Produk: tifa

  • Aksi Roy Suryo dan Dokter Tifa Datangi Makam Keluarga Jokowi Bikin PSI Meradang: Tidak Bermoral!

    Aksi Roy Suryo dan Dokter Tifa Datangi Makam Keluarga Jokowi Bikin PSI Meradang: Tidak Bermoral!

    GELORA.CO – Aksi Mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Roy Suryo dan dokter Tifa yang mendatangi makam keluarga Presiden ke-7 RI Joko Widodo (Jokowi) dikecam Partai Solidaritas Indonesia (PSI).

    Makam keluarga Jokowi berada di kawasan Selokaton, Gondangrejo, Karanganyar, Jawa Tengah.

    Pemakaman Keluarga Mundu itu menjadi tempat peristirahatan terakhir orangtua Jokowi. 

    Dimana ibunda Jokowi Sudjiatmi Notomihardjo dimakamkan disamping kiri pusara suaminya, Widjiatno Notomihardjo

    Wakil Ketua Umum DPP PSI Andy Budiman menilai tindakan Roy Suryo dan Tifauzia Tyassuma, nama lengkap dr Tifa, tidak bermoral dan hanya mengejar sensasi.

    “Mereka kehabisan akal untuk menjelek-jelekkan dan memfitnah Pak Jokowi, akhirnya pergi ke makam yang entah apa relevansinya,” kata Wakil Ketua Umum DPP PSI Andy Budiman dikutip dari laman resmi, Kamis (9/10/2025).

    Menurut Andi, mereka telah berniat buruk saat mengunjungi makam keluarga Jokowi.

    Andi menganggap mereka bukan mencari kebenaran terkait ijazah Jokowi.

    “Niat buruk ditambah gila publikasi membuat pikiran sehat mereka hilang. Tidak tersisa lagi rasa hormat untuk para orang tua yang sudah mendahului. Memalukan,” kata Andy.

    Kecaman Kader PSI 

    Selain Andy, Ketua Direktorat Diseminasi Informasi dan Sosial Media DPP PSI, Dian Sandi Utama juga mengecam tindakan Roy Suryo dan dokter Tifa.

    Dian Sandi menilai, tindakan mendatangi makam keluarga Jokowi hingga memberikan analisis suka-suka dianggap tidak etis dan menyinggung nilai-nilai kesopanan.

    Terlebih mereka mendatangi makam keluarga Jokowi tanpa izin dari yang bersangkutan.

    Dalam media sosial pribadinya @DianSandiU, Dian Sandi menyebut bahwa aksi yang dilakukan Roy Suryo Cs sudah kelewat batas.

    “Kemarin saya masih menganggap mereka sekadar kurang waras,” ujar Dian di X @DianSandiU, pada Rabu (8/10/2025).

    “Tapi setelah mereka pergi cek makam keluarga Pak Jokowi, fix mereka memang sudah gila!,” tambahnya.

    Dian Sandi mengatakan bahwa apa yang dilakukan Roy Suryo Cs sudah tidak etis dan tidak manusiawi.

    “Kalau kalian setuju dengan apa yang dilakukan mereka, itu karena korbannya bukan kalian,” timpalnya.

  • Tuduhan Ijazah Palsu Jokowi Kian Panas, Firdaus Oiwobo: Roy Suryo dan Rismon Adalah Rombongan Keledai

    Tuduhan Ijazah Palsu Jokowi Kian Panas, Firdaus Oiwobo: Roy Suryo dan Rismon Adalah Rombongan Keledai

    Ia menambahkan, simbol tersebut digunakan sebagai pembeda dengan kelompok yang disebutnya keledai, yang menurutnya menggambarkan kebodohan dan pengulangan kesalahan.

    “Keledai adalah binatang dungu yang jatuh di lubang yang sama. Nah, rombongan Roy Panci sudah saya sebut. Mereka adalah binatang keledai yang jatuh di lubang yang sama,” katanya.

