Produk: Telur ayam

  • Harga Emas Cetak Rekor Berkali-kali Akhiri Tren Deflasi RI

    Harga Emas Cetak Rekor Berkali-kali Akhiri Tren Deflasi RI

    Jakarta

    Indonesia mengalami inflasi sebesar 0,08% sepanjang Oktober 2024. Plt. Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan, komponen penyumbang inflasi terbesar pada Oktober berasal dari kelompok perawatan pribadi dan jasa lainnya dengan inflasi sebesar 0,94% dan memberikan andil inflasi sebesar 0, 06%.

    “Komoditas yang dominan mendorong inflasi pada kelompok ini adalah emas perhiasan yang memberikan andil inflasi sebesar 0,06%.” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (1/11/2024).

    Kenaikan harga emas pada komoditas pasar internasional sepanjang Oktober disebut ikut tercermin pada pasar dalam negeri. Diketahui sepanjang Oktober, harga emas berkali-kali mencetak rekor tertinggi.

    Selanjutnya, komoditas lainnya yang memberikan andil inflasi secara dominan disumbang oleh harga nasi dengan lauk, kopi bubuk, dan minyak goreng.

    “Komoditas lain yang memberikan andil inflasi antara lain daging ayam ras dengan inflasi 0,04% bawang merah ambil inflasi 0,03%, tomat nasi dan lauk andil inflasi sebesar 0,02%, kopi bubuk, minyak goreng, sigaret kretek mesin, dan telur ayam ras memberikan andil inflasi masing-masing sebesar 0,01%.” jelas Amalia.

    Inflasi yang tercatat pada Oktober mengakhiri tren deflasi Indonesia pada lima bulan terakhir. Sebanyak 28 dari 38 provinsi di Indonesia mengalami inflasi, sisanya deflasi. Inflasi tertinggi terjadi di Maluku sebesar 0,65%. Sementara deflasi terdalam terjadi di Maluku Utara sebesar 1,05%.

    Lihat Video: Analisa Harga Emas

    (eds/eds)

  • Jelang akhir tahun, harga beras dan sembako di Bekasi naik

    Jelang akhir tahun, harga beras dan sembako di Bekasi naik

    Sumber foto: Hamzah Aryanto/elshinta.com.

    Jelang akhir tahun, harga beras dan sembako di Bekasi naik
    Dalam Negeri   
    Sigit Kurniawan   
    Kamis, 31 Oktober 2024 – 20:34 WIB

    Elshinta.com – Jelang akhir tahun, harga sejumlah komoditas pangan di Kota Bekasi, Jawa Barat mengalami kenaikan.

    Kepala Bidang Perdagangan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kota Bekasi, Rini Desmiati mengatakan  harga beras di akhir tahun ini diperkirakan naik menjadi Rp.15.000/Kg.

    “Terutama beras medium yaa. Yang tadinya Rp13.000/kg bisa mencapai Rp15.000/kg,” kata Rini, Kamis (31/10).

    Ia menyebut, kenaikan harga juga diprediksi terjadi pada komoditas lain.

    “Cabai rawit merah misalnya, dari Rp40.000/kg bisa menjadi Rp45.000/kg, meskipun tidak setiap hari. Ini diperkirakan karena keterlambatan pasokan dari daerah penghasil,” jelasnya.

    Sementara itu, daging sapi diprediksi akan naik dari Rp135.000/kg menjadi Rp140.000/kg pada bulan Desember karena meningkatnya permintaan akhir tahun.

    “Sedangkan daging ayam, yang seharusnya Rp23.000/kg, sekarang sudah mencapai Rp35.000/kg, dan harga ini relatif stabil,” tambahnya seperti dilaporkan Kontributor Elshinta, Hamzah Aryanto, Kamis (31/10). 

    Kemudian, harga telur ayam juga mengalami kenaikan, dari Rp23.000/kg menjadi Rp27.000/kg.

    Sebagai upaya untuk mengatasi kenaikan harga tersebut, Disperindag Kota Bekasi telah menggelar operasi pasar di 12 kecamatan sejak 4 November.

