Produk: takjil

  • Hari Pertama Puasa, Asyiknya Berburu Aneka Takjil di Pasar Ramadan Polewali

    Hari Pertama Puasa, Asyiknya Berburu Aneka Takjil di Pasar Ramadan Polewali

    Polewali Mandar, Beritasatu.com – Pasar Ramadan di kompleks Pasar Sentral Pekkabata, Kecamatan Polewali, Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat ramai dikunjungi warga yang berburu takjil atau panganan berbuka puasa, Sabtu (1/3/2025).

    Pasar yang hanya ada saat bulan Ramadan ini sudah mulai ramai dikunjungi oleh warga sejak pukul 15.00 Wita hingga menjelang berbuka puasa.

    Bahkan warga rela berdesak desakan di dalam tenda terowongan untuk mencari takjil. Ada banyak pilihan makanan lezat yang dijual dengan harga terjangkau, mulai dari kue tetu, paso, onde-onde, taripang, pisang ijo, sambusa, jalangkote, dan aneka makanan khas nusantara lainnya.

    “Saya baru beli kue risol ini karena kalau buka puasa paling cocok itu makan gorengan, ini saya masih mau cari pisang ijo,” ujarnya seorang warga Afni saat ditemui di Pasar Ramadan.

    Selain makanan, ada juga deretan minuman segar dijajakan di Pasar Ramadan, seperti es campur, sup buah, es doger, es timun, es kelapa, es buah, sari tebu, dan lainnya yang sangat cocok diminum saat buka puasa.

    Banyak warga datang ke Pasar Ramadan juga untuk mencari makanan khas Polewali Mandar, seperti oaling banyam, bau peapi, nasi pecel, ikan bakar, ayam bakar, soto, dan masih banyak lagi. 

    Warga harus datang lebih awal untuk mencari takjil di Pasar Ramadan,  karena jika telat maka bisa-bisa makanan yang mau dibeli sudah habis diborong oleh pembeli lain.

    Afni mengaku datang ke Pasar Ramadan bersama temannya. Menurutnya setiap bulan Ramadan ia selalu menyempatkan diri berburu takjil di pasar tersebut karena pilihannya banyak dan harganya juga murah.

    “Saya lebih suka beli di sini karena suasananya ramai, harganya juga lebih murah,” ujarnya.

    Seorang pedagang di Pasar Ramadan Asma mengatakan penganan paling banyak diburu warga di bazar tersebut saat bulan puasa adalah kue tradisional.

    “Paling banyak dicari itu kue tradisional dan kue jenis gorengan seperti, bakwan, sabusa, onde-onde, pisang ijo, kue paso, dan masih banyak lagi. Mereka cari kue tradisional karena kalau hari biasa jarang ditemukan,” ujar Asma.

    Menurutnya tingginya antusias warga untuk berburu takjil di Pasar Ramadan memberi berkah sendiri bagi pedagang takjil. Asma mengaku banyaknya pembeli membuat omzetnya meningkat.

    “Hari ini kemungkinan mencapai jutaan, alhamdulillah ini jadi berkah di awal Ramadan buat kami pedagang,” kata Asma.

  • Jajanan Takjil Tumpah Ruah di Benhil Jakpus, Makin Sore Semakin Dipadati Warga – Halaman all

    Jajanan Takjil Tumpah Ruah di Benhil Jakpus, Makin Sore Semakin Dipadati Warga – Halaman all

    Banyak masyarakat yang berburu takjil sejak pukul 16.00 WIB atau sekitar 2 jam sebelum waktu berbuka puasa. 

    Tayang: Sabtu, 1 Maret 2025 18:14 WIB

    Tribunnews/Danang Triatmojo

    BERBURU TAKJIL – Bazar takjil dadakan yang berdiri tepat di depan Balai Warga RW 01 Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, jadi buruan warga sekitar pada Sabtu (1/3/2025). Banyak masyarakat yang berburu takjil sejak pukul 16.00 WIB atau sekitar 2 jam sebelum waktu berbuka puasa 

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Bazar takjil dadakan yang berdiri tepat di depan Balai Warga RW 01 Bendungan Hilir, Tanah Abang, Jakarta Pusat, jadi buruan warga sekitar pada Sabtu (1/3/2025).

    Banyak masyarakat yang berburu takjil sejak pukul 16.00 WIB atau sekitar 2 jam sebelum waktu berbuka puasa. 

    Kawasan Bendungan Hilir atau Benhil memang kerap dikunjungi baik warga sekitar maupun masyarakat lain karena menjajakan limpahan makanan ringan atau berat.

     

    Berdasarkan pantauan Tribunnews.com sekitar pukul 16.45 WIB, bazar dadakan yang berisi berbagai macam menu takjil sudah dikerubungi oleh masyarakat. 

     

    Bahkan banyak juga warga yang harus antre demi bisa membeli takjil incarannya. 

     

    Beberapa takjil – takjil yang nampak dijajakan seperti bubur kampiun, aneka makanan tradisional, batagor, bubur safar, es kelapa muda, aneka gorengan, nasi gudeg, minuman buah, tempe mendoan, dan banyak lainnya. 

    Arus lalu lintas di lokasi terlihat padat merayap imbas banyak masyarakat menyeberang jalan dan memenuhi area bazar yang berlokasi tepat di tengah pertigaan.

    Beberapa petugas kepolisian juga nampak mengatur arus lalu lintas. Saat waktu menunjukkan pukul 17.08 WIB, masyarakat makin memadati kawasan Benhil ini. 