    Firdaus juga menyerukan kepada masyarakat untuk membentuk cabang Termul di berbagai daerah dengan menggunakan logo resmi yang dapat diunduh dari akun media sosial pribadinya.

    Ia menegaskan, gerakan ini bukan untuk memecah belah bangsa, melainkan untuk menghadang upaya provokasi yang berpotensi menimbulkan perpecahan.

    “Kita bukan memprovokasi agar anak bangsa pecah, tetapi menjaga stabilitas nasional dari provokasi-provokasi yang dilakukan oleh oknum yang mengaku ahli, padahal tidak punya legalitas,” tandasnya.

    Sebelumnya, sebuah video kunjungan Roy Suryo bersama timnya ke makam keluarga Jokowi viral di media sosial.

    Dalam tayangan itu, tampak juga Dokter Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa, yang turut hadir di lokasi.

    Tifa mengaku kunjungan itu dilakukan bersama tim hukum mereka sebagai bagian dari upaya pencarian fakta terkait asal-usul keluarga Jokowi.

    “Ada tim kuasa hukum kami juga, saya dan mas Roy. Ini juga lengkap kita tim mencari fakta gitu yah,” kata Tifa dalam video yang beredar.

    Ia juga menyebut ada kejanggalan terkait bentuk dan lokasi makam keluarga Jokowi.

    “Kemudian ada yang menarik, jadi dari sisi ini (menunjuk), ini kan bentuk makam yang tidak lazim. Bahkan untuk orang Jawa sekalipun,” ucapnya.

  • Organisasi Perempuan Pendukung Jokowi Ancam Unjuk Rasa Pakai BH dan Celana Dalam

    Organisasi Perempuan Pendukung Jokowi Ancam Unjuk Rasa Pakai BH dan Celana Dalam

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Sebuah video yang memperlihatkan sejumlah pendukung Jokowi melakukan jumpa pers kini viral di media sosial.

    Bukan tanpa alasan, viralnya video itu dipicu kalimat salah seorang perempuan pendukung Jokowi yang menyampaikan ancaman nyeleneh.

    Dalam video itu, tampak seorang perempuan paruh baya mengenakan hijab berwarna biru berbicara berapi-api disaksikan langsung sejumlah rekan-rekannya.

    “Kalau bisa Mabes Polri cepat melakukan ini. Kalau tidak, saya organisasi perempuan sekitar 500 perempuan berencana turun memakai BH dan celana dalam untuk Mabes Polri,” ujar perempuan itu kemudian disambut sorakan semangat dari para pendukung Jokowi lainnya.

    “Kita marah karena Pak Jokowi tiap hari dibully. Saya sudah lama merencanakan hal itu,” sambung perempuan itu berapi-api.

    Makanya hari ini, lanjutnya, kita ingin bicara. “Apabila sampai masalah ini tidak selesai, kami turun dengan BH dan celana dalam ke Mabes Polri sambil berunjuk rasa. Terima kasih,” tutupnya.

    Diberitakan sebelumnya, sejumlah relawan Jokowi melakukan konferensi pers di Jakarta, Kamis (2/10/2025).

    Pada kesempatan itu, Ketua Umum Jokowi Mania, Andi Azwan gerah dengan lambannya proses hukum terkait laporan Joko Widodo terhadap Roy Suryo, Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa, dan Rismon Sianipar di Polda Metro Jaya.

    “Kami mendesak Polda Metro Jaya untuk segera menetapkan status hukum terhadap Roy Suryo Cs atas dugaan pencemaran nama baik dan penghasutan. Laporan ini sudah cukup lama, tapi sampai sekarang belum ada penetapan tersangka,” ujar Andi Azwan.

