Produk: tifa

  • Airlangga Bertemu Anwar Ibrahim Bahas Kebijakan Tarif Trump

    Airlangga Bertemu Anwar Ibrahim Bahas Kebijakan Tarif Trump

    Jakarta

    Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto berkunjung ke Malaysia. Kunjungan itu sebagai tindak lanjut atas kebijakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump yang menetapkan tarif resiprokal kepada sejumlah negara, termasuk negara ASEAN.

    Dalam kunjungan tersebut, Airlangga bertemu Datuk Seri Dr Ahmad Zahid Hamidi, Deputy Prime Minister of Malaysia I. Lalu, Airlangga bertemu Perdana Menteri Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim serta Menteri Investasi, Perdagangan dan Industri (MITI) Tengku Datuk Seri Zafrul Abdul Azis.

    Airlangga mengatakan, kunjungan ini penting guna memperkuat kolaborasi regional dalam menghadapi dinamika ekonomi global.

    “Malaysia selaku keketuaan ASEAN 2025, menjadi sangat penting untuk mendorong penguatan kerjasama seluruh negara ASEAN dalam menghadapi berbagai tantangan global, termasuk respons atas kebijakan tarif resiprokal AS,” katanya dalam keterangan tertulis, Jumat (4/4/2025).

    Sementara itu, PM Anwar Ibrahim menyampaikan bahwa pertemuan tersebut untuk mendiskusikan perkembangan dari berbagai kerjasama ekonomi Malaysia dengan Indonesia. Ia mengatakan prioritas juga diberikan untuk memperkuat dan memperbarui sinergi ekonomi. Ia mengatakan Malaysia membutuhkan kerja sama dari semua negara tetangga termasuk Indonesia, untuk meningkatkan kapasitas Malaysia sebagai tujuan investasi, pariwisata, dan perdagangan di kawasan.

    “Kami memanfaatkan sepenuhnya persahabatan erat kedua negara, terutama dalam memperkuat lebih banyak lagi kegiatan ekonomi dan perdagangan, yang melibatkan para Pengusaha Indonesia dan Malaysia di berbagai sektor terkait,” katanya.

    Setelah bertemu Anwar Ibrahim, Airlangga langsung menindaklanjuti untuk pertemuan khusus dengan MITI Tengku Zafrul. Airlangga menjelaskan, posisi suara negara-negara ASEAN di Indo Pasifik sangat penting dan bisa menjadi satu kekuatan yang sangat besar. “Ini guna mendorong penguatan ekonomi regional di Kawasan ASEAN dan di tingkat global,” katanya.

    Sementara itu, Tengku Zafrul mengatakan bahwa pertemuan dengan Airlangga juga membahas strategi untuk penguatan ekonomi regional ASEAN.

    “Dalam lingkungan global yang penuh ketidakpastian, persatuan ASEAN bukan lagi pilihan, tetapi menjadi suatu keharusan. Mari kita perkuat ekonomi regional untuk kesejahteraan bersama,” ujar Tengku Zafrul.

    Pada kesempatan tersebut, Tengku Zafrul dan Airlangga sepakat, pada saat ekonomi global sedang bergejolak, maka suara ASEAN perlu lebih lantang. Seperti diketahui, Indonesia dan Malaysia akan memanfaatkan Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi (Trade and Investment Framework Agreement/TIFA) untuk mencari keuntungan dari perdagangan timbal balik dan mengupayakan berbagai perjanjian kerjasama dengan AS.

    Keduanya mengakui bahwa kebijakan tarif Presiden Trump menimbulkan tantangan yang besar terhadap dinamika perdagangan global. Dengan tetap menghormati kebijakan tersebut, Indonesia dan Malaysia percaya pada hubungan yang konstruktif dan saling menguntungkan. Keduanya berkomitmen untuk menjaga kepentingan ekonomi dengan tetap menjaga hubungan perdagangan yang kuat dengan AS.

    (acd/acd)

  • Airlangga Temui PM Malaysia Anwar Ibrahim Bahas Strategi Tarif Resiprokal Pemerintah AS untuk ASEAN – Halaman all

    Airlangga Temui PM Malaysia Anwar Ibrahim Bahas Strategi Tarif Resiprokal Pemerintah AS untuk ASEAN – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM JAKARTA – Menindaklanjuti kebijakan tarif resiprokal yang diumumkan oleh Presiden Amerika Serikat Donald Trump pada 2 April 2025 lalu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto bergerak cepat membangun komunikasi dengan negara-negara ASEAN.

    Airlangga segera berkomunikasi dan berkunjung ke Kuala Lumpur, Malaysia, yang saat ini bertindak selaku Keketuaan ASEAN tahun 2025.

