Produk: UMKM

  • Tingkatkan Ekonomi Warga, Mahasiswa UMY Kembangkan Inovasi Olahan Buah Salak

    Tingkatkan Ekonomi Warga, Mahasiswa UMY Kembangkan Inovasi Olahan Buah Salak

    Liputan6.com, Yogyakarta – Bulan Juni sampai Oktober 2024 mahasiswa Kelompok Program Penguatan Kapasitas Organisasi Kemahasiswaan (PPK Ormawa) Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY) fokus pada pengembangan inovasi produk olahan salak didanai oleh Kemdikbudristek sebesar 35 juta rupiah. Kegiatan bertema “Akselerasi Ekonomi Masyarakat Prasejahtera Melalui Inovasi Olahan Salak untuk Mewujudkan Villagepreneur Desa Hargobinangun” dipilih karena tantangan harga buah salak.

    Aris Slamet Widodo Kepala Divisi Pengabdian Mahasiswa, Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) UMY, mengatakan melalui kegiatan pengabdian masyarakat mahasiswa KKN UMY ini harapannya dapat menambah potensi penjualan buah salak untuk mendukung perekonomian warga karena rendahnya harga buah salak.

    “Program KKN ini akan meningkatkan potensi jual buah salak yang harganya dominan rendah untuk kemudian diolah menjadi berbagai macam oalahan salak. Tidak hanya memberi nilai tambah pada produk buah salak saja, tetapi juga menjadi solusi kreatif untuk meningkatkan ekonomi lokal,” papar Aris, Senin 14 Oktober 2024.

    Salah satu cara agar perekonomian warga naik maka perlu inovasi buah salak menjadi berbagai olahan produk bernilai tinggi. Inovasi itu seperti selai salak yang dikembangkan sebagai isian bakpia, minuman imitasi kopi berbahan dasar biji salak yang kaya antioksidan dan kolagen (Ascof), minuman imitasi teh dari kulit salak (Astea), juga diperkenalkan sebagai inovasi yang memanfaatkan seluruh bagian buah.

    Dzaffrin Al Ghifary Ketua Kelompok PPK Ormawa UMY mengatakan untuk meningkatkan potensi warga yang memiliki salak dengan harga yang rendah di bawah rata-rata. Hal ini penting karena dapat membuat warga menelantarkan kebun salak dan tidak memperoleh nilai ekonomi yang sebenarnya bisa memajukan komoditas salak di desa.

    “Tujuan program kami adalah meningkatkan potensi warga lokal dan nilai ekonomis salak. Di desa Hargobinangun harga salak paling rendah bisa mencapai 2500 per kilogram. Makanya warga di sana antusiasnya kurang, akibatnya kebun salak pun terbengkalai. Karena melihat hal tersebut, kami berpikir bagaimana caranya agar komoditas salak tidak mati salah satunya dengan program kami,” tutur Dzaffrin.

    Lebih lanjut Dzaffrin menjelaskan warga Desa Hargobinangun Kecamatan Pakem, Sleman sebelumnya sudah memiliki produk olahan salak yaitu dodol dan keripik salak. Warga juga sempat ragu dengan program ini, tetapi setelah dijalankan dengan pelatihan yang dilakukan akhirnya warga bisa percaya dan program ini terus berjalan sampai saat ini. “Sebelumnya warga sudah pernah menginovasikan produk olahan salak jadi dodol dan keripik salak tapi tidak dilanjutkan. Respons warga awalnya sempat memastikan apakah kelompok kami sanggup dan bisa menjalankan programnya. Nah kami berusaha memastikan lewat pelatihan yang kami berikan. Lalu lama-kelamaan akhirnya masyarakat bisa percaya atas program yang kami jalankan,” jelas Dzaffrin.

    Ia berharap program olahan salak ini dapat berjalan terus dan berlanjut oleh masyarakat dengan hibah alat kebutuhan produksi olahan buah salak yang menjadi pendukung kegiatan. Dzaffrin juga menyampaikan keberlanjutan program ini akan membuatkan izin produk dan pendaftaran Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). “Harapannya ini bisa jadi penopang program yang sudah kami susun dan terus dilanjutkan oleh warga, karena kami juga ada hibah alat kebutuhan produksi. Ke depannya kami sedang proses pembuatan perizinan produk makanan dan akan kami daftarkan menjadi UMKM,” tutup Dzaffrin.

  • Kreativitas Ros yang mengubah goni jadi karya bernilai tinggi

    Kreativitas Ros yang mengubah goni jadi karya bernilai tinggi

    Bandung (ANTARA) – Goni selama ini banyak digunakan sebagai bahan baku karung wadah berbagai komoditas seperti beras, kopi, gula pasir, atau biji-bijian. Namun di tangan Neneng Rosita, serat alami ini menjadi beragam kriya yang cantik dan bernilai ekonomi tinggi.

    Serat goni itu oleh  Rosita diolah menjadi tas, sepatu, sandal, ransel, aksesori, hingga dekorasi rumah (home decor) dengan sentuhan seni dan kearifan lokal. Selain itu, lewat penggunaan aksen kain nusantara seperti batik, eceng gondok, batu, hingga manik kayu, yang menunjukkan keanggunan sekaligus dukungan terhadap keberlanjutan lingkungan.

    Ros, sapaan Neneng Rosita, menceritakan awalnya dia terinspirasi dari cerita orang tuanya mengenai kelam dan menyedihkannya kehidupan di bawah penjajahan Jepang. Kala itu, selain pangan yang susah, sandang pun sulit sehingga harus menggunakan goni sebagai bahan pakaian.

    Berangkat dari kisah pada masa lalu, Ros memutuskan membuat karya-karya yang unik dan eksklusif dari bahan goni sejak 2016. Ide datang dari dia sendiri dan dikembangkan secara autodidak. Karya Ros dengan jenama Arcisu itu bercirikan unik dengan sentuhan kreativitas tinggi.

    Seiring perjalanan waktu, akhirnya Ros bisa memasarkan produknya tidak hanya Indonesia, bahkan menembus pasar Amerika Serikat, Korea Selatan, Uzbekistan, Timur Tengah, Hungaria, Italia (Milan). Produknya juga menjadi salah satu suvenir yang dipilih pada KTT-G20 pada 2022 di Bali.

    Bahkan, usahanya ini telah berkembang sedemikian rupa sehingga sedikitnya beromzet Rp60 juta sebulan dan memberikan lapangan pekerjaan pada masyarakat sekitar, termasuk pekerja yang memiliki keterbatasan fisik.

    Iwan Hermawan, penderita strok (stroke) sebagian, turut berkarya sebagai pengrajin. Ia berkarya bukan hanya rentang waktu hitungan bulanan. Sudah 5 tahun lamanya Iwan belajar hingga bisa berkontribusi lebih dalam membantu usaha Neneng Rosita yang kini memiliki enam karyawan.

    Perjalanan Ros bisa sejauh ini dan mencapai hasil membanggakan karena selain aktif mengikuti pelatihan yang diselenggarakan pemerintah daerah, dia juga menerima bantuan pelatihan terkait pemasaran online dan bantuan permodalan dari berbagai pihak termasuk PT Pertamina.

    Pertamina disebutnya telah menjadi pembinanya sejak awal. Pada tahun 2016, ia diberi pinjaman modal Rp25 juta dengan cicilan Rp300 ribu per bulan.

    Ia juga rutin dilibatkan mengikuti pameran di Jakarta, Bandung, Bali, Makassar, bahkan sampai ke luar negeri seperti Houston (AS) dan Seoul (Korea Selatan) untuk memperkenalkan produknya sekaligus budaya Indonesia.

    Semula Ros tidak tahu apa-apa, tapi karena rajin ikut pelatihan-pelatihan, termasuk dari Pertamina, yang juga membantu permodalan, akhirnya memiliki pengetahuan bagaimana cara promosi online dan menjual di jagat maya.

    Satu hal yang melekat pada karya-karyanya, Ros senantiasa mempertahankan kekhasan produk di tengah persaingan yang makin sengit saat ini.  

    Neneng Rosita bersama karya-karyanya di gerainya di Bandung. ANTARA/Ricky Prayoga

    Kolaborasi

    Usaha yang selama ini Neneng Rosita geluti disebutkan Manager CSR & SMEPP Management PT Pertamina Patra Niaga Subholding C&T Retno Wahyuningsih sejalan dengan tujuan pihaknya dalam membantu perkembangan usaha rakyat dalam hal ini usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), untuk menggerakkan perekonomian bangsa.

    Komitmen BUMN itu memberikan pembinaan dan bantuan permodalan pada UMKM dalam program kemitraan, telah dimulai sejak 2003, dan makin intens pada 2020 demi membantu usaha kecil dan menengah yang terdampak pandemi COVID-19 agar bisa mandiri dan memastikan keberlanjutannya, bahkan sampai mengorbit ke pasar global.

    Tujuan Pertamina memberi bantuan dan pelatihan untuk membuka kesempatan usaha skala mikro, kecil, dan menengah mampu menembus pasar global sehingga nantinya bisa mandiri.

    Sampai saat ini, BUMN tersebut telah menyalurkan kepada lebih dari 60 ribu mitra binaan dengan total dana bantuan senilai Rp3,3 triliun, yang tersebar dari Sabang hingga Merauke.

    Penyaluran bantuan itu tersebar di berbagai sektor yakni industri (8.213 usaha), jasa (9.130), perdagangan (23.584), perikanan (3.304), perkebunan (5.470), pertanian (7.938), peternakan (4.005), dan sektor lainnya (761).

    Hubungan BUMN itu dengan UMKM sebagai pendamping dan binaannya, merupakan kolaborasi positif guna menaikkan kelas usaha, dari semula berjangkauan pasar lokal menjadi regional, hingga internasional melalui dukungan sertifikasi, pembinaan, hingga permodalan.

    Menurut pengamat ekonomi Universitas Padjadjaran Yayan Satyakti hal tersebut patut diapresiasi. Namun, alangkah lebih baik bila ada juga jalinan hubungan yang kuat antara BUMN dengan UMKM.

    Hal ini bertujuan sebagai jaring pengaman ketika terjadi instabilitas pasar, baik di level lokal atau internasional sehingga produk-produk UMKM tetap bisa terserap.

    “Kalau bisa ada juga UMKM yang lini bisnisnya tidak jauh. Jadi BUMN ini bisa jadi off-tacker (penampung produk), agar jika terjadi instabilitas pasar, BUMN bisa sebagai off-tacker-nya, kemudian secara perlahan melakukan ekskalasi lagi,” ujar Yayan.

    Setelah itu, diperlukan juga peta jalan yang jelas sebagai jalur pengembangan UMKM dari usaha kecil, menengah, hingga menjadi besar.

    Perlunya perhatian serius pada UMKM karena usaha skala ini merupakan soko guru perekonomian Indonesia, mengingat 80–90 persen dari perekonomian Indonesia digerakkan oleh UMKM.

    Karena itu, UMKM harus didukung penuh dan ada pembinaan berkelanjutan, seperti yang dilakukan Korea Selatan pada tahun 1960-an.

    Apa yang dilakukan Neneng Rosita dengan produk-produk dengan sentuhan kreativitas tinggi, menunjukkan pasar domestik dan mancanegara selalu terbuka menerima karya-karya pelaku UMKM.

    Jumlah UMKM yang mencapai lebih dari 64 juta unit usaha sejauh ini telah menjadi tulang punggung perekonomian nasional dengan menyerap 97 persen tenaga kerja dan berkontribusi sebesar 61 persen terhadap PDB nasional. 

    Oleh karena itu, dibutuhkan kerja sama banyak pihak, termasuk BUMN, untuk berkolaborasi dalam pengembangan UMKM demi kemajuan Indonesia.

    Editor: Achmad Zaenal M

    Editor: Achmad Zaenal M
    Copyright © ANTARA 2024

  • Perjuangan Pak Udin, Olah Limbah Jadi Berkah Melalui Bank Sampah 
                
                    
                        
                            Medan
                        
                        31 Oktober 2024

    Perjuangan Pak Udin, Olah Limbah Jadi Berkah Melalui Bank Sampah Medan 31 Oktober 2024

    Perjuangan Pak Udin, Olah Limbah Jadi Berkah Melalui Bank Sampah
    Tim Redaksi
    MEDAN, KOMPAS.com 

    Burhanuddin Saragih
    resah sampah menggunung mencemari kampungnya. Di tengah kesibukannya mencari kepiting, dia berusaha mengajak warga setempat untuk mengolah
    limbah
    menjadi berkah.
    Pria berusia 55 tahun ini tinggal di Kampung Nelayan Seberang, Lingkungan XII, Kelurahan Belawan I, Kecamatan Medan Belawan, Kota Medan. Kampungnya dikelilingi dua aliran sungai. Yakni Sungai Nonang dan Sungai Hiu.
    Akses menuju kampung ini cukup sulit. Setiap orang mesti menaiki perahu yang ada di dermaga Kelurahan Belawan I. Sekali berlayar, penumpang membayar Rp 5.000.
    Senin (28/10/2024) sore, Burhanuddin baru saja siap menyambut kunjungan staf
    Pertamina
    . Ayah dari tiga orang anak ini beristirahat sejenak di
    bank sampah
    yang telah dibangun sejak Juli 2024.
    Bangunan bank sampah itu dibangun di atas air. Bercat hijau dengan penanda papan nama bertuliskan, “
    Bank Sampah
    Horas Bah”.
    Sembari mengajak melihat bagian dalam bangunan, pria bertopi abu-abu ini menceritakan kegelisahannya.
    Sudah puluhan tahun Burhanuddin tinggal di Kampung Nelayan Seberang sebagai seorang nelayan kepiting. Setiap kali air pasang, bau menyengat menusuk hidungnya. Sebab, sampah kiriman yang dibawa sungai dari daerah lain kerap kali terdampar di kampungnya.
    “Sampah di sini kian hari, kian menumpuk. Setiap air pasang, bertambah terus sampahnya. Karena ada sampah kiriman juga dari daerah Hamparan Perak, Sicanang, dan lainnya,” kata pria yang akrap disapa Pak Udin.
    Pencemaran lingkungan dari sampah ini tak hanya berdampak pada kesehatan warga sekitar. Tapi turut mempengaruhi hasil tangkapan nelayan. Kini, dia mengaku sulit mendapat kepiting di perairan dekat kampungnya.
    “Seperti udang, ikan, dan kepiting itu tidak mau dekat dengan sampah. Makanya situasi itu membuat tangkapan nelayan semakin berkurang dan ujungnya berdampak ke ekonomi,” sebut Udin.
    Tak ingin mendiamkan situasi itu, Udin mulai belajar dari media sosial bagaimana caranya mengelola sampah menjadi berkah. Didapatinya salah satu jalan keluar dengan membangun bank sampah.
    Beruntung keinginan Udin didukung PT Pertamina Patra Niaga Fuel Terminal Medan yang menjadikan Kampung Nelayan Seberang sebagai binaan Corporate Social Responsibility (CSR). Selanjutnya, Udin mulai menggaet warga setempat untuk turut serta.
    Akan tetapi, tak sedikit warga memandang niat mulianya sebelah mata. Warga tak percaya sampah dapat menjadi berkah. Bahkan, sejumlah orang menganggap upaya Udin akan kandas sebelum setahun. Meski begitu, dia tak goyah dan terus melangkah.
    “Saya punya mimpi, bagaimana generasi ke depan dapat mencintai lingkungan,” ujar Udin.
    Sampailah akhirnya, Udin menjadi ketua pengurus Bank Sampah Horas Bah dengan anggota yang kini berjumlah 17 orang. Perlahan, pengelolaan bank sampah mulai berkembang dan berpotensi menghasilkan cuan.
    Sewaktu masuk ke bangunan bank sampah, ia memperlihatkan beberapa ruangan. Ada yang dijadikan tempat budidaya maggot, gudang berisi sampah plastik, hingga ruangan kerajinan tangan. Di bagian belakang, ada dua kolam ikan lele.
    Caranya mengelola sampah organik cukup kreatif. Diajaknya warga untuk memberikan sisa-sisa makanan. Tidak dengan cuma-cuma. Per kilonya diberi imbalan Rp 200. Tujuannya, agar warga termotivasi.
    “Tapi imbalan itu akan diberi per 3 bulan, per 6 bulan, dan per 1 tahun. Ya beragam lah,” ujar Udin.
    Limbah
    itu diolah menjadi pakan maggot. Ketika umur maggot sudah dua minggu, sebagian dijadikan pakan lele. Tapi sebagian lagi dibiarkan sampai bertelur. Dengan begitu, rantai budidayanya tak terputus.
    “Nah, maggot ini kan kalau sudah bertelur pasti mati. Bangkainya itu rencananya dimanfaatkan menjadi pupuk sayuran ibu-ibu di sini,” sebut Udin.
    Diakuinya, belum ada pendapatan dari usahanya itu. Tapi dia berharap lele yang diternak dapat dijual sehingga menghasilkan uang. Targetnya, setiap pengurus bank sampah dapat membangun kolam lele di rumahnya masing-masing.
    Untuk mengelola sampah non organik, ia punya cara berbeda. Setiap warga yang menyetor akan diberi upah Rp 300 per kilo. Lalu, sampah itu dipilah-pilah. Ada yang diolah menjadi kerajinan tangan berupa keranjang, tas, gelang, celemek, dan lainnya.
    “Tapi ini belum ada dijual. Masih untuk pemakaian pribadi karena terkendala di mesin jahit misalnya. Jadi kurang bisa produktif. Meski begitu, kami berharap langkah ini, di satu sisi melestarikan lingkungan sekaligus meningkatkan ekonomi warga,” sebut Udin.
    Diakuinya, bantuan dari Pertamina sangat meringankan langkahnya. Oleh karena itu, Udin berharap agar Pertamina dapat terus membantu produk bank sampah dinikmati masyarakat luas.
    Agustina Mandayat selaku Senior Supervisor CSR & SMEPP Pertamina Sumatera Bagian Utara menyampaikan, telah hadir di tengah-tengah masyarakat Kampung Nelayan Seberang sejak tahun 2021.
    Pertamina memiliki program Kampung Pesisir Berdaya (Kabaya). Tujuannya, untuk melakukan pemberdayaan masyarakat.
    “Ada beragam kegiatan di dalam program itu. Ada pembangunan jaring apung, pembinaan ibu-ibu untuk membuat UMKM, pengelolaan sampah, penanaman sayur, dan lainnya,” kata Agustina kepada Kompas.com melalui saluran telepon pada Kamis (31/10/2024).
    “Programnya itu saling terhubung. Latar belakangnya, Pertamina mempunyai kewajiban untuk memiliki kepedulian terhadap tanggung jawab sosial dan lingkungan,” tambahnya.
    Agustina tak memungkiri, Kampung Nelayan Seberang dipilih karena termasuk daerah terpinggirkan dari Kota Medan. Mereka prihatin dengan kehidupan masyarakat yang dikelilingi banyak sampah. Oleh karena itu, pihaknya hadir untuk mencari solusi.
    “Dari kegiatan bank sampah itu, kita ingin ada perubahan
    mindset
    , bahwa sampah bisa jadi berkah,” sebut Agustina.
    Ia menyampaikan, selain bank sampah, pihaknya memiliki terobosan baru tahun ini. Yakni, pengadaan
    trash boom
    yang berfungsi membendung sampah-sampah kiriman masuk ke areal pemukiman warga.
    “Tentu program ini akan berlanjut. Semoga ini dapat menjadi percontohan dan diwujudkan di tempat lain,” ucapnya.
    Di lain pihak, Sarawiyah, selaku Kepala Lingkungan XII menyampaikan, program CSR Pertamina tersebut cukup menjawab apa yang menjadi masalah masyarakat. Sebab, setiap kegiatannya berkaitan dengan kehidupan nelayan.
    “Di sini masyarakat dominan nelayan dan belakang sudah sulit mendapatkan ikan. Makanya keramba ikan itu membantu. Bagusnya lagi, di keramba itu kan ada ikan bandeng. Terus ibu-ibu di sini diajari lah buat produk abon dan kerupuk dari ikan bandeng,” sebut Sarawiyah saat diwawancarai di Kampung Nelayan Seberang pada Senin (28/10/2024).
    “Syukurnya, produk itu sudah dipasarkan seharga Rp 22.000 per bungkusnya. Pembelinya ada dari Medan dan lainnya. Nah, masalahnya sekarang, bagimana produk itu dapat dipasarkan lebih luas lagi. Itu harapannya,” tutupnya.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • PNM aktif berdayakan perempuan jadi pelaku usaha ultramikro

    PNM aktif berdayakan perempuan jadi pelaku usaha ultramikro

    Program ini dirancang untuk memberdayakan perempuan yang menjalankan usaha mikro agar bisa mandiri secara ekonomi.Jakarta (ANTARA) – PT Permodalan Nasional Madani (PNM) berperan aktif dalam memberdayakan perempuan sebagai pelaku usaha ultramikro yang memegang peran penting dalam menggerakkan perekonomian lokal.

    Berkat perannya tersebut, PNM meraih penghargaan kategori Best Ultra Micro Finance for Empowering Women in Business di ajang Road to CNBC Awards 2024 Best Banking and Financial Services

    Penghargaan tersebut diserahkan langsung kepada Direktur Operasional PNM Sunar Basuki pada hari Rabu (30/10) di Jakarta.

    “Terima kasih kepada dewan juri atas award yang diberikan kepada PNM. Tentu ini adalah kebanggaan bagi seluruh insan PNM. Dan ini memotivasi seluruh tim PNM untuk memberikan pelayanan lebih baik kepada masyarakat luas, terutama perempuan prasejahtera,” kata Sunar dalam keterangan di Jakarta, Kamis.

    Sunar mengungkapkan bahwa PNM mencatat sebanyak 20,1 juta nasabah ultramikro sudah terlayani dalam program PNM Membina Ekonomi Keluarga Sejahtera (PNM Mekaar).

    Program PNM Mekaar secara khusus berfokus pada pemberdayaan ekonomi perempuan dari keluarga prasejahtera melalui penyediaan akses pembiayaan mikro dan pendampingan usaha.

    “Program ini dirancang untuk memberdayakan perempuan yang menjalankan usaha mikro agar bisa mandiri secara ekonomi,” ujarnya.

    Baca juga: PNM dan PIP dorong petani perempuan terampil finansial serta kompeten di bidang pertanian
    Baca juga: Literasi keuangan nasabah PNM selama Bulan Inklusi Keuangan 2024 tembus 2.000 pelatihan

    Sampai Agustus 2024, PNM Mekaar menyalurkan pembiayaan dengan outstanding sebesar Rp43,6 triliun.

    PNM Mekaar juga berhasil meningkatkan kelas perekonomian yang terbukti terdapat 1,74 juta nasabah PNM Mekaar yang naik kelas dan berlanjut ke Bank Rakyat Indonesia (BRI) atau Pegadaian.

    Lebih lanjut dia mengatakan bahwa PNM Mekaar merupakan layanan pinjaman modal untuk perempuan prasejahtera pelaku UMKM yang diluncurkan pada tahun 2015.

    Pada dasarnya, kata Sunar, nasabah PNM Mekaar memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam berusaha. Namun, keterbatasan akses pembiayaan modal kerja menyebabkan keterampilan berusaha mereka kurang termanfaatkan.

    Ia lantas menyebutkan beberapa alasan keterbatasan akses tersebut meliputi kendala formalitas, skala usaha, dan ketiadaan agunan.

    Oleh karena itu, kata Sunar, perusahaan menerapkan sistem kelompok tanggung renteng yang dapat menjembatani kesenjangan akses pembiayaan sehingga nasabah mampu mengembangkan usaha dalam rangka menggapai cita-cita dan meningkatkan kesejahteraan keluarga.

    Secara garis besar, lanjut dia, manfaat yang disalurkan oleh perusahaan melalui layanan PNM Mekaar meliputi peningkatan pengelolaan keuangan, pembiayaan modal tanpa agunan, penanaman budaya menabung, serta kompetensi kewirausahaan dan pengembangan bisnis.

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: D.Dj. Kliwantoro
    Copyright © ANTARA 2024

  • Debat Pilkada Solo, Teguh Prakosa Tantang Respati-Astrid Soal Daya Beli
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        31 Oktober 2024

    Debat Pilkada Solo, Teguh Prakosa Tantang Respati-Astrid Soal Daya Beli Regional 31 Oktober 2024

    Debat Pilkada Solo, Teguh Prakosa Tantang Respati-Astrid Soal Daya Beli
    Tim Redaksi
    SOLO, KOMPAS.com
    – Dalam debat pertama Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Solo yang digelar oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kota Solo di Sunan Hotel pada Kamis (31/10/2024) malam, calon Wali Kota Solo nomor urut 01,
    Teguh Prakosa
    , mengekspresikan ketidakpuasannya terhadap jawaban pasangan calon nomor urut 02, Respati Ardi dan Astrid Widayani, mengenai peningkatan
    daya beli masyarakat
    .
    Teguh Prakosa mengajukan pertanyaan terkait strategi pemerintah dalam mengatasi permasalahan daya beli masyarakat.
    Ia menilai jawaban yang diberikan oleh Respati dan Astrid tidak memadai.
    Respati Ardi menjelaskan bahwa untuk meningkatkan daya beli masyarakat, diperlukan pengusaha yang adaptif.
    “Kuncinya harus menjadi pengusaha yang adaptif. Pemberdayaan lokal ada program UMKM Center yang bertujuan untuk membantu modal dan pemasaran. Kami menyiapkan pelaku usaha berbentuk barang dagangan untuk diekspor,” ungkap Respati.
    Sementara itu, Astrid Widayani menambahkan bahwa perlu ada peningkatan potensi pasar tradisional, seperti Pasar Gede, sebagai pusat perdagangan dan oleh-oleh.
    “Pasar tradisional harus aktif tidak hanya di siang hari, tetapi juga di malam hari. Pemberdayaan UMKM lokal dan menarik lebih banyak investor akan menggerakkan roda perekonomian,” jelas Astrid.
    Namun, Teguh Prakosa merasa jawaban tersebut tidak menjawab inti permasalahan.
    Momen ini menunjukkan ketegangan dalam debat, di mana masing-masing calon berusaha meyakinkan publik mengenai visi dan misi mereka dalam meningkatkan kondisi ekonomi masyarakat Kota Solo.
    Copyright 2008 – 2024 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Bangga gunakan produk dalam negeri, ciptakan produk lokal naik kelas

    Bangga gunakan produk dalam negeri, ciptakan produk lokal naik kelas

    Kamis, 31 Oktober 2024 22:35 WIB

    ANTARA – Dengan berkembangnya industri kosmetik menjadi peluang UMKM. Salah satu perusahaan kosmetik di Jawa Tengah ini berdiri sejak 2019 dan sudah menjalin kerjasama dengan 300 jenama dalam produksi kosmetik. Dengan meningkatnya produk yang berasal dari tanah air, maka persaingan kualitas untuk menciptakan produk lokal naik kelas semakin di depan mata.
    (I Gusti Agung Ayu N/Andi Bagasela/I Gusti Agung Ayu N)

  • Produk lokal harus punya daya saing

    Produk lokal harus punya daya saing

    Menteri Perdagangan RI Budi Santoso (baju putih) melakukan kunjungan kerja di PT Mulya Abadi Indocarpentry di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis (31/10/2024). ANTARA/Aris Wasita

    Mendag: Produk lokal harus punya daya saing
    Dalam Negeri   
    Calista Aziza   
    Kamis, 31 Oktober 2024 – 15:30 WIB

    Elshinta.com – Menteri Perdagangan RI Budi Santoso menyebutkan produk lokal harus punya daya saing agar bisa menguasai pasar global.

    “Saya sering bilang kita ada tiga program, yang pertama pengamanan pasar dalam negeri. Bagaimana pasar Indonesia yang besar diisi barang-barang dalam negeri, caranya harus punya daya saing,” kata Mendag Budi Santoso saat melakukan kunjungan kerja di PT Mulya Abadi Indocarpentry di Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Kamis.

    Menurut dia, sering kali barang lokal kalah dengan barang impor karena barang dari impor memiliki kualitas yang lebih bagus.

    “Jangan hanya karena dari dalam negeri terus daya saing kita rendah. Jadi yang pertama kita harus punya daya saing,” katanya.

    Selanjutnya, yang harus dilakukan adalah perluasan pasar ekspor. Ia mengatakan dalam waktu dekat akan menyelesaikan perjanjian bilateral dengan Kanada, Peru dan Rusia.

    “Mudah-mudahan tiga bulan ini selesai, tujuannya untuk memperluas pasar. Jadi ada perundingan yang harus dilakukan,” katanya.

    Untuk program ketiga adalah melakukan peningkatan UMKM bisa ekspor.

    “Artinya ketika kita menargetkan ekspor ke suatu negara itu ekspor totalnya berapa, di dalamnya target ekspor untuk UMKM berapa. Bagaimana memajukan UMKM supaya bisa go global,” katanya.

    Ia mengatakan hingga saat ini rasio kewirausahaan di dalam negeri baru mencapai 3,47 persen. Sedangkan untuk menjadi negara maju syarat rasio kewirausahaan mencapai 10-12 persen.

    “Kami dari sektor perdagangan yang dilakukan adalah bagaimana UMKM-UMKM yang siap ekspor bisa ekspor dan kami bisa melakukan pemasaran di luar negeri,” katanya.

    Ia mengatakan saat ini Pemerintah RI memiliki lebih dari 40 perwakilan perdagangan di luar negeri. Tugas mereka adalah bagaimana memasarkan produk-produk Indonesia khususnya produk UMKM.

    “Salah satu andalan kami adalah furnitur. Tadi ada permintaan agar tahun depan fokus ke rotan, nanti kami akan lakukan pendampingan desain untuk buat prototype produk khusus dari rotan,” katanya.

    Selanjutnya, pihaknya juga akan membuat pameran secara internasional.

    “Produk rotan kan raw material-nya dari Indonesia, seharusnya kalau produk bagus nggak ada lain selain Indonesia. Kan kita nggak boleh ekspor bahan mentah, harus barang jadi. Nah yang kami lakukan desain yang bagus biar bisa masuk ke negara-negara asing,” katanya.

    Sumber : Antara

  • Bikin Banjir Barang Murah, Aplikasi Pembunuh UMKM Untung dari Sini

    Bikin Banjir Barang Murah, Aplikasi Pembunuh UMKM Untung dari Sini

    Jakarta, CNBC Indonesia – Temu dikenal sebagai platform e-commerce yang menjual barang dengan harga sangat murah dibandingkan dengan harga di pasaran.