  • Dokter Tifa Kembali Kaitkan Cuitan Lama Akun Fufufafa dengan Riwayat Pendidikan Wapres Gibran

    Dokter Tifa Kembali Kaitkan Cuitan Lama Akun Fufufafa dengan Riwayat Pendidikan Wapres Gibran

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pakar Neuroscience Behavior sekaligus Pegiat Media Sosial dr Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa kembali menyoroti soal riwayat pendidikan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

    Sorotan yang diberikannya kali ini dikaitkan dengan cuitan lama dari akun kaskus fufufafa.

    Lewat cuitan di akun media sosial X pribadinya, Dokter Tifa membagikan cuitan lama dari akun fufufafa.

    Cuitan dari akun tersebut bicara soal lulusan dari SD yang SMP yang disebut ingin memiliki kehidupan mewah.

    Hanya saja, dalam cuitannya akun tersebut, ini menyindir soal lulusan yang memiliki keterampilan terbatas.

    “Lulusan sd-smp dengan keterampilan terbatas pengen hidup mewah,” tulis akun tersebut.

    Inilah yang disindir oleh Dokter Tifa yang percaya akun fufufafa ini dulunya milik Wapres Gibran.

    Ia membalas cuitan lama itu dengan bahasa jawa karena agak kesal dengan cuitan tersebut.

    “Ngomong sendiri tentang diri sendiri ketika sedang sendirian,  bahasa Jawanya “ndleming,” tulisnya dikutip Minggu (28/9/2025).

    “Saya ngga tahu kata bahasa Indonesia yang pas. Ada yang bisa bantu?,” terangnya.

    Untuk diketahui, sejumlah pegiat media sosial dan pakar IT mampu membuktikan bahwa akun Fufufafa tersebut adalah milik Gibran. Saat isu ini mencuat sudah banyak yang menyajikan bukti-bukti tersebut.

    Meski Menkominfo yang saat itu dijabat oleh Ketua Umum ProJo (relawan pro Jokowi), Budi Arie, membantahnya tetap saja bukti-bukti itu berseliweran. (Erfyansyah/fajar) 

  • Cuitan Lama Akun Fufufafa Saya Tidak Tamat SD, Dokter Tifa: Ini Betul Gibran?

    Cuitan Lama Akun Fufufafa Saya Tidak Tamat SD, Dokter Tifa: Ini Betul Gibran?

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pemilik akun kaskus yang sempat mencuri perhatian fufufafa sampai saat ini belum terungkap pemilik asli.

    Akun ini sebelumnya viral karena mengirimkan cuitan-cuitan kritis dan mengarah sindiran keras ke Pemerintah.

    Ada dugaan kuat akun Kaskus Fufufafa diduga kuat milik Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka.

    Dugaan itu muncul setelah beredar sejumlah unggahan lama dari akun tersebut yang dinilai menunjukkan kedekatan gaya dan arah politik dengan sosok Gibran.

    Di tengah ramainya pembahasan soal riwayat pendidikan Wapres Gibran, akun ini kembali disorot.

    Sorotan tersebut datang dari pegiat media sosial, Dokter Tifa yang membagikan cuitan lama dari akun fufufafa.

    Dari cuitan itu, pemilik akun menuliskan bahwa dirinya tidak tamat Sekolah Dasar (SD). Cuitan itu diunggah pada tahun 2014 silam.

    “Saya tidak tamat SD,” tulis akun tersebut.

    Dokter Tifa pun melalui cuitan di akun X pribadinya menaruh dugaan kuat bahwa akun fufufafa ini miliki Gibran.

    Dengan kaitan dari cuitan tersebut, ia menarik kesimpulan itu bisa saja jadi sebuah pesan pengakuan.

    “Apakah FUFUFAFA ini betul GIBRAN?,” tulisnya dikutip Jumat (26/9/2025).

