Produk: vaksin

  • Tren Imunisasi di RI Ngedrop, Banyak Ortu Takut Anaknya Kena Efek Samping

    Tren Imunisasi di RI Ngedrop, Banyak Ortu Takut Anaknya Kena Efek Samping

    Jakarta

    Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI menemukan adanya tren penurunan cakupan imunisasi pada tahun 2025, dibandingkan dengan tahun 2024. Direktur Imunisasi Kemenkes RI Indri Yogyaswari mengungkapkan cakupan imunisasi bayi lengkap dan imunisasi lengkap 14 antigen tahun 2025 masih belum memenuhi target yang ada.

    Kondisi ini juga diikuti oleh peningkatan jumlah anak dengan dosis nol imunisasi (zero dose) atau belum menerima dosis pertama Difteri, Pertusis, dan Tetanus (DPT).

    “Cakupan imunisasi bayi dan balita lengkap di Indonesia sampai sekarang masih belum merata dan belum mencapai target nasional. Mungkin kalau diambil capaian nasional, ada beberapa provinsi yang sudah melakukan itu (sesuai target), cuma masih banyak yang berada di bawah capaian nasional,” ungkap Indri dalam acara temu media di Jakarta Selatan, Jumat (19/12/2025).

    Untuk imunisasi bayi lengkap sampai 14 Desember 2025, cakupannya mencapai 68,6 persen dari target prioritas 80 persen. Jumlah tersebut menurun dari 87,7 persen pada tahun 2024 dan 95,4 persen pada tahun 2023.

    Adapun rinciannya lengkapnya sebagai berikut:

    2019 – 84,0 persen2020 – 73,0 persen2021 – 84,2 persen2022 – 94,9 persen2023 – 95,4 persen2024 – 87,7 persen2025 – 68,6 persen (sampai 14 Desember)

    Kemudian, untuk cakupan imunisasi lengkap 14 antigen tahun 2025 mencapai 66,2 persen dari target 74 persen. Sebanyak 9 dari 38 provinsi mencapai target cakupan lengkap.

    Berikut ini lima provinsi dengan cakupan imunisasi lengkap 14 antigen terbanyak:

    Banten – 99,2 persenJakarta – 97,4 persenBali – 83,8 persenSumatera Selatan – 81,8 persenJawa Barat – 81,4 persen

    Sementara, berikut ini lima provinsi dengan cakupan imunisasi lengkap 14 antigen terendah:

    Papua Pegunungan – 8,0 persenPapua Tengah – 19,4 persenSulawesi Barat – 35,0 persenAceh – 36,7 persenPapua Barat Daya – 39,9 persen

    Indri mengungkapkan ada beberapa alasan mengapa cakupan vaksin mengalami penurunan, salah satunya faktor sosial. Berdasarkan data yang dihimpun Kemenkes, sebanyak 47 persen pihak keluarga tidak mengizinkan.

    Faktor lain seperti takut efek samping sebanyak 45 persen hingga isu agama sebesar 12 persen. Mereka juga menemukan 23 orang tua tidak memberikan imunisasi adalah karena anak sakit, 11,2 persen tidak ada waktu, dan 22,8 persen merasa imunisasi tidak penting.

    “Jadi ada 47 persen karena keluarga tidak mengizinkan bisa dari ibunya, dari ayahnya, bahkan kadang unik, ibunya setuju tapi bapaknya nggak setuju, akhirnya nggak jadi. Karena pemegang keputusan di keluarga biasanya bergantung pada ayah,” ungkap Indri.

    Untuk mengatasi permasalahan ini, Kemenkes terus melakukan promosi melalui media komunikasi, informasi, dan edukasi. Selain itu, Kemenkes juga melakukan kerjasama lintas sektor dengan organisasi hingga tokoh agama untuk meningkatkan kesadaran masyarakat soal pentingnya imunisasi.

    Halaman 2 dari 2

    (avk/naf)

  • Wamenkes Tinjau Program Cek Kesehatan dan Vaksinasi Karyawan SKT Sampoerna Surabaya

    Wamenkes Tinjau Program Cek Kesehatan dan Vaksinasi Karyawan SKT Sampoerna Surabaya

    Surabaya (beritajatim.com)— Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia Benjamin Paulus Octavianus meninjau langsung pelaksanaan program cek kesehatan dan vaksinasi bagi karyawan fasilitas produksi sigaret kretek tangan (SKT) Sampoerna di Surabaya.

    Program yang diikuti sekitar 5.000 karyawan ini ditargetkan menjangkau hingga 16.000 pekerja sampai Januari 2026.

    “Ini contoh praktik yang baik, kolaborasi antara swasta, Kementerian, pemerintah provinsi, dan pemerintah kota. Hari ini sekitar 5.000 karyawan diperiksa dan ke depan seluruh karyawan akan menjalani pemeriksaan,” ujar Benjamin di Sampoerna Rungkut, Jumat (19/12/2025).

    Benjamin menyampaikan kegiatan pemeriksaan kesehatan rutin sejalan dengan agenda prioritas pemerintah dalam meningkatkan upaya pencegahan penyakit. Menurut dia, deteksi dini menjadi fondasi penting untuk menjaga produktivitas tenaga kerja di sektor industri padat karya.

    “Yang penting, data hasil pemeriksaan terintegrasi dengan puskesmas setempat dan masuk ke dinas kesehatan sehingga bisa ditindaklanjuti,” katanya.