    Platform ecommerce China ini menjual barang sangat murah dengan mengirim barang langsung dari pabrik pengguna. Pabrik yang bekerja sama dengan Temu dituntut untuk memasang harga termurah, kemudian Temu menanggung biaya logistik dan pemasaran hingga ke tangan pembeli.

    Lalu banyak yang bertanya-tanya bagaimana cara perusahaan bisa mendapatkan untung dengan jualan barang murah?

    Seperti platform e-commerce lainnya, Temu menggunakan berbagai sumber pendapatan untuk mempertahankan operasinya dan mendorong pertumbuhan.

    Berikut adalah empat cara Temu menghasilkan keuntungan dari berjualan barang murah.

    1. Biaya Transaksi

    Mirip dengan model Amazon, Temu mengenakan komisi kepada pedagang atas setiap penjualan yang dilakukan melalui platformnya. Komisi ini berfungsi sebagai sumber pendapatan utama bagi Temu, yang memungkinkannya menghasilkan pendapatan dari transaksi yang difasilitasi di platform.

    Barang yang murah mendorong permintaan makin tinggi yang berarti volume transaksi makin besar. Artinya, makin murah barang yang ditawarkan di Temu, makin besar pula pendapatan platform.

    2. Layanan Pemasaran Online

    Temu menawarkan peluang iklan dan promosi kepada pedagang, yang memungkinkan mereka memperluas jangkauan dan menarik lebih banyak pembeli. Melalui layanan pemasaran berbayar, pedagang dapat meningkatkan visibilitas mereka di platform Temu, yang mendorong penjualan dan pendapatan.

    3. Biaya Pengiriman

    Meskipun Temu sering menyediakan pengiriman gratis, perusahaan juga menghasilkan pendapatan dari biaya pengiriman untuk produk tertentu atau opsi pengiriman cepat.

    Biaya ini berkontribusi pada pendapatan Temu, terutama untuk produk yang biaya pengirimannya dibebankan kepada pelanggan.

    4. Afiliasi

    Temu dapat memperoleh komisi dengan mengarahkan pelanggan ke situs web atau layanan lain melalui tautan afiliasi.

    Dengan memanfaatkan platform dan basis penggunanya, Temu dapat memperoleh pendapatan tambahan melalui kemitraan pemasaran afiliasi, yang selanjutnya mendiversifikasi sumber pendapatannya.

    Namun, saat ini Temu diyakini masih rugi karena tingginya biaya yang terkait dengan akuisisi pelanggan melalui diskon dan strategi pemasaran.

    Hancurkan UMKM

    Selain itu, margin laba yang rendah akibat penjualan produk dengan diskon besar berkontribusi pada tantangan profitabilitas Temu.

    Pola bisnis Temu ini yang membuat pemerintah Indonesia cemas atas dampaknya terhadap UMKM. Mereka membanjiri pasar dengan barang murah impor tanpa melibatkan satupun pengusaha lokal sebagai perantara.

    Direktur Utama Smesco Indonesia, Wientor Rah Mada menyebut Temu sebagai aplikasi e-commerce pembunuh UMKM asal China. Bahkan, katanya, aplikasi ini sudah menyerang pasar Amerika Serikat dan Eropa dengan subsidi harga yang mencapai 100%, atau konsumen hanya membayar biaya ongkos kirim.

    “Temu ini aplikasi jahat dari China, yang kalau dibiarkan masuk [ke tanah air], maka UMKM kita sudah pasti mati. Ini barang langsung datang dari pabrik di China, kemudian tidak ada seller, tidak ada reseller, tidak ada dropshiper, dan tidak ada affiliator. Jadi tidak ada komisi berjenjang seperti yang e-commerce lainnya,” kata Wientor beberapa waktu yang lalu.

    Wientor menyampaikan, praktik pemberian subsidi yang begitu besar dari platform ini dilakukan hampir di setiap negara. Pihaknya pun mengindikasikan, di beberapa kondisi aplikasi Temu memberikan harga hingga 0%, atau konsumen hanya dibebankan biaya ongkos kirim saja.

    “Jadi kalau mereka kemudian memberikan diskon 90% itu yang dilakukan hampir di setiap negara. Bahkan kami mengindikasikan, di beberapa kondisi mereka memberikan harga 0%. Di AS mereka sempat memberikan harga 0%. Jadi pembeli hanya membayar ongkos kirim,” ujarnya.

    Ia berasumsi, barang yang dijual di platform Temu merupakan barang-barang yang tidak laku di pasar China, sedangkan Negeri Tirai Bambu itu mengalami surplus barang, sehingga mereka harus mengeluarkan barang yang berlebih itu dari negaranya, dengan cara menjual dengan harga yang sangat murah.

    “Asumsi kami, yang dijual di Temu itu adalah barang-barang deadstock atau yang tidak laku di China, kemudian dilempar ke negara lain. Karena kan kondisi ekonomi di China sekarang ini sedang surplus barang. Mereka harus mengeluarkan itu dari negerinya, dan salah satu cara mengeluarkan itu adalah melalui platform yang mereka punya. Itu terjadi di AS dan di Eropa. Jadi bukan tidak mungkin itu akan dilakukan di negara kita,” terang dia.