    “Kita akan menyediakan beras, telur, ayam, dan daging. Lokasi operasi pasar akan diumumkan melalui flyer di masing-masing kecamatan,” ujar Rini.

    Ia menyebut, jika di akhir tahun lonjakan harga semakin meroket, Disperindag akan berkoordinasi dengan dinas ketahanan pangan untuk mengeluarkan cadangan daging ayam dan daging sapi yang dimiliki Pemerintah Kota.

    “Hasil evaluasi operasi pasar akan diumumkan setelah kegiatan tersebut selesai. Operasi pasar ini ditujukan bagi masyarakat yang membutuhkan,” pungkasnya. 

    Sumber : Radio Elshinta

  • Kadin gelar Gerakan Pangan Murah di Kabupaten Bogor

    Kadin gelar Gerakan Pangan Murah di Kabupaten Bogor

    Kabupaten Bogor (ANTARA) – Kamar Dagang dan Industri Indonesia (Kadin) bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Bogor, Jawa Barat, menggelar Gerakan Pangan Murah (GPM) di Kantor Kelurahan Cibinong, Kamis.

    Ketua Kadin Kabupaten Bogor Sintha Dec Checawaty mengungkapkan, Kadin selalu terlibat dalam pengendalian laju inflasi daerah dalam tiga tahun terakhir. Kadin pun telah membentuk Pokja Tim Pengendalian Inflasi Daerah.

    “Kegiatan GPM ini bukti nyata Kadin hadir berkolaborasi untuk mengendalikan inflasi melalui GPM. Dan rutin memonitoring harga di pasaran untuk bersama-sama mengintervensi jika ada kenaikan harga di pasaran,” ungkap Sintha.

    Sintha melanjutkan, GPM akan terus dilaksanakan dengan harapan inflasi di Kabupaten Bogor terkendali, sehingga tidak ada gejolak-gejolak yang tidak diinginkan.

    “Selain itu, dengan GPM diharapkann masyarakat Kabupaten Bogor dapat mengakses kebutuhan pangan pokoknya dengan harga yang terjangkau,” jelas Sintha.

    Menurut dia, dalam GPM kali ini, disediakan beras SPHP sebanyak 2 ton, beras medium ada 1 ton, minyak goreng ada 600 liter, gula pasir ada 100 kilogram, telur ayam ada 200 kilogram, daging sapi ada 20 kilogram, daging ayam 50 kilogram, bawang merah 30 kilogram, bawang putih 20 kilogram, cabe merah keriting 25 kilogram dan cabe rawit merah 25 kilogram.

    Plt Kepala Dinas Ketahanan Pangan Kabupaten Bogor Bambam Setia Aji pun mengapresiasi Kadin yang telah memfasilitasi GPM di Kelurahan Cibinong.

    “Terima kasih kepada Kadin Kabupaten Bogor yang sudah memfasilitasi GPM ini, mudah-mudahan GPM ini bisa lanjut terus dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat Kabupaten Bogor,” jelas Bambam.

    Plh Sekretaris Daerah Kabupaten Bogor, Zaenal Ashari mengatakan, GPM ini hampir setiap minggu dilaksanakan di seluruh wilayah Kabupaten Bogor secara bergilir.

    “GPM tidak hanya terpusat di Kecamatan Cibinong tapi juga di kecamatan lainnya seperti Tamansari, Ciseeng dan lainnya, karena masyarakat sangat membutuhkan. Tujuannya menstabilkan harga terutama harga bahan pokok untuk menekan laju inflasi di Kabupaten Bogor,” kata Zaenal.

    Zainal menambahkan, untuk menekan laju inflasi berbagai upaya kita lakukan, tidak hanya GPM, tapi juga ada operasi pasar, gerakan tanam cabai dan komoditas lainnya di pekarangan rumah dan lainnya.