    “);
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:’2′,img:’thumb2′}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }
    else{
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    $(“#test3”).val(“Done”);
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else if (getLast > 150) {
    if ($(“#ltldmr”).length == 0){
    $(“#latestul”).append(‘Tampilkan lainnya’);
    }
    }
    }
    });
    });

    function loadmore(){
    if ($(“#ltldmr”).length > 0) $(“#ltldmr”).remove();
    var getLast = parseInt($(“#latestul > li:last-child”).attr(“data-sort”));
    $(“#latestul”).append(“”);
    $(“.loading”).show();
    var newlast = getLast ;
    if($(“#test3”).val() == ‘Done’){
    newlast=0;
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest”, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast + 1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;
    if(val.c_url) cat = “”+val.c_title+””;
    else cat=””;
    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    else{
    $.getJSON(“https://api.tribunnews.com/ajax/latest_section/?callback=?”, {start: newlast,section:sectionid,img:’thumb2′,total:’40’}, function(data) {
    $.each(data.posts, function(key, val) {
    if(val.title){
    newlast = newlast+1;
    if(val.video) {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = ” “;
    }
    else
    {
    var vthumb = “”;
    var vtitle = “”;
    }
    if(val.thumb) {
    var img = “”+vthumb+””;
    var milatest = “mr140”;
    }
    else {
    var img = “”;
    var milatest = “”;
    }
    if(val.subtitle) subtitle = “”+val.subtitle+””;
    else subtitle=””;

    $(“#latestul”).append(“”+img+””);
    }else{
    return false;
    }
    });
    $(“.loading”).remove();
    });
    }
    }

    Berita Terkini

  • Sahur hingga Ngabuburit dalam Perspektif Islam

    Sahur hingga Ngabuburit dalam Perspektif Islam

    Jakarta, Beritasatu.com – Ramadan merupakan bulan penuh keberkahan bagi umat Islam. Pada bulan ini, ibadah  puasa diwajibkan sebagai bentuk penghambaan kepada Allah Swt serta sarana meningkatkan ketakwaan (QS Al-Baqarah:183). “Wahai orang-orang yang beriman,  diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu  agar kamu bertakwa.” 

    Salah satu aspek penting dalam menjalankan ibadah puasa adalah memanfaatkan waktu-waktu tertentu yang memiliki keutamaan khusus, seperti sahur dan  ngabuburit. Kedua waktu ini tidak hanya memiliki dimensi ibadah, juga mengandung  hikmah dan keberkahan yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an dan hadis. 

    Sahur dan ngabuburit tidak hanya memiliki dimensi ibadah dalam Islam, juga telah  berkembang menjadi tradisi budaya populer di berbagai negara muslim, terutama di Indonesia. Sahur yang awalnya merupakan anjuran agama untuk mempersiapkan fisik dan spiritual  sebelum berpuasa, kini menjadi bagian dari kebiasaan sosial yang penuh dengan keberagaman, mulai dari sahur on the road, acara sahur bersama, hingga berbagai program televisi yang  menemani umat muslim menjelang subuh.

    Dalam praktiknya, puasa umat Islam memiliki  karakteristik yang membedakannya dari puasa umat-umat sebelumnya, termasuk ahli kitab  (Yahudi dan Nasrani). Salah satu aspek yang menjadi pembeda adalah anjuran untuk makan  sahur sebelum terbit fajar. Dalam hadis yang diriwayatkan oleh Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah SAW bersabda:

    عَنْ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ فَصْلُ مَا بَيْنَ صِيَامِنَا وَصِيَامِ أَهْلِ الْكِتَابِ أَكْلَةُ السَّحَرِ

    Dari Amr bin Al-‘Ash radhiyallahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda,”Perbedaan  antara puasa kita dan puasa ahli kitab adalah makan sahur.” (HR Muslim nomor 1.096) 

    Hadis ini menegaskan bahwa sahur bukan sekadar kebiasaan sebelum berpuasa, tetapi juga  merupakan sunah yang menjadi ciri khas ibadah puasa dalam Islam. Dengan adanya anjuran sahur, umat Islam tidak hanya mengikuti sunah Nabi SAW. juga membedakan diri dalam cara beribadah dibandingkan dengan umat sebelumnya.

    Hal ini menunjukkan Islam adalah  agama yang memiliki aturan dan tata cara ibadah yang khas serta penuh keberkahan bagi  pemeluknya. Sahur tidak hanya memberikan kekuatan fisik untuk menjalani puasa, juga  memiliki keberkahan.

    عن أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: تَسَحَّرُوا فَإِنَّ فِي السَّحُورِ بَرَكَةً رواه البخاري (1923)، ومسلم (1095)

    Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah SAW bersabda,”Makan  sahurlah kalian, karena dalam sahur itu ada keberkahan.” (HR Bukhari nomor 1923 dan  Muslim nomor 1095). Hadis ini merupakan salah satu bentuk anjuran Rasulullah SAW kepada umatnya agar selalu melaksanakan sahur sebelum berpuasa. Rasulullah SAW tidak hanya memberikan perintah  untuk sahur, juga menekankan dalam sahur terdapat keberkahan. 

    Selain itu, waktu sahur termasuk dalam sepertiga malam terakhir yang merupakan waktu mustajab untuk berdoa  dan memohon ampunan kepada Allah Swt.

