakit-sakit, infeksi, cepat berobat ke dokter. Tetap menerapkan 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, memakai masker) seperti dulu,” kata Dante.

    “Kemudian tidak terlalu harus khawatir. Karena pemerintah selalu melakukan mitigasi untuk kasus COVID ini. Kalaupun ada yang sakit, terutama risiko tinggi, harap cepat dibawa ke rumah sakit supaya tidak terjadi hal yang fatal,” tandasnya.

    (avk/up)

  • Wamenkes Pastikan COVID-19 RI Terkendali

    Wamenkes Pastikan COVID-19 RI Terkendali

    Jakarta – Wakil Menteri Kesehatan Dante Saksono buka suara terkait kenaikan kasus COVID-19 di beberapa negara Asia. Ia menjelaskan virus COVID-19 akan terus ada dan melakukan mutasi, seperti varian NB.1.8.1 atau Nimbus yang memicu kenaikan kasus di beberapa negara. Meski begitu, Dante memastikan situasi COVID-19 di Indonesia masih terkendali.

    “Iya masih (COVID-19 di Indonesia terkendali), manageable,” kata Dante ketika ditemui awak media di Jakarta Timur, Kamis (12/6/2025).

    “Jadi memang virus ini kan selalu akan mengalami replikasi dan mengalami mutasi. Ini kita memang nggak bisa lepas dari hidup dengan COVID. Kita tetap terus hidup dengan COVID. COVID ini memang terus akan ada,” sambungnya.

    Dante mengingatkan masyarakat untuk tidak khawatir berlebihan mengingat infeksi varian-varian baru ini tidak menimbulkan gejala yang parah. Kekebalan tubuh masyarakat sudah terbentuk cukup baik karena vaksin yang sudah didapatkan sebelumnya.

    Meski begitu, ia mengingatkan orang-orang berisiko tinggi untuk tetap hati-hati. Jangan sampai infeksi COVID-19 memperparah kondisi penyakit yang sudah ada.

    “Makanya di rumah sakit kalau sekarang ada resiko tinggi, mengalami gejala influenza-like illness, maka cepat diperiksa panel virusnya karena di situ ada pemeriksaan COVID-nya,” kata.

    Berdasarkan laporan terakhir Kementerian Kesehatan, tercatat ada total 75 kasus COVID-19 sepanjang tahun 2025. Sementara, pada periode pekan ke-22 tercatat dua kasus.

    Jumlah tersebut menunjukkan peningkatan sebanyak 8 persen pada minggu ke-22 tahun 2025, dari minggu sebelumnya hanya 4 persen.

    Varian yang menyebar di Indonesia saat ini adalah MB.1.1 dan KP.2.18. Pihak Kemenkes menuturkan hingga saat ini belum ditemukan varian Nimbus yang belakangan disorot lantaran masuk daftar Variant Under Monitoring (VUM) oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

    “Secara umum (keduanya) memiliki karakteristik yang sama dengan JN.1 (penilaian risiko rendah),” kata Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kemenkes RI Aji Muhawarman terpisah.

    (avk/up)

  • Kasus COVID-19 Naik, Warga Malaysia Ramai-ramai Pengin Vaksin Booster

    Kasus COVID-19 Naik, Warga Malaysia Ramai-ramai Pengin Vaksin Booster

    Jakarta

    Praktisi kesehatan melihat minat baru terhadap vaksinasi dan booster untuk COVID-19, khususnya di antara populasi yang rentan. Hal ini terjadi di tengah lonjakan kasus COVID-19 yang mengkhawatirkan di negara-negara tetangga.

    Dokter umum Dr Parmjit Singh mengatakan minat vaksinasi booster muncul kembali karena warga sangat waspada mengingat meningkatnya kasus varian baru COVID-19 di Thailand dan Singapura.

    “Sangat penting bagi individu yang memenuhi syarat untuk mendapatkan vaksinasi terbaru guna mempertahankan perlindungan yang kuat, terutama terhadap varian yang muncul,” jelasnya yang dikutip dari The Straits Times.

    Dr Parmjit menunjukkan bahwa meski situasi COVID-19 di Malaysia mungkin tampak stabil, tetapi virus itu belum sepenuhnya hilang.

    “Warga Malaysia diimbau untuk menjaga kebersihan dengan baik, memakai masker di tempat yang ramai atau tertutup, dan mencari pertolongan medis jika muncul gejala,” terang Dr Parmjit.

    “Kesadaran publik yang berkelanjutan dan perilaku yang bertanggung jawab adalah kunci untuk mencegah lonjakan kasus lainnya. Varian baru dapat menyebar lintas batas melalui perjalanan dan interaksi masyarakat,” sambungnya.

    Salah satu orang yang masuk dalam kelompok rentan lansia di Malaysia, B Premala (68), mengatakan telah divaksinasi dan juga menerima satu suntikan booster pada 2021. Tetapi, ia mengatakan tidak mau lagi menerima suntikan keempat.

    “Saya berhati-hati dan memakai masker saat pergi ke tempat ramai. Saya sadar bahwa karena usia, saya rentan terhadap virus, tetapi saya tetap berhati-hati,” ucapnya.

    NEXT: Perkiraan penyebab kenaikan kasus COVID-19 di Malaysia

    Perkiraan Penyebab Kenaikan Kasus COVID-19 di Malaysia

    Dr Parmjit mengungkapkan salah satu hal yang dikaitkan dengan peningkatan kasus COVID-19, yakni masalah cuaca. Tetapi, sampai saat ini tidak ada bukti pasti bahwa cuaca yang kering dapat meningkatkan lonjakan kasus COVID-19.

    “Perubahan cuaca dapat mempengaruhi perilaku manusia. Orang mungkin menghabiskan lebih banyak waktu di dalam ruangan ber-AC selama musim panas dan kering, yang dapat meningkatkan risiko penularan virus,” bebernya.

    “Penyebaran virus bergantung pada faktor-faktor seperti kepadatan penduduk, cakupan vaksinasi, tindakan kesehatan masyarakat, dan perilaku individu,” tegas Dr Parmjit.

    Senada dengan Dr Parmjit, Ketua Komite Kesehatan Penang, Malaysia, Daniel Gooi mengatakan belum ada bukti bahwa cuaca yang kering dan panas dapat meningkatkan penularan COVID-19.

    Namun, kenaikan kasus COVID-19 yang signifikan di negara bagian itu terjadi selama hari libur besar. Selain itu, bisa juga karena periode perayaan karena meningkatnya perjalanan, pelonggaran tindakan pencegahan, dan pertemuan sosial.

    “Meskipun tidak ada bukti bahwa cuaca kering meningkatkan penularan COVID-19 di Malaysia, kondisi panas dan kering dapat menyebabkan lebih banyak pertemuan di dalam ruangan. Ini dapat memfasilitasi penyebaran virus,” pungkasnya.

  • Kasus Covid-19 Naik di Asia, Dokter Paru: Pakai Masker!

    Kasus Covid-19 Naik di Asia, Dokter Paru: Pakai Masker!

    Malang, Beritasatu.com – Dokter ahli paru dari Universitas Brawijaya (UB), dr Rezki Tantular, mengimbau masyarakat untuk tidak panik menyikapi tren peningkatan kasus Covid-19 yang kembali terjadi di sejumlah negara, termasuk kawasan Asia Tenggara. Meskipun demikian, ia tetap meminta masyarakat mematuhi protokol kesehatan, termasuk penggunaan masker.

    “Masyarakat diimbau untuk tidak panik dan tetap waspada terhadap kasus Covid-19 yang kembali naik. Jika sakit tetap pakai masker, karena yang namanya virus pasti tidak akan pernah hilang,” ujar dr Rezki, pada Rabu (11/6/2025).

    Menurut Rezki, Covid-19 kini bersifat siklik, artinya dapat mengalami fase peningkatan dan penurunan kasus secara berkala.

    Ia menyebut, lonjakan kasus saat ini banyak terjadi di beberapa negara Asia seperti Thailand, yang mencatat lebih dari 50.000 kasus dalam delapan hari terakhir, serta lebih dari 100.000 kasus dalam sebulan terakhir. Lonjakan serupa juga terjadi di Singapura dan Hong Kong. Menurutnya, varian yang saat ini menyebar bukanlah varian baru, melainkan subvarian dari Omicron.