    Baca juga: Pangan murah bisa jadi strategi kendalikan inflasi

    Baca juga: Kadin: PP 28/2024 sangat ancam keberlangsungan IHT Jatim

    Pewarta: M Fikri Setiawan
    Editor: Evi Ratnawati
    Copyright © ANTARA 2024

  • Harga pangan Selasa pagi, bawang merah naik menjadi Rp30.940 per kg

    Harga pangan Selasa pagi, bawang merah naik menjadi Rp30.940 per kg

    Arsip foto – Bawang merah dijual pedagang di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (21/8/2024). ANTARA/Harianto.

    Harga pangan Selasa pagi, bawang merah naik menjadi Rp30.940 per kg
    Dalam Negeri   
    Novelia Tri Ananda   
    Selasa, 29 Oktober 2024 – 12:07 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat, harga sejumlah komoditas pangan secara umum fluktuatif pada Selasa pagi, diantaranya bawang merah naik menjadi Rp30.940 per kilogram (kg). Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 09.00 WIB, untuk harga beras premium di tingkat pedagang eceran, naik 0,52 persen atau Rp80 menjadi Rp15.540 per kg.

    Sedangkan harga beras medium stabil di harga Rp13.530 per kg; lalu beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog turun 0,16 persen atau Rp20 menjadi Rp12.550 per kg. Sedangkan komoditas bawang merah naik di angka 1,61 persen atau Rp490 menjadi Rp30.940 per kg; lalu bawang putih bonggol juga naik 0,88 persen atau Rp350 menjadi Rp40.350 per kg.

    Berikutnya, harga komoditas cabai merah keriting turun 2,17 persen atau Rp650 menjadi Rp29.360 per kg; begitu juga cabai rawit merah turun 2,01 persen atau Rp850 menjadi Rp41.510 per kg. Begitu pula, harga daging sapi murni turun 0,19 persen atau Rp260 menjadi Rp134.400 per kg; lalu daging ayam ras juga turun 0,55 persen atau Rp200 menjadi Rp36.350 per kg; sedangkan telur ayam ras naik 1,72 persen atau Rp490 menjadi Rp29.050 per kg.

    Berikutnya, harga kedelai biji kering (impor) terpantau turun 1,03 persen atau Rp110 menjadi Rp10.560 per kg; begitu pun gula konsumsi naik 0,39 persen atau Rp70 menjadi Rp18.020 per kg. Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana naik 0,82 persen atau Rp150 menjadi Rp18.350 per kg; lalu minyak goreng curah juga turun 0,72 persen atau Rp120 menjadi Rp16.480 per kg.

    Berikutnya harga tepung terigu curah turun 1,78 persen atau Rp180 menjadi Rp9.960 per kg; tepung terigu non curah juga turun 0,99 persen atau Rp130 menjadi Rp12.980 per kg. Kemudian, harga jagung di tingkat peternak naik 3,85 persen atau Rp230 menjadi Rp6.200 per kg; sedangkan harga garam halus beryodium turun 0,78 persen atau Rp90 menjadi Rp11.460 per kg.

    Berikutnya, harga ikan kembung terpantau naik 3,69 persen atau Rp1.380 menjadi Rp38.790 per kg; lalu ikan tongkol juga naik 1,59 persen atau Rp500 menjadi Rp31.850 per kg; sedangkan ikan bandeng turun 1,14 persen atau Rp380 menjadi Rp32.850 per kg.

    Sumber : Antara

  • Harga cabai rawit turun Rp2.550 menjadi Rp39.400 per kg

    Harga cabai rawit turun Rp2.550 menjadi Rp39.400 per kg

    Cabai rawit merah dan komoditas pangan lainnya yang dijual pedagang di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (21/8/2024). ANTARA/Harianto.

    Harga cabai rawit turun Rp2.550 menjadi Rp39.400 per kg
    Dalam Negeri   
    Calista Aziza   
    Rabu, 30 Oktober 2024 – 10:07 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum fluktuatif per Rabu (30/10/2024) pagi, cabai rawit merah turun Rp2.550 menjadi Rp39.400 per kilogram (kg).

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 08.00 WIB, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium turun 0,06 persen atau Rp10 menjadi Rp15.450 per kg.

    Begitu pun beras medium turun 0,96 persen atau Rp130 menjadi Rp13.400 per kg; sedangkan beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog naik tipis 0,08 persen atau Rp10 menjadi Rp12.560 per kg.