    وَبِالۡاَسۡحَارِ هُمۡ يَسۡتَغۡفِرُوۡنَ‏ ١٨

    wa bil-as-ḫâri hum yastaghfirûn

    Artinya: “dan pada akhir malam mereka memohon ampunan (kepada Allah).” (QS Adz-Dzariyat: 18) 

    Tafsir Ibnu Katsir menjelaskan bahwa ayat ini menggambarkan sifat orang-orang bertakwa yang senantiasa memohon ampunan kepada Allah pada waktu sahur (sepertiga malam  terakhir sebelum subuh). Orang-orang saleh yang disebut dalam ayat ini adalah mereka yang  menghidupkan malam dengan ibadah, seperti salat tahajud, berzikir, dan membaca Al-Qur’an,  serta pada akhir malam mereka beristigfar (memohon ampunan kepada Allah Swt).

    Ibnu Katsir menafsirkan bahwa istigfar mereka bukan hanya karena dosa-dosa besar, juga sebagai  bentuk ketundukan dan rendah hati kepada Allah. Mereka juga mengakui kelemahan diri, meskipun telah  banyak beribadah. Ibnu Katsir juga menyebutkan istigfar pada waktu sahur adalah kebiasaan para Nabi dan orang-orang saleh terdahulu, sebagaimana disebutkan dalam beberapa ayat lain  dalam Al-Qur’an. 

    Selain itu, Allah menyebutkan istigfar pada waktu sahur sebagai ciri khas  penghuni surga dalam beberapa ayat lain, seperti dalam QS Ali ‘Imran: 17. “Dan orang-orang  yang memohon ampunan di waktu sahur.” 

    Dalam Tafsir al-Misbah (Quraish Shihab) disebutkan ayat ini menekankan bahwa istigfar bukan sekadar ucapan lisan, tetapi merupakan bentuk kesadaran spiritual akan  keterbatasan manusia dan kebutuhan akan rahmat Allah. Waktu ashar (menjelang subuh) disebut secara khusus karena merupakan waktu yang penuh keberkahan. Saat itu suasana  tenang dan mustajab untuk memohon ampunan. Selain itu, ayat ini juga menunjukkan bahwa orang-orang saleh tidak hanya beribadah pada malam hari, juga menutupnya dengan  istigfar sebagai bentuk ketawadukan dan keikhlasan dalam mendekatkan diri kepada Allah Swt. 

    Demikian pula dengan ngabuburit. Meskipun Islam tidak secara khusus menyebut istilah ngabuburit, tetapi prinsip memanfaatkan waktu dengan hal-hal baik telah banyak disinggung dalam Al-Qur’an dan hadis. Semula, ngabuburit hanya merujuk pada waktu menunggu berbuka. Kini, ngabuburit telah menjadi fenomena budaya yang diisi dengan berbagai aktivitas, seperti berburu takjil,  berkumpul dengan keluarga dan teman, hingga menghadiri kajian keagamaan. 

    وَٱلْعَصْرِ ١

    wal-‘ashr

    Demi masa.

    إِنَّ ٱلْإِنسَـٰنَ لَفِى خُسْرٍ ٢

    innal-insâna lafî khusr

    Sungguh, manusia berada dalam kerugian,

    إِلَّا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ وَعَمِلُوا۟ ٱلصَّـٰلِحَـٰتِ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلْحَقِّ وَتَوَاصَوْا۟ بِٱلصَّبْرِ ٣

    illalladzîna âmanû wa ‘amilush-shâliḫâti wa tawâshau bil-ḫaqqi wa tawâshau bish-shabr

    kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan kebajikan serta saling menasihati untuk kebenaran dan saling menasihati untuk kesabaran.

    Ayat ini menunjukkan bahwa waktu adalah anugerah yang harus dimanfaatkan dengan hal yang  bermanfaat, seperti kajian keagamaan, berbagi makanan untuk berbuka, atau kegiatan sosial  yang positif selama ngabuburit. Dalam hadis, Rasulullah SAW juga menyebutkan keutamaan  menunggu waktu berbuka dengan ibadah. 

    لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ: فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ، وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ 

    “Bagi orang yang berpuasa ada dua kebahagiaan: kebahagiaan saat berbuka dan  kebahagiaan saat bertemu dengan Tuhannya.” (HR Bukhari nomor 1904, Muslim nomor 1151) 

    Berburu takjil dan berbagi makanan saat ngabuburit telah menjadi bagian dari budaya Ramadan yang tidak hanya bernilai sosial, juga memiliki makna ibadah dalam Islam. Tradisi ini mencerminkan semangat kebersamaan dan kepedulian terhadap sesama, terutama  bagi mereka yang membutuhkan. Islam sangat menganjurkan berbagi makanan, sebagaimana firman Allah Swt QS Al-Insan Ayat 8-9:

    وَيُطۡعِمُوۡنَ الطَّعَامَ عَلٰى حُبِّهٖ مِسۡكِيۡنًا وَّيَتِيۡمًا وَّاَسِيۡرًا‏ ٨

    wa yuth‘imûnath-tha‘âma ‘alâ ḫubbihî miskînaw wa yatîmaw wa asîrâ

    Mereka memberikan makanan yang disukainya kepada orang miskin, anak yatim, dan tawanan.

    اِنَّمَا نُطۡعِمُكُمۡ لِـوَجۡهِ اللّٰهِ لَا نُرِيۡدُ مِنۡكُمۡ جَزَآءً وَّلَا شُكُوۡرًا‏ ٩

    innamâ nuth‘imukum liwaj-hillâhi lâ nurîdu mingkum jazâ’aw wa lâ syukûrâ
    (Mereka berkata,) “Sesungguhnya kami memberi makanan kepadamu hanya demi rida Allah. Kami tidak mengharap balasan dan terima kasih darimu.