    “Kalau iya, berarti di tahun 2014 dia sudah mengaku kalau dia TIDAK TAMAT SD!,” terangnya. (Erfyansyah/fajar)

  • Bukan Hanya Ijazah SMA, Ijazah SMP Gibran Juga Dipertanyakan

    Bukan Hanya Ijazah SMA, Ijazah SMP Gibran Juga Dipertanyakan

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Beberapa waktu belakangan, ijazah Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka jadi pembahasan hangat publik.

    Itu setelah seorang warga sipil bernama Subhan menggugat secara perdata keabsahan ijazah SMA anak mantan Presiden itu.

    Belakangan, muncul pertanyaan pula terkait ijazah SMP anak sulung Jokowi tersebut yang mulai dinilai janggal.

    Salah satu yang mempertanyakan soal ijazah SMP Gibran adalah ahli epidemiologi, seorang dokter yang juga pegiat media sosial, dr Tifauziyah Tyassuma.

    “SMPN 1 Surakarta apakah mengeluarkan Ijazah atas nama Gibran Rakabuming Raka?” tanya Dokter Tifa, dikutip dari akun media sosialnya, Rabu (24/9/2025).

    Dokter Tifa melanjutkan, jika ijazah tersebut tidak ada, maka Indonesia saat ini dipimpin Wapres yang tamatan SD.

    “Kalau tidak, maka artinya Indonesia punya Wapres lulusan SD!” tulis Dokter Tifa.

    Cuitan tersebut ramai dilihat ribuan warganet di media sosial X dengan 1.000-an like, 385 kali dibagikan ulang, dan puluhan komentar.

    “Kalau ini nglacaknya gampang tinggal lihat di buku induk siswa, kecuali buku induknya juga palsu seperti buku alumni UGM yang Fakultas Kehutanan kmarin,” cuap akun @Sopingi49962744 di kolom komentar.

    “Itu yg pertama. Kl keluarkan, keluar tahun brp? Kl keluar thn 2002 spt data KPU, berarti gibran masuk OPSS pd 2003 Sbb tahun ajaran baru di SG dimulai pd Jan. Kl 2 thn di OPSS Berarti awal 2003-akhir 2004. UTS insearch jg awal tahun Jd masuk UTS pd Januari 2005. Berantakan,” balas lainnya.

    “Tahun 2025 disaat stok sarjana indonesia melimpah ruah, kita punya wapres lulusan SD?” tanya warganet lainnya. (sam/fajar)

  • Dapat Data Baru soal Riwayat Pendidikan Wapres Gibran dari Australia, Dokter Tifa: Ampun Gusti Allah

    Dapat Data Baru soal Riwayat Pendidikan Wapres Gibran dari Australia, Dokter Tifa: Ampun Gusti Allah

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Pegiat media sosial, Dokter Tifa terus memberikan pembahasan soal riwayat pendidikan dari Wakil Presiden (Wapres), Gibran Rakanuming Raka.

    Kali ini yang disoroti oleh Dokter Tifa terkait beberapa kemungkinan yang bisa hadir dari riwayat pendidikan Wapres Gibran.

    Lewat cuitan di akun media sosial X pribadinya, ia menyebut beberapa kemungkinan bisa hadir.

    Seperti riwayat pendidikan Gibran disebut sangat problematik, rawan scam, potensial fake.

    Ia berani bicara terkait hal ini karena mengaku mendapatkan tambahan data terbaru soal isu ini.

    “Riwayat pendidikan Gibran sangat problematik, rawan scam, potensial fake,” tulisnya dikutip Minggu (21/9/2025).

    “Barusan dapat tambahan data fresh dari Australia yang bikin saya geleng kepala,” tuturnya.

    Dokter Tifa pun lanjut dengan menyindir terkait isu ijazah palsu mantan Presiden Joko Widodo yang sudah berproses sangat lama.

    Dan kini muncul pembahasan dan pertanyaan besar soal riwayat pendidikan untuk Wakil Presiden yang saat ini menjabat.

    “Negara ini sudah bermusibah dengan Presiden berijazah palsu 10 tahun,” sebutnya.