    Berikutnya komoditas bawang merah naik di angka 1,70 persen atau Rp520 menjadi Rp31.040 per kg; sedangkan bawang putih bonggol turun 0,05 persen atau Rp20 menjadi Rp40.090 per kg.

    Berikutnya, harga komoditas cabai merah keriting turun 1,82 persen atau Rp540 menjadi Rp29.190 per kg; begitu juga cabai rawit merah turun 6,08 persen atau Rp2.550 menjadi Rp39.400 per kg.

    Selanjutnya, harga daging sapi murni ikut turun 0,98 persen atau Rp1.320 menjadi Rp133.380 per kg; sedangkan daging ayam ras naik 0,71 persen atau Rp260 menjadi Rp36.900 per kg; begitu juga telur ayam ras naik 4,25 persen atau Rp1.210 menjadi Rp29.650 per kg.

    Berikutnya, harga kedelai biji kering (impor) terpantau naik 1,31 persen atau Rp140 menjadi Rp10.800 per kg; begitu pun gula konsumsi naik 1,34 persen atau Rp240 menjadi Rp18.180 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana naik 2,52 persen atau Rp460 menjadi Rp18.710 per kg; lalu minyak goreng curah juga turun 1,08 persen atau Rp180 menjadi Rp16.460 per kg.

    Berikutnya harga tepung terigu curah naik 0,79 persen atau Rp80 menjadi Rp10.190 per kg; sedangkan tepung terigu non curah turun 0,31 persen atau Rp40 menjadi Rp13.030 per kg.

    Kemudian, harga jagung di tingkat peternak naik 2 persen atau Rp120 menjadi Rp6.110 per kg; sedangkan harga garam halus beryodium turun 1,13 persen atau Rp130 menjadi Rp11.370 per kg.

    Berikutnya, harga ikan kembung terpantau naik hingga 7,43 persen atau Rp2.780 menjadi Rp40.190 per kg; lalu ikan tongkol juga naik 7,90 persen atau Rp2.490 menjadi Rp34.010 per kg; ikan bandeng juga naik 1,86 persen atau Rp620 menjadi Rp33.880 per kg.

    Sumber : Antara

  • Harga pangan 28 Oktober, cabai rawit jadi Rp41.480 per kg

    Harga pangan 28 Oktober, cabai rawit jadi Rp41.480 per kg

    Arsip Foto – Cabai rawit merah dan komoditas pangan lainnya yang dijual pedagang di Pasar Minggu, Jakarta. ANTARA/Harianto.

    Harga pangan 28 Oktober, cabai rawit jadi Rp41.480 per kg
    Dalam Negeri   
    Novelia Tri Ananda   
    Senin, 28 Oktober 2024 – 08:53 WIB

    Elshinta.com – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum fluktuatif per Senin pagi, 28 Oktober 2024, cabai rawit merah turun menjadi Rp41.480 per kilogram (kg). Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 08.00 WIB, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium naik 0,13 persen atau Rp20 menjadi Rp15.460 per kg.

    Sedangkan harga beras medium turun 0,74 persen atau Rp100 menjadi Rp13.450 per kg; lalu beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) Bulog naik 0,16 persen atau Rp20 menjadi Rp12.570 per kg. Sedangkan komoditas bawang merah naik di angka 0,96 persen atau Rp290 menjadi Rp30.380 per kg; berbeda dengan bawang putih bonggol turun 0,17 persen atau Rp70 menjadi Rp40.000 per kg.

    Berikutnya, harga komoditas cabai merah keriting turun hingga 4,01 persen atau Rp1.210 menjadi Rp28.970 per kg; begitu juga cabai rawit merah turun 2,81 persen atau Rp1.200 menjadi Rp41.480 per kg. Begitu pula, harga daging sapi murni turun 0,67 persen atau Rp910 menjadi Rp133.960 per kg; lalu daging ayam ras juga turun 0,44 persen atau Rp160 menjadi Rp36.270 per kg; sama halnya dengan telur ayam ras turun 0,67 persen atau Rp190 menjadi Rp28.250 per kg.