    Berbagi takjil sejalan dengan hadis Rasulullah SAW yang menyatakan bahwa siapa yang  memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala  seperti orang yang berpuasa tersebut. 

     مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

    “Barang siapa memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka dia  mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang  yang berpuasa sedikit pun.” (HR Tirmidzi nomor 807, Ibnu Majah nomor 1746) 

    Ramadan merupakan bulan penuh keberkahan yang memberikan berbagai peluang bagi umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan dan memperbanyak amal ibadah. Dua waktu istimewa dalam bulan ini, yaitu sahur dan ngabuburit, tidak hanya memiliki dimensi ibadah, juga  telah berkembang menjadi bagian dari budaya populer di masyarakat.

    Meskipun telah  bertransformasi menjadi bagian dari budaya populer, sahur dan ngabuburit tetap memiliki  makna spiritual yang dapat dimaksimalkan. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk menjaga keseimbangan antara aspek budaya dan nilai-nilai ibadah agar dua waktu istimewa ini tetap  menjadi sarana meningkatkan ketakwaan selama Ramadan.

    Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI).

  • Bupati Bandung Dukung Perubahan Jam Kerja ASN Selama Ramadhan

    Bupati Bandung Dukung Perubahan Jam Kerja ASN Selama Ramadhan

    JABAR EKSPRES – Bupati Bandung Dadang Supriatna mendukung kebijakan Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi yang menetapkan perubahan jam kerja bagi Aparatur Sipil Negara (ASN) selama bulan suci Ramadhan 2025.

    Dalam Surat Edaran Pemprov Jabar tentang Penetapan Jam Kerja Pada Bulan Ramadan 1446 H/2025, jam masuk kantor dimajukan menjadi pukul 06.30 WIB dari sebelumnya pukul 07.30 WIB.

    Sementara itu, jam pulang juga dipercepat menjadi pukul 14.00 WIB, kecuali pada hari Jumat yang diperpanjang hingga pukul 14.30 WIB.

    Bupati Bandung yang akrab disapa Kang DS menilai kebijakan tersebut sebagai langkah yang bijak dan sesuai dengan kondisi selama bulan puasa.

    BACA: Pemkab Bandung Keluarkan Surat Edaran Terkait Kegiatan Pembelajaran Selama Puasa

    “Saya sepakat dan mendukung perubahan jam kerja ASN selama bulan Ramadhan ini. Ini keputusan yang bijak dan sesuai dengan kondisi,” ujar Kang DS, Sabtu (1/3/2025).

    Menurutnya, kebijakan tersebut bertujuan meningkatkan efektivitas dan produktivitas pegawai. Selain itu, ia juga menyoroti aspek kesehatan yang turut menjadi pertimbangan Gubernur Jabar dalam menetapkan perubahan jam kerja tersebut.

    “Sebab banyak orang cenderung tidur lagi setelah salat subuh atau sahur. Akhirnya banyak yang terlambat masuk kerja karena bangun kesiangan,” ungkap Kang DS.

    Ia berharap dengan dimajukannya jam kerja, para ASN dapat langsung bersiap bekerja setelah sahur dan shalat subuh, tanpa kembali tidur.

    “Kalau jam kerja dimajukan, insya Allah para ASN langsung bersiap untuk bekerja, tidak ada yang tidur lagi. Dari sisi kesehatan maupun ajaran Rasulullah juga kan, kurang baik kalau setelah makan langsung tidur,” tambahnya.

    BACA JUGA: Lima Lokasi Berburu Takjil di Bandung Dengan Aneka Jajanan Menggoda Selera

    Sebagai tindak lanjut dari Surat Edaran Gubernur Jabar, Kang DS menyatakan akan segera mengeluarkan Surat Edaran Bupati Bandung yang mengatur hal serupa.

    “Segera saya tindaklanjuti dengan membuat surat edarannya sebagai bahan acuan di Kabupaten Bandung. Karena Surat Edaran Gubernur juga baru turun,” katanya.

    Selain perubahan jam kerja, Surat Edaran Gubernur Jabar juga mengatur waktu istirahat siang yang diperpanjang dari 30 menit menjadi satu jam, yakni pukul 12.00 WIB hingga 13.00 WIB.

  • Pantau Takjil Berbahaya, BPOM Bakal Intensifkan Pengawasan Pangan Selama Ramadan

    Pantau Takjil Berbahaya, BPOM Bakal Intensifkan Pengawasan Pangan Selama Ramadan

    Jakarta

    Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) RI memulai intensifikasi pengawasan pangan selama bulan Ramadan dan Idul Fitri tahun 2025. Intensifikasi ini dilakukan sebagai langkah pengawasan peredaran produk pangan yang tidak memenuhi standar keamanan dan kualitas.

    Ini menjadi langkah BPOM untuk mengantisipasi kenaikan konsumsi pangan selama bulan Ramadan. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik dan Kementerian Perdagangan (2024), terjadi peningkatan konsumsi pangan sekitar 20-30 persen selama Ramadan tahun lalu.

    Kepala BPOM RI Taruna Ikrar menuturkan pihaknya akan melakukan pengawasan khusus jelang Ramadan dan Idul Fitri untuk mendeteksi produk yang tidak memenuhi ketentuan (TMK) secara lebih masif.