    Airlangga mengadakan pertemuan dengan Datuk Seri Dr. Ahmad Zahid Hamidi, Deputy Prime Minister of Malaysia, di kediaman resmi DPM I pada Kamis, 3 April 2025.

    Pertemuan membahas perkembangan terbaru kebijakan tarif resiprokal AS.

    Pada hari kedua, Jumat, 4 April 2025, Airlangga bertemu langsung dengan PM Malaysia Datuk Seri Anwar Ibrahim di kantornya di Putrajaya.

    PM Anwar Ibrahim menyampaikan bahwa pertemuan tersebut untuk mendiskusikan perkembangan dari berbagai kerja sama ekonomi Malaysia dengan Indonesia.

    “Prioritas juga diberikan untuk memperkuat dan memperbarui sinergi ekonomi yang mencerminkan komitmen kerja sama yang kuat antara Indonesia dan Malaysia ke tingkat yang lebih baik di masa mendatang,” kata Anwar Ibrahim.

    “Kami memanfaatkan sepenuhnya persahabatan erat kedua negara, terutama dalam memperkuat lebih banyak lagi kegiatan ekonomi dan perdagangan yang melibatkan para pengusaha Indonesia dan Malaysia di berbagai sektor terkait,” tambahnya.

    Sedangkan Menko Airlangga menyampaikan Malaysia selaku Keketuaan ASEAN 2025 menjadi sangat penting untuk mendorong penguatan kerja sama seluruh negara ASEAN dalam menghadapi berbagai tantangan global.

    “Termasuk respons atas kebijakan tarif resiprokal AS,” ujarnya.

    Sejalan dengan Airlangga, PM Anwar juga mengatakan bahwa sebagai Ketua ASEAN tahun ini, Malaysia membutuhkan kerja sama dari semua negara tetangga termasuk Indonesia untuk meningkatkan kapasitas Malaysia sebagai tujuan investasi, pariwisata, dan perdagangan di kawasan.

    Pada pertemuan tersebut, PM Anwar Ibrahim didampingi oleh Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri (MITI) Tengku Datuk Seri Zafrul Abdul Aziz.

    Setelah pertemuan dengan PM Anwar, Menko Airlangga langsung menindaklanjuti untuk pertemuan khusus dengan MITI Tengku Zafrul.

    Dalam pertemuan tersebut, Tengku Zafrul mengatakan bahwa pertemuan dengan Menko Airlangga juga membahas strategi untuk penguatan ekonomi regional ASEAN.

    Dalam lingkungan global yang penuh ketidakpastian, Persatuan ASEAN bukan lagi pilihan tetapi menjadi suatu keharusan.

    “Mari kita perkuat ekonomi regional untuk kesejahteraan bersama,” ujarnya.

    Sementara Airlangga menegaskan posisi ASEAN di Indo-Pasifik sangat penting bisa menjadi satu kekuatan yang sangat besar.

    Untuk mendorong penguatan ekonomi regional di kawasan ASEAN dan di tingkat global, kata Airlangga.

    MITI Tengku Zafrul dan Airlangga sepakat bahwa pada saat ekonomi global sedang bergejolak, maka suara ASEAN perlu lebih lantang.

    Seperti diketahui, Indonesia dan Malaysia akan memanfaatkan Perjanjian Kerangka Kerja Perdagangan dan Investasi (Trade and Investment Framework Agreement – TIFA) untuk mencari keuntungan dari perdagangan timbal balik dan mengupayakan berbagai perjanjian kerja sama dengan AS.

    “Perlu dilakukan sinkronisasi antar negara-negara ASEAN, karena dari 10 negara ASEAN, semua terkena dampak kebijakan tarif resiprokal AS, sehingga perlu secara kolektif membangun komunikasi dan engagement dengan Pemerintah AS,” kata Airlangga.

    Keduanya mengakui bahwa kebijakan tarif Presiden Trump menimbulkan tantangan yang besar terhadap dinamika perdagangan global.

    Dengan tetap menghormati kebijakan tersebut, Indonesia dan Malaysia percaya pada hubungan yang konstruktif dan saling menguntungkan.

    Keduanya berkomitmen untuk menjaga kepentingan ekonomi dengan tetap menjaga hubungan perdagangan yang kuat dengan AS.

     

    Konten ini disempurnakan menggunakan Kecerdasan Buatan (AI).

  • Penggugat Ijazah Jokowi akan Datangi UGM, Desak Rektor Ova Emilia Akui dan Minta Maaf

    Penggugat Ijazah Jokowi akan Datangi UGM, Desak Rektor Ova Emilia Akui dan Minta Maaf

    GELORA.CO – Alumni UGM, Rismon Sianipar akan mendatangi almameternya pada 15 April 2025.

    Kedatangannya ke mantan kampusnya itu untuk mencocokan tanda tangan yang dianggap janggal pada ijazah Joko Widodo.

    Jokowi, setelah lengser dari Presiden ke-7 RI, kembali diterpa isu tidak sedap mengenai ijazah palsu.

    Jokowi sendiri lulus dari Fakultas Kehutanan UGM pada tahun 1985.

    Akan tetapi, hal itu diragukan oleh beberapa alumni. Setelah dr Tifa, kini ada Risman Sianipar lulusan jurusan Elektro Fakultas Teknik tahun 1998.

    Kedatangan Rismon ingin memastikan kebenaran tanda tanda tangan Pembimbing Utama Prof Achmad Sumitro dan Dekan Prof Dr Soenardi Prawirohatmodjo.

    Tanda tangan itu terdapat dalam skripsi Jokowi yang didapatnya.

    Karena setelah dicocokkan dengan ijazah alumni UGM lainnya, yakni Aida Greenbury terdapat perbedaan.

    Tidak hanya soal bentuk tanda tangan, melainkan juga nama asli dosen pembimbing utama.

    Dalam skripsi Jokowi disebutkan bahwa namanya Prof Achmad Soemitro.

    Sementara nama, dalam ijazah dari Ir Aida Greenbury, putri dari Prof Achmad Sumitro, namanya Prof Achmad Sumitro.

    Titik perbedannya ada penggunaan dengan huruf e, Sumitro dan Soemitro.

    “Ini yang benar yang mana, Sumitro atau Soemitro karena ada dua versi,” tanya Rismon.

     Lembar pengisian skripsi, kapan diadakan tidak tahu, pengujinya pun tidak ada tapi angsung prakata.

    “Itulah nanti yang akan kita pertanyakan kepada Rektor UGM Ova Emilia. jangan lari ke mana-mana lah bu, tanggal 15 April 2025 ini,” jelasnya.

    Ia berharap UGM beritikad baik dakan menguji keaslian skripsi dan ijazah Jokowi.

    “Berikan waktu untuk rakyat, kan anggaran UGM dari APBN miliaran, kami adalah bagian dari rakyat, jangan ke mana-mana,” harapnya.

    Dia mengaku ingin mengecek tanda tangan pak Achmad Soemitto, seperti tanda tangan dengan orang uang belajar, seperti tanda tangan kayak cacing pita.

    “Padahal Achmad Soemitro, dosen senior, tanda tangan sudah berulang, tentu percaya diri, tekanan, goresan, tidak seperti  cacing pita,” ujarnya.

    “Kita juga minta ratusan atau ribuanm tanda tangan, pak Dekan Prof Dr Soenardi Prawirohatmodjo,” jelasnya.  

    Pihaknya akan membandingkan untuk data riset, akan kami uji.

    Atau tinggal mengaku saja, daripada dipersulit di persidangan-persidangan, tapi perlu juga pada waktunya.

    “Ingat bu, public distrust UGM harus terjaga. karena apa, nama baik UGM itu karena kerja dari dosen-dosen, yang sekarang sudah almarhum, “ jelasnya.

    Rismon menggambarkan bahwa kehidupan dosen UGM dalam pas-pasan.

    “Saya melihat sendiri, tapi mereka hidup dakam kesederhanaan tapi dalam kekayaan integritas moral,” ucapnya.

    “itu yang saya lihat saat itu, akibat kerja keras merekalah UGM punya nama baik,” kata dia.

     Pihaknya tidak gentar dengan pengujian ilmiah mengenai skripsi dan ijazah Jokowi.

    Kepada Pak Dekan, Sigit Sunarta, dia mempersilakan apakan ini akan diteruskan atau tidak.

    “Kalau mau diteruskan ayo, tetapi dari sini publik sudah menyimpulkan tanpa algoritma, secara insting manusia bisa menyuimpulkan, sudah tidak jelas (skripsi Jokowi),” kata dia.

    “UGM, akuilah dan minta maaflah.,” pungkasnya.

    Sementara itu, pihak UGM menyangkal tuduhan dari Rismon Sianipar yang sangat menyesatkan.

    Seharusnya sebagai seorang dosen bisa memberikan konten yang bermanfaat kepada masyarakat luas.

    Sementara itu, Dekan Fakultas Kehutanan Universitas Gadjah Mada (UGM) Sisgit Sunarta menegaskan bahwa Ijazah Joko Widodo tidak perlu diragukan lagi.

    “Perlu diketahui, ijazah dan skripsi dari Joko Widodo adalah asli.

    Ia pernah kuliah di sini, teman satu angkatan beliau mengenal baik belau.

    “Beliau aktif di kegiatan mahasiswa (Silvagama), beliau tercatat menempuh banyak mata kuliah, mengerjakan skripsi, sehingga ijazahnya pun dikeluarkan oleh UGM adalah asli,” kata Sigit. ***

  • Dokter Tifa Sebut Isu Ijazah dan Skripsi Palsu Jokowi Harus Dibawa Ke Ranah Internasional

    Dokter Tifa Sebut Isu Ijazah dan Skripsi Palsu Jokowi Harus Dibawa Ke Ranah Internasional

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA – Isu ijazah palsu presiden ke-7, Joko Widodo kembali ramai dibahas di X.

    Dokter Tifa menjadi salah satu yang cukup sarat menggemborkan isu ini. Terbaru muncul beberapa analisa-analisa yang menguji kebenaran ijazah tersebut.

    Menurut dokter Tifa isu tersebut kini perlu dibahas secara luas tidak hanya direpublik tetapi dikancah imternasional.

    “Sudah waktunya soal Ijazah Palsu dan Skripsi Palsu dibawa ke ranah Internasional,” katanya dikutip Jumat (4/4/2025).

    Menurutnya, ini adalah sebuah skandal korupsi dan skandal politik terbesar di negara ini.

    “Karena ini bukan sekedar soal Pemalsuan yang dilakukan Koruptor Kelas Dunia versi OCCRP. Ini adalah Skandal Politik Terbesar di Indonesia,” jelasnya.

    Dia menyarankan agar pakar digital internasional melakukan analisis untuk membuktikan kebenaran soal ijazah Jokowi dan Universitas Gadjah Mada.

    “Mungkin bisa melibatkan Pakar Digital Forensic Internasional seperti INTERPOL Digital Forensic, National Center for Media Forensic (NCMF), Berkeley Digital Forensic US,” sambungnya.

    Bahkan, dia menyarankan agar media-media ternama dunia dapat memuat soal isu ini.

    “Dan Media-Media Besar seperti BBC, CNN, Al Jazeera,” pungkasnya. (Elva/Fajar).

  • Donald Trump Menilai Indonesia Hambat Perdagangan Amerika Serikat, Pakar Ekonomi Bilang Begini

    Donald Trump Menilai Indonesia Hambat Perdagangan Amerika Serikat, Pakar Ekonomi Bilang Begini

    PIKIRAN RAKYAT – Donald Trump memasukkan Indonesia ke dalam daftar negara yang menghambat kebijakan perdagangan Amerika Serikat. Selain Indonesia, ada 57 negara di dalam daftar tersebut.

    Indonesia dianggap menerapkan kebijakan yang menghambat perdagangan AS. Beberapa diantaranya yaitu tarif, nontarif, dan kebijakan investasi.

    Karena situasi tersebut, Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede menyebut bahwa pemerintah perlu mengevaluasi kebijakan perdagangan dengan negara adidaya tersebut.

    Beberapa hal yang perlu dievaluasi, jelasnya, yaitu kebijakan proteksionis, transparansi investasi dan perizinan asing, dan memenuhi standar internasional. Ia pun menyebut bahwa evaluasi ini penting untuk menjaga hubungan baik kedua negara.

    Joshua memaparkan bahwa Amerika Serikat menyoroti besarnya tarif impor yang terus naik setiap tahun. Kebijakan ini dianggap terlalu proteksionis. Selain itu, perihal perizinan asing pun perlu dievaluasi.

    Aturan sertifikat halal pun perlu menjadi perhatian. Joshua menjelaskan bahwa AS menilai kebijakan ini diterapkan tanpa konsultasi terlebih dahulu dengsn WTO.

    Perizinan impor pun perlu juga menjadi perhatian. Sebabnya, dianggap sulit dan tumpang tindih. Aturan kepemilikan saham dalam sektor jasa keuangan perlu juga dievaluasi.

    Bila keseluruhan evaluasi ini tak dilaksanakan. jelasnya, berisiko berdampak buruk kepada hubungan perdagangan kedua negara. Terlebih bila semakin bertambah.

    Joshua menjelaskan bahwa hambatan ini bisa saja menyebabkan Donald Trump mengambil kebijakan balasan. Karenanya. mempersulit ekspor berbagai produk Indonesia ke AS.

    Josua pun menuturkan bahwa Indonesia dan Amerika bisa berdialog intensif melalui kerangka Trade and Investment Framework Agreement (TIFA). Kerangka ini sudah tercipta antar dua negara.