    Berikutnya, harga kedelai biji kering (impor) terpantau naik 0,75 persen atau Rp80 menjadi Rp10.740 per kg; begitu pun gula konsumsi naik 0,45 persen atau Rp80 menjadi Rp17.990 per kg. Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana turun 0,38 persen atau Rp70 menjadi Rp18.120 per kg; lalu minyak goreng curah juga turun 1,21 persen atau Rp200 menjadi Rp16.370 per kg.

    Berikutnya harga tepung terigu curah turun 1,58 persen atau Rp160 menjadi Rp9.970 per kg; tepung terigu noncurah juga turun 1,07 persen atau Rp140 menjadi Rp12.930 per kg. Kemudian, harga jagung di tingkat peternak naik 1,85 persen atau Rp110 menjadi Rp6.050 per kg; sedangkan harga garam halus beryodium turun 1,30 persen atau Rp150 menjadi Rp11.400 per kg.

    Berikutnya, harga ikan kembung terpantau naik 2,16 persen atau Rp810 menjadi Rp38.230 per kg; sedangkan ikan tongkol turun 0,99 persen atau Rp310 menjadi Rp30.900 per kg; begitu pun ikan bandeng turun 1,22 persen atau Rp400 menjadi Rp32.500 per kg.

    Sumber : Antara

  • Harga Pangan Berfluktuasi, Kenaikan Bawang Merah hingga Penurunan Beras di Pasaran

    Harga Pangan Berfluktuasi, Kenaikan Bawang Merah hingga Penurunan Beras di Pasaran

    FAJAR.CO.ID, JAKARTA — Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat adanya fluktuasi harga pada sejumlah komoditas pangan per Sabtu (26/10) pagi. Berdasarkan data Panel Harga Bapanas pada pukul 09.00 WIB, harga bawang merah mengalami kenaikan tipis sebesar 2,58 persen menjadi Rp30.620 per kilogram (kg), sementara beberapa komoditas lainnya juga mengalami perubahan.

    Untuk beras, harga beras premium naik sebesar 0,26 persen atau Rp40, menjadi Rp15.490 per kg. Di sisi lain, beras medium turun 0,15 persen atau Rp20 menjadi Rp13.540 per kg, begitu pula stabilitas pasokan beras dan harga pangan (SPHP) Bulog yang mengalami penurunan serupa sebesar Rp20 menjadi Rp12.520 per kg.

    Harga bawang merah dan bawang putih bonggol menunjukkan kenaikan. Bawang merah naik sebesar 2,58 persen atau Rp770 menjadi Rp30.620 per kg, dan bawang putih bonggol naik 1,59 persen atau Rp640 menjadi Rp40.790 per kg.

    Komoditas cabai merah keriting dan cabai rawit merah mengalami penurunan harga. Cabai merah keriting turun 2,29 persen atau Rp690 menjadi Rp29.820 per kg, sedangkan cabai rawit merah turun 2,26 persen atau Rp980 menjadi Rp42.410 per kg.

    Daging sapi murni tercatat mengalami kenaikan harga sebesar 0,59 persen atau Rp800 menjadi Rp135.440 per kg. Daging ayam ras dan telur ayam ras juga mengalami peningkatan masing-masing sebesar Rp20 menjadi Rp36.500 per kg dan Rp160 menjadi Rp28.640 per kg.

    Harga komoditas lain yang terpantau fluktuatif adalah kedelai biji kering impor yang turun 0,56 persen atau Rp60 menjadi Rp10.770 per kg, sementara gula konsumsi naik 0,45 persen atau Rp80 menjadi Rp18.030 per kg. Minyak goreng kemasan sederhana tercatat naik 0,49 persen atau Rp90 menjadi Rp18.310 per kg, namun minyak goreng curah turun sebesar Rp140 menjadi Rp16.480 per kg.