    Selain pemeriksaan kesehatan umum, kegiatan tersebut juga mencakup skrining tuberkulosis serta vaksinasi influenza. Program skrining TB disebut sebagai bagian dari agenda nasional yang terus diperluas ke lingkungan kerja.

    “Deteksi dini sangat penting agar pekerja tetap sehat dan produktif,” ujar Benjamin.

    Terkait vaksinasi influenza, Benjamin menyebut langkah ini relevan menghadapi musim pancaroba yang sering diikuti peningkatan kasus flu. Vaksin yang diberikan mengandung empat jenis virus influenza yang umum beredar di Indonesia.

    “Dengan vaksinasi, jika seseorang tetap terinfeksi, gejalanya akan jauh lebih ringan karena sudah memiliki perlindungan,” ucapnya.

    Direktur Sampoerna, Elvira Lianita, menyampaikan program pemeriksaan kesehatan dan vaksinasi merupakan agenda rutin tahunan perusahaan. Program tersebut ditujukan untuk menjaga kesehatan dan kesejahteraan karyawan.

    “Kesehatan karyawan berpengaruh langsung terhadap kualitas hidup dan kesejahteraan mereka, sekaligus mendukung keberlanjutan perusahaan,” kata Elvira.

    Anggota Komisi IX DPR RI, Indah Kurnia, juga memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan program kesehatan di lingkungan industri. Menurut dia, upaya pencegahan seperti ini sejalan dengan kebijakan pembangunan sumber daya manusia nasional.

    “Jika masyarakat sehat, beban layanan kesehatan bisa ditekan dan tujuan pembangunan sumber daya manusia menuju Indonesia Emas 2045 akan lebih mudah dicapai,” pungkas Indah. [asg/beq]

  • Sebanyak 511 posyandu dioptimalkan guna tingkatkan gizi balita dan cegah stunting di Kabupaten Kubu Raya

    Sebanyak 511 posyandu dioptimalkan guna tingkatkan gizi balita dan cegah stunting di Kabupaten Kubu Raya

    Selasa, 2 Desember 2025 16:46 WIB

    Seorang bayi menerima vaksin Rotateq untuk mencegah diare di Posyandu Kencana, Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Selasa (2/12/2025). Pemerintah Kabupaten Kubu Raya memperkuat pelayanan kesehatan dasar melalui optimalisasi sebanyak 511 posyandu di sembilan kecamatan di daerah setempat untuk meningkatkan status gizi balita, mencegah stunting, dan memperluas layanan kesehatan ibu serta anak. ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/YU

    Sejumlah warga menunggu giliran pemeriksaan berat dan tinggi badan bayi di Posyandu Kencana, Desa Kuala Dua, Kecamatan Sungai Raya, Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, Selasa (2/12/2025). Pemerintah Kabupaten Kubu Raya memperkuat pelayanan kesehatan dasar melalui optimalisasi sebanyak 511 posyandu di sembilan kecamatan di daerah setempat untuk meningkatkan status gizi balita, mencegah stunting, dan memperluas layanan kesehatan ibu serta anak. ANTARA FOTO/Jessica Wuysang/YU

    Copyright © ANTARA 2025

    Dilarang keras mengambil konten, melakukan crawling atau pengindeksan otomatis untuk AI di situs web ini tanpa izin tertulis dari Kantor Berita ANTARA.

  • Indonesia-Tiongkok Perkuat Kerja Sama Kesehatan, BPOM Bidik Rp 10 Triliun

    Indonesia-Tiongkok Perkuat Kerja Sama Kesehatan, BPOM Bidik Rp 10 Triliun

    Jakarta

    BPOM RI memperkuat posisi Indonesia dalam ekosistem kesehatan global melalui rangkaian kunjungan kerja strategis selama sepekan. Kunjungan tersebut dilakukan ke berbagai institusi pemerintah, akademisi, serta industri farmasi dan bioteknologi di Tiongkok.

    Kunjungan yang dipimpin Kepala BPOM Prof. Taruna Ikrar ini bertujuan memperluas kolaborasi regulatori, mendorong inovasi vaksin, mengembangkan riset obat tradisional, serta mempercepat transfer teknologi di bidang terapi biologi dan pengembangan obat masa depan.

    Dalam rangkaian agenda tersebut, Taruna bertemu langsung dengan Commissioner of the National Medical Products Administration (NMPA) Republik Rakyat Tiongkok, Li Li. Pertemuan ini menjadi bagian dari upaya memperkuat kerja sama bilateral Indonesia-Tiongkok, khususnya dalam penguatan regulatori produk kesehatan.

    BPOM dan NMPA membahas penguatan harmonisasi regulasi obat, vaksin, produk biologi, serta obat tradisional. Kedua pihak juga menjajaki pembentukan joint technical working group dan pengembangan confidentiality commitment sebagai langkah untuk memperluas kerja sama pertukaran data, peningkatan kapasitas pengawasan, serta pemanfaatan teknologi digital, termasuk kecerdasan buatan (AI), dalam inspeksi, pelacakan, dan farmakovigilans.

    “Kami berharap kerja sama ini dapat semakin mempercepat proses evaluasi produk kesehatan tanpa mengurangi standar keamanan, efikasi, dan mutunya,” ujar Taruna, dalam keterangan tertulis, Kamis (18/12/2025).

    Sebagai informasi, kunjungan kerja strategis yang dilakukan selama sepekan tersebut dimulai pada Selasa (4/11/2025).

