Produk: takjil

  • Tiga Jajanan Takjil Paling Laris di Kota Ambon untuk Buka Puasa
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Maret 2025

    Tiga Jajanan Takjil Paling Laris di Kota Ambon untuk Buka Puasa Regional 6 Maret 2025

    Tiga Jajanan Takjil Paling Laris di Kota Ambon untuk Buka Puasa
    Tim Redaksi
    AMBON, KOMPAS.com

    Manto
    ,
    pisang asar
    , dan lontar susu menjadi tiga jajanan buka puasa yang paling laris di
    Kota Ambon
    , Rabu (5/3/2025).
    Ketiga jajanan ini merupakan kuliner khas Maluku yang sudah ada sejak lama.
    Salah satu pusat penjualan takjil terletak di depan Masjid Raya Al-Fatah Ambon, di mana puluhan penjual kue berjejer.
    Rata-rata, ketiga jenis jajanan ini adalah yang paling cepat habis diburu oleh pembeli.
    Reza Polpoke, seorang pemuda pengusaha takjil di Ambon, mengakui popularitas ketiga kue tersebut.
    “Kue yang paling laris di
    beta
    lapak dan sekitarnya itu ada kue
    manto
    , posisi kedua ada pisang asar kanari, dan lontar susu. Paling laris itu,” ungkap Reza sambil melayani pembeli.
    Para penjual kue umumnya menawarkan lebih dari 10 jenis kue.
    Di lapak milik Reza dan keluarganya, terdapat 21 jenis kue yang dijual.
    Manto, yang mirip dengan dadar gulung dan dalam Bahasa Ambon disebut panekuk, menjadi jajanan yang paling cepat diserbu.
    Manto terbuat dari isian gurih yang menggunakan ikan asar segar dan kentang, ditaburi daun sup dan bawang goreng.
    Yang membuat manto istimewa adalah cara penyajiannya yang harus dimakan dengan guyuran santan kelapa.
    “Rasanya gurih manis lezat. Manto juga merupakan kue khas dari Banda Naira, Kabupaten Maluku Tengah,” ujar Reza.
    Biasanya, para penjual memisahkan santan dari manto, namun sebagian besar penjual kini telah menguyur manto dengan santan, sehingga pembeli bisa langsung menikmati tanpa ribet.
    Di posisi kedua, pisang asar menjadi jajanan yang paling diminati.
    Bagi warga Ambon, pisang asar merupakan jajanan ciri khas Maluku yang menggugah selera.
    Jenis pisang yang digunakan adalah pisang raja, dengan topping kenari yang dicacah dan dicampur rempah khas Maluku.

    Pisang asar
    ini dari dulu paling banyak yang cari. Memang dia otentik Maluku,” ungkap Reza.
    Reza menambahkan bahwa semua kue yang mereka jual dikerjakan sendiri oleh keluarganya, termasuk lontar susu, yang menempati posisi ketiga dalam daftar jajanan terlaris.
    “Mulai dari mengadon sampai menjual kue, kami kerjakan sendiri,” ungkapnya.
    Mereka berjualan di depan rumah tepatnya di tepi Jalan Sultan Babullah, depan Masjid Jami Ambon.
    Lapak kue milik Reza termasuk yang paling mencolok, dengan jajanan yang ditata dalam etalase kaca panjang dan dibungkus dalam plastik.
    Selain jajanan milik Reza, penjual lain seperti Mama Eci juga menawarkan beragam pilihan.
    Di lapak Mama Eci, terdapat aneka jajanan khas Maluku, serta kue-kue lain seperti brownies kukus, kue nona manis, lemper, hingga pudding.
    “Pisang asar adalah salah satu primadona. Paling banyak beli pisang, karena ada rasa pala dan kayu manisnya. Jajanan khas Maluku ini paling laris,” akunya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Awasi Takjil, BBPOM Periksa 50 Sampel dari 3 Lokasi di Kota Mataram
                
                    
                        
                            Regional
                        
                        6 Maret 2025

    Awasi Takjil, BBPOM Periksa 50 Sampel dari 3 Lokasi di Kota Mataram Regional 6 Maret 2025

    Awasi Takjil, BBPOM Periksa 50 Sampel dari 3 Lokasi di Kota Mataram
    Tim Redaksi
    MATARAM, KOMPAS.com
    – Tim gabungan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) di Mataram melakukan pengawasan terhadap
    jajan takjil
    Ramadhan yang tersebar di sejumlah titik di Kota Mataram.
    BBPOM memeriksa 50 sampel makanan takjil dari tiga lokasi sentra takjil di Kota Mataram, yaitu Jalan Majapahit, Jalan Airlangga, dan Panji Tilar.
    “Saat ini kita sudah mengambil sebanyak 50 sampel dan kita bisa melihat yang berpotensi adalah kerupuk, tapi sudah kita uji 50 sampel,
    insha Allah
    aman semuanya.”
    Demikian kata Kepala BPOM Mataram, Yosef Dwi Irwan Prakasa, usai pemeriksaan sampel makanan takjil, Rabu (5/3/2025) kemarin.
    Pemeriksaan jajan takjil Ramadhan ini dilakukan sebagai salah satu komitmen Pemerintah untuk mengawal keamanan jajan takjil yang dijual.
    “Kita bersama-sama mengawal memastikan bahwa pangan takjil di seputaran Kota Mataram memenuhi aspek mutu dan keamanan,” kata Yosef.
    Yosef mengatakan, pada momen Ramadhan biasanya terjadi peningkatan kebutuhan akan pangan.
    Di samping itu, banyak pasar Ramadhan yang menyediakan berbagai macam jenis takjil untuk berbuka puasa.
    “Tentunya kita harus memastikan mengawal makanan yang diproduksi dan beredar itu aman, bermutu, dan bergizi,” kata Yosef.
    Sebelumnya, BBPOM juga telah melakukan pengawasan takjil di sejumlah lokasi seperti di Pasar Mandalika, Pasar Jelojok, dan Pasar Renteng.
    “Dari 76 sampel itu, 69 sampel memenuhi syarat, artinya tidak ditemukan
    bahan berbahaya
    baik formalin, boraks, dan rodhamin B,” kata Yosef.
    Dari tujuh sampel jenis makanan yang mengandung boraks, kandungan bahan berbahaya ditemukan pada kerupuk terigu dan mi basah.
    Yosef mengatakan kerupuk yang mengandung boraks dikirim dari luar NTB, sementara mi basah dibuat di Lombok Tengah.
    Pihaknya juga sudah melakukan penelusuran ke lokasi pembuatan mi basah dan memberikan pembinaan.
    “Yang terpenting bukan hanya kandungan bahan berbahaya, tapi melihat
    keamanan pangan
    harus bebas dari cemaran fisik, cemaran kimia, dan cemaran biologi,” kata Yosef.
    Kepala Dinas Kesehatan Kota Mataram, Emirald Isfihan menambahkan, untuk menghindari cemaran fisik, para pedagang diminta untuk menutup dagangan, memakai sarung tangan, dan melakukan pembayaran dengan cara
    cashless.
    Menurut Emirald, bahan-bahan berbahaya ini termasuk karsinogenik dan sangat berbahaya bagi kesehatan.
    “Penggunaan jangka panjang terus menerus dalam kadar tertentu akan menimbulkan kanker berbahaya, justru kalau dikonsumsi secara terus menerus dengan jumlah yang melebihi kadar normal, bahkan harusnya tidak ada, itu pemicu terjadinya kanker,” kata Emirald.
    Selain kanker, bahan berbahaya tersebut bila dikonsumsi secara sering dan lama, maka akan merusak hati dan ginjal.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Berkah Ramadan, Pedagang Pisang di Gorontalo Raup Keuntungan Besar

    Berkah Ramadan, Pedagang Pisang di Gorontalo Raup Keuntungan Besar

    Liputan6.com, Gorontalo – Bulan suci Ramadan, permintaan pisang di Kota Gorontalo mengalami peningkatan signifikan. Kondisi ini turut dirasakan oleh Aryo Ibrahim (20), seorang pedagang pisang yang menyatakan bahwa omzetnya naik drastis sejak awal bulan Ramadan. “Alhamdulillah, bulan Ramadan membawa berkah tersendiri bagi kami. Penjualan pisang di lapak saya meningkat cukup signifikan,” kata Aryo kepada Liputan6.com, Minggu (2/3/2025).

    Sebelumnya, Aryo mencatat omzet rata-rata harian sekitar Rp1 juta. Namun, sejak awal Ramadan, angka tersebut dapat melampaui jumlah tersebut hingga 2 juta per hari berkat tingginya permintaan. Menurut Aryo, lonjakan penjualan ini disebabkan oleh kebiasaan masyarakat yang menjadikan pisang sebagai menu berbuka puasa.

    Buah ini dinilai praktis dan dapat diolah menjadi berbagai hidangan, seperti kolak, pisang goreng, dan es pisang ijo. Selain itu, meningkatnya permintaan pisang juga dipicu oleh tingginya permintaan dari para pembuat takjil Ramadan. Pisang menjadi salah satu bahan baku utama dalam pembuatan berbagai jenis kue dan makanan berbuka puasa. “Banyak pelanggan mengatakan bahwa pisang sangat cocok untuk berbuka puasa karena mudah diolah menjadi berbagai makanan yang lezat dan bergizi,” jelasnya.

    Tren pembelian di lapak Aryo juga mengalami perubahan selama Ramadan. Jika pada hari-hari biasa pelanggan datang di siang hari, maka saat bulan puasa, puncak keramaian terjadi pada malam hari setelah berbuka. Meski permintaan melonjak, Aryo memastikan pasokan pisang di lapaknya tetap terjaga. Ia mendapatkan stok secara rutin dari distributor tetap di Kabupaten Bolaang Mongondow Utara, Sulawesi Utara. “Alhamdulillah, pasokan aman karena kami sudah memiliki mitra distributor. Harapannya, lonjakan permintaan ini terus berlanjut agar memberi manfaat lebih bagi pedagang kecil seperti saya,” pungkasnya.

    Kolak atau kolek merupakan penyegar ringan berupa rebusan buah pisang, umbi ubi jalar, salut biji nangka, atau umbi singkong yang diberi cairan manis dan gurih yang terbuat dari gula kelapa atau gula jawa dan santan dan diberi daun pandan wangi sebag…

  • Peluang Bisnis Ramadan yang Masih Cuan! Jangan Sampai Ketinggalan

    Peluang Bisnis Ramadan yang Masih Cuan! Jangan Sampai Ketinggalan

    Jakarta: Ramadan sudah berjalan beberapa hari, tapi masih ada banyak peluang bisnis yang bisa dimanfaatkan. 
     
    Bulan suci ini selalu membawa berkah, termasuk dalam dunia usaha. 
     
    Permintaan pasar meningkat drastis, mulai dari makanan berbuka hingga kebutuhan ibadah. 
    Jika ingin memulai bisnis Ramadan, belum terlambat! Berikut beberapa ide bisnis yang masih bisa mendatangkan keuntungan selama bulan puasa.

    1. Takjil dan makanan berbuka
    Takjil dan hidangan berbuka selalu menjadi incaran di sore hari. Banyak orang yang sibuk bekerja memilih untuk membeli makanan instan ketimbang memasak sendiri. Ini bisa jadi peluang bisnis yang menguntungkan!

    Menu favorit yang selalu dicari:
    – Kolak pisang, es buah, dan es cendol
    – Gorengan seperti tahu isi, bakwan, dan risol
    – Makanan berat seperti nasi kotak dan lauk siap saji
     
    Bisnis ini bisa dimulai dengan modal kecil dan dijual di depan rumah, di pinggir jalan, atau secara online melalui WhatsApp dan media sosial.
     

    2. Hampers ramadan dan parcel lebaran
    Tren hampers Ramadan semakin meningkat dari tahun ke tahun. Banyak orang yang ingin berbagi kebahagiaan dengan mengirimkan bingkisan ke keluarga, sahabat, atau rekan bisnis.
     
    Jenis hampers yang banyak dicari:
    – Hampers makanan kering (kue kering, kurma, cokelat)
    – Hampers perlengkapan ibadah (mukena, sajadah, Al-Qur’an)
    – Hampers herbal (madu, susu kurma, suplemen kesehatan)
     
    Bisnis ini bisa dimulai dengan sistem pre-order untuk mengurangi risiko stok berlebih dan memaksimalkan keuntungan.

    3. Busana muslim dan perlengkapan ibadah
    Saat Ramadan, permintaan pakaian muslim meningkat tajam. Banyak orang mencari baju baru untuk tarawih, buka bersama, hingga persiapan Idulfitri.
     
    Produk yang laris di pasaran:
    – Gamis dan tunik muslimah
    – Koko pria dan sarung
    – Perlengkapan ibadah seperti mukena dan sajadah
     
    Menjual produk ini bisa dilakukan secara online melalui marketplace atau media sosial. Jika tidak punya modal besar, sistem dropship bisa jadi pilihan.
     

    4. Catering sahur dan berbuka
    Banyak orang yang ingin sahur dan berbuka dengan makanan sehat, tapi tidak sempat memasak. Bisnis katering bisa jadi solusi untuk mereka yang sibuk bekerja atau tinggal sendiri.
     
    Konsep yang bisa dicoba:
    – Catering sehat dengan menu bergizi
    – Paket langganan harian atau mingguan
    – Pengantaran langsung ke rumah pelanggan
     
    Promosi bisa dilakukan melalui media sosial, grup WhatsApp, atau kerja sama dengan ojek online untuk layanan delivery.
     
    Meskipun Ramadan sudah berjalan beberapa hari, belum terlambat untuk mulai berbisnis! Banyak peluang usaha yang masih terbuka lebar, mulai dari makanan berbuka, hampers, hingga perlengkapan ibadah. 
     
    Kunci suksesnya adalah memahami kebutuhan pasar, memanfaatkan media sosial untuk pemasaran, dan memberikan pelayanan terbaik agar pelanggan puas.
     
    Jangan ragu untuk mencoba! Siapa tahu bisnis kecil yang dimulai Ramadan ini bisa berkembang menjadi usaha jangka panjang.
     
    Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
    dan follow Channel WhatsApp Medcom.id

    (ANN)

  • Masjid Istiqlal jadi destinasi ngabuburit masyarakat

    Masjid Istiqlal jadi destinasi ngabuburit masyarakat

    Jakarta (ANTARA) – Masjid Istiqlal di Jakarta Pusat menjadi destinasi bagi masyarakat dari berbagai wilayah untuk ngabuburit atau menunggu waktu berbuka puasa Ramadhan 1446 Hijriah.

    Suasana berbuka puasa di masjid yang terletak di pusat kota Jakarta ini pun menjadi momen yang ditunggu-tunggu oleh banyak orang. Tidak hanya untuk beribadah, tetapi juga untuk berbagi kebersamaan.

    Kasim (54), misalnya, pria asal Bandung, Jawa Barat, pada Rabu mengungkapkan sengaja datang untuk bertemu saudara sekaligus melaksanakan ibadah tarawih dan berbuka puasa di masjid terbesar di Asia Tenggara tersebut.

    “Istiqlal itu sangat strategis, di pusat kota, dekat stasiun, jadi mudah dijangkau. Tempatnya luas bisa nampung ribuan orang. Ditambah lagi, Istiqlal juga menyediakan takjil gratis yang pasti banyak peminatnya,” ujarnya.

    Antusiasme masyarakat juga terlihat dari penilaian Salamah (39) yang datang bersama anak-anaknya dari Pluit, Jakarta Utara. Bagi Salamah, Istiqlal menjadi pilihan utama untuk berbuka puasa karena ruangannya yang luas dan nyaman.

    “Walaupun ramai, tidak sesak. Anak-anak juga bisa leluasa keliling. Ditambah lagi di depannya ada bazar takjil sama jualan, makin lengkap deh,” kata Salamah yang hampir setiap minggu mengunjungi Istiqlal.

    Para pengunjung menunggu waktu berbuka (ngabuburit) di halaman Masjid Istiqlal, Jakarta, Rabu (5/3/2025). ANTARA/Yamsyina Hawnan

    Masjid Istiqlal menyediakan takjil gratis bagi para pengunjung yang dibagikan setiap hari mulai pukul 17.15 WIB. Total takjil yang disediakan bisa mencapai sekitar 6.500 takjil per hari, tergantung antusiasme jamaah.

    “Kami membagikan takjil sekitar pukul 17.30 hingga 17.40. Jumlahnya setiap hari bervariasi, mulai dari 5.000 hingga 6.500 takjil, tergantung hari dan antusiasme jamaah,” kata Mulyadi, salah satu pengurus masjid tersebut.

    Ia menambahkan bahwa takjil yang dibagikan sebagian besar berasal dari sumbangan, termasuk bantuan dari Pemprov DKI Jakarta dan Panglima TNI Panglima TNI Jenderal TNI Agus Subiyanto yang menyumbangkan 1.000 kotak takjil setiap hari.

    Menurut Mulyadi, antusiasme masyarakat tahun ini tidak berbeda jauh dari tahun-tahun sebelumnya. Ia pun menggarisbawahi kondisi masjid akan lebih padat pada akhir pekan karena lebih banyak jamaah yang datang untuk berbuka dan tarawih.

    “Jumlah jamaah setiap hari tetap banyak, bahkan lebih banyak di akhir pekan. Jumat sampai Minggu selalu lebih ramai karena banyak orang yang datang untuk berbuka di sini,” katanya.

    Pewarta: Ade irma Junida/Yamsyina Hawnan
    Editor: Sri Muryono
    Copyright © ANTARA 2025

  • Fenomena Berburu Takjil: Tradisi, Sedekah Jalanan, dan Implikasinya

    Fenomena Berburu Takjil: Tradisi, Sedekah Jalanan, dan Implikasinya

    Takjil secara bahasa asalnya berasal dari bahasa Arab yang telah diserap kedalam bahasa Indonesia, sehingga telah membudaya dalam masyarakat Indonesia istilah “Berburu Takjil”, Takjil secara bahasa dari kata ‘ajjala-yu‘ajjilu-ta’jilan yang memiliki arti bersegera atau menyegerakan. 

    Kata Takjil ini Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), takjil berarti mempercepat untuk segera berbuka puasa. Istilah takjil diambil dari hadis Nabi Muhammad yang diriwayatkan Bukhari dan Muslim, yang berbunyi,”Manusia masih terhitung dalam kebaikan selama ia menyegerakan (ajala) berbuka.” 

    Dapat disimpulkan, arti takjil dalam Islam adalah perintah untuk menyegerakan berbuka puasa. Kata takjil ini sudah umum ditelinga masyarakat Indonesia dan telah dipakai bertahun-tahun lamanya untuk istilah berburu kuliner untuk berbuka puasa. Rasulullah SAW pun pernah bersabda tentang takjil ini, beliau bersabda:  

    عن سهل بن سعد الساعدي رضي الله عنه أن رسول الله صلى الله عليه وسلم قال: لا يزال الناس بخير ماعَجَّلُوا الفطر (رواه البخاري)

    Artinya: Diriwayatkan dari Sahl bin Sa’d al-Sa’idi RA, bahwa Rasulullah SAW bersabda,“Orang-orang senantiasa akan selalu bersama dengan kebaikan, selama mereka masih menyegerakan buka puasa”

    Sebagai negara yang memiliki pemeluk agama Islam terbesar didunia, takjil ini merupakan salah satu cipratan dari banyaknya berkah bulan suci Ramadan untuk para penjual kuliner dan para pembeli yang menginginkan lezatnya kuliner tersebut. Berbicara tentang ritual dan tradisi takjil ini, dalam laporan De Atjehers, yang ditulis oleh Snouck Hurgronje pada akhir abad ke-19. disebutkan bahwa masyarakat lokal Aceh telah mengadakan buka puasa yang disegerakan (takjil) di masjid secara beramai-ramai dengan bubur pedas. 