  • Harga komoditas pangan 19 Oktober, bawang merah Rp29.520 per kg

    Harga komoditas pangan 19 Oktober, bawang merah Rp29.520 per kg

    Jakarta (ANTARA) – Badan Pangan Nasional (Bapanas) mencatat harga sejumlah komoditas pangan secara umum mayoritas naik per Sabtu (19/10) pagi, seperti bawang merah menjadi Rp29.520 per kilogram (kg).

    Berdasarkan data dari Panel Harga Bapanas pukul 09.00 WIB, harga pangan di tingkat pedagang eceran secara nasional, beras premium naik 0,71 persen atau Rp110 menjadi Rp15.580 per kg.

    Begitu pun harga beras medium naik 0,67 persen atau Rp90 menjadi Rp13.620 per kg; namun beras stabilitas pasokan dan harga pangan (SPHP) Bulog stabil di harga Rp12.560 per kg.

    Selanjutnya harga komoditas bawang merah naik 1,65 persen atau Rp480 menjadi Rp29.520 per kg; begitu pun bawang putih bonggol naik 1 persen atau Rp400 menjadi Rp40.370 per kg.

    Sementara itu, harga komoditas cabai merah keriting turun di angka 0,23 persen atau Rp70 menjadi Rp30.510 per kg; begitu pun cabai rawit merah turun 0,70 persen atau Rp320 menjadi Rp45.180 per kg.

    Kemudian, harga daging sapi murni naik 0,16 persen atau Rp220 menjadi Rp134.990 per kg; sedangkan daging ayam ras turun 0,95 persen atau Rp340 menjadi Rp35.470 per kg; sedangkan telur ayam ras naik 1,93 persen atau Rp550 menjadi Rp29.090 per kg.

    Berikutnya, harga kedelai biji kering (impor) juga terpantau naik 2,05 persen atau Rp220 menjadi Rp10.930 per kg; begitu pun gula konsumsi naik 0,95 persen atau Rp170 menjadi Rp18.120 per kg.

    Kemudian, minyak goreng kemasan sederhana naik 2,03 persen atau Rp370 menjadi Rp18.580 per kg; sedangkan minyak goreng curah turun 0,18 persen atau Rp30 menjadi Rp16.520 per kg.

    Berikutnya harga tepung terigu curah turun 2,46 persen atau Rp250 menjadi Rp9.910 per kg; lalu tepung terigu non curah juga turun 0,08 persen atau Rp10 menjadi Rp13.080 per kg.

    Sementara itu, harga jagung di tingkat peternak terpantau turun di angka 0,33 persen atau Rp20 menjadi Rp6.010 per kg; begitu pula harga garam halus beryodium turun 1,73 persen atau Rp200 menjadi Rp11.330 per kg.

    Berikutnya, harga ikan kembung terpantau naik 3,41 persen atau Rp1.270 menjadi Rp38.550 per kg; begitu pun ikan tongkol naik 3,71 persen atau Rp1.170 menjadi Rp32.690 per kg; sedangkan ikan bandeng turun 1,53 persen atau Rp510 menjadi Rp32.870 kg.

    Baca juga: Harga pangan 18 Oktober mayoritas turun, cabai rawit Rp44.900 per kg
    Baca juga: Harga pangan 17 Oktober, cabai rawit naik jadi Rp48.570 per kg

    Pewarta: Muhammad Harianto
    Editor: Ahmad Wijaya
    Copyright © ANTARA 2024

  • Heru apresiasi inflasi Jakarta yang terkendali jelang akhir tahun

    Heru apresiasi inflasi Jakarta yang terkendali jelang akhir tahun

    Saya berharap sinergi TPID Jabodetabek juga dapat terus ditingkatkan, khususnya kerja sama dengan Pasar Induk di area JabodetabekJakarta (ANTARA) – Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono menyampaikan apresiasi atas kerja dari Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID), Satuan Tugas Pangan, dan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) dalam mengendalikan inflasi menjelang akhir tahun yakni sebesar 0,79 persen year to date (ytd) dan 1,70 persen year on year (yoy) pada September.

    Menurut Heru meski DKI Jakarta menghadapi tiga perhelatan besar pada akhir tahun yakni pilkada, Natal, dan perayaan tahun baru namun angka inflasi tetap terkendali.

    “Dengan capaian ini harapannya Jakarta dapat berkontribusi dalam mencapai target nasional sebesar 2,5 persen plus satu persen pada 2024,” kata Heru yang memimpin gelaran High Level Meeting (HLM) Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) dalam upaya menjaga laju inflasi menjelang akhir 2024, serta mencapai target pengendalian inflasi nasional di Jakarta, Rabu.

    Baca juga: BPS DKI: Harga cabai rawit dan merah terendah dalam dua tahun terakhir

    Lebih lanjut Heru mengatakan, beberapa komoditas pangan diperkirakan masih mengalami tren kenaikan harga seiring dengan kenaikan permintaan masyarakat pada Hari Raya Natal 2024 dan Tahun Baru 2025, serta implikasi perubahan harga komoditas global.

    Menurutnya, sinergisitas sekarang sudah berjalan dengan baik bersama dengan Pemerintah Pusat, seperti Kementerian Pertanian, Kementerian Perdagangan, Kementerian Perikanan dan Kelautan, Badan Pangan Nasional, Perum Bulog, serta instansi terkait lainnya.

    “Saya berharap sinergi TPID Jabodetabek juga dapat terus ditingkatkan, khususnya kerja sama dengan Pasar Induk di area Jabodetabek,” ujar Heru.

    Pada September 2024, lima komoditas utama penyumbang deflasi Jakarta secara tahunan (yoy), yaitu cabai merah, bensin, daging ayam ras, masker, dan telur ayam ras.

    Baca juga: Wako Jakut ajak warga manfaatkan lahan untuk tanaman pangan

    Sementara secara bulanan (mtm), lima komoditas utama penyumbang deflasi Jakarta, yaitu bensin, cabai rawit, cabai merah, telur ayam ras, dan emas perhiasan.

    Heru juga mengingatkan, stok kebutuhan pangan saat momen pilkada, Natal, dan tahun baru harus dipastikan ketersediaannya. Ia juga meminta para wali kota di lima Kota Administrasi DKI Jakarta dan Bupati Kepulauan Seribu agar memantau harga dan memastikan ketersediaan stok pangan strategis.

    “Begitu juga TPID Provinsi DKI Jakarta, termasuk Dinas dan BUMD Pangan, segera mempersiapkan stok untuk memenuhi permintaan barang menjelang pilkada dan nataru. Evaluasi pelaksanaan program kerja secara berkala juga terus dilakukan, serta membuat program kerja TPID 2025 dan peta jalan pengendalian inflasi daerah 2025-2029,” kata Heru.

    Menjelang Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN), TPID Provinsi DKI Jakarta telah berupaya dalam mempersiapkan stok pangan dan mengantisipasi kenaikan permintaan saat Pilkada, Natal, dan Tahun Baru. Di antaranya, melakukan strategi 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, komunikasi efektif) untuk pengendalian inflasi.

    Baca juga: Wali Kota Jaksel ajak warga tanam bawang merah demi ketahanan pangan

    Selain itu, dilakukan kerja sama antardaerah, kegiatan sembako murah, menyelenggarakan Festival Urban Farming, publikasi informasi terkait inflasi di media sosial, serta penjualan produk pangan melalui berbagai kanal toko ritel.

    Begitu juga sinergi dan kerja sama pengendalian dengan Kementerian/Lembaga, Bank Indonesia, Bulog, BUMD Pangan, serta pemangku kepentingan lainnya untuk mengendalikan inflasi di Jakarta.

    “Harus melakukan inovasi dalam menjaga ketersediaan bahan pangan di daerah melalui berbagai kegiatan. Misalnya, gerakan swadaya masyarakat menanam cepat panen, serta melakukan update data dan informasi pangan secara berkala, untuk mengidentifikasi kendala yang dihadapi, kemudian disampaikan kepada kementerian terkait,” kata Heru.