    “Masa kita masih tahan dengan penderitaan 5 tahun ke depan gara-gara amburadulitas pendidikan Wapres?

    “Ampun Gusti Allah,” pungkasnya. (Erfyansyah/fajar)

  • Kejanggalan Data Gibran di Situs KPU, dari ‘Pendidikan Terakhir’, Tak Bisa Diakses, hingga Berubah Jadi S1

    Kejanggalan Data Gibran di Situs KPU, dari ‘Pendidikan Terakhir’, Tak Bisa Diakses, hingga Berubah Jadi S1

    GELORA.CO – Perubahan data pendidikan terakhir Gibran di situs KPU membuat publik merasakan kejanggalan.

    Apalagi, peristiwa itu berdekatan dengan ramainya sorotan warga mengkritik keputusan KPU yang akan merahasiakan dokumen capres cawapres.

    Meski akhirnya keputusan itu dibatalkan, publik telanjur kecewa dengan kejanggalan yang dilakukan KPU itu.

    Terkini, netizen pun berupaya mencari tahu dokumen para peserta Pilpres 2024. Hingga kemudian menemukan kejanggalan terkait pendidikan terakhir Gibran di situs KPU.

    Hasil penelusuran fajar.co.id pada Rabu sore (17/9/2025) di situs KPU pada data pendidikan Gibran tertera tulisan ‘Pendidikan Terakhir’.

    Pada malam harinya, data tersebut tak bisa diakses. Baik menggunakan ponsel atau pun komputer (desktop). Hanya tertera tulisan yang cukup panjang salah satunya terkait “hak cipta”.

    Kemudian pada pagi hari (18/9/2025), data tersebut masih sulit diakses. Barulah kemudian bisa diakses pada jelang siang sekitar pukul 10.20 WITA.

    Kini, data seluruh peserta Pilpres 2024 sudah bisa diakses dengan mudah. Sudah banyak pegiat media sosial kembali mengaksesnya. Salah satunya Dokter Tifa.

    Hanya saja, ahli epidemiologi itu kembali menemukan kejanggalan usai data pendidikan Gibran bisa diakses.

    “Orchid Park Secondary School adalah sekolah lanjutan setelah Sekolah Dasar dengan masa studi 4 tahun,” tulis Dokter Tifa, dikutip Kamis (18/9/2025).

    Artinya, lanjutnya, di Orchid Park menerima anak lulus SD kemudian SMP dan SMA-nya di situ.

    Lulus kemudian mereka melanjutkan ke College atau University. Bingung juga kalau betul Gibran sekolah di situ tahun 2002-2004, alias hanya dua tahun.

    “Dia mengulang SMP lagi atau bagaimana di situ? Dan kalau hanya dua tahun, bagaimana mungkin dia dapat Ijazah SMA? Lalu Ijazah SMA yang dipakai untuk mendaftar jadi Wapres, DARI MANAAAA???? Hhhhh sebel banget nge gas aku,” tutup Dokter Tifa. 

  • Dokter Tifa Ungkit Korban Kanjuruhan hingga KM 50. Singgung Jokowi?

    Dokter Tifa Ungkit Korban Kanjuruhan hingga KM 50. Singgung Jokowi?

    Dokter Tifa Ungkit Korban Kanjuruhan hingga KM 50. Singgung Jokowi?

    FAJAR.CO.ID,JAKARTA — Ahli Epidemiologi sekaligus Pegiat Media Sosial, Tifauzia Tyassuma atau Dokter Tifa mengungkit sejumlah peristiwa. Di antaranya menyebabkan kematian.

    Tifa menyentil pejabat yang baru lengser. Meski tak menyebut spesifik nama pejabat tersebut.

    “Tidak sampai setahun pasca lengser. Sudah dikejar dosa-dosanya,” kata Tifa dikutip dari unggahannya di X, Senin (15/9/2025).

    Peristiwa tersebut, mulai meninggalnya ratusan panitia Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS). Sampai dengan tragedi kanjuruhan.

    “900+ nyawa KPPS/ 300+ nyawa korban Kanjuruhan. 6 Mujahid KM 50.vRatusan korban Pinjol dan Judol.vRatusan korban kelaparan Yahukimo juga tempat-tempat lain,” terangnya.

    Tifa juga mengungkit korupsi yang terjadi di masa jabatan pejabat tersebut.

    “Korupsi ribuan Triliun atas nama anak buah tetapi semua bermuara ke satu nama: Sudah didaftar ke OCCRP sehingga tak mungkin berkelit lagi,” ucapnya.

    Tak ketinggalan, Tifa menyinggung penggunaan ijazah. Menurutnya ijazah itu digunakan menikmati kemewahan bersama keluarganya.

    “Kebohongan Ijazah 20 tahun dengan nikmat fasilitas dan segala kemewahan yang dirasakan anak menantu sampai cucu,” ujarnya.

    Ia pun mengingatkan soal kezaliman. Ia menegaskan kezaliman akan langsung dibalas oleh Allah.

    “Mau pergi kemana Fir’aun, Hamman dan Qorun ketika Allah sudah mulai menurunkan azab atas kezaliman?” jelasnya.

    “Ingat! Kezaliman dibalas Allah di dunia bukan ditunda di akhirat. Dosanya sih hitung-hitungan tetap di akhirat. Tapi nanti. Zalimnya itu lho, balasannya di dunia,” tambahnya.

  • Gugatan Subhan Berpeluang Buka Kotak Pandora Ijazah Gibran

    Gugatan Subhan Berpeluang Buka Kotak Pandora Ijazah Gibran

    GELORA.CO -Gugatan yang dilayangkan HM Subhan, advokat dari Kantor pengacara “Subhan Palal dan Rekan”, secara perdata Wapres Gibran Rakabuming Raka karena syarat pendaftarannya sebagai cawapres dinilai tidak memenuhi ketentuan, lagsung bikin geger publik.

    Catatan Pengadilan Negeri Jakarta Pusat (PN Jkt Pst) melalui Sistem Informasi Penelusuran Perkara (SIPP) menampilkan gugatan perdata perkara jazah SMA Gibran dengan nomor perkara 583/Pdt.G/2025/PN Jkt.Pst. Perkara tersebut telah didaftarkan sejak Jumat 29 Agustus 2025 lalu dan rencana sudah akan mulai disidangkan pada Senin 8 September 2025 minggu depan.

    “Keberanian Subhan menggugat ijazah Wapres Gibran pantas diapresiasi, meski tetap harus dicermati agar jangan sampai sekedar sensasi atau bahkan bertujuan untuk “menutup” gugatan lain agar terjadi ne bis in indem (lengkapnya: Nemo debet bis vexari pro una et eadem causa) yang artinya tidak bisa digugat dua kali dalam satu hal yang sama,” kata pakar telematika Roy Suryo melalui keterangan elektroniknya di Jakarta, Sabtu 6 September 2025.

    Menurut Roy, apabila gugatan Subhan sebesar Rp125 triliun dikabulkan, maka gugatan perdata ini setidaknya akan bisa membuka kotak pandora riwayat pendidikan pemilik akun Fufufafa tersebut.

    Kasus perbuatan melawan hukum alias PMH yang dipermasalahkan adalah ketidaksesuaian ijazah Gibran dengan UU Pemilu No 7 Tahun 2017, khususnya di Pasal 169 huruf r junto pasal 13 Peraturan KPU No 19 Tahun 2023 huruf r juga yang menyatakan bahwa Calon Presiden/Wapres berpendidikan paling rendah tamat SMA / Sekolah Menengah Atas, MA/ Madrasah Aliyah, SMK/ Sekolah Menengah Kejuruan, MAK / Madrasah Aliyah Kejuruan, atau sekolah lain yang sederajat. 