    (dem/dem)

  • Dorong Keberlanjutan, BNI Fokus Pembiayaan UMKM Naik Kelas

    Dorong Keberlanjutan, BNI Fokus Pembiayaan UMKM Naik Kelas

    Jakarta, Beritasatu.com – PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI menaruh perhatian serius pada dukungan pendanaan dan pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) sebagai salah satu pilar keberlanjutan dalam implementasi prinsip environmental, social, and governance (ESG).

    Direktur Risk Management BNI David Pirzada mengatakan, akses mudah terhadap pembiayaan untuk pertumbuhan usaha UMKM merupakan langkah penting dalam pemberdayaan UMKM untuk mendukung perekonomian nasional. Dengan memberikan kemudahan dalam mendapatkan modal, UMKM dapat mengembangkan usaha mereka, meningkatkan kapasitas produksi, dan menciptakan lapangan kerja baru.

    “Selain itu, pemberdayaan UMKM juga berkontribusi pada diversifikasi ekonomi dan peningkatan daya saing, yang pada akhirnya akan memperkuat stabilitas ekonomi secara keseluruhan,” sebut dia.

    Hingga akhir September 2024, BNI konsisten menyalurkan kredit ke segmen UMKM, termasuk kredit usaha rakyat (KUR) bersubsidi dan non-KUR. Penyaluran kredit ke sektor UMKM mencapai Rp 77,3 triliun yang terdiri dari KUR sebesar Rp 36,6 triliun dan non-KUR sebesar Rp 40,7 triliun.

    “Hal ini mencerminkan komitmen kuat BNI dalam mendukung pertumbuhan ekonomi melalui sektor UMKM yang menjadi tulang punggung perekonomian nasional,” ujar David.

    Keterlibatan BNI dalam pemberdayaan UMKM juga mencerminkan tanggung jawab sosial perusahaan yang lebih luas. Dengan menjalin kemitraan strategis bersama berbagai lembaga pemerintah dan organisasi non-pemerintah, BNI berusaha menciptakan ekosistem yang mendukung pertumbuhan UMKM.

    Lebih lanjut David memaparkan, BNI tidak hanya memberikan akses keuangan yang lebih mudah bagi pelaku UMKM, tetapi juga berkomitmen untuk memberikan pendampingan dan pelatihan agar mereka dapat mengembangkan usaha secara berkelanjutan. Melalui program-program inovatif seperti Jejak Kopi Khatulistiwa, BNI UMKM Ramah Lingkungan, Kampung Budidaya Perikanan dan Expora, BNI membantu UKM mengadopsi praktik bisnis yang ramah lingkungan, sekaligus meningkatkan daya saing mereka di pasar global.

    Komitmen BNI dalam menciptakan bisnis berbasis ESG terlihat pada pencapaian portofolio keberlanjutan yang mencapai Rp 188 triliun, 26% dari total kredit BNI per September 2024. Ini bukan hanya tentang keuntungan finansial, tetapi juga tentang membangun komunitas yang lebih kuat dan berdaya saing.

    “Melalui berbagai inisiatif ini, BNI berperan aktif dalam memajukan perekonomian lokal sambil menjaga kelestarian lingkungan dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat,” imbuh dia.

  • Tingkatkan Daya Saing, BRI Peduli Gelar Pelatihan dan Sertifikasi Halal UMKM dari Berbagai Daerah

    Tingkatkan Daya Saing, BRI Peduli Gelar Pelatihan dan Sertifikasi Halal UMKM dari Berbagai Daerah

    Sesuai Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2014 tentang Jaminan Produk Halal (JPH) mewajibkan setiap pelaku usaha di Indonesia memiliki sertifikasi halal. Dalam UU ini ditegaskan, bahwa produk yang masuk, beredar, dan diperdagangkan di Wilayah Indonesia wajib bersertifikat halal. Kewajiban ini berlaku secara menyeluruh, termasuk para pelaku UMKM.

    BRI sendiri telah menggulirkan program bantuan sertifikasi halal sejak tahun 2021 dan telah diikuti oleh ratusan pelaku UMKM di berbagai daerah di Indonesia. “Sertifikasi halal kepada para UMKM binaan BRI merupakan bagian dari target Kementerian BUMN yakni memberikan 5.000 sertifikasi halal terhadap dua sektor, yakni makanan dan Kesehatan,” ujar Catur.

    Salah satu pelaku yang mendapatkan manfaat dari bantuan ini adalah Petrus Kinho (58), UMKM Tarusan Rumah Rendang dan Minyak Buah Merah dari kota Timika, Provinsi Papua Tengah. Tarusan Rumah Rendang adalah Rumah Makan Khas Minang yang khusus menjual aneka masakan Rendang. Usaha yang dirintisnya sejak Juni 2022 jadi lebih berkembang setelah mendapat sertifikat halal. 

    Selain itu, Petrus juga mengembangkan usaha Minyak Buah Merah yang dirintisnya sejak tahun 2019. Khasiat minyak ini bisa membantu menyembuhkan berbagai jenis penyakit.

    “Dengan adanya sertifikat halal ini, pelanggan saya merasa nyaman. Kami merasa tenang dan percaya diri untuk promosi – penjualan. Selain itu, kepercayaan pasar makin besar, jangkauan pasar makin meluas. Terima kasih banyak kepada BRI yg sudah membantu perjalanan usaha kami”, ungkapnya.