    Sementara itu, Kepala Kantor Perwakilan Bank DKI Jakarta Arlyana Abubakar mengatakan, sinergisitas dan kolaborasi antar pemangku kepentingan sangat diperlukan dalam melakukan penguatan dan pengendalian inflasi melalui strategi 4K (keterjangkauan harga, ketersediaan pasokan, kelancaran distribusi, komunikasi efektif) untuk pengendalian inflasi.

    Selain itu, penguatan koordinasi kawasan Jabodetabek dan gerakan sadar inflasi juga perlu dilakukan untuk mendorong daya beli masyarakat.

    “Upaya mendorong sadar inflasi ini harus sudah mulai dilakukan dengan kampanye hemat energi, terutama listrik, bensin dan air. Juga melakukan konsumsi bijak terutama untuk meminimalkan makanan yang terbuang (food waste),” ujar Arlyana.

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2024

  • Sri Mulyani Santai Tanggapi Deflasi 5 Bulan Beruntun, Ini Katanya

    Sri Mulyani Santai Tanggapi Deflasi 5 Bulan Beruntun, Ini Katanya

    Jakarta

    Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati buka suara terkait deflasi yang terjadi selama lima bulan berturut-turut. Bendahara Negara itu meresponsnya dengan santai karena fenomena itu disebut terjadi akibat penurunan harga pangan yang memang diharapkan pemerintah.

    “Kalau saya lihat dari sisi perkembangan inflasi, atau tadi disebutkan deflasi lima bulan berturut-turut, di satu sisi penurunan yang berasal dari volatile food, itu adalah memang hal yang kita harapkan bisa menciptakan level harga makanan di level yang stabil rendah,” kata Sri Mulyani kepada wartawan di kantornya, Jakarta Pusat, Jumat (4/10/2024).

    Sri Mulyani menyebut kondisi ini baik untuk konsumen di Indonesia, terutama kelas menengah bawah yang mayoritas belanjanya adalah untuk makanan.

    “Jadi kalau deflasi ini lima bulan terutama dikontribusikan oleh penurunan harga pangan, itu menurut saya merupakan suatu perkembangan yang positif karena ini akan sangat menentukan daya beli masyarakat, terutama di masyarakat konsumen yang terutama kelompok menengah bawah, di mana pangsa atau peranan dari makanan, pengeluaran untuk makanan itu paling besar,” ucapnya.

    Jika inflasi dilihat dari komponennya, kata Sri Mulyani, inflasi inti (core inflation) yang merupakan indikator permintaan atau agregat demand masih berada di level 2%.

    “Ini artinya demand masih tinggi. Meskipun di situ juga ada harga emas, di mana kenaikan harga emas dalam core inflation pasti mempengaruhi,” imbuhnya.

    Sri Mulyani mengatakan indikator daya beli masyarakat harus dilihat dari banyak sisi, di antaranya indeks kepercayaan konsumen (consumer confidence index) dan indeks ritel. Ia menyebut indeks-indeks itu masih di level stabil.

    “Ini artinya di kelompok masyarakat yang direkam melalui indeks kepercayaan konsumen maupun dari sisi ritel masih menunjukkan adanya aktivitas yang cukup stabil,” katanya.

    Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan September 2024 terjadi deflasi sebesar 0,12%. Terjadi penurunan indeks harga konsumen dari 106,06 pada Agustus 2024 menjadi 105,93 pada september 2024.

    Plt Kepala BPS Amalia Adininggar Widyasanti mengatakan deflasi terjadi karena adanya penurunan harga yang utamanya disumbang oleh harga pangan. Kondisi harga pangan turun karena biaya produksi turun.

    “Andil deflasi tadi sudah saya jelaskan, utamanya disumbang oleh penurunan harga pangan seperti produk tanaman pangan, hortikultura terutama yang memberikan andil terhadap deflasi adalah cabai merah, cabai rawit, tomat,” jelas Amalia dalam konferensi pers, Selasa (1/10).

    “Kemudian juga ada yang turun harganya daun bawang, kentang dan wortel. Juga produk peternakan seperti telur ayam ras, daging ayam ras, yang beberapa bulan sebelumnya pernah mengalami peningkatan harganya, sekarang mengalami penurunan karena kembali stabil,” tambahnya.

    (aid/ara)