    Kue Bingka Kentang di pasar Ramadan Kota Palangka Raya. – (Beritasatu.com/Andre Faisal Rahman)

    Riwayat lain menyebutkan bahwa takjil menjadi salah satu sarana dakwah Wali Songo, yang menyebarkan Islam di Jawa sejak sekitar abad ke-15. Pada tahun 1950 di kota Yogyakarta tradisi takjil juga sudah dilakukan di masjid Kauman. Takjil berkembang disegala sudut diperkotaan dan pedesaan, dari penjual jajanan kecil sampai beranekaragam kuliner dan makanan berat yang berderet diantara pinggir jalan. Dari jajanan yang gurih sampai asinan dan manisan, dari berbagai minuman, buah-buahan dan berbagai resep makanan yang bermacam-macam dari berbagai daerah diIndonesia. 

    Fenomena takjil ini mendorong banyak masyarakat tanpa memandang Agama dan ras untuk saling mengikuti bagaimana rasanya “War Takjil” ditengah ramainya para penjual yang sedang mencari rizki. Tidak hanya umat muslim, tapi Non-Muslimpun dapat merasakan bagaimana keseruan berburu takjil diwaktu sore menjelang berbuka puasa. 

    Banyak komunitas dan grup-grup para pemuda bahkan banyak para mahasiswa yang berinisiatif untuk membagikan jajanan takjil dibulan Ramdan, komunitas tersebut berdiri berbaris sepanjang jalan dan membagikan takjilnya kepada para pengendara motor maupun mobil yang sedang berlalulintas melewati mereka. 

    Dengan senang hati dan bahagia para pengendara motor dan mobilpun menerima takjil yang diberikan kepada mereka. Hal demikian pula dirasakan para pemberi takjil. Takjil yang diberikan akan menjadi sedekah untuk para musafir dan pengendara jalan yang sedang menunaikan ibadah puasa. Dengan demikian akan menciptakan interaksi yang bagus antar kalangan masyarakat dan membentuk kerukunan dan rasa saling toleransi yang tinggi. Bahkan ada diantara pemeluk agama yang berbeda mengatakan “Agamamu agamamu, Takjilmu takjilku…”.

    Peristiwa yang demikian ini dapat menambah toleransi yang kuat diantara umat beragama bahkan bisa menghadirkan pengaruh yang positif dikalangan lapisan masyarakat serta menjadi alat persatuan dalam menjaga adat dan budaya masyarakat Indonesia. Suasana takjil dan fenomea-fenomenanya ini membawa implikasi terhadap masyarakat yang positif diantaranya:

    Takjil, yang semula hanya dipahami sebagai sekadar hidangan ringan untuk berbuka puasa pada bulan Ramadan, ternyata menyimpan narasi mendalam tentang perjalanan kebangsaan Indonesia. – (Freepik/Odua)1. Meningkatkan solidaritas sosial

    Manusia yang hidup berdampingan selalu akan membutuhkan satu sama yang lainnya dalam menjalankan aktivitas kehidupannya. Ritual keagamaan, gotong royong dalam bekerja hingga jual beli dan bahkan sampai pada hal-hal yang paling kecil. Mukmin satu dengan mukmin yang lain itu satu kesatuan seperti halnya sebuah bangunan, yang menguatkan diantara satu dan lainnya”. Oleh sebab itu “Takjil” dapat juga dikategorikan sebagai bentuk solidaritas sosial antara mukmin yang satu dengan yang lainnya saling membutuhkan, antara penjual dan pembeli sama saling menguatkan.

    2. Mendukung Ekonomi warga lokal

    Tentu saja penjual takjil akan terbantu dengan adanya aktivitas jualan takjil ini, dengan demikian aktivitas jual takjil ini membantu para penjual mendapatkan penghasilan tambahan selama bulan Ramadan. Bahkan dalam hal ini terdapat Hadits yang disampaikan oleh Rasulullah ﷺ, beliau bersabda:

    مَنْ فَطَّرَ صَائِمًا كَانَ لَهُ مِثْلُ أَجْرِهِ غَيْرَ أَنَّهُ لاَ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِ الصَّائِمِ شَيْئًا

    Artinya: “Barang siapa memberi makan orang yang berpuasa, maka baginya pahala seperti orang yang berpuasa tersebut tanpa mengurangi pahala orang yang berpuasa itu sedikit pun.” (HR Tirmidzi, No 807; Ibnu Majah, No 1746, sahih menurut Al-Albani)

    Makna dari hadits tersebut adalah menunjukkan keutamaan memberi makanan berbuka, yang dalam konteks takjil bisa berupa sedekah makanan kepada sesama. Oleh sebab itu, Dengan meningkatnya aktivitas berburu takjil dan berbagi makanan, ekonomi warga juga ikut bergerak. Begitu juga yang pernah disampaikan oleh

    Imam An-Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, beliau menjelaskan: “Memberi makan kepada orang lain adalah bentuk kebaikan yang utama, karena mengandung unsur kepedulian terhadap sesama serta membantu orang lain untuk menjalankan ibadah dengan baik.”

    3. Membentuk kesadaran spiritual

    Takjil bukan hanya sekedar makanan pembuka puasa, tetapi juga memiliki dimensi spiritual yang mendalam dalam membentuk kesadaran keagamaan seorang Muslim. Imam Ibn Rajab dalam Latha’if al-Ma‘arif pernah menjelaskan bahwa “Puasa itu mengajarkan seseorang untuk merasakan penderitaan orang-orang miskin, dan berbuka dengan sederhana adalah cara untuk mensyukuri nikmat Allah.”

