Produk: startup

  • eFishery Tunjuk FTI Consulting Hadapi Dugaan Fraud, Singgung Dampak Ekosistem Startup Indonesia

    eFishery Tunjuk FTI Consulting Hadapi Dugaan Fraud, Singgung Dampak Ekosistem Startup Indonesia

    PIKIRAN RAKYAT – Perusahaan startup akuakultur, eFishery, akhirnya angkat bicara terkait dugaan pelanggaran dan kecurangan keuangan yang melibatkan manajemen tertentu di dalam grup perusahaan. Merespons situasi tersebut, eFishery telah mengambil langkah cepat dengan menunjuk FTI Consulting sebagai manajemen sementara dengan persetujuan para pemegang saham.

    Dalam pernyataan resmi yang dirilis pada Selasa 4 Februari 2025, Dewan Direksi eFishery menegaskan bahwa langkah ini bertujuan untuk melakukan evaluasi menyeluruh guna menentukan strategi terbaik bagi keberlangsungan bisnis.

    “Keterlibatan pihak ketiga yang independen dalam manajemen bertujuan untuk memfasilitasi kajian yang menyeluruh dan objektif terhadap bisnis perusahaan, demi menentukan langkah terbaik bagi Grup ke depannya,” ungkap perwakilan Dewan Direksi eFishery.

    Dampak Bagi Ekosistem Startup Indonesia

    Dalam beberapa pekan terakhir, eFishery disebut telah mengambil keputusan sulit untuk menyesuaikan biaya operasional sesuai dengan skala bisnis sebenarnya. Seluruh kebijakan yang diterapkan tetap berpedoman pada hukum yang berlaku serta prinsip tata kelola perusahaan yang baik.

    “Kami memahami bahwa situasi ini sulit bagi semua pihak, terutama karyawan dan pemangku kepentingan yang terdampak. Kami akan terus bertindak dengan integritas dalam menangani situasi ini serta memastikan perlindungan terhