Produk: takjil

  • Satpol PP DKI antisipasi gangguan ketertiban saat Ramadhan dan Lebaran

    Satpol PP DKI antisipasi gangguan ketertiban saat Ramadhan dan Lebaran

    mencegah aktivitas konvoi saat menjelang buka puasa, setelah tarawih, ataupun menjelang sahur yang berpotensi menimbulkan gesekan atau tawuran

    Jakarta (ANTARA) – Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) DKI Jakarta menjalin sinergi dengan seluruh pemangku kepentingan (stakeholders) untuk melakukan pengawasan dalam upaya mengantisipasi terjadinya gangguan ketentraman dan ketertiban umum di seluruh wilayah selama Ramadhan dan Lebaran.

    Beberapa hal utama yang menjadi perhatian antara lain pengawasan terhadap keberadaan Pemerlu Pelayanan Kesejahteraan Sosial (PPKS) seperti pengemis, manusia gerobak, manusia karung yang biasa marak memanfaatkan situasi Ramadhan.

    “Kemudian mencegah aktivitas konvoi saat menjelang buka puasa, setelah tarawih, ataupun menjelang sahur yang berpotensi menimbulkan gesekan atau tawuran,” kata Kepala Satpol PP DKI Jakarta, Satriadi Gunawan saat dihubungi di Jakarta, Minggu.

    Kemudian, Satpol PP juga melakukan pengawasan operasional usaha hiburan dan pariwisata selama Bulan Ramadhan yang diatur berdasarkan Peraturan Gubernur DKI Jakarta No. 18 tahun 2018 tentang Penyelenggara Usaha Pariwisata dan sesuai Surat Pengumuman Kadis Pariwisata dan Ekonomi Kreatif DKI Jakarta nomor e-0001 Tahun 2025 Tentang Penyelenggaraan Usaha Pariwisata Pada Bulan Suci Ramadan Dan Hari Raya Idul Fitri Tahun 1446 H / 2025 M.

    Satriadi mengimbau kepada Pelaku Usaha Tempat Hiburan Malam dan Usaha Pariwisata untuk secara sadar dan bertanggung jawab mengikuti aturan yang ditetapkan dan menghormati masyarakat lain yang sedang menjalankan ibadah.

    Selain itu, dia juga mengimbau kepada masyarakat hendaknya menyisihkan sebagian rezekinya untuk menyalurkannya melalui Lembaga Sosial yang resmi ataupun langsung di masjid atau mushalla.

    “Terkait dengan warga yang berniat membuka usaha dengan menjual takjil atau menu berbuka puasa juga diimbau untuk tetap tertib berdagang tanpa menimbulkan gangguan pada masyarakat lain pengguna fasilitas umum seperti kemacetan lalu lintas,” kata Satriadi.

    Satriadi berharap warga masyarakat juga saling menghormati dan menahan diri tidak melakukan aktifitas-aktifitas yang dapat mengganggu kekhusyukan pelaksanaan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan

    Pewarta: Lifia Mawaddah Putri
    Editor: Ganet Dirgantara
    Copyright © ANTARA 2025

  • Taman Softball GBK Kini Disulap Jadi Tempat Ngabuburit Menunggu Berbuka Warga Jakarta – Halaman all

    Taman Softball GBK Kini Disulap Jadi Tempat Ngabuburit Menunggu Berbuka Warga Jakarta – Halaman all

    TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA – Jika Anda suka jogging atau olahraga lain di kompleks Gelora Bung Karno di kawasan Senayan, Jakarta, ada pemandangan baru yang terlihat di Minggu ini.

    Area Taman Softball GBK selama Ramadhan ini disulap jadi tempat nongkrong buat ngabuburit menunggu beduk berbuka.

    Tampilan Taman Softball GBK ini berubah jadi gaul dengan open foodcourt berkonsep piknik dengan nama Sundown Markette.

    Ruang publik ini menjadi sangat fungsional dengan dilengkapi bangku dan meja untuk menghadirkan interaksi yang akrab sekaligus mendatangkan pengalaman baru bagi siapa saja yang datang ke sini.

    Dian Puspita Sari, Managing Director Sundown Markette, mengatakan konsep open foodcourt ini sengaja dihadirkan selama Ramadhan di Taman Softball GBK dan dikelola oleh 370 organizer.

    Tempat ini sengaja mengusung suasana santai dengan langit terbuka demi menciptakan tempat berkumpul yang nyaman bagi warga Jakarta.

    Lokasinya yang strategis di tengah kota dan mudah diakses dari Halte Transjakarta dan Stasiun MRT, serta tidak jauh dari Stasiun Palmerah bagi yang naik KRL, membuat Sundown Markette jadi tempat yang asyik untuk ngabuburit menunggu momen berbuka puasa atau bersantai selepas shalat Tarawih.

    Menurut Dian, pihak pengelola mengoperasikan Sundown Markette setiap hari mulai pukul 14.00 hingga 22.00 WIB.

    Untuk memancing minat anak muda, kuliner yang dihadirkan di sini adalah yang khas Ramadhan dengan konsep yang lebih hangat dan penuh kebersamaan.

    Total saat ini terdapat sekitar 40 tenant kuliner yang turut meramaikan festival ini, umumnya menyediakan beragam menu Nusantara.

    Panitia festival juga membagikan 100 porsi takjil gratis setiap hari dengan dukungan dari Semen Indonesia Group, yang diharapkan menambah semarak dan nilai kebersamaan selama Ramadhan ini.

    Dukungan dari perusahaan yang sama, pengelola juga sudah menyediakan mushala untuk ibadah shalat pengunjung.

    “Kehadiran acara ini bukan hanya sekadar menawarkan tempat berkumpul yang nyaman, tetapi juga menjadi wadah bagi para pelaku UMKM lokal untuk mengembangkan usahanya, “ujar Dian Puspita Sari.

    “Kami berharap Sundown Markette bisa menjadi event tahunan yang memeriahkan bulan Ramadhan. Tidak hanya bagi umat Muslim yang menjalankan ibadah puasa, tetapi juga bagi masyarakat luas yang ingin menikmati pengalaman berburu kuliner khas Ramadhan,” imbuh Dian.

    Ke depan, konsep unik dan atmosfer menyenangkan yang diusung Sundown Markette diharapkan bisa menjadikan tempat ini jadi destinasi favorit baru bagi warga Jakarta selama bulan suci Ramadhan.

  • Kesadaran dan Kebiasaan Masyarakat Memilih Takjil Sehat Meningkat

    Kesadaran dan Kebiasaan Masyarakat Memilih Takjil Sehat Meningkat

    Jakarta, Beritasatu.com – Kesadaran masyarakat akan pentingnya takjil sehat mulai meningkat, meskipun kebiasaan mengonsumsi gorengan dan makanan manis masih sulit ditinggalkan. Beberapa warga mulai mengurangi gula, santan, dan minyak dalam menu berbuka, sementara yang lain tetap menikmati takjil pada umumnya tetapi dengan pola makan yang lebih seimbang.

    Nia, misalnya, memilih untuk mengurangi santan, gula, dan gorengan saat berbuka. 

    “Pertama selain kurma, kurangin santan ya. Saya juga mengurangi gula dan gorengan. Keluarga saya menguranginya dan berusaha mengonsumsi makanan sehat,” kata Nia kepada Beritasatu.com, Minggu  (2/3/2025). 

    Ia lebih memilih buah-buahan segar seperti semangka dan menggunakan gula diet untuk menjaga keseimbangan asupan gula.

    Sementara itu, Adam mengutamakan berbuka di rumah dengan menu yang lebih ramah bagi kesehatan keluarganya. 

    “Saya selalu bikin puding. Puding kan enak di perut,” katanya. 

    Keluarganya juga menghindari makanan yang terlalu manis, terutama karena anaknya memiliki alergi. “Kalau untuk puding, pakainya kurma atau madu saja,” tambahnya.

    Di sisi lain, Dinda mengakui bahwa dirinya masih sering mengonsumsi takjil yang kurang sehat, seperti gorengan dan makanan bersantan. 

    “Jujur aja kalau saya sendiri itu lebih konsumsi yang enggak sehat sih. Kayak gorengan dan santan. Saya belum bisa menggingalkan makanan semacam itu,” ucapnya terkait takjil sehat saat Ramadan. 

    Namun, ia tetap berusaha menyeimbangkan pola makannya. 

    “Kalau yang sehat ya mungkin dengan kurma dan air putih dulu kayaknya cukup. Setelah itu baru gorengan, dan makan berat setelah salad,” jelasnya.

    Perbedaan kebiasaan ini menunjukkan bahwa pemahaman masyarakat tentang takjil sehat semakin berkembang, meskipun transisi ke pola makan yang lebih sehat masih berjalan bertahap.

  • Ramadan di Indonesia: Berkah bagi Semua

    Ramadan di Indonesia: Berkah bagi Semua

    Setiap tahun, Ramadan datang membawa suasana yang tak tergantikan. Masjid mendadak jadi tempat favorit, warung makan pasang tirai ala ninja, dan jalanan lebih macet jelang maghrib karena semua orang mendadak menjadi pemburu takjil, penjual takjil, atau bahkan yang membagi-bagikan takjil gratis di jalan-jalan.

    Di Indonesia, Ramadan bukan sekadar bulan ibadah, tapi juga festival kebaikan, kebersamaan, dan tentu saja kuliner dadakan yang menggoda iman.

    Dari subuh sampai isya, ada banyak hal yang membuat Ramadan di Indonesia unik. Sahur, misalnya, bukan hanya soal makan, tapi juga ajang uji kesabaran. Dari suara alarm yang entah kenapa lebih sulit dikalahkan dari biasanya, sampai seruan “Sahuuur!” dari masjid, musala, dan anak-anak kampung yang lebih semangat ketimbang pemain bola saat mencetak gol kemenangan.

    Lalu, setelah subuh, datanglah ujian berikutnya: tetap melek di kantor atau tempat kerja sambil menahan godaan kantuk dan malas yang lebih dahsyat dari biasanya. Untuk Ramadan kali ini, berdasarkan SK 3 menteri, anak-anak sekolah mendapatkan jatah libur di minggu pertama. Semoga mereka bisa menggunakan waktu luangnya untuk hal-hal yang bermanfaat. Semoga kita selalu senantiasa antusias menjalani aktivitas meskipun sedang beraktivitas di bulan Ramadan.

    Pastinya, salah satu yang paling dinanti dari Ramadan di Indonesia adalah berburu takjil. Dari yang santai sampai yang totalitas, semua punya gaya masing-masing. Tahun kemarin, media sosial sempat heboh dengan fenomena “war takjil” di mana masyarakat, baik muslim maupun non-muslim, rela antre berjam-jam untuk membeli takjil buka atau bahkan berebut demi mendapatkan takjil gratis di masjid-masjid atau komunitas tertentu.

    Dari mulai kolak, es buah, sampai gorengan, semuanya jadi rebutan. Fenomena ini menunjukkan betapa antusiasnya masyarakat dalam menikmati berkah Ramadan, meskipun kadang lupa bahwa niat berburu takjil seharusnya bukan sekadar untuk koleksi, tapi juga untuk berbagi.

    Dan memang, Ramadan selalu identik dengan semangat berbagi. Rasulullah SAW bersabda:

    عَنْ زَيْدِ بْنِ خَالِدٍ الْجُهَنِيِّ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ ﷺ: “مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ، مِنْ غَيْرِ أَنْ يَنْقُصَ مِنْ أُجُورِهِمْ شَيْئًا

    Artinya: Dari Zaid bin Khalid Al-Juhani, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa yang memberi makanan untuk berbuka kepada orang yang berpuasa, maka ia mendapatkan pahala seperti orang yang berpuasa itu, tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa sedikit pun.” (HR Tirmidzi, Ibnu Majah)

    Tak heran jika di Indonesia, berbagi makanan saat berbuka jadi tradisi yang begitu melekat. Pedagang kaki lima, komunitas sosial, hingga orang-orang biasa berlomba-lomba membagikan takjil gratis di jalanan. Bagi yang memberi, ada kebahagiaan dalam berbagi. Bagi yang menerima, ada kehangatan dalam kebersamaan.

    Selain berbagi makanan, Ramadan di Indonesia juga dipenuhi dengan kajian keislaman, pesantren kilat, dan tadarus Al-Qur’an yang semakin menggema. Inilah bulan di mana banyak orang kembali mendekatkan diri kepada Allah. Sebagaimana firman-Nya dalam Al-Qur’an:

    شَهْرُ رَمَضَانَ ٱلَّذِىٓ أُنزِلَ فِيهِ ٱلْقُرْءَانُ هُدًۭى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَٰتٍۢ مِّنَ ٱلْهُدَىٰ وَٱلْفُرْقَانِ ۚ فَمَن شَهِدَ مِنكُمُ ٱلشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۖ وَمَن كَانَ مَرِيضًا أَوْ عَلَىٰ سَفَرٍۢ فَعِدَّةٌۭ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ ۗ يُرِيدُ ٱللَّهُ بِكُمُ ٱلْيُسْرَ وَلَا يُرِيدُ بِكُمُ ٱلْعُسْرَ وَلِتُكْمِلُوا۟ ٱلْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا۟ ٱللَّهَ عَلَىٰ مَا هَدَىٰكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ

    Artinya: “Bulan Ramadan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur’an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu serta pembeda (antara yang benar dan yang batil).” (QS. Al-Baqarah: 185)

    Dan yang tak kalah menarik, Ramadan di Indonesia bukan hanya dirasakan oleh umat Islam, tapi juga menjadi momen kebersamaan lintas agama. Banyak saudara-saudara kita non-Muslim yang ikut menunjukkan toleransi, bahkan ada yang turut berbagi dalam kegiatan sosial. Di tengah perbedaan, Ramadhan justru menjadi jembatan yang mempererat hubungan antar sesama.

    Ramadhan bukan sekadar tentang menahan lapar dan dahaga, tetapi juga tentang membangun kesadaran sosial. Di bulan ini, batas-batas sosial seakan memudar. Orang kaya dan miskin sama-sama merasakan lapar, yang pada akhirnya menumbuhkan empati dan keinginan untuk berbagi. War takjil yang viral di media sosial tahun lalu, di mana orang-orang berebut makanan berbuka di jalanan, mengingatkan bahwa dalam beramal pun perlu keikhlasan dan ketertiban. Bukan soal siapa yang mendapatkan lebih dulu, tetapi bagaimana kebersamaan itu tercipta dalam harmoni.

    Dan tentu saja, di Indonesia, tidak ada Lebaran tanpa mudik, sebuah tradisi yang lebih dari sekadar perjalanan pulang kampung. Setiap tahunnya, jutaan orang berbondong-bondong kembali ke tanah kelahiran untuk berkumpul dengan keluarga besar. Macet berjam-jam di jalan, antrean panjang di terminal, stasiun, pelabuhan, dan juga bandara. 

    Perjuangan mendapatkan tiket mudik lebih sulit dan mahal jikalau tidak dibeli dari jauh-jauh hari. Semuanya menjadi bagian dari ritual tahunan ini. Mudik bukan hanya perjalanan fisik, tetapi juga perjalanan batin untuk kembali kepada akar, merajut kembali kenangan masa kecil, dan merasakan kembali hangatnya pelukan orang tua yang mungkin selama ini hanya terdengar suaranya di telepon.

    Mudik juga merupakan refleksi dari semangat harmonisme yang diajarkan dalam Islam. Rasulullah SAW bersabda:

    مَنْ نَفَّسَ عَنْ مُؤْمِنٍ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ الدُّنْيَا، نَفَّسَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرَبِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ، وَمَنْ يَسَّرَ عَلَى مُعْسِرٍ، يَسَّرَ اللَّهُ عَلَيْهِ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ

    Artinya: “Barang siapa yang menyelesaikan kesulitan seorang mukmin dari berbagai kesulitan-kesulitan dunia, niscaya Allah akan memudahkan kesulitan-kesulitannya pada hari kiamat. Siapa yang memudahkan orang yang sedang kesulitan, niscaya Allah mudahkan baginya di dunia dan akhirat.”

    Dalam perjalanan mudik, kita melihat nilai ini dalam bentuk nyata. Orang-orang yang sabar mengantre, pemudik yang saling berbagi bekal di rest area, bahkan polisi dan relawan yang bekerja ekstra demi kelancaran perjalanan, semuanya adalah cerminan dari semangat kebersamaan yang diajarkan di bulan Ramadhan.

    Selain itu, mudik juga menjadi ajang memperbaiki hubungan. Banyak yang akhirnya pulang bukan sekadar untuk bertemu keluarga, tetapi juga untuk menyelesaikan konflik lama, mempererat kembali silaturahmi yang sempat renggang, dan tentu saja memenuhi kewajiban untuk berbakti kepada orang tua. Dalam Islam, menjaga hubungan baik dengan keluarga adalah bagian dari ibadah, dan momen Lebaran memberikan kesempatan untuk itu.

    Namun, ujian sebenarnya datang setelah Ramadan berlalu. Apakah kelembutan hati yang telah terasah tetap bertahan? Apakah kebiasaan berbagi dan memperhatikan sesama masih terus berlanjut? Ataukah semua kembali seperti sedia kala, di mana kesibukan menelan kembali nilai-nilai yang telah dibangun selama sebulan penuh?

    Harmoni yang tercipta di bulan Ramadhan tidak boleh berhenti di malam takbiran. Seperti gema takbir yang menggema ke seluruh penjuru, semangat berbagi, menahan diri, dan menjaga keharmonisan harus tetap menyala dalam kehidupan sehari-hari. Ramadhan bukanlah sekadar rutinitas tahunan, melainkan latihan spiritual dan sosial agar kita menjadi manusia yang lebih baik sepanjang tahun.

    Akhirnya, setelah sebulan penuh dengan sahur, puasa, berburu takjil, dan tarawih, Idul Fitri pun tiba. Aroma ketupat mulai menyeruak di setiap rumah, opor ayam tersaji di meja makan, dan sanak saudara saling bermaafan dalam kehangatan silaturahmi. Suasana yang sebelumnya dipenuhi perjuangan melawan kantuk saat sahur dan godaan es teh manis di siang hari, kini berganti dengan kebahagiaan berkumpul bersama keluarga dan tetangga.

    Namun, lebih dari sekadar perayaan dan hidangan khas Lebaran, Ramadan selalu meninggalkan sesuatu yang jauh lebih bermakna: hati yang lebih lembut, jiwa yang lebih tenang, dan harapan bahwa nilai-nilai kebaikan yang ditanam selama sebulan ini tidak luntur seiring waktu.

    Semoga puasa di tahun ini lebih baik dari tahun kemarin dan diberikan kelancaran serta keberkahan bagi semua. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin.

    Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • Ramadan Momentum Membangun Kesadaran Ekologi

    Ramadan Momentum Membangun Kesadaran Ekologi

    Jakarta, Beritasatu.com – Ramadan adalah bulan yang penuh berkah bagi umat Islam. Selain menjadi waktu untuk meningkatkan ibadah dan memperkuat hubungan dengan Allah Swt, bulan suci ini juga menjadi ajang memperbaiki pola hidup dan membangun kebiasaan yang lebih baik. Salah satu aspek yang sering terabaikan selama Ramadan adalah dampaknya terhadap lingkungan. 

    Fenomena seperti meningkatnya sampah plastik akibat kemasan takjil, pemborosan makanan saat berbuka dan sahur, serta lonjakan konsumsi listrik di masjid-masjid dan rumah-rumah, menjadi permasalahan yang sering terjadi.

    Padahal, Islam telah menekankan pentingnya keseimbangan alam (al-mizan) dan tanggung jawab manusia sebagai khalifah di bumi untuk menjaga kelestarian lingkungan.

    Konsep Keseimbangan Alam dalam Islam

    Ramadan seharusnya tidak hanya menjadi momen pengendalian diri dalam hal makan dan minum, juga dalam cara mengelola sumber daya alam. Artikel ini akan mengulas bagaimana Islam mengajarkan keseimbangan dalam kehidupan serta bagaimana umat muslim dapat menjadikan Ramadan sebagai momentum membangun kesadaran ekologi untuk menjaga kesehatan lingkungan.

    Islam mengajarkan bahwa keseimbangan adalah bagian dari sunnatullah yang harus dijaga. Allah Swt berfirman dalam QS. Ar-Rahman ayat 7-9:

    وَالسَّمَآءَ رَفَعَهَا وَوَضَعَ الۡمِيۡزَانَۙ‏ ٧

    was-samâ’a rafa‘ahâ wa wadla‘al-mîzân
    Langit telah Dia tinggikan dan Dia telah menciptakan timbangan (keadilan dan keseimbangan)

    اَلَّا تَطۡغَوۡا فِى الۡمِيۡزَانِ‏ ٨

    allâ tathghau fil-mîzân
    agar kamu tidak melampaui batas dalam timbangan itu.

    وَاَقِيۡمُوا الۡوَزۡنَ بِالۡقِسۡطِ وَلَا تُخۡسِرُوا الۡمِيۡزَانَ‏ ٩

    wa aqîmul-wazna bil-qisthi wa lâ tukhsirul-mîzân
    Tegakkanlah timbangan itu dengan adil dan janganlah kamu mengurangi timbangan itu.

    Ayat ini menegaskan bahwa keseimbangan dalam alam adalah bagian dari sistem yang telah Allah tetapkan. Manusia diperintahkan untuk tidak merusaknya dengan cara berlebihan dalam menggunakan sumber daya atau melakukan tindakan yang dapat mencemari lingkungan.

    Dalam QS. Al-A’raf ayat 31, Allah Swt juga mengingatkan:

    يٰبَنِيْٓ اٰدَمَ خُذُوْا زِيْنَتَكُمْ عِنْدَ كُلِّ مَسْجِدٍ وَّكُلُوْا وَاشْرَبُوْا وَلَا تُسْرِفُوْاۚ اِنَّهٗ لَا يُحِبُّ الْمُسْرِفِيْنَࣖ

    yâ banî âdama khudzû zînatakum ‘inda kulli masjidiw wa kulû wasyrabû wa lâ tusrifû, innahû lâ yuḫibbul-musrifîn

    “Wahai anak cucu Adam! Pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, tetapi jangan berlebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebihan.” 

    Ayat ini secara jelas melarang pemborosan, baik dalam makanan, minuman, maupun dalam hal lain yang bisa merugikan diri sendiri dan lingkungan. 

    Rasulullah SAW juga mencontohkan pola hidup sederhana dan penuh kesadaran. Beliau bersabda,”Tidaklah manusia memenuhi suatu wadah yang lebih buruk daripada perutnya. Cukuplah bagi manusia beberapa suap yang dapat menegakkan tulang punggungnya.” (HR Ahmad dan Tirmidzi)

    Hadis ini mengajarkan bahwa hidup hemat dan sederhana bukan hanya baik bagi kesehatan, juga untuk menjaga kelestarian sumber daya alam yang semakin terbatas. 

    Permasalahan Lingkungan Selama Ramadan 

    1. Sampah plastik dari kemasan takjil 

    Setiap sore menjelang berbuka puasa, pasar takjil di berbagai daerah dipenuhi masyarakat yang membeli makanan dan minuman untuk berbuka. Sayangnya, sebagian besar makanan tersebut dikemas dalam plastik sekali pakai. Akibatnya, limbah plastik meningkat drastis selama Ramadan.

    Sampah plastik yang tidak dikelola dengan baik akan mencemari tanah dan air, serta membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai. Oleh karena itu, perlu ada kesadaran untuk mengurangi penggunaan plastik selama Ramadan. Misalnya, dengan membawa wadah sendiri saat membeli takjil. 

    2. Pemborosan makanan 

    Banyak keluarga yang menyiapkan makanan dalam jumlah besar untuk berbuka dan sahur. Namun, tidak semua makanan tersebut habis dikonsumsi, sehingga sebagian terbuang. 

    Sebagai wujud refleksi dari fenomena ini, Rasulullah SAW bersabda,”Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” (HR Tirmidzi)

    Daripada membuang makanan, alangkah baiknya jika makanan berlebih diberikan kepada yang membutuhkan. 

    3. Konsumsi energi berlebihan 

    Selama Ramadan, konsumsi listrik meningkat akibat penerangan di masjid-masjid dan rumah-rumah. Pendingin ruangan (AC), kipas angin, dan alat elektronik lainnya, sering digunakan secara berlebihan tanpa mempertimbangkan efisiensi energi. 

    Konsumsi energi yang tinggi berdampak pada peningkatan emisi karbon yang berkontribusi terhadap perubahan iklim. Oleh karena itu, perlu ada kesadaran untuk menggunakan energi secara lebih bijak. 

    Solusi Ramadan Ramah Lingkungan 

    Untuk menjadikan Ramadan lebih ramah lingkungan, umat muslim bisa menerapkan langkah-langkah berikut: 

    1. Mengurangi pemborosan makanan 

    Salah satu langkah utama untuk menjadikan Ramadan lebih ramah lingkungan adalah mengurangi pemborosan makanan. Hal ini bisa dimulai dengan mengambil makanan secukupnya saat berbuka dan sahur agar tidak ada yang terbuang sia-sia. Makanan yang tersisa juga sebaiknya dikelola dengan baik.

    Misalnya dengan menyimpannya untuk dikonsumsi kembali atau membagikannya kepada yang membutuhkan. Selain itu, memasak sesuai dengan porsi keluarga juga menjadi langkah penting untuk mencegah makanan berlebih yang akhirnya terbuang. 

    2. Mengurangi penggunaan plastik 

    Penggunaan plastik sekali pakai selama Ramadan meningkat drastis, terutama dari kemasan takjil dan kantong belanja. Untuk menguranginya, bisa dimulai  dengan membawa wadah sendiri saat membeli makanan berbuka, sehingga tidak bergantung pada kemasan plastik.

    Menggunakan botol minum isi ulang juga menjadi alternatif yang lebih ramah lingkungan dibandingkan membeli minuman dalam kemasan plastik. Selain itu, tas kain atau anyaman dapat menjadi pengganti kantong plastik, yang tidak hanya lebih tahan lama, juga lebih ramah lingkungan. 

    3. Menghemat energi 

    Konsumsi energi selama Ramadhan sering kali meningkat akibat penggunaan listrik yang lebih tinggi, terutama untuk penerangan dan pendingin ruangan. Penghematan bisa dilakukan dengan menggunakan lampu hemat energi dan mematikan alat elektronik yang tidak digunakan. Penghematan juga dapat dilakukan dalam penggunaan air. Misalnya, tidak berlebihan saat berwudu atau mencuci peralatan makan. Bahkan, jika memungkinkan, penggunaan energi alternatif, seperti panel surya, untuk penerangan masjid bisa menjadi solusi jangka panjang yang berkelanjutan.

    4. Mengelola sampah dengan bijak 

    Sampah yang dihasilkan selama Ramadan perlu dikelola dengan baik agar tidak mencemari lingkungan. Sampah organik dan anorganik harus dipilah sehingga bisa didaur ulang. Sampah makanan yang tidak habis dapat diolah menjadi kompos untuk mengurangi limbah dan bermanfaat bagi tanah. Selain itu, mendukung program bank sampah atau sedekah sampah juga merupakan langkah konkret dalam menciptakan lingkungan yang bersih dan berkelanjutan. 

    Kesimpulan 

    Ramadan bukan hanya bulan ibadah, juga momentum untuk mengendalikan konsumsi dan peduli lingkungan. Islam mengajarkan manusia sebagai khalifah wajib merawat bumi demi kelestarian generasi mendatang. Dengan menjadikan Ramadan sebagai ajang perubahan, umat muslim tidak hanya meningkatkan ketakwaan, juga berkontribusi menjaga keseimbangan alam sebagai bagian dari amanah Allah.

    Penulis adalah mahasiswa pascasarjana Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI).

  • Ide Bisnis Kreatif dan Menguntungkan di Bulan Penuh Berkah

    Ide Bisnis Kreatif dan Menguntungkan di Bulan Penuh Berkah

    PIKIRAN RAKYAT – Bulan Ramadhan selalu menjadi momen istimewa bagi umat Muslim di seluruh dunia. Selain sebagai bulan penuh berkah untuk meningkatkan ibadah, Ramadhan juga menjadi peluang emas untuk menjalankan bisnis yang kreatif dan menguntungkan. 

    Di tahun 2025, dengan semakin berkembangnya teknologi dan perubahan gaya hidup, ada banyak ide bisnis yang dapat Sobat PR coba untuk meraih kesuksesan di bulan suci ini.

    1. Bisnis Kuliner Ramadhan yang Inovatif

    Kuliner selalu menjadi primadona di bulan Ramadhan. Namun, untuk memenangkan persaingan, Sobat PR perlu menghadirkan inovasi. 

    Cobalah untuk menawarkan menu-menu takjil dan hidangan berbuka puasa yang unik dan kekinian, seperti takjil fusion, minuman segar dengan varian rasa yang menarik, atau hidangan berbuka puasa dengan konsep healthy food. 

    Selain itu, Sobat PR juga bisa memanfaatkan platform online untuk menerima pesanan dan melakukan pengiriman, sehingga memudahkan pelanggan untuk menikmati hidangan Sobat PR.

    2. Bisnis Hampers dan Parcel Lebaran yang Personal

    Hampers dan parcel Lebaran selalu menjadi tradisi yang dinantikan. Di tahun 2025, cobalah untuk menghadirkan hampers dan parcel yang lebih personal dan unik. 

    Sobat PR bisa menawarkan hampers dengan tema tertentu, seperti hampers produk lokal, hampers produk ramah lingkungan, atau hampers dengan desain yang bisa disesuaikan dengan keinginan pelanggan. 

    Selain itu, Sobat PR juga bisa memanfaatkan media sosial untuk mempromosikan produk kamu dan menerima pesanan secara online.

    3. Bisnis Fashion Muslim yang Modis dan Berkualitas

    Permintaan akan busana Muslim selalu meningkat di bulan Ramadhan. Di tahun 2025, cobalah untuk menghadirkan koleksi busana Muslim yang modis, berkualitas, dan nyaman digunakan. 

    Sobat PR bisa menawarkan berbagai macam pilihan, mulai dari busana kasual hingga busana formal, dengan desain yang kekinian dan warna-warna yang menarik. 

    Selain itu, Sobat PR juga bisa memanfaatkan platform e-commerce untuk menjangkau pasar yang lebih luas.

    4. Bisnis Produk dan Perlengkapan Ibadah yang Inovatif

    Selain kuliner dan fashion, produk dan perlengkapan ibadah juga menjadi kebutuhan penting di bulan Ramadhan. Di tahun 2025, cobalah untuk menghadirkan produk dan perlengkapan ibadah yang inovatif dan berkualitas, seperti sajadah dengan desain yang unik, mukena dengan bahan yang nyaman, atau tasbih digital dengan fitur-fitur yang canggih. 

    Sobat PR juga bisa memanfaatkan platform online untuk menjual produk kamu dan memberikan kemudahan bagi pelanggan untuk berbelanja.

    5. Bisnis Jasa yang Memudahkan Aktivitas Ramadhan

    Di tengah kesibukan aktivitas sehari-hari, banyak orang membutuhkan jasa yang dapat memudahkan mereka dalam menjalankan ibadah di bulan Ramadhan. 

    Di tahun 2025, Sobat PR bisa menawarkan berbagai macam jasa, seperti jasa katering sahur dan berbuka puasa, jasa bersih-bersih rumah, atau jasa pembuatan konten Ramadhan untuk media sosial. 

    Sobat PR juga bisa memanfaatkan platform online untuk mempromosikan jasa kamu dan menjangkau pelanggan yang lebih luas.

    Dengan ide bisnis yang kreatif dan strategi yang tepat, Sobat PR dapat meraih kesuksesan di bulan Ramadhan 2025. 

    Semoga artikel ini bermanfaat dan menginspirasi Sobat PR untuk memulai bisnis yang menguntungkan di bulan penuh berkah ini.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Jadi Surga Kuliner, Warga Berburu Takjil di Stadion Pakansari

    Jadi Surga Kuliner, Warga Berburu Takjil di Stadion Pakansari

    JABAR EKSPRES – Stadion Pakansari saat bulan Ramadan menjadi daya tarik tersendiri bagi warga untuk membeli makanan takjil berbuka puasa.

    Di stadion kebanggaan masyakarat Kabupaten Bogor ini banyak sekali makanan yang dijual,  baik jajanan maupun makan berat.

    Hari perdana bulan Ramadan ini, terlihat warga memadati sekeliling Stadion Pakansari menggunakan kendaraan seperti motor dan mobil.

    Adapula, masyarakat yang berjalan kaki bersama-sama sembari menunggu adzan magrib berkumandang.

    BACA JUGA: Sambut Ramadan, Bupati Bogor Rudy Susmanto Serukan Bogor Berseka

    Salah satu warga Karadenan Fatimah (25) mengatakan, dirinya sengaja datang ke Stadion Pakansari untuk membeli takji dan ngabuburit.

    Menurutnya, Stadion Pakansari menjadi surga kuliner di Kabupaten Bogor sehingga dirinya kerap datang kesana.

    “Saya sering datang kesini, karena banyak pilihan takjil yang cocok untuk buka puasa, ini bisa jadi surganya kuliner,”ujarnya saat ditemui, Sabtu (1/3).

    Ditempat yang sama, salah satu pedagang gorengan, Sri (43) mengungkapkan, dagangnya laris manis di hari pertama Ramadan ini.

    BACA JUGA: Pastikan Stok dan Harga Pangan Stabil, Pemkot Bogor Janji Bakal Monitor Harga Selama Ramadan

    “Alhamdulillah, hari pertama ini ramai, mudah-mudahan terus begini,”ucapnya.

    Ia mengatakan, meski di bulan ramadan ataupun tidak. Staidon Pakansari dikenal dengan tempat jajanan.

    “Di sini, meski tidak bulan puasa, tetap ramai, apalagi kalau weekend. Lokasinya strategis,” pungkasnya.

  • Korban Kebakaran di Duren Sawit Mengungsi ke GOR Pondok Bambu
                
                    
                        
                            Megapolitan
                        
                        1 Maret 2025

    Korban Kebakaran di Duren Sawit Mengungsi ke GOR Pondok Bambu Megapolitan 1 Maret 2025

    Korban Kebakaran di Duren Sawit Mengungsi ke GOR Pondok Bambu
    Editor
    JAKARTA, KOMPAS.com –
    Sebanyak 36 Kepala Keluarga (KK) yang terdiri dari sekitar 100 jiwa korban
    kebakaran
    di Jalan Tegal Amba, Pondok Bambu, Duren Sawit, Jakarta Timur, mengungsi.
    Sekretaris Kota Jakarta Timur Kusmanto mengatakan, warga korban kebakaran mengungsi ke area GOR Pondok Bambu yang berada tidak jauh dari lokasi kebakaran pada Jumat (28/2/2025).
    “Sudah didirikan posko dari tadi malam (setelah kejadian), ada dua tenda, tenda BPBD dan tenda Sudin Sosial,” kata Kusmanto saat dikonfirmasi di Jakarta Timur, Sabtu (1/3/2025), dilansir dari
    TribunJakarta.com
    .
    Untuk memenuhi kebutuhan warga selama di posko pengungsian, Suku Dinas (Sudin) Sosial dan Palang Merah Indonesia (PMI) Jakarta Timur akan memasok logistik berupa makanan siap saji dan air mineral.
    Sementara itu, Baznas Bazis Jakarta Timur rencananya akan memberikan takjil kepada warga Kelurahan Pondok Bambu korban kebakaran yang menjalankan ibadah puasa.
    “Tadi bantuan yang sudah masuk dari BPBD, Sudin Sosial Jakarta Timur, Baznas, PMI, berupa Natura, family kids, ATK, seragam sekolah, air mineral, susu, dan karpet,” ujar Kusmanto.
    Guna memastikan kondisi kesehatan warga selama di posko, tim medis dari Puskesmas Kecamatan akan membuka posko pelayanan di lokasi pengungsian.
    Kusmanto menuturkan, rencananya posko pengungsian bagi warga korban kebakaran dibuka selama 10 hari. Nantinya posko pengungsian bisa diperpanjang jika masih dibutuhkan warga.
    “Sesuai dengan protap posko pengungsian bisa dibuka 10 hari ke depan, nanti kita evaluasi. Yang jelas pemerintah kota, PMI, Baznas, Dinsos, BPBD siap untuk selalu memfasilitasi,” tutur Kusmanto.
    Sebelumnya diberitakan, kebakaran melanda 30 rumah di Jalan Tegal Amba, Duren Sawit, Jumat (28/2/2025) sekitar pukul 17.55 WIB.
    Perwira Piket Sudin Damkar Jakarta Timur Gunawan mengatakan, penyebab kebakaran tersebut diduga dari petasan yang tersimpan dari salah satu rumah warga.
    “Untuk objek yang terbakar sebanyak 30 rumah semi permanen dan kontrak. Mungkin bukan dari listrik, tapi dari petasan,” kata Gunawan di lokasi, Jumat (28/2/2025).
    Gunawan memastikan tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran ini. Namun, satu warga mengalami luka robek pada bagian tangan.

    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Ngerandu Buko Jadi Agenda Perdana Bupati Banyuwangi Sepulang Retreat
                
                    
                        
                            Surabaya
                        
                        1 Maret 2025

    Ngerandu Buko Jadi Agenda Perdana Bupati Banyuwangi Sepulang Retreat Surabaya 1 Maret 2025

    Ngerandu Buko Jadi Agenda Perdana Bupati Banyuwangi Sepulang Retreat
    Tim Redaksi
    BANYUWANGI, KOMPAS.com
    – Festival Ngerandu Buko di
    Pantai Marina Boom
    ,
    Banyuwangi
    , Jawa Timur, pada Sabtu (1/3/2025) menjadi aktivitas perdana Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestandani, sepulang dari retreat di Akademi Militer Magelang pada 21-28 Februari 2025.
    Ipuk meresmikan pelaksanaan perdana pasar takjil di lokasi tersebut yang merupakan hasil kerja sama dengan PT. Pelindo Properti Indonesia (PPI) Banyuwangi, yang menggratiskan tiket masuk ke area wisata tersebut.
    “Ini spesial. Alhamdulillah PT PPI membebaskan tiket masuk sehingga masyarakat bisa lebih leluasa dan nyaman (belanja takjil) di Pantai Marina Boom,” kata Ipuk.
    Pada momen tersebut, Ipuk
    ngerandu buko
    , yang merupakan tradisi masyarakat Banyuwangi menunggu waktu berbuka atau ngabuburit.
    Dia berkeliling sambil berbelanja dan meninjau puluhan pedagang yang memenuhi kawasan Pantai Marina Boom.
    Ada beragam kuliner yang ditawarkan, mulai dari makanan kekinian hingga menu-menu tradisional khas Banyuwangi yang tak lupa untuk dijajakan.
    Ipuk mengaku senang melihat antusiasme masyarakat untuk berbelanja di
    pasar takjil Ramadhan
    , tidak hanya di Pantai Marina Boom, tetapi juga di seluruh titik yang tersebar di desa dan kelurahan se-Banyuwangi.
    Namun demikian, Ipuk mengingatkan kembali kepada para pedagang dan pembeli untuk menekan penggunaan plastik sebagai pembungkus makanan.
    “Kita akan kuatkan kembali komitmen pemerintah untuk mengurangi sampah plastik. Maka kita minta para pedagang untuk mengurangi sampah plastik,” ujar Ipuk.
    Dia tak memungkiri bahwa saat ini hal tersebut masih berproses dan belum 100 persen terealisasi, dan diharapkan akan semakin diterapkan dari hari ke hari.
    “Saat ini masih taraf mengingatkan teman-teman UMKM. Semoga bisa berjalan dengan baik seterusnya, kita semua bisa mengurangi sampah plastik,” harapnya.
    Sementara itu, pembukaan perdana pasar takjil di Pantai Marina Boom mendapatkan apresiasi masyarakat yang antusias berkunjung ke destinasi wisata dengan kunjungan terbanyak pada tahun 2024 itu.
    Terlebih, dengan dibebaskannya biaya masuk, masyarakat semakin leluasa untuk berbelanja berbagai jajanan untuk berbuka puasa sembari menikmati pemandangan laut dan gunung yang tampak indah dari Pantai Marina Boom.
    “Ini jadi spot favorit buat ngerandu buko. Jajannya enak-enak, pemandangannya bagus,” kata salah satu pengunjung asal Songgon, Anin.
     
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Sate Susu Sapi, Kuliner Khas yang Dinanti Saat Ramadan di Denpasar

    Sate Susu Sapi, Kuliner Khas yang Dinanti Saat Ramadan di Denpasar

    Denpasar, Beritasatu.com – Sate(satai) susu sapi menjadi salah satu menu favorit warga Kota Denpasar saat berbuka puasa. Kuliner khas ini hanya bisa ditemukan di area Masjid Baiturrahmah, yang lebih dikenal sebagai Kampung Jawa.

    Hampir setiap lapak di kawasan tersebut menawarkan sate susu sapi serta berbagai hidangan lainnya dengan harga yang terjangkau. Suasana pasar takjil di Kampung Jawa terpantau ramai pada hari pertama puasa, Sabtu (1/3/2025).

    Warga berdesak-desakan berburu berbagai hidangan untuk berbuka puasa. Terdapat sekitar 80 lapak yang menawarkan beragam jajanan, minuman, serta aneka sate seperti sate daging, sate usus, sate sumsum, sate lilit, dan tentunya sate susu sapi.

    Pasar takjil tahunan di Kampung Jawa Denpasar Utara ini selalu menarik perhatian, tidak hanya dari warga Denpasar tetapi juga dari luar kota.

    Saat bulan Ramadan, sate susu sapi menjadi menu yang paling diminati di Denpasar. Banyak warga yang rela antre demi mencicipi kelezatan sate ini dan para pedagang merasakan berkah dari meningkatnya permintaan.

    “Untuk awal Ramadan kali ini sangat ramai. Saya menjual sate daging, sate sumsum, sate susu, sate usus, dan sate lilit ikan laut. Harganya bervariasi, sate usus Rp 20.000 per 10 tusuk, sate sumsum Rp 30.000 per 10 tusuk, dan sate susu Rp 30.000 per 10 tusuk. Kebanyakan orang mencari sate susu, mungkin karena penasaran dengan rasanya,” ujar Leni, salah satu pedagang sate di sebelah Masjid Baiturrahmah kepada Beritasatu.com, Sabtu (1/3/2025).

    Berbeda dengan Leni, Nurkhotimah berjualan sate susu dan aneka sate lainnya hampir setiap hari di depan pemakaman Kampung Jawa. Ia mengaku bersyukur atas berkah Ramadan yang membawa banyak pelanggan.

    “Bulan puasa ini memang sangat ramai. Saya berjualan setiap hari kecuali Minggu. Menu saya antara lain sate susu, sate usus, sate kulit sapi (cecek), sate ayam, sate daging, dan sate lilit tanpa kelapa. Yang paling banyak dicari adalah sate susu dan sate usus. Di sini juga ada tiga varian sambal, yakni sambal merah, sambal kacang, dan sambal kuning,” ungkapnya.

    Suasana pasar takjil ini berlangsung selama sebulan penuh. Warga datang dan pergi silih berganti, tidak hanya dari kalangan muslim tetapi juga nonmuslim yang turut menikmati kuliner khas Ramadan ini. Banyak dari mereka memanfaatkan waktu pulang kerja untuk membeli lauk-pauk siap santap.

    Salah satu pengunjung, Amel, warga Ubud, Gianyar, bahkan rela datang jauh-jauh demi berburu sate susu.

    “Saya ke sini khusus mencari sate susu karena hanya tersedia saat Ramadan. Kalau di hari biasa, sulit menemukannya. Ini adalah momen yang pas, tidak hanya sate susu tetapi juga sate daging yang khas di sini. Semoga Ramadan ini penuh berkah dan saya bisa merayakan Idulfitri bersama keluarga,” ujar Amel, yang rela berdesak-desakan demi menikmati sate susu.

    Para pembeli yang menikmati sate susu sapi ini juga disuguhkan dengan berbagai pilihan sambal, seperti sambal kuning yang memiliki tekstur kental, sambal plecing dengan cita rasa pedas, serta sambal kacang yang gurih.

    Dengan suasana yang meriah dan hidangan sate susu sapi yang menggugah selera, pasar takjil Kampung Jawa tetap menjadi destinasi favorit warga Denpasar setiap tahun.