    Tujuannya, agar kebijakan perdagangan Indonesia tak menghambat kebijakan perdagangan Amerika Serikat. Begitu pun juga sebaliknya.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Menanti Respons Prabowo usai RI Jadi Korban Tarif Trump 32%

    Menanti Respons Prabowo usai RI Jadi Korban Tarif Trump 32%

    Bisnis.com, JAKARTA — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump telah menabuh merapkan tarif balasan atau fair reciprocal tariff terhadap sejumlah negara, tak terkecuali Indonesia. Trump bahkan mengenakan tarif sebesar 32% terhadap impor barang dari Indonesia. 

    Episode ‘perang tarif” Trump itu memicu keresahan global. Bagi Indonesia, langkah ini bisa menambah sentimen negatif terhadap perekonomian Indonesia yang sedang mengalami anomali. Respons pemerintah-pun sangat dinantikan untuk meredam dampak negatif kebijakan Trump.

    “Ini adalah deklarasi kemerdekaan kita,” ujar Trump di Gedung Putih, Rabu (2/4/2025) waktu setempat. 

    Trump sejak menjabat sebagai Presiden AS pada periode pertama, memang dikenal sebagai pengusung konservatisme yang sangat populis dan proteksionis. Dia menaruh kepentingan AS di atas segalanya. Namun demikian, kebijakan-kebijakan Trump yang cenderung protektif, memicu ‘ketidakstabilan’ di level global. 

    Dalam catatan Bisnis, AS selama beberapa dasawarsa terakhir adalah mitra dagang utama Indonesia. Salah satu negara tujuan ekspor. Produk-produk manufaktur hingga pruduk kayu mengalir deras ke sana. Alhasil, neraca perdagangan RI – AS selalu surplus selama 4 tahun belakangan.

    BPS mencatat bahwa pada tahun 2021, surplus neraca perdagangan antara Indonesia dengan AS mencapai US$14,5 miliar. Tahun 2022, terjadi lonjakan surplus hingga mencapai US$16,5 miliar. Namun pada tahun 2023, surplus negara perdagangan Indonesia dengan AS menyusut menjadi US$11,9 miliar.

    Pada tahun 2024, data sampai Desember, ekspor nonmigas Indonesia ke AS tercatat mencapai US$26,3 miliar. Sementara impor non-migas dari AS hanya di angka mencapai US$9,6 miliar.  Surplus neraca perdagangan Indonesia terhadap AS mencapai angka di kisaran US$16,85 miliar.

    Sementara itu, jika mengacu data dari United States Trade Representative (USTR), perdagangan barang antara AS dengan Indonesia diperkirakan mencapai $38,3 miliar pada tahun 2024. Ekspor barang AS ke Indonesia pada tahun 2024 sebesar $10,2 miliar, naik 3,7 persen ($364 juta) dari tahun 2023.

    Impor barang AS dari Indonesia mencapai $28,1 miliar pada tahun 2024, naik 4,8 persen ($1,3 miliar) dari tahun 2023. Defisit perdagangan barang AS dengan Indonesia sebesar $17,9 miliar pada tahun 2024, meningkat 5,4 persen ($923 juta) dari tahun 2023.

    Pengenaan tarif 32% di tengah posisi strategis AS sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia, tentu menjadi tantangan bagi Indonesia. Apalagi, dari sisi domestik, Indonesia sedang menghadapi sejumlah guncangan. Kurs dolar terus terjun bebas, IHSG jeblok, hingga yang paling banyak disorot adalah maraknya pemutusan hubungan kerja alias PHK di sektor padat karya. 

    Adapun, Trump memandang Indonesia dan sejumlah negara lainnya tidak adil terhadap produk dan barang AS. Khusus soal Indonesia, demikian dikutip dari laman resmi Gedung Putih, Trump menyebut pemerintah telah mengenakan tarif yang lebih tinggi untuk etanol dibanding Amerika Serikat yang hanya 2,5%.

    Trump juga menyoroti sejumlah kebijakan pemerintah Indonesia seperti persyaratan konten lokal di berbagai sektor, rezim perizinan impor yang kompleks, dan kewajiban perusahaan sumber daya alam untuk memindahkan semua pendapatan ekspor ke dalam negeri untuk transaksi senilai $250.000 atau lebih, sebagai pertimbangan untuk menerapkan tarif balasan.

    “Presiden Trump melawan keduanya melalui tarif timbal balik untuk melindungi pekerja dan industri Amerika dari praktik tidak adil ini.”

    Apa Langkah Pemerintah RI?

    Sejauh ini belum ada pernyataan resmi dari pemerintah RI terkait kebijakan baru Trump. Sebelumnya, Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengharapkan Indonesia tidak terdampak kebijakan tarif perdagangan Trump.

    Budi mengatakan, alih-alih mengambil tindakan seperti yang dilakukan Kanada dan Uni Eropa, Indonesia berupaya agar AS tetap menjaga hubungan dagang dengan Negeri Paman Sam tersebut.

    “Kalau kita lihat respons dan tindakan negara mitra AS saling balas membalas. Kita sebenarnya enggak ingin begitu, tetapi kita ingin berteman saja bagaimana supaya mereka tetap menerima pasar kita,” kata Budi saat berkunjung ke Wisma Bisnis Indonesia, Selasa (25/3/2025).

    Untuk itu, pemerintah Indonesia telah menyiapkan berbagai upaya agar tidak terdampak kebijakan Trump. Diantaranya, dialog strategis Indonesia-AS sebagai platform kerja sama ekonomi dan diplomasi perdagangan.

    Selain itu, memperkuat komunikasi dan lobi strategis melalui utusan khusus, eksplorasi perjanjian dagang terbatas untuk pengurangan tarif dan penyelesaian isu non tarif yang menjadi kepentingan kedua negara.

    Pemerintah juga berencana mere-aktivasi dan memperbaharui Indonesia-US Trade and Investment Frame Agreement (Indonesia-US TIFA) yang dibentuk pada 1966, serta memperkuat kerja sama investasi di berbagai sektor strategis.

    Tak Terlalu Berdampak?

    Sementara itu, peneliti senior Departemen Ekonomi CSIS Deni Friawan menilai pemerintah tidak perlu terlalu mengkhawatirkan dampak penerapan tarif perdagangan secara timbal-balik oleh Amerika Serikat terhadap negara lain.

    Deni menjelaskan rencana penerapan fair reciprocal tariff oleh Trump merupakan kebijakan yang lazim dan sesuai dengan ketentuan tarif most favored nation (MFN) yang berlaku secara multilateral.

    Intinya, dasar pengenaan fair reciprocal tariff adalah tarif yang dikenakan oleh Indonesia terhadap produk dari AS.

    “Jadi dari sisi ini harusnya tidak akan ada perubahan tarif yang signifikan oleh AS terhadap produk-produk Indonesia,” ujar Deni kepada Bisnis.com, dikutip Rabu (2/4/2025).

    Menurutnya, yang perlu dikhawatirkan bukan penerapan fair reciprocal tariff tetapi penerapan tambahan tarif sebesar 10%—20% untuk semua barang yang masuk ke AS. Masalahnya, Indonesia merupakan negara peringkat ke-15 yang memiliki surplus perdagangan dengan AS.

    Memang menurut Washington Post, para ajudan Trump sedang mempertimbangkan rencana yang akan menaikkan bea masuk atas produk sekitar 20% dari hampir semua negara—bukan menargetkan negara atau produk tertentu.

    Selain itu, Deni khawatir apabila AS meninjau atau merubah fasilitas generalized system of preferences (GSP) ke Indonesia seperti yang sudah terjadi kepada India dan Turki

    “Ini dampaknya bisa signifikan karena pada 2023, US$3,56 miliar ekspor Indonesia itu memanfaatkan skema GSP ini,” jelasnya.

  • Mendag Blak-blakan Strategi RI Antisipasi Kebijakan Tarif Trump

    Mendag Blak-blakan Strategi RI Antisipasi Kebijakan Tarif Trump

    Bisnis.com, JAKARTA – Pemerintah Indonesia tengah mengantisipasi dampak fair reciprocal plan atau tarif timbal balik yang bakal diterapkan Presiden AS Donald Trump terhadap negara-negara lain.

    Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso menyampaikan, pemerintah Indonesia memilih untuk menempuh jalur diplomasi dan melakukan dialog strategis dalam mengantisipasi penerapan fair reciprocal plan, alih-alih mengikuti jejak negara lain yang melakukan serangan balasan terhadap kebijakan tersebut.

    “Kalau kita lihat respon dan tindakan negara mitra AS saling balas-membalas. Kita ingin berteman aja, gimana supaya mereka tetap menerima pasar kita,” kata Budi dalam kunjungannya ke Kantor Wisma Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (25/3/2025).

    Dalam paparan yang disampaikan Budi, sejumlah negara mitra AS seperti Kanada, Uni Eropa, dan China menerapkan tindakan balasan atau retaliasi terhadap produk AS. 

    China misalnya, melakukan retaliasi sebesar 10%-15% bagi produk AS senilai US$13,9 miliar untuk peralatan dan minyak, dan US$19,5 miliar untuk produk pertanian.

    Sementara itu, Meksiko, Jepang, Korea, Brasil, dan Australia memilih cara berbeda. Sama seperti Indonesia, negara-negara ini melakukan pendekatan diplomasi untuk mendapat pengecualian tarif, alih-alih melakukan retaliasi.

    Selain melakukan dialog strategis dan diplomasi perdagangan, Budi menuturkan bahwa pihaknya berencana untuk mereaktifasi dan memperbaharui Indonesia-US Trade and Investment Frame Agreement (TIFA) yang dibentuk pada 1966. 

    Pemerintah juga akan mengeksplorasi Limited Trade Deal atau perjanjian dagang terbatas untuk pengurangan tarif dan penyelesaian isu non-tarif yang menjadi kepentingan kedua negara.

    Budi mengatakan, pemerintah bakal memperkuat kerja sama investasi di berbagai sektor strategis serta memperkuat komunikasi dan lobi strategis melalui Special Envoy atau Utusan Khusus yang diakui dan dapat diterima oleh AS.

    Sebagai informasi, Trump akan menerapkan fair reciprocal plan atau tarif timbal balik pada 2 April 2025. Saat ini, United States Trade Representative atau Perwakilan Dagang AS tengah melakukan penyelidikan terhadap negara-negara penyumbang defisit terbesar AS, termasuk Indonesia.

    Bagi Indonesia, AS merupakan salah satu negara penyumbang surplus terbesar neraca perdagangan Indonesia. Pada 2024, data Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat AS menyumbang surplus sebesar US$16,8 miliar, diikuti India US$15,3 miliar, dan Filipina US$8,8 miliar. Kemudian sepanjang Januari-Februari 2025, AS menyumbang surplus sebesar US$3,1 miliar.

    Sementara itu, bagi AS, Indonesia berada di urutan 15 sebagai negara penyumbang defisit yang cukup besar tahun lalu dengan nilai sebesar US$19,3 miliar.

  • RI Pastikan Tak Ambil Jalan Proteksionisme jika Trump Kenakan Tarif

    RI Pastikan Tak Ambil Jalan Proteksionisme jika Trump Kenakan Tarif

    Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan (Kemendag) memastikan pemerintah Indonesia tidak akan mengambil langkah proteksionisme jika Presiden AS Donald Trump mengenakan tarif yang tinggi untuk produk Indonesia.

    Staf Ahli Bidang Hubungan Internasional Menteri Perdagangan Johni Martha menyampaikan Kemendag sebisa mungkin tidak menghalangi produk-produk yang masuk dari AS ke Indonesia, terutama di tengah kondisi saat ini.

    “Kita juga dengan Amerika khususnya tidak akan menganut jalan proteksionisme karena akan menjadi bumerang bagi kinerja ekspor Indonesia,” kata Johni dalam Seminar Dampak Perang Tarif Terhadap Peluang Ekspor Indonesia di Menara Kadin Indonesia, Selasa (25/3/2025).

    Johni menuturkan Indonesia sendiri juga masih bergantung pada produk pertanian dari AS seperti kedelai, gandum, apel dan anggur, meski Indonesia berada di posisi ke-15 sebagai negara penyumbang defisit neraca dagang untuk AS. 

    Di sisi lain, Johni menyebut bahwa Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso telah menyampaikan sejumlah opsi mitigasi agar pemerintah AS tidak mengenakan tarif tinggi untuk produk-produk Indonesia.

    Salah satunya, kata dia, adalah dengan melakukan reaktifasi dan memperbaharui Indonesia-US Trade and Investment Frame Agreement (Indonesia-US TIFA).

    Kemendag juga menyiapkan opsi lainnya yakni mengeksplorasi perjanjian dagang terbatas atau limited Trade Deal untuk pengurangan tarif dan penyelesaian isu non-tarif yang menjadi kepentingan kedua negara.

    Terakhir, Kemendag akan melakukan penguatan kerja sama investasi di berbagai sektor strategis seperti ekstrasi, energi, kesehatan, teknologi informasi, pangan, dan lainnya.

    “Ini menjadi salah satu hal yang patut kita tawarkan langsung kepada pihak Amerika pada forum TIFA tersebut,” pungkasnya. 

  • Trump Diam-Diam Pelototi Swasembada Pangan Prabowo, Ini Alasannya

    Trump Diam-Diam Pelototi Swasembada Pangan Prabowo, Ini Alasannya

    Bisnis.com, JAKARTA – Menteri Perdagangan (Mendag) Budi Santoso mengatakan bahwa pemerintah Amerika Serikat (AS) turut menyoroti program swasembada pangan yang menjadi prioritas Presiden Prabowo Subianto.

    Mendag mengatakan beberapa waktu lalu telah bertemu dengan Duta Besar Amerika Serikat (Dubes AS) guna membahas kebijakan Presiden AS Donald Trump. 