    Lebih lanjut, Taruna menyampaikan komitmen untuk memperpanjang serta memperluas cakupan nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) antara BPOM dan NMPA. Langkah ini diharapkan dapat perkuat kerja sama kedua lembaga agar memberikan dampak yang lebih luas bagi masyarakat di kedua negara maupun kawasan Asia.

    Dalam kunjungan ke Xiamen Innovax Biotech dan CanSino Biologics, Taruna bersama tim mengungkapkan rencana peningkatan kolaborasi dalam inovasi vaksin dan terapi biologi. Kunjungan tersebut menjadi bagian penting dari agenda BPOM untuk memperkuat kerja sama riset dan pengembangan vaksin.

    BPOM juga mengapresiasi capaian Innovax dalam pengembangan vaksin hepatitis dan Human Papillomavirus (HPV), serta teknologi vaksin inhalasi dan terapi biologis yang dikembangkan oleh CanSino.

    Taruna menegaskan komitmen BPOM terhadap penguatan regulatory science dan penerapan pendekatan reliance dalam evaluasi pra-pemasaran (pre-market). Pendekatan ini bertujuan memperluas akses masyarakat terhadap produk kesehatan, termasuk vaksin, yang telah terbukti aman dan efektif.

    “Kami telah menerapkan pendekatan ini untuk mempercepat evaluasi produk yang jumlahnya mencapai lebih dari 70 produk biologi sejak 2017 lalu,” jelasnya.

    Dalam kunjungan ke China Shijiazhuang Pharmaceutical Company (CSPC) Pharmaceutical Co. Ltd., Taruna bersama tim meninjau fasilitas produksi terapi sel dan gen (advanced therapy medicinal products/ATMP). BPOM menilai teknologi yang dikembangkan CSPC dapat menjadi rujukan bagi Indonesia dalam memperkuat kerangka regulasi ATMP serta memperluas akses terhadap terapi inovatif untuk penanganan penyakit kronis, termasuk stroke.

    Foto: BPOM

    BPOM juga menyambut rencana kerja sama pengembangan produk n-butylphthalide (NBP) yang akan masuk ke Indonesia melalui kolaborasi dengan industri farmasi nasional. NBP dalam bentuk tablet dan injeksi tersebut diindikasikan sebagai terapi bagi penderita stroke iskemik.

    Selain itu, BPOM menilai kerja sama yang akan terjalin memiliki potensi ekonomi strategis dan dapat menjadi landasan pengembangan pusat riset bersama Indonesia-Tiongkok. Kolaborasi di bidang pengembangan obat tradisional dan bioteknologi dinilai dapat terus diperkuat dengan mengacu pada sinergi ABG (academic, business, and government) yang turut diperkenalkan Kepala BPOM kepada para pemangku kepentingan di Tiongkok. Sinergi ini diharapkan mampu mengarahkan proses penelitian, pengembangan, hingga hilirisasi produk secara lebih terstruktur dan berkelanjutan.

    Dalam kehadirannya pada Health & Life Science Summit 2025 di Shanghai, Taruna kembali menegaskan pentingnya diplomasi kesehatan global serta kolaborasi lintas negara dalam menghadapi tantangan di sektor obat dan makanan. Ia menekankan perlunya integrasi inovasi, percepatan regulasi berbasis risiko, serta kerja sama pengembangan produk kesehatan yang responsif terhadap kebutuhan masyarakat.

    Dalam pertemuan dengan National Development and Reform Commission-International Cooperation Center (NDRC-ICC), Tiongkok menyatakan ketertarikan untuk memperluas riset bersama mengenai jamu Indonesia serta pertukaran teknologi dan standar regulasi. Pertemuan ini berdampak positif bagi transformasi regulasi ATMP dan terapi masa depan di Indonesia.

    Kepala BPOM juga bertemu akademisi Traditional Chinese Medicine (TCM) untuk menekankan pentingnya integrasi TCM dan Jamu Indonesia sebagai peluang strategis dalam pengembangan obat tradisional berbasis riset dan pasar global. Pembentukan TCM-Jamu Business Forum diusulkan sebagai wadah resmi kolaborasi pemerintah, industri, dan akademisi kedua negara.

    Selain itu, dalam pertemuan dengan Shanghai Global Health Innovation Institute (GHII), delegasi Indonesia membuka peluang kerja sama pengembangan produk farmasi dan harmonisasi standar regulasi. Kerja sama ini menjadi salah satu capaian diplomasi kesehatan pada Shanghai Health & Life Science Summit 2025.

    Di Universitas Xiamen dan Universitas Tsinghua, Kepala BPOM memberikan kuliah umum dan berdiskusi dengan akademisi mengenai pentingnya regulasi berbasis ilmu pengetahuan untuk mendukung ketahanan kesehatan global. BPOM mendorong perluasan kerja sama riset, pengembangan teknologi, dan pelatihan kapasitas untuk mendukung pengawasan terapi inovatif, termasuk vaksin generasi baru dan ATMP. Kepala BPOM juga memaparkan penguatan peran akademia dalam riset dan regulasi.

    Rangkaian pertemuan di Tiongkok sejalan dengan agenda transformasi pengawasan BPOM, termasuk pengembangan sistem berbasis kecerdasan buatan untuk deteksi dini risiko obat dan makanan. BPOM juga tengah menggarap integrasi data lintas negara serta percepatan evaluasi tanpa mengurangi prinsip kehati-hatian berbasis data ilmiah.

    Kunjungan kerja ini berpotensi mendorong percepatan investasi dan perdagangan global, sekaligus mendukung implementasi Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2025-2029, yang menjadi Program Prioritas Presiden RI. Taruna mengungkapkan, potensi nilai ekonomi kerja sama Indonesia-Tiongkok yang terbuka dari kunjungan ini diproyeksikan mencapai Rp10 triliun dalam lima tahun ke depan.

    “Nilai ini diperoleh dari proyeksi investasi, transfer teknologi, dan kolaborasi riset bersama. Kolaborasi dimaksud mencakup penyediaan vaksin, terapi berbasis sel dan gen, pengembangan industri farmasi, dan peningkatan kapasitas sektor kesehatan Indonesia,” ujarnya.

    Untuk memaksimalkan peran sebagai connector dan katalis antara inovasi, industri, dan kebijakan publik, BPOM perlu memastikan manfaat ekonomi dan kesehatan yang berkelanjutan dapat dirasakan Indonesia. Langkah strategis yang dilakukan antara lain mendorong percepatan proses evaluasi dan registrasi produk inovatif dari mitra Tiongkok yang memiliki nilai tambah bagi industri dan kesehatan masyarakat, serta memfasilitasi skema transfer teknologi melalui mekanisme regulatory reliance, scientific advice, dan koordinasi teknis lintas lembaga.

    Selain itu, BPOM membangun jalur kolaborasi riset bersama (joint research) dalam pengembangan vaksin, ATMP, tanaman obat, dan teknologi kesehatan. BPOM juga memperkuat harmonisasi standar dan pengawasan untuk memastikan seluruh produk hasil kolaborasi memenuhi standar keamanan, efikasi, dan mutu sesuai regulasi nasional maupun internasional, sekaligus mendukung perluasan investasi industri farmasi dan bioteknologi melalui penyederhanaan proses regulatori tanpa mengabaikan prinsip kehati-hatian.

    Taruna menekankan peran strategis BPOM dalam mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Melalui pengawasan obat, pangan, dan produk kesehatan, BPOM berkontribusi terhadap 30-40% perekonomian nasional.

    “BPOM juga mendorong peningkatan kontribusi sektor kesehatan dan farmasi hingga 8% terhadap pertumbuhan ekonomi nasional pada periode 2028-2029 melalui penguatan kolaborasi internasional, transfer teknologi, dan inovasi berbasis riset,” jelasnya.

    Melalui penguatan diplomasi kesehatan dan kemitraan strategis, BPOM terus berupaya memastikan masyarakat Indonesia memperoleh akses terhadap obat, vaksin, dan produk kesehatan inovatif yang memenuhi standar keamanan serta mutu internasional. Rangkaian kerja sama ini menegaskan komitmen BPOM membangun ekosistem kesehatan nasional yang maju, mandiri, dan berdaya saing global, sejalan dengan visi Indonesia Emas 2045.

    (akd/ega)

  • Ilmuwan India Rilis Simulasi Potensi Pandemi Flu Burung H5N1, Begini Temuannya

    Ilmuwan India Rilis Simulasi Potensi Pandemi Flu Burung H5N1, Begini Temuannya

    Jakarta

    Dunia kini berada dalam kewaspadaan tinggi setelah tim peneliti dari India merilis simulasi mengerikan terkait potensi pandemi Flu Burung (H5N1) pada manusia.

    Ilmuwan memperingatkan bahwa otoritas kesehatan hanya memiliki ‘jendela waktu’ yang sangat sempit untuk mencegah kiamat kesehatan global sebelum semuanya terlambat.

    Penelitian terbaru dari pakar Philip Cherian dan Gautam Menon dari Ashoka University mengungkapkan bahwa keberhasilan menghentikan pandemi bergantung pada angka yang sangat kecil: dua kasus.

    Menggunakan platform simulasi canggih BharatSim, para peneliti memetakan bagaimana H5N1 bisa meledak di tengah populasi manusia. Jika pemerintah berhasil mengisolasi dan mengarantina kontak hanya dalam temuan dua kasus pertama, wabah dipastikan bisa padam.

    Namun, begitu jumlah pasien mencapai 10 orang, virus dipastikan sudah menyebar luas di masyarakat. Pada titik ini, wabah akan menjadi ‘kiamat pandemi’ yang mustahil dihentikan tanpa langkah ekstrem seperti lockdown total.

    Tingkat Kematian Flu Burung Tinggi

    Data WHO menunjukkan betapa mematikannya virus ini. Sejak 2003 hingga Agustus 2025, tercatat ada 990 kasus manusia dengan 475 kematian. Ini berarti H5N1 memiliki tingkat kematian (fatality rate) mencapai 48 persen, jauh lebih mengerikan dibandingkan COVID-19.

    “Ancaman pandemi H5N1 pada manusia adalah nyata. Kita hanya bisa berharap mencegahnya melalui pengawasan yang lebih ketat dan respon yang sangat gesit,” tegas Prof Menon kepada BBC.

    Meski saat ini dunia lebih siap dengan stok vaksin dan antivirus, para ahli virologi memperingatkan risiko “Re-assortment”. Jika H5N1 berhasil bercampur dengan virus flu musiman biasa, ia akan menciptakan strain baru yang tak terduga.

    Kondisi ini bisa memicu epidemi musiman yang “kacau dan tak terprediksi,” yang mampu melumpuhkan sistem kesehatan publik secara permanen.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Geger Kasus Flu di AS ‘Menggila’ gegara Varian Baru, Disebut Lebih Ganas

    Geger Kasus Flu di AS ‘Menggila’ gegara Varian Baru, Disebut Lebih Ganas

    Jakarta

    Mutasi virus influenza A H3N2 yang dikenal sebagai subclade K terdeteksi sebagai penyebab meningkatnya kasus flu secara global, termasuk di Amerika Serikat.

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menjelaskan di situs resminya bahwa subclade K menandai “evolusi signifikan pada virus influenza A (H3N2)”. Sejumlah pihak pun menilai kemunculan varian ini memunculkan pertanyaan terkait efektivitas vaksin flu pada musim ini.

    Dalam wawancara dengan Fox News Digital, profesor praktik kesehatan masyarakat di Northeastern University, Boston, Dr Neil Maniar, mengungkapkan tingkat keparahan awal dari varian flu yang tengah muncul tersebut.

    “Semakin jelas bahwa ini merupakan varian flu yang cukup berat,” ujar Maniar. “Di beberapa wilayah dunia tempat varian ini banyak beredar, kasusnya menyebabkan penyakit yang cukup parah, dan saat ini kita sudah melihat musim flu yang agresif.”

    Varian ini juga dinilai berbeda dari strain flu sebelumnya, dengan gejala khas flu yang muncul lebih berat, seperti demam, menggigil, sakit kepala, kelelahan, batuk, sakit tenggorokan, dan pilek.

    Maniar menyebut subclade K berpotensi memicu musim flu yang agresif. Pasalnya, tingkat vaksinasi flu secara umum menurun, sementara belum ada kepastian apakah vaksin flu tahun ini sepenuhnya sesuai dengan mutasi virus tersebut.

    “Vaksin tetap sangat penting untuk diberikan. Namun karena tidak sepenuhnya selaras dengan varian ini, hal tersebut kemungkinan turut berkontribusi terhadap tingkat keparahan kasus yang kita lihat,” jelasnya.

    “Kita memasuki musim flu dengan tingkat vaksinasi yang lebih rendah dan varian virus yang tampaknya memang lebih agresif.”

    Banyak kekhawatiran bahwa musim flu kali ini bisa menjadi sangat berat, baik dari sisi jumlah kasus maupun tingkat keparahannya,” ujar Maniar.

    Menurutnya, subclade K cukup berbeda dibandingkan varian flu sebelumnya. Perbedaan ini membuat kekebalan alami di tingkat komunitas menjadi lebih rendah, sehingga risiko penularan dan keparahan penyakit ikut meningkat.

    Maniar juga menekankan orang yang tidak divaksinasi berisiko mengalami gejala yang lebih berat, termasuk peningkatan risiko rawat inap.

    Selain vaksinasi, ia menyarankan masyarakat untuk rajin mencuci tangan dengan benar dan teratur.

    Maniar juga mengimbau siapa pun yang merasa tidak enak badan atau menunjukkan gejala penyakit untuk tetap tinggal di rumah, terutama jika berada dalam masa penularan flu atau penyakit menular lain yang sedang beredar, seperti norovirus, COVID-19, atau RSV.

    “Jika Anda tidak merasa sehat, tetaplah di rumah. Ini adalah cara terbaik untuk pulih lebih cepat sekaligus mencegah penularan kepada orang lain,” pungkasnya.

    Sebelumnya Data terbaru Centers for Disease Control and Prevention (CDC) menunjukkan, pada pekan yang berakhir 6 Desember, kunjungan ke fasilitas kesehatan di AS dengan gejala demam disertai batuk atau sakit tenggorokan mencapai 3,2 persen. Angka ini melampaui ambang epidemi nasional dan menandai dimulainya musim flu.

    “Mayoritas virus influenza yang kami temukan musim ini adalah subclade K, varian dari Influenza A(H3N2),” demikian disampaikan otoritas kesehatan AS.

    Halaman 2 dari 2

    (suc/suc)

  • CDC AS Diam-diam Ubah Rekomendasi Vaksinasi pasca Dipimpin Menkes Antivaksin

    CDC AS Diam-diam Ubah Rekomendasi Vaksinasi pasca Dipimpin Menkes Antivaksin

    Jakarta

    Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) secara terbuka dan tegas membantah perubahan posisi terbaru yang dilakukan oleh U.S. Centers for Disease Control and Prevention (CDC) mengenai hubungan antara vaksin dan autisme.

    Analisis terbaru dari komite pakar WHO menegaskan kembali bahwa tidak ada kaitan sebab akibat antara vaksinasi masa kanak-kanak dan Autism Spectrum Disorders (ASD).

    Pernyataan WHO ini muncul setelah CDC di bawah Presiden Donald Trump, atas instruksi dari Sekretaris Department of Health and Human Services (HHS), Robert F. Kennedy Jr. merevisi kebijakan terkait vaksinasi.

    Menkes AS yang menjabat saat ini dikenal luas sebagai aktivis anti-vaksin yang vokal selama bertahun-tahun. Ia seringkali mempromosikan teori yang telah didiskreditkan secara ilmiah mengenai kaitan antara vaksin dan autisme, termasuk keberatan terhadap penggunaan aluminium adjuvants dan thiomersal.

    Bulan lalu, CDC diam-diam mengubah redaksional pada situs webnya mengenai vaksin dan autisme. Sebelumnya, CDC secara tegas menyatakan vaksin tidak menyebabkan autisme. Namun, kini situs tersebut menyatakan bahwa konsensus tersebut “bukan klaim berbasis bukti karena studi belum mengesampingkan kemungkinan bahwa vaksin bayi menyebabkan autisme.”

    Perubahan ini, yang secara eksplisit diakui oleh Robert F. Kennedy Jr, yang dikenal antivaksin, telah memicu reaksi keras dari komunitas kesehatan masyarakat Amerika. American Medical Association (AMA) menyatakan kekhawatiran mendalam bahwa “melanggengkan klaim yang menyesatkan tentang vaksin akan menyebabkan kebingungan, ketidakpercayaan, dan konsekuensi berbahaya.”

    Kewajiban Mendasarkan Kebijakan pada Sains

    Dalam pernyataannya, WHO secara implisit menargetkan perubahan kebijakan CDC dengan mendesak otoritas nasional lainnya:

    “WHO menyarankan semua otoritas nasional untuk mengandalkan sains terbaru dan memastikan kebijakan vaksin didasarkan pada bukti terkuat yang tersedia,” kata organisasi tersebut.

    Kritik tajam terhadap perubahan CDC juga datang dari politisi AS sendiri. Senator GOP Bill Cassidy, yang sebelumnya mendukung konfirmasi Kennedy, menuduh CDC bertindak “salah, tidak bertanggung jawab, dan secara aktif membuat orang Amerika lebih sakit” dengan menyebarkan klaim menyesatkan. Cassidy menegaskan bahwa vaksin anak adalah aman dan efektif.

    CDC hingga kini belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar mengenai analisis terbaru dari WHO ini.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/sao)

  • WHO Bongkar Mitos Antivaksin, Beberkan Bukti Mutlak Vaksinasi Tak Picu Autisme

    WHO Bongkar Mitos Antivaksin, Beberkan Bukti Mutlak Vaksinasi Tak Picu Autisme

    Jakarta

    Komite pakar global Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) kembali memperkuat posisi ilmiahnya: tidak ada hubungan sebab akibat yang ditemukan antara vaksin masa kanak-kanak dan gangguan spektrum autisme (ASD). Kesimpulan ini muncul dari analisis ilmiah terbaru yang dilakukan oleh Global Advisory Committee on Vaccine Safety (GACVS) pada akhir November 2025.

    GACVS, yang terdiri dari para ahli independen internasional, melakukan peninjauan terhadap bukti ilmiah ekstensif untuk mengatasi kekhawatiran publik yang terus berlanjut.

    Analisis terbaru ini tidak hanya mencakup studi umum, tetapi juga secara spesifik menguji dua komponen vaksin yang sering menjadi sasaran teori konspirasi.

    Dikutip dari laman resmi WHO, komite meninjau bukti dari 31 studi penelitian primer yang diterbitkan antara Januari 2010 hingga Agustus 2025, mencakup data dari berbagai negara. Temuan ini secara tegas mendukung profil keamanan vaksin yang digunakan pada anak-anak dan wanita hamil, serta mengonfirmasi tidak adanya hubungan sebab akibat dengan ASD.

    Mereka juga menilai potensi risiko kesehatan yang terkait dengan sejumlah kecil (trace amounts) aluminium yang digunakan sebagai ajuvan dalam beberapa vaksin. Peninjauan, termasuk studi kohort besar dari Denmark yang mencakup data kelahiran antara 1997 hingga 2018, menunjukkan tidak ada hubungan antara aluminium dalam vaksin dan ASD.

    “Vaksin, termasuk yang mengandung thimerosal dan/atau aluminium, tidak menyebabkan autisme,” tegas GACVS, seraya menegaskan kembali kesimpulan yang sama yang telah mereka keluarkan pada tahun 2002, 2004, dan 2012.

    Bantah Para Antivaksin

    Pembaruan dari GACVS ini mengikuti pernyataan WHO pada September lalu yang dikeluarkan menyusul munculnya kembali perdebatan politik mengenai vaksin di Amerika Serikat. Saat itu, WHO telah memperingatkan agar tidak menghidupkan kembali teori yang telah didiskreditkan mengenai vaksin dan autisme.

    “Selama puluhan tahun penelitian independen mencapai kesimpulan yang sama: vaksin aman, efektif, dan penting bagi kesehatan masyarakat,” bunyi rilis tersebut.

    WHO mengingatkan bahwa upaya imunisasi masa kanak-kanak secara global merupakan salah satu pencapaian terbesar dalam meningkatkan kualitas hidup dan kemakmuran masyarakat. Dalam 50 tahun terakhir saja, imunisasi anak diperkirakan telah menyelamatkan setidaknya 154 juta jiwa.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)

  • Flu hingga Bronkitis, Ancaman 5 Infeksi Pernapasan Saat Musim Hujan

    Flu hingga Bronkitis, Ancaman 5 Infeksi Pernapasan Saat Musim Hujan

    Jakarta, Beritasatu.com – Musim hujan, baik curah hujan rendah atau pun tinggi datang lengkap dengan suhu kelembapan yang lebih tinggi, kondisi yang ideal untuk berkembang biaknya berbagai macam kuman dan virus penyebab penyakit.  Hujan gerimis meningkatkan risiko jatuh sakit, terutama infeksi saluran pernapasan. 

    Oleh karena itu, kita harus siap menghadapi dan mencegahnya masuk ke saluran pernapasan kita. Salah satunya dengan mengetahui apa saja jenis penyakit infeksi saluran pernapasan yang sering datang pada musim hujan. Berikut paparan lengkapnya, dilansir dari laman resmi Bangkok Hospital, Jumat (12/12/2025). 