    Hal senada disampaikan pakar virologi sekaligus dosen Fakultas Kedokteran UB, dr Andrew William Tulle. Ia menjelaskan, varian yang beredar di beberapa negara Asia masih merupakan turunan dari Omicron.

    Contohnya di Thailand, tercatat penyebaran subvarian XAC dan JN.1, lalu di Singapura ditemukan varian LF.7 dan NB.1.8, sedangkan di Malaysia juga menyebar varian XAC dan JN.1.

    “Subvarian ini sebenarnya masih bagian dari Omicron. Mutasi yang terjadi membuat virus lebih kuat menempel pada reseptor saluran pernapasan, sehingga potensi penularannya meningkat dibandingkan varian sebelumnya,” jelasnya.

    Selain menggunakan masker saat sedang sakit atau berada di kerumunan, dr Andrew juga menyarankan masyarakat untuk melakukan vaksinasi ulang, terutama dengan vaksin yang telah diperbarui sesuai dengan varian virus terbaru. Ia menyebut vaksin yang lama masih dapat digunakan, tetapi efektivitasnya cenderung menurun.

    “Kalau di luar negeri seperti di Amerika hampir setiap tahun mereka membuat varian vaksin baru karena menyesuaikan dengan varian virus terbaru yang menyebar,” tutup dr Andrew.

  • Jaksel terus skrining dan lacak kasus COVID-19

    Jaksel terus skrining dan lacak kasus COVID-19

    Arsip foto – Petugas medis (kanan) menyuntikan vaksin ke seorang tenaga kesehatan (kiri) saat simulasi pemberian vaksin COVID-19 di RSIA Tambak, Jakarta, Rabu (13/1/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.

    Jaksel terus skrining dan lacak kasus COVID-19
    Dalam Negeri   
    Editor: Calista Aziza   
    Rabu, 11 Juni 2025 – 14:13 WIB

    Elshinta.com – Suku Dinas Kesehatan Jakarta Selatan terus melakukan skrining dan melacak kasus COVID-19 sebagai langkah penting untuk mencegah penyebaran virus corona di wilayah tersebut.

    “Pemerintah akan terus melakukan skrining dan pelacakan kasus,” kata Kepala Suku Dinas Kesehatan (Sudinkes) Jakarta Selatan, Yudi Dimyati saat dihubungi di Jakarta, Rabu.

    Yudi juga menyampaikan kepada masyarakat yang belum mendapat vaksinasi diharapkan segera vaksin (booster) COVID-19.

    Namun diingatkan bahwa vaksinasi tersebut sesuai kriteria dengan memperhatikan usia seperti lansia maupun pasien dengan komorbid.

    Lalu, masyarakat juga terus diingatkan untuk menjalankan protokol kesehatan sebagai antisipasi terserang penyakit COVID-19 tersebut.

    “Masyarakat diimbau untuk tetap menjaga protokol kesehatan ringan, seperti mencuci tangan, menggunakan masker saat sakit atau di tempat ramai serta menjaga jarak bila mengalami gejala flu,” katanya.

    Sudinkes Jakarta Selatan (Jaksel) berharap tak ada lagi stigma kepada pasien COVID-19. Karena itu dukungan sosial sangat penting dalam proses pemulihan para pasien.

    Sudinkes Jaksel memastikan 15 pasien yang terpapar COVID-19 selama 2025 telah sembuh usai menjalani pengobatan dan perawatan.

    Penemuan 15 pasien COVID-19 pada 2025 ini usai memeriksa kesehatan maupun hasil diagnosa laboratorium rumah sakit.

    Data itu mengacu dari “New All Record” (NAR) yang merupakan sistem database kesehatan milik Kementerian Kesehatan (Kemenkes).

    Ditemukan satu kasus yang diagnosis suspek atau dalam arti pasien dikirim dari rumah sakit untuk pemeriksaan COVID-19 karena ada gejala.

    Sedangkan, sebanyak 14 pasien merupakan kasus skrining yang artinya memeriksakan kesehatannya.

    Sudinkes Jaksel menilai jumlah kasus COVID-19 di Jakarta Selatan pada tahun 2025 relatif rendah, dengan 15 kasus yang sebagian besar ditemukan melalui skrining.

    Angka ini terbilang menurun jika dibandingkan dengan tahun 2024 yang mencapai 743 orang terjangkit COVID-19.

    Sumber : Antara