    Sebenarnya ada penjelasan bahwa “sederajat” yang dimaksud berarti ijazah harus diakui setara SMA/MA/SMK/MAK melalui penyetaraan resmi dari Kemendikbudristek atau Kemenag dan Calon Presiden/Wapres harus membuktikan ijazah atau dokumen penyetaraan yang sah dan legal. 

    “Artinya jika ada lulusan non formal, wajib ada SK Penyetaraan dari Kemdikbudristek/Dirjen Dikti. Selanjutnya KPU memverifikasi ijazah dengan cara legalisasi serta klarifikasi ke sekolah/instansi yang menerbitkan,” kata Roy.

    Kalau melihat kronologi pendidikan Gibran, SD ditempuh di SD Negeri 16 Mangkubumen Kidul, Laweyan Solo tahun 1993-1999, kemudian SMP di SMP Negeri 1, Jl MT Haryono Solo tahun 1999-2002 tampak wajar. 

    Namun ketika ditelisik SMA Gibran, kata Roy, terjadi kesimpangsiuran data. Ada yang menulis Orchid Park Secondary School (OPSS) Singapura tahun 2002-2005, namun ada data lain, misalnya yang pernah ditulis dalam akun X dr Tifa berdasar kesaksian beberapa orang/ sumber A1, bahwa Gibran bersekolah di SMA Santo Yosef selama dua tahun sebelum terpaksa pindah.

    “Karena Gibran hampir tidak naik kelas dan pindah ke SMK Kristen Solo,” kata Roy.

    Lebih parah lagi kalau dilihat Pendidikan Gibran sesudahnya, sempat ditulis di Wikipedia, Situs Forkompinda Solo, bahkan dipublikasikan melalui LKBN Antara saat Pemilu 2024 lalu, Gibran ini disebut lulus S1 di MDIS (Management Development Institute of Singapore).

    “Namun ijazahnya dikeluarkan oleh University of Bradford United Kingdom, Inggris,” kata Roy.

    Selanjutnya sempat ditulis Gibran lulusan S2 di University Technology of Sidney (UTS), sebelum akhirnya dihapus dan malah “dibalik” urutannya ke UTS Australia dulu sebelum ke MDIS/ Bradford UK di Singapore. 

    Roy juga mengkritisi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah melalui Surat Keterangan No 9149/D.DI/KS/2019 menerbitkan “Surat Penyetaraan” yang menyebut bahwa Gibran “telah menyelesaikan pendidikan Grade 12 di UTS Insearch, Sidney, Australia tahun 2006” namun hanya setara dengan tamat SMK peminatan Akutansi dan Keuangan di Indonesia.

    “Jadi InSearch UTS ini malah hanya dianggap level SMK saja,” kata Roy.

    Surat tersebut, sambung Roy, anehnya lagi baru dikeluarkan 13  tahun sesudahnya, yakni tanggal 6 Agustus 2019 oleh Sekretaris Direktorat Jenderal Sutanto atas nama Dirjen Dikdasmen. 

    Kesimpulannya, tegas Roy, apa pun yang akan terjadi dalam persidangan perdata kasus ijazah Gibran yang digugat oleh Subhan ini, apakah memang benar bisa berani diputuskan oleh PN Jkt Pst atau lagi-lagi sebagaimana yang dikakukan oleh beberapa PN sebelumnya (Jakarta, Yogyakarta dan Solo) dalam kasus ijazah Jokowi yang dibuat NO alias Niet Ontvankelijke verklaard, yang artinya Niet = tidak, Ontvankelijk = dapat diterima, Verklaard = dinyatakan, alias “Dinyatakan tidak dapat (berani) diterima”. 

    “Kalau begitu lagi, kapan rakyat Indonesia akan mendapat prinsip equality before the law alias kesetaraan dalam hukum?” pungkas Roy.