    Dalam pertemuan tersebut, Budi mengungkap bahwa Dubes AS memberikan kisi-kisi kebijakan Indonesia yang tengah ‘dipelototi’ oleh pemerintahan Trump, mengingat Indonesia merupakan salah satu negara penyumbang defisit perdagangan terbesar bagi AS.

    “Itu mau dipelototin, biasanya yang dipelototin terkait kebijakan, ada nggak yang menghambat akses pasar dia masuk ke sini, termasuk juga tarifnya,” kata Budi ketika melakukan kunjungan ke Kantor Bisnis Indonesia, Jakarta, Selasa (25/3/2025). 

    Program swasembada pangan menjadi salah satu yang disorot oleh Dubes AS. Pasalnya, Budi mengungkap, ada perbedaan persepsi antara pemerintah AS dan Indonesia mengenai program tersebut.

    Budi mengatakan, pemerintah AS menyimpulkan bahwa pemerintah Indonesia menutup keran impor semua komoditas pertanian melalui program swasembada pangan.

    Hal tersebut lantas langsung dibantah olehnya. Kepada Dubes AS, Budi menuturkan bahwa swasembada pangan yang dimaksud yakni Indonesia mampu memenuhi kebutuhan pangan dari produksi dalam negeri, bukan menutup keran impor produk pertanian. 

    Apalagi, kata Budi, terdapat sejumlah komoditas pertanian yang tampaknya tidak dapat mencapai swasembada, seperti anggur dan apel.

    “Apel kan kita nggak sanggup. Jadi dia kira nggak boleh impor. Ini salah satu yang harus kita jelaskan, jangan sampai informasi yang salah sampai ke pimpinan dan mereka buat kebijakan yang kurang pas untuk Indonesia,” tutur Budi.

    Untuk itu, pemerintah Indonesia telah menyiapkan berbagai upaya agar tidak terdampak kebijakan Trump. Di antaranya, dialog strategis Indonesia-AS sebagai platform kerja sama ekonomi dan diplomasi perdagangan.

    Selain itu, memperkuat komunikasi dan lobi strategis melalui utusan khusus, eksplorasi perjanjian dagang terbatas untuk pengurangan tarif dan penyelesaian isu non tarif yang menjadi kepentingan kedua negara.

    Pemerintah juga berencana mereaktivasi dan memperbaharui Indonesia-US Trade and Investment Frame Agreement (Indonesia-US TIFA) yang dibentuk pada 1966, serta memperkuat kerja sama investasi di berbagai sektor strategis. 

  • Habis UU TNI, Terbitlah RUU Polri

    Habis UU TNI, Terbitlah RUU Polri

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat media sosial Sudarsono Saidi ikut bersuara terkait kondisi politik dan kebijakan yang diambil pemerintah belakangan ini.

    Ia mengibaratkan langkah-langkah pemerintah dan DPR seperti mengobati sakit perut dengan obat sakit kepala.

    “Dibilang salah, ngeyel. Yang kasih saran digebuki alat negara,” ujar Sudarsono di X @saidi_sudarsono (24/3/2025).

    Dikatakan Sudarsono, masalah utama bangsa ini adalah korupsi, yang seharusnya ditangani dengan undang-undang perampasan aset dan kebijakan yang bertujuan memiskinkan koruptor.

    “Masalah bangsa ini korupsi. Yang dibutuhkan UU perampasan aset koruptor dan upaya memiskinkan koruptor,” cetusnya.

    Sudarsono bilang bahwa yang justru disiapkan pemerintah adalah revisi Undang-Undang TNI, yang nantinya akan disusul dengan revisi UU Polri.

    “Eh yang disiapkan UU TNI dan akan nyusul Polri,” tandasnya.

    Tambahnya, kebijakan pemerintah bisa saja menimbulkan suara-suara teriakan ingin merdeka dan terpisah dari Indonesia.

    “Ini hasil pemerintahan Jokowi yg kini dilanjutkan. Sedih melihat Indonesia tak membaik,” kuncinya.

    Sebelumnya, Ahli epidemiologi sekaligus pegiat media sosial, Tifauzia Tyassuma, menyoroti revisi Undang-Undang Tentara Nasional Indonesia (UU TNI) yang baru saja disahkan.

    Ia mengklaim bahwa langkah ini akan segera diikuti dengan revisi Undang-Undang Kepolisian (UU Polri), yang menurutnya menandai perubahan besar dalam arah pemerintahan.

    “Setelah UU TNI direvisi. Sebentar lagi akan ada Revisi UU POLRI. Selanjutnya, selamat datang Era Militerisme dan Otoritarianisme,” ujat Tifa di X @DokterTifa (23/3/2025).