    Dengan berbuka secukupnya dan tidak berlebihan, seseorang lebih merasakan makna ibadah puasa sebagai bentuk penyucian diri. Kesadaran akan nikmat yang diberikan Allah tumbuh lebih kuat, mendorong seseorang untuk lebih banyak bersedekah dan beribadah dengan khusyuk.

    Guna membantu para pemudik yang kesulitan mencari makanan takjil di jalur selatan Nagreg, Kabupaten Bandung, sejumlah awak media yang tergabung salam Ikatan Jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Korda Bandung membagikan ratusan paket makanan takjil, Senin, 8 April 2024. – (Beritasatu.com/Aep)4. Meningkatkan toleransi dan keharmonisan dalam beragama

    Tradisi berburu dan berbagi takjil selama Ramadan tidak hanya berdampak pada aspek ekonomi dan spiritual, tetapi juga memiliki peran penting dalam membangun toleransi dan keharmonisan antarumat beragama. Di banyak tempat misalnya, takjil tidak hanya dikonsumsi oleh Muslim, tetapi juga menjadi momen berbagi dengan tetangga atau teman yang berbeda keyakinan. Masyarakat yang majemuk sering mengadakan kegiatan berbagi takjil secara kolektif, melibatkan orang dari berbagai latar belakang agama, memperkuat rasa kebersamaan. Dengan memahami bahwa semua manusia adalah ciptaan Allah, sikap hormat dan kasih sayang kepada orang lain, termasuk non-Muslim, menjadi bagian dari ajaran Islam. Tradisi berbagi takjil dapat menjadi sarana memperkuat rasa persaudaraan universal tanpa melihat perbedaan agama.

    Demikianlah bahwa fenomena berburu takjil bukan sekadar tradisi musiman saat Ramadan, tetapi juga mencerminkan dinamika sosial, budaya, dan ekonomi masyarakat. Tradisi ini memperkuat nilai-nilai kebersamaan, semangat berbagi, dan gotong royong, terutama melalui kegiatan sedekah jalanan yang banyak dilakukan. 

    Selain itu, pasar takjil turut menggerakkan perekonomian lokal dan membuka peluang usaha bagi masyarakat kecil. Namun, fenomena ini juga pasti membawa tantangan, seperti potensi kemacetan, peningkatan sampah plastik, dan konsumsi berlebihan. Oleh karena itu, penting bagi masyarakat dan pemerintah untuk terus menjaga esensi positif dari tradisi ini, sekaligus mengelola dampak negatifnya melalui edukasi dan pengelolaan lingkungan yang lebih baik. Dengan demikian, berburu takjil dapat terus menjadi bagian dari kekayaan budaya Ramadan yang tidak hanya menghidupkan semangat ibadah, tetapi juga memperkuat harmoni sosial dan kepedulian terhadap sesama.

    Penulis adalah mahasiswa Pendidikan Kader Ulama Masjid Istiqlal (PKUMI)

  • Apa Itu War Takjil yang Kembali Terjadi di Ramadan 2025? Nonis ‘Curi Start’ Lebih Awal untuk Berburu

    Apa Itu War Takjil yang Kembali Terjadi di Ramadan 2025? Nonis ‘Curi Start’ Lebih Awal untuk Berburu

    TRIBUNJATIM.COM – Tribunners kerap berseliweran konten video non muslim ikut war takjil.

    Mereka seolah tak ingin ketinggalan untuk war takjil di bulan Ramadan 2025.

    Lalu apa yang dimaksud dengan war takjil?

    Bulan Ramadan merupakan momen setahun sekali yang sangat dinantikan oleh umat muslim seluruh dunia, tak terkecuali di Indonesia.

    Namun uniknya, tak hanya umat muslim, masyarakat non-muslim Indonesia sekalipun turut menyemarakkan datangnya bulan suci Ramadhan.

    Pasalnya, muncul fenomena ‘War Takjil’, di mana umat non muslim ikut berburu menu minuman maupun makanan untuk berbuka puasa.

    Ada pun fenomena war takjil ini pertama kali muncul tahun 2024 lalu atau tepatnya pada Ramadan 1445 Hijriah.

    Fenomena unik tersebut kini muncul kembali ketika puasa Ramadan 1446 Hijriah dimulai sejak (1/3/2025).

    Beredar di media sosial video momen umat non muslim begitu semangat berburu takjil.

    Tak tanggung-tanggung, mereka bahkan ‘mencuri start’ atau berburu kudapan berbuka lebih awal ketimbang umat muslim.

    Beberapa di antaranya bahkan sudah berjaga sejak pukul 14.00 WIB, sekalipun penjual takjil belum menata dagangannya.

    Pada video lainnya, diperlihatkan seorang wanita non-muslim yang tidak ikut event war takjil.

    Sebaliknya, ia justru menjadi penjual takjil ikut menjajakan menu kudapan berbuka puasa.

    Pada narasi unggahan video tersebut terungkap, ternyata wanita itu menerima jasa titipan dan ikut membantu menjualkan takjil yang dibuat oleh tetangga di sekitar rumahnya.

    Adapun fenomena war takjil ini menjadi simbol bahwa bulan Ramadan dapat membawa berkah bagi semua orang, tanpa memandang agama, budaya, suku dan latar belakang masyarakat.