    Rinofaringitis akut atau lebih dikenal sebagai flu biasa adalah salah satu jenis infeksi pernapasan yang paling umum. Beberapa jenis virus dapat menyebabkan flu biasa, terutama selama musim hujan, musim dingin, atau saat pergantian musim. Siapa pun dapat terinfeksi. Anak-anak kecil dapat terinfeksi beberapa kali dalam setahun. Orang dewasa akan lebih jarang terinfeksi karena telah mengembangkan kekebalan. Rata-rata, anak-anak dapat terinfeksi 6-12 kali per tahun, sedangkan orang dewasa bisa terkena flu biasa 2-4 kali per tahun. Penyakit ini tidak terlalu parah dan umumnya bisa sembuh dengan sendirinya dalam beberapa hari karena infeksi virus. 

    Cara Penyebarannya

    Ada lebih dari 100 virus berbeda yang dapat menyebabkan flu biasa, sebagian besar termasuk dalam keluarga virus coryza, seperti rhinovirus dan lainnya yang dapat ditularkan melalui pilek, air liur, dan dahak. Dengan bersin atau batuk, orang yang terinfeksi dapat menyebarkan tetesan atau aerosol ke orang lain yang berada di dekatnya atau menyentuh permukaan yang terkontaminasi lalu menggosok mata atau hidung. Infeksi dapat menyebar dari orang tanpa gejala hingga dalam waktu 1-2 hari setelah gejala muncul.

    Gejala

    Ketika virus memasuki saluran hidung, virus akan menempel dan memasuki sel di lapisan hidung dan mulai berkembang biak. Setelah sel inang hancur, peradangan pada saluran hidung dimulai lalu berkembang sebagai pembengkakan dan kemerahan. Pilek akan segera menyusul. Masa inkubasi membutuhkan waktu 1–3 hari dengan rata-rata 10–12 jam) sebelum gejala muncul. Gejala flu biasa ini meliputi hidung tersumbat, batuk, bersin, sakit tenggorokan, suara serak, demam ringan, sakit kepala ringan biasanya berlangsung 2–5 hari, kecuali pilek yang bisa sampai 10–14 hari.

    Influenza adalah penyakit menular yang sangat mudah menular. Penyakit ini disebabkan oleh virus influenza yang cenderung berkembang biak selama musim hujan atau musim dingin. Siapa pun, terutama anak-anak, bisa terserang influenza. Orang dewasa dengan usia lebih tua bisa mengalami gejala yang lebih parah jika terinfeksi. Gejalanya pun berbeda-beda pada setiap orang, ada yang mengalami demam tinggi, batuk, dan nyeri badan, sementara yang lain mungkin juga mengalami pneumonia. Obat untuk meredakan gejala dapat mengatasi beberapa pasien, sementara obat antivirus mungkin diperlukan pada pasien dengan gejala parah. Vaksin influenza sangat efektif untuk mengurangi keparahan penyakit.

    Cara Penyebaran

    Ada beberapa jenis virus influenza, pertama virus influenza A menyebabkan 80% dari semua infeksi.  Virus influenza B adalah jenis yang paling umum, lalu virus influenza C yang termasuk dalam kategori kurang parah dan tidak terlalu menular.

    Ketiganya menyebar melalui cairan hidung, air liur, dan dahak. Dengan bersin atau batuk, orang yang terinfeksi dapat menyebarkan tetesan atau aerosol ke orang lain yang berada di dekatnya atau menyentuh permukaan yang terkontaminasi lalu menggosok mata atau hidung mereka. Infeksi dapat menyebar dari orang tanpa gejala hingga 3-5 hari setelah gejala muncul atau tanpa gejala. 

    Gejala Umum

    Setelah virus masuk ke saluran pernapasan, dibutuhkan waktu 1–7 hari untuk masa inkubasi sebelum gejala muncul. Gejalanya meliputi demam tinggi akut 39–40 derajat Celcius, sakit kepala, sakit mata, nyeri otot, nyeri pada badan, kelelahan

    Sebagai catatan, beberapa orang mungkin mengalami pilek, batuk, bersin, sakit tenggorokan, lendir bening, dan bronchitis. Sebagian orang juga bisa mengalami masalah pencernaan seperti kehilangan nafsu makan, diare, mual, muntah. Gejala akan hilang dengan sendirinya dalam 1–2 minggu pada sebagian besar orang yang tidak mengalami komplikasi.

    Infeksi pernapasan ini menyebabkan peradangan pada selaput yang melapisi amandel atau laring. Ini adalah infeksi umum yang dapat menyerang siapa saja dengan anak-anak sebagai kelompok yang lebih rentan meski gejalanya tidak terlalu parah. Kebanyakan orang akan mengalami nyeri saat menelan dan sakit tenggorokan yang akan hilang dalam beberapa hari. Namun, infeksi bakteri dapat membuat gejala berlangsung lebih lama. 

    Gejala Umum

    Faring terletak di antara ujung rongga hidung dan laring. Setelah patogen masuk ke faring yang terletak di antara ujung rongga hidung dan laring.  Patogen akan berkembang biak dan menghancurkan sel. Virus cenderung membutuhkan waktu inkubasi 1–3 hari, sedangkan bakteri (misalnya Streptococcus) mungkin membutuhkan waktu inkubasi 2–5 hari.

    Gejala faringitis akut meliputi sakit tenggorokan, sulit menelan, batuk, sakit kepala, demam, pembengkakan kelenjar getah bening. Jika disebabkan oleh infeksi bakteri, gejala yang menyertainya mungkin berupa demam tinggi, sakit tenggorokan parah, kemerahan, dan nanah. Gejala faringitisaku umumnya akan membaik dalam 7–10 hari. Namun, infeksi Streptococcus bisa menyebabkan komplikasi.