    “Kami akan terus mengawal keamanan pangan dalam rangka melindungi kesehatan masyarakat, terutama selama Ramadan dan Idul Fitri,” jelas Taruna Ikrar dikutip dari siaran pers yang diterima detikcom, Jumat (1/3/2025).

    “Intensifikasi pengawasan pangan ini telah kami mulai sejak 24 Februari 2025, pelaksanaannya akan dilakukan secara bertahap (per pekan) hingga minggu keempat Maret 2025. Hasil intensifikasi pengawasan akan diumumkan pada minggu ketiga Maret 2025,” lanjutnya.

    Pengawasan secara langsung akan dilakukan oleh 76 unit pelaksana teknis (UPT) BPOM di seluruh Indonesia bersama lintas sektor. Pengawasan juga menargetkan panganan takjil yang mengandung bahan terlarang seperti formalin, borak, kuning metanil, dan rhodamin B.

    Selain pengawasan secara langsung, BPOM juga akan melakukan patroli siber serta berkoordinasi dengan Asosiasi E-commerce Indonesia untuk menurunkan konten yang yang teridentifikasi tanpa izin edar.

    “Kami mengimbau pelaku usaha pangan untuk mematuhi peraturan perundang-undangan sehingga dapat menyediakan pangan yang aman bagi masyarakat,” tegas Taruna.

    (avk/up)

  • Perputaran Uang Capai Rp 5 M, Festival Ramadan di Bondowoso Kembali Dibuka Tahun ini

    Perputaran Uang Capai Rp 5 M, Festival Ramadan di Bondowoso Kembali Dibuka Tahun ini

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu

    TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO –  Festival Ramadan di Alun-alun Ki Bagus Asra Bondowoso kembali dibuka pada momen puasa tahun ini.

    Festival tahunan ini dibuka mulai tanggal hari ini, 1-27 Maret 2025. Atau 27 hari puasa.

    Menurut Kasi Usaha Perdagangan dan Pengembangan Ekspor, Dinas Koperasi Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Bondowoso, Ida Theolita, ada sekitar 300 UMKM baik kuliner atau pun fashion ikut serta di jantung kota.

    Terperinci 145 tenda kuliner, dan sembilan tenda untuk produk fashion. Semuanya dipastikan merupakan pelaku UMKM dari Bondowoso.
    Setiap hari, ratusan UMKM ini akan menjual produknya di seputaran Alun-alun Ki Bagus.

    “Setiap hari mereka dari jam 15.00 sampai jam 22.00,” ujarnya dikonfirmasi Sabtu (1/3/2025).

    Ia menjelaskan, dibukanya festival ramadan ini tak hanya untuk membantu masyarakat berburu takjil dan makanan jelang berbuka puasa.

    Lebih dari itu, juga untuk memberi ruang bagi pelaku UMKM menjual produk dan dagangannya. Sehingga, terjadi perputaran ekonomi baru bagi masyarakat. 

    Catatan di Diskoperindag di pelaksanaan Festival Ramadan tahun kemarin, perputaran uangnya mencapai sekitar Rp 5 milliar.

    “Memang tahun kemarin rame, itu kurang lebih sampai Rp 5 milliar selama satu bulan,” ujarnya.

    Ia menegaskan, pelaku UMKM ini tak dipungut biaya atau gratis. Kecuali mereka mengkoordinir sendiri pembayaran listrik dan kebersihan sampah.

    “Gratis. Tendanya gratis. Lampu itu kan dikoordinir mereka sendiri,” pungkasnya.

    Informasi dihimpun, pada 4 Maret 2025 akan dilaksanakan Bupati dan Wakil Bupati yang baru dilantik akan hadir di acara Festival Ramadan ini. Sekaligus, menjadi acara Bupati dan Wakil Bupati menyapa masyarakat.

  • Pemkab Bandung Keluarkan Surat Edaran Terkait Kegiatan Pembelajaran Selama Puasa

    Pemkab Bandung Keluarkan Surat Edaran Terkait Kegiatan Pembelajaran Selama Puasa

    JABAR EKSPRES – Pemkab Bandung mengeluarkan surat terkait mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran di sekolah selama bulan suci Ramadhan dan memasuki Hari Raya Idul Fitri 1446 Hijriah/2025 Masehi.

    Surat edaran bernomor 400.3.12.2/001/535/Disdik ini ditujukan kepada pengawas Sekolah, Penilik, dan Kepala Satuan Pendidikan PAUD,
    SD, SMP, dan PKBM di Kabupaten Bandung.

    Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Enjang Wahyudin menjelaskan bahwa pada tanggal 27 dan 28 Februari serta tanggal 3, 4, dan 5 Maret 2025, kegiatan pembelajaran dilaksanakan secara mandiri di lingkungan keluarga, tempat ibadah, dan masyarakat sesuai penugasan dari satuan pendidikan.

    “Penugasan agar memperhatikan beban
    belajar murid dan bersifat non akademis seperti kegiatan membersihkan rumah, tempat ibadah dan melaporkan kegiatan yang tidak memberatkan murid, dapat dalam bentuk digital (foto/video) atau bentuk lain,” kata Enjang dalam keterangannya, Sabtu (1/3/2025).

    BACA JUGA: Lima Lokasi Berburu Takjil di Bandung Dengan Aneka Jajanan Menggoda Selera

    Ia menjelaskan, jika mulai tanggal 6 sampai hingga 25 Maret 2025, kegiatan pembelajaran dilaksanakan di satuan Pendidikan.

    Selain belajar seperti biasa, sekolah juga diharapkan mengadakan kegiatan yang dapat meningkatkan iman dan takwa, akhlak mulia, kepemimpinan, dan kegiatan sosial yang membentuk karakter mulia dan kepribadian utama.

    “Bagi peserta didik yang beragama Islam dianjurkan melaksanakan kegiatan tadarus Alquran, pesantren kilat, kajian keislaman, dan kegiatan lainnya yang dapat meningkatkan iman, takwa, dan akhlak mulia dengan memberdayakan Guru Ngaji yang difasilitasi oleh Guru Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti,” katanya.

    Sementara itu, bagi peserta didik yang beragama lain, pihak sekolah dianjurkan untuk mengadakan kegiatan bimbingan rohani sesuai dengan agama dan kepercayaan masing-masing.

    BACA JUGA: FK3I Kembali Soroti Rusaknya Lahan Hutan di Kawasan Bandung Utara

    “Satuan pendidikan dapat menyusun agenda kegiatan keagamaan selama bulan Ramadhan, baik dalam bentuk digital maupun berbasis kertas melalui penganggaran dari dana BOSP,” tuturnya.

    Ia juga menyampaikan jika tanggal 26, 27, dan 28 Maret serta tanggal 2, 3, 4, 7, dan 8 April 2025, ditetapkan sebagai libur bersama Idul Fitri bagi satuan pendidikan di Kabupaten Bandung.

    “Selama libur ldul Fitri, peserta didik diharapkan dapat memanfaatkan waktu silaturahmi dengan keluarga dan masyarakat untuk meningkatkan

  • Ratusan UMKM Meriahkan Festival Ramadan di Bondowoso, Hadirkan Kuliner hingga Fashion

    Ratusan UMKM Meriahkan Festival Ramadan di Bondowoso, Hadirkan Kuliner hingga Fashion

    Laporan Wartawan Tribun Jatim Network, Sinca Ari Pangistu

    TRIBUNJATIM.COM, BONDOWOSO –  Festival ramadan di Alun-alun Ki Bagus Asra Bondowoso kembali dibuka pada momen puasa tahun ini. Festival tahunan ini dibuka mulai tanggal hari ini, 1-27 Maret 2025. Atau 27 hari puasa.

    Menurut Kasi Usaha Perdagangan dan Pengembangan Ekspor, Dinas Koperasi Perindustrian, dan Perdagangan (Diskoperindag) Bondowoso, Ida Theolita, ada sekitar 300 UMKM baik kuliner atau pun fashion ikut serta di jantung kota.

    Terperinci 145 tenda kuliner, dan sembilan tenda untuk prpduk fashion. Semuanya dipastikan merupakan pelaku UMKM dari Bondowoso.

    Setiap hari, ratusan UMKM ini akan menjual produknya di seputaran Alun-alun Ki Bagus.

    “Setiap hari mereka dari jam 15.00 sampai jam 22.00,” ujarnya dikonfirmasi Sabtu (1/3/2025).

    Ia menjelaskan, dibukanya festival Ramadan ini tak hanya untuk membantu masyarakat berburu takjil dan makanan jelang berbuka puasa.

    Lebih dari itu, juga untuk memberi ruang bagi pelaku UMKM menjual produk dan dagangannya. Sehingga, terjadi perputaran ekonomi baru bagi masyarakat. 

    Catatan di Diskoperindag di pelaksanaan Festival Ramadan tahun kemarin, perputaran uangnya mencapai sekitar Rp 5 milliar.

    “Memang tahun kemarin rame, itu kurang lebih sampai Rp 5 milliar selama satu bulan,” ujarnya.

    Ia menegaskan, pelaku UMKM ini tak dipungut biaya atau gratis. Kecuali mereka mengkoordinir sendiri pembayaran listrik dan kebersihan sampah.

    “Gratis. Tendanya gratis. Lampu itu kan dikoordinir mereka sendiri,” pungkasnya.

    Informasi dihimpun, pada 4 Maret 2025 akan dilaksanakan Bupati dan Wakil Bupati yang baru dilantik akan hadir di acara Festival Ramadan ini. Sekaligus, menjadi acara Bupati dan Wakil Bupati menyapa masyarakat

  • Takjil dan Kesatuan Bangsa, dari Resistensi Kultural hingga Wujud

    Takjil dan Kesatuan Bangsa, dari Resistensi Kultural hingga Wujud

    Takjil, yang semula hanya dipahami sebagai sekadar hidangan ringan untuk berbuka puasa pada bulan Ramadan, ternyata menyimpan narasi mendalam tentang perjalanan kebangsaan Indonesia. Tradisi berbagi makanan ini tidak sekadar ritual kuliner, melainkan sebuah metafora sosial yang menggambarkan kompleksitas hubungan antarmanusia dalam bingkai keberagaman. Ia menjadi saksi bisu perjalanan panjang toleransi, mulai dari masa-masa kelam kolonial hingga era digital kontemporer.

    Setiap sajian takjil memiliki cerita tersendiri tentang resiliensi masyarakat Indonesia dalam mempertahankan kohesi sosial di tengah beragam tantangan. Di balik kemasan sederhana makanan berbuka ini, tersimpan kekuatan transformatif yang mampu menembus batas-batas primordial—baik suku, agama, ras, maupun antarkelompok sosial. Fenomena war takjil yang kini marak di media sosial adalah bukti nyata bagaimana tradisi kuno ini terus beradaptasi, menghadirkan ruang dialogis yang inklusif dan humanis.

    Artikel ini akan menelusuri metamorfosis takjil sebagai praktik sosial, mengungkap bagaimana sebuah tradisi sederhana mampu menjadi instrumen perekat kebangsaan. Melalui perspektif sejarah, antropologi, dan sosiologi, kita akan melihat bagaimana takjil tidak sekadar tentang makanan, melainkan tentang bagaimana sebuah bangsa yang majemuk terus menegosiasikan identitasnya melalui praktik berbagi yang bermakna. 

    Perjalanan panjang ini membuktikan bahwa toleransi bukanlah konsep abstrak, melainkan sesuatu yang dapat dirasakan, dibagi, dan diwariskan dari generasi ke generasi.

    Akar Sejarah Takjil dalam Konteks Sosial

    Secara etimologis, kata “takjil” berasal dari bahasa Arab “at-tajliyah” yang bermakna pemberian atau hidangan ringan untuk berbuka puasa. Praktik ini memiliki sejarah panjang yang jauh melampaui sekadar ritual makan, ia adalah representasi mendalam dari praktik sosial kemanusiaan yang telah berkembang selama berabad-abad. 

    Pada masa awal Islam, Rasulullah Muhammad SAW telah mencontohkan tradisi berbuka dengan kurma atau air, yang kemudian menjadi inspirasi bagi perkembangan konsep takjil di berbagai belahan dunia, termasuk Nusantara.

    Di Indonesia, praktik takjil tidak dapat dilepaskan dari konteks multikulturalisme yang menjadi karakteristik utama masyarakat Nusantara. Pada masa kerajaan Islam, seperti Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta, tradisi berbagi makanan telah menjadi instrumen penting dalam menjaga kohesi sosial. Praktik “sego kucing” di Keraton Yogyakarta misalnya, menunjukkan bagaimana makanan tidak sekadar dimaknai sebagai kebutuhan fisik, melainkan juga sebagai medium komunikasi sosial yang melampaui batas-batas status, etnis, dan agama.

    Transformasi sosial takjil terus berlangsung sepanjang sejarah. Pada periode kolonial, praktik berbagi makanan ini menjadi bentuk resistensi kultural, di mana ruang-ruang berbagi makanan di masjid, pesantren, dan komunitas menjadi titik berkumpul untuk membangun solidaritas menghadapi penindasan. 

    Pasca kemerdekaan, takjil semakin diperkaya dengan nuansa kebangsaan, di mana praktik berbagi tidak sekadar menunjukkan kepatuhan ritual keagamaan, melainkan juga menegaskan komitmen terhadap semangat persatuan dan kebersamaan.

    Masa Kolonial: Takjil sebagai Resistensi Kultural

    Periode kolonial merupakan masa paling kritis dalam transformasi makna sosial-kultural takjil di Nusantara. Di tengah tekanan sistematis penjajah yang bertujuan memutus solidaritas masyarakat pribumi, praktik berbagi makanan berbuka puasa muncul sebagai benteng pertahanan kultural yang tak ternilai. Masjid-masjid, pesantren, dan ruang-ruang komunal menjadi basis utama perlawanan tidak langsung melalui tradisi berbagi yang inklusif.

    Dalam konteks sosial-politik kolonial, takjil lebih dari sekadar hidangan ringan—ia adalah instrumen strategis untuk memelihara kohesi sosial dan semangat perlawanan. Para pemimpin agama dan tokoh masyarakat menggunakan momen berbuka puasa sebagai ruang dialog tersembunyi, membangun jaringan solidaritas yang sulit terpantau oleh aparatus kolonial.

    Praktik berbagi makanan ini menciptakan ikatan emosional antar warga yang melampaui batas-batas suku, kelas sosial, dan kedudukan, menghasilkan kekuatan komunal yang sistematis namun tak kasat mata.

    Dokumentasi sejarah menunjukkan bagaimana tradisi takjil menjadi medium transformasi kesadaran kolektif. Di daerah-daerah seperti Jawa, Sumatera, dan Kalimantan, praktik berbagi makanan selama Ramadan tidak sekadar ritual keagamaan, melainkan menjadi momen strategis untuk mendiskusikan perlawanan, menyebarkan semangat kebangsaan, dan mempersiapkan gerakan kemerdekaan. 

    Para pejuang kemerdekaan seperti kiai Ahmad Dahlan, Sukarno, dan Mohammad Hatta kerap memanfaatkan momentum berbuka puasa untuk membangun kesadaran nasional, membuktikan bahwa takjil adalah senjata kultural yang ampuh melawan hegemoni kolonial.

    Fenomena War Takjil: Toleransi di Era Digital

    Di era digital, fenomena war takjil muncul sebagai evolusi kontemporer dari tradisi berbagi yang telah mengakar dalam masyarakat Indonesia. Istilah “war takjil” yang mulai populer pada dekade terakhir merujuk pada gerakan sosial berbagi makanan berbuka puasa secara masif melalui platform media sosial, yang mentransformasi praktik tradisional menjadi Gerakan solidaritas berskala yang lebih luas dan dinamis.

    Teknologi media sosial telah mengubah paradigma berbagi takjil dari sekadar praktik lokal menjadi gerakan sosial yang terkoneksi secara digital. Platform seperti Instagram, Twitter (saat ini bernama X), dan Facebook menjadi ruang kolaborasi di mana komunitas-komunitas berbeda dapat saling terhubung, merencanakan, dan mengeksekusi kegiatan pembagian makanan. Fenomena ini tidak sekadar tentang berbagi makanan, melainkan menciptakan ekosistem digital kemanusiaan yang melampaui batas-batas geografis, etnis, dan agama.

    Menariknya, war takjil di era digital memiliki karakteristik unik yang membedakannya dari praktik berbagi tradisional. Gerakan ini didorong oleh generasi muda yang aktif di media sosial, dengan motivasi yang kompleks—mulai dari kepedulian sosial, ekspresi spiritualitas, hingga keinginan untuk menciptakan ruang dialogis antarkelompok. Berbagai komunitas, dari mahasiswa, profesional, hingga influencer, berlomba-lomba menggelar war takjil, menciptakan semacam “kompetisi kebaikan” yang memberikan dampak positif bagi masyarakat.

    Perjalanan panjang takjil dalam sejarah Indonesia membuktikan bahwa praktik sederhana berbagi makanan jauh melampaui sekadar ritual kuliner. Ia adalah narasi berkelanjutan tentang ketangguhan bangsa dalam mempertahankan solidaritas di tengah beragam tantangan sejarah. Dari masa kolonial hingga era digital kontemporer, takjil telah menjadi saksi bisu transformasi sosial, sekaligus instrumen penting dalam menjaga keutuhan masyarakat multikultur Indonesia.

    Metamorfosis takjil menghadirkan potret autentik tentang bagaimana toleransi dirawat dan diwariskan antar generasi. Setiap sajian makanan ringan berbuka puasa adalah metafora resolusi konflik, ruang dialog yang tak terucapkan, dan komitmen terhadap semangat kemanusiaan. Di tengah kompleksitas tantangan sosial-politik kontemporer, tradisi ini terus membuktikan diri sebagai kekuatan transformatif yang mampu menembus batas-batas primordial—etnis, agama, kelas sosial, dan ideologi.

    Ke depan, warisan takjil bukan sekadar tentang melestarikan tradisi, melainkan komitmen aktif untuk terus membangun narasi kebangsaan yang inklusif dan humanis. Generasi muda dipanggil untuk tidak sekadar meneruskan praktik, tetapi mengkreasikan ulang makna toleransi dalam konteks dinamika sosial yang semakin kompleks. Takjil adalah pengingat konstan bahwa dalam keberagaman, berbagi bukanlah pilihan, melainkan keniscayaan untuk mempertahankan keutuhan bangsa.

    *Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • Lima Lokasi Berburu Takjil di Bandung Dengan Aneka Jajanan Menggoda Selera

    Lima Lokasi Berburu Takjil di Bandung Dengan Aneka Jajanan Menggoda Selera

    JABAR EKSPRES – Ramadan di sore hari menjadi saat yang paling dinantikan, karena bisa mengisi waktu menunggu Bedug Magrib sambil berburu takjil.

    Jika kamu ingin berburu takjil di Bandung, Jabar Ekspres akan memberikan lima lokasi yang selalu ramai pengunjung di saat sore hari di bulan Ramadhan.

    Berbagai menu makanan dan jajanan berderet epanjang jalan, kamu bisa memilihnya dengan leluasa sambil mengendarai motor atau mobilmu.

    Baca juga : Mengintip Ngabuburit di Masjid Al Jabbar Bandung, Ada Takjil Gratis hingga Wisata Kemolekan Arsitektur

    Bukan hanya menu makanan berat dan makanan ringan, bahkan aneka menu minuman dan takjil tersaji lengkap disana, dari yang khas sunda hingga dari daerah lain. Kamu hanya perlu menyiapkan isi dompet agar bisa memilih menu sesuai dengan seleramu.

    Berikut lima lokasi berburu takjil di Bandung yang kami rekomendasikan :

    1. Pasar Metro

    Berlokasi di Perumahan Margahayu Bandung Timur, tepatnya di sepanjang jalan Tata Surya atau di komplek perumahan metro.

    Dulunya di lokasi ini ada pasar kaget yang dibuka setiap Minggu, namun saat Ramadhan, sepanjang jalan ini disulap menjadi pasar takjil dengan aneka menu yang menggoda.

    Para pedagang bukan hanya dari warga erumahan, bahkan datang jauh-jauh dari luar komplek.

    Disini kamu bisa menemukan aneka sajian berbuka, seperti serabi, kolak, bubur, kerupuk banjur, hingga sajian tradisional awug yang cukup legendaris di tempat ini.

    2. Pasar PSM

    Lokasi kedua yang tak kalah ramainya dengan penjual takjil adalah di sepanjang jalan PSM Kiara Condong.

    Disini banyak sekali penjual kaki lima yang menjajakan aneka menu takjil, mulai dari menu jajanan anak kekikinian, makanan khas dari Korea hingga Jepang.

    Ada toko Donat Susu, Burger, Corndog, cimol bojot yang selalu mengantre dan aneka menu lainnya.

    Baca juga : Inilah Lokasi Takjil Gratis Di Kota Bandung, Catat Biar Ga Lupa!

    3. Pasar Ujung Berung

    Rekomendasi ketiga ada di Pasar Ujung Berung, di sini kamu bisa menemukan penjual takjil dengan aneka ragam sajian.

    Ada aneka gorengan, awug dan kue basah, ayam goreng, sate, bakso, es buah, cakue, sekoteng, dan masih banyak lagi.