    Fenomena ini juga menjadi bukti terjalinnya komunikasi yang harmonis dan indahnya toleransi umat beragama di Indonesia.

    Berita seputar Ramadan 2025 lainnya

    Informasi lengkap dan menarik lainnya di GoogleNews TribunJatim.com

  • Berburu Takjil Ramadan di Gorontalo, Kue Perahu Jadi Favorit Warga Lokal

    Berburu Takjil Ramadan di Gorontalo, Kue Perahu Jadi Favorit Warga Lokal

    Liputan6.com, Gorontalo – Bulan Ramadan identik dengan tradisi berburu takjil untuk berbuka puasa. Setelah seharian menahan lapar dan dahaga, masyarakat kerap mengisi waktu menjelang magrib dengan mencari hidangan pembuka yang lezat dan menyegarkan.

    Berbagai jenis takjil pun tersedia, mulai dari gorengan, makanan berkuah, hingga sajian dingin yang menyegarkan.

    Di Gorontalo, jajanan khas Ramadan pedagang kaki lima (PKL) atau istilah kerennya, street food, menjadi daya tarik tersendiri bagi warga.

    Di berbagai sudut kota, PKL menawarkan aneka menu berbuka puasa yang menggugah selera. Salah satu takjil favorit yang banyak diburu adalah kue perahu.

    Kue perahu merupakan kuliner tradisional Gorontalo yang sudah ada sejak lama. Kue ini berbahan dasar tepung terigu, santan, gula merah, serta sedikit tepung beras dan garam.

    Adonan tersebut dikukus dalam wadah yang terbuat dari daun pandan, memberikan aroma khas yang menggoda selera.

    “Tekstur lembut serta perpaduan rasa manis dan gurih menjadikan kue perahu pilihan ideal untuk kami berbuka puasa,” kata Ramla Abdullah.

    Menurutnya, wangi harum dari daun pandan semakin memperkaya cita rasa khas kue ini. Hal itu menjadikannya salah satu jajanan yang paling dicari selama Ramadan.

    “Pokoknya setiap Ramadan, kue perahu tak pernah ketinggalan untuk dibeli,” ujarnya.

    Setiap Ramadan, kawasan-kawasan strategis di Gorontalo dipenuhi pedagang takjil yang menjajakan beragam kuliner khas.

    Masyarakat berbondong-bondong mencari makanan pembuka yang sesuai dengan selera mereka. Dari aneka gorengan, hingga hidangan manis seperti kue perahu. Suasana berburu takjil selalu menjadi momen yang dinantikan.

    Dengan cita rasa autentik dan bahan-bahan alami, kue perahu terus menjadi primadona di tengah masyarakat. Tak hanya warga lokal, wisatawan yang berkunjung ke Gorontalo pun kerap menjadikannya sebagai oleh-oleh khas daerah.

  • Balap Liar di Soreang Jelang Berbuka dan Setelah Sahur, Polisi: Kayak Kucing-kucingan
                
                    
                        
                            Bandung
                        
                        5 Maret 2025

    Balap Liar di Soreang Jelang Berbuka dan Setelah Sahur, Polisi: Kayak Kucing-kucingan Bandung 5 Maret 2025

    Balap Liar di Soreang Jelang Berbuka dan Setelah Sahur, Polisi: Kayak Kucing-kucingan
    Tim Redaksi
    BANDUNG, KOMPAS.com
    – Warga Desa Karamatmulya, Kecamatan
    Soreang
    , Kabupaten Bandung, Jawa Barat, mengeluhkan maraknya
    balap liar
    yang kerap terjadi di Jalan Lingkar Baru atau Jalan Ciputih menuju pertigaan Sadu-Soreang.
    Aksi tersebut biasanya berlangsung beberapa menit menjelang waktu berbuka puasa dan setelah subuh.
    Wandi Supardi (38), warga Kampung Pasir Karamat, Desa Karamatmulya, mengaku aktivitasnya terganggu saat hendak membeli takjil karena jalur menuju Soreang sering digunakan untuk balap liar.
    “Kalau beli takjil ke arah Soreang, itu jalurnya dipakai balap, jadi jelas terganggu,” kata Wandi saat ditemui di lokasi, Rabu (5/3/2025).
    Selain menghambat aktivitas, suara bising dari motor balap liar juga mengganggu warga. Wandi menyebut, para pelaku balap liar tidak hanya berasal dari Kecamatan Soreang.
    “Berisik
    mah
    sudah jelas, kalau dilihat sih anak muda semua, tapi kayaknya bukan cuma warga Soreang, ada juga dari wilayah lain,” ujarnya.
    Beberapa warga sempat menegur para pelaku, namun aksi balap liar tetap berulang.
    “Ini udah puasa kelima, masih aja tiap sore atau selepas subuh,” tambahnya.
    Hal serupa dirasakan Yuda Pratama (29), warga Desa Karamatmulya. Menurut dia, balap liar menjadi tren saat bulan Ramadhan dan menarik banyak penonton.
    “Wah ramai banget, ratusan orang ada. Datangnya sedikit-sedikit dulu, tapi lama-lama ramai,” ujar Yuda.
    Yuda juga mengkhawatirkan risiko kecelakaan akibat balap liar. Ia menyayangkan kurangnya kehadiran aparat kepolisian di lokasi.
    “Hari apes
    mah
    enggak ada tanggalnya. Saya khawatir itu aja, kalau cuma cedera mungkin aman, tapi kalau meninggal, kasihan orang tuanya, soalnya yang nongkrong masih muda-muda,” kata dia.
    Kasat Samapta Polresta Bandung, Kompol Tedi Rusman, mengatakan pihak kepolisian tidak melakukan penangkapan terhadap pelaku balap liar, melainkan hanya memberikan imbauan dan pembinaan.
    “Terutama knalpot yang tidak sesuai spesifikasi (brong). Sebagian kita suruh ganti knalpotnya sesuai spesifikasi, baru setelah itu dikembalikan ke warga. Saat ini masih ada 28 motor yang diamankan,” ujar Tedi saat dikonfirmasi melalui telepon.
    Tedi membenarkan bahwa balap liar sering terjadi menjelang berbuka puasa dan setelah sahur. Beberapa titik rawan antara lain Jalan Anyar Sadu Soreang, Exit Tol Soroja, Jalan Kutawaringin dekat Stadion Si Jalak Harupat, serta perbatasan Margaasih di kawasan TKI.
    “Kadang kita kucing-kucingan dengan para pelaku balap liar. Kita ke Exit Tol Soroja, mereka pindah ke Jalan Anyar Sadu, atau sebaliknya. Tapi patroli terus kita lakukan dan berkoordinasi dengan polsek setempat untuk mengantisipasi balap liar,” tuturnya.
    Copyright 2008 – 2025 PT. Kompas Cyber Media (Kompas Gramedia Digital Group). All Rights Reserved.