    Pneumonia adalah kondisi pernapasan akibat infeksi paru-paru oleh virus atau bakteri yang menimbulkan peradangan dan pembengkakan akibat cairan atau abses di alveoli. Kondisi ini mengganggu kemampuan paru-paru dalam melakukan pertukaran oksigen secara optimal. Pneumonia umum terjadi pada musim hujan dan musim dingin, serta dapat menyerang siapa saja. Anak-anak di bawah usia 4 tahun dan orang berumur di atas 65 tahun cenderung mengalami gejala yang lebih berat. Batuk, mengi, dan sesak napas yang parah dapat berakibat fatal.

    Penyebab
    Penyakit ini disebabkan oleh virus atau bakteri. Virus penyebabnya adalah adenovirus, influenza, parainfluenza, dan virus respiratory syncytial (RSV). Sementara untuk bakteri, streptococcus pneumoniae, haemophilus influenzae, moraxella catarrhalis, dan mycoplasma pneumoniae adalah sejumlah bakteri penyebab pneumonia. 

    Cara Penularan
    Pneumonia menyebar melalui lendir, air liur, dan dahak. Saat penderita batuk atau bersin, tetesan atau aerosol yang mengandung patogen dapat menginfeksi orang di sekitarnya. Pada lansia, tersedak makanan atau air liur juga bisa membawa kuman ke paru-paru. Masa penularan bergantung pada jenis infeksi, dan seseorang dapat menularkan penyakit hingga beban virus atau bakterinya berkurang. 

    Gejala

    Saat seseorang terinfeksi pneumonia, umumnya demam, batuk, napas pendek dan cepat, sesak napas, mengi (napas berbunyi), nyeri saat bernapas.

    Ialah infeksi saluran pernapasan utama di paru-paru yang menyebabkan lapisan bronkus membengkak, sehingga menghambat aliran udara. Bronkus adalah saluran besar yang bercabang menjadi saluran lebih kecil hingga mencapai alveoli. Kondisi ini dapat terjadi pada siapa saja, terutama selama musim hujan dan musim dingin, dan biasanya menimbulkan batuk berlebihan, produksi lendir, serta kesulitan bernapas.

    Pengobatan bronkitis akut bertujuan meredakan gejala hingga pasien pulih.

    Penyebab dan Penularan
    Bronkitis akut sebagian besar disebabkan oleh virus, seperti adenovirus, rhinovirus, influenza, parainfluenza, dan virus respiratory syncytial (RSV). Sebagian kecil disebabkan oleh bakteri, misalnya mycoplasma dan chlamydia.

    Penularan terjadi melalui lendir, air liur, dan dahak. Saat penderita batuk atau bersin, tetesan atau aerosol yang mengandung patogen dapat menular ke orang di sekitarnya. Penularan bisa terjadi baik dari pasien yang bergejala maupun tanpa gejala.

  • Nggak Percaya Medis, Influencer Meninggal Perdarahan saat Melahirkan di Rumah

    Nggak Percaya Medis, Influencer Meninggal Perdarahan saat Melahirkan di Rumah

    Jakarta

    Seorang influencer gaya hidup sehat Stacey Warnecke meninggal perdarahan saat melahirkan di rumahnya. Wanita berusia 30 tahun itu memilih persalinan tanpa bantuan medis seperti dokter atau bidan.

    Diberitakan ABC News, meski anaknya yang diberi nama Alex lahir dengan selamat, kondisinya memburuk pasca persalinan. Suaminya kemudian memanggil ambulans dan paramedis mendapati Stacey sudah tampak pusat dan kesulitan bernapas.

    “Ia dibawa ke rumah sakit Frankston tetapi nyawanya tidak dapat diselamatkan. Diduga ia meninggal karena komplikasi setelah perdarahan pasca persalinan,” ujar tenaga medis yang menanganinya saat itu.

    Stacey dilaporkan tidak mempercayai sistem medis setelah kewajiban vaksin COVID-19 pada tahun 2021, sehingga dia memilih untuk tidak menerima perawatan kesehatan selama kehamilannya.

    Ia melahirkan pada pukul 3 pagi waktu setempat pada tanggal 29 September, dan awalnya tampak baik-baik saja tetapi mulai merasa “tidak enak badan” dan mulai mengalami pendarahan setelah plasenta keluar.

    Ia tiba di Rumah Sakit Frankston pada pagi hari sekitar pukul 5 dan dalam “kondisi kritis,” sebelum menjalani sejumlah prosedur, termasuk histerektomi darurat.

    Namun, ia mengalami beberapa kali serangan jantung dan meninggal di ICU. Pendarahan Stacey sangat parah sehingga persediaan darah golongan darahnya di rumah sakit benar-benar habis.

    Menolak bantuan medis saat hamil

    Semasa hamil, dia memilih untuk tidak menerima perawatan kesehatan apa pun selama kehamilannya, termasuk menolak USG dan janji temu dengan bidan atau dokter kandungan.

    Ia ingin melahirkan di rumah dan menghubungi Lal, yang juga mempromosikan dirinya sebagai free birth “keeper” di media sosial.

    Free birth keeper, terkadang disebut persalinan alami atau tanpa bantuan, berbeda dengan persalinan di rumah yang direncanakan, yang melibatkan perawatan dari tenaga kesehatan terdaftar. Ada banyak program persalinan di rumah yang didanai pemerintah di seluruh Australia.

    Halaman 2 dari 2

    (kna/kna)