  • Junjung Tinggi Toleransi, Klub Sepatu Roda Kairos Semarang Rutin Adakan Buka Puasa Bersama

    Junjung Tinggi Toleransi, Klub Sepatu Roda Kairos Semarang Rutin Adakan Buka Puasa Bersama

    TRIBUNJATENG.COM, SEMARANG — Klub sepatu roda Kairos Semarang rupanya punya tradisi tersendiri saat ramadhan tiba, yakni buka puasa bersama.

    Agenda tersebut melibatkan para orangtua atlet Kairos. Para orang tua mempersiapkan hidangan buka puasa berupa takjil setiap selesai latihan selama ramadhan.

    Tradisi ini sudah berlangsung sejak 12 tahun terakhir.

    Ketua Kairos Semarang, Liliany Pitarto mengatakan, anggota atau roller yang bergabung di Kairos Semarang bukan hanya beragama islam, tapi ada pula kristen, katolik, dan hindu.

    Namun demikian, perbedaan keyakinan tidak menghambat toleransi antar umat beragama di tim Kairos.

    Melalui kegiatan rutin tersebut, juga mengajarkan sejak dini akan pentingnya toleransi antar umat beragama kepada atlet-atlet pemula Kairos Semarang yang rata-rata masih berusia sangat belia.

    “Momen puasa ramadhan menjadi momen untuk menjalankan ibadah tapi tetap semangat latihan dengan serius. Juga menjunjung nilai toleransi karena yang non muslim juga ikut berpartisipasi menyiapkan takjil untuk bukber usai latihan,” kata Liliany, Rabu (5/3/2025) siang.

    Ditambahkan Liliany, selama ramadhan, jadwal latihan Kairos Semarang tetap sama seperti biasanya, yakni mulai pukul 16.00. Namun, bagi yang beragama muslim, untuk awal-awal Ramadhan diberi keringanan waktu memulai latihan pukul 16.30.

    “Kita toleransi waktu untuk yang berpuasa di awal-awal Ramadhan agar mereka bisa menyesuaikan dengan kondisinya,” terang Lily.

    “Yang non muslim selama puasa juga mereka tidak minum di sela latihan. Jadi ikut menghargai yang puasa. Kecuali yang masih kecil-kecil usia empat tahun,” jelasnya.

    Sementara itu, salah satu orang tua atlet Kairos Semarang, Zulfa, atau akrab disapa Mama Hana menyebut para orang tua terbagi dalam beberapa tim yang bertugas menyiapkan takjil untuk berbuka puasa.

    “Budayanya di Kairos dalam bulan ramadhan kita menyelenggarakan buka puasa bersama. Jadi anak-anak tetap latihan, kita para orang tua menyiapkan menu buka puasa untuk mereka,” katanya.

    “Sebagai reward juga untuk anak-anak. Kita mama-mama (orang tua–red) membuat beberapa tim yang bertugas menyiapkan takjil-takjil yang menarik untuk mereka. Jadi walau puasa mereka tetap semangat latihan,” ungkapnya.

    Dalam kesempatan yang sama, Rayan (9) salah satu atlet Kairos Semarang mengaku senang dengan kegiatan buka bersama usai latihan.

    “Ya tentunya seru bisa langsung buka puasa dengan teman-teman setelah latihan,” ujar atlet cilik yang juga pernah tampil di beberapa kejuaraan nasional dan internasional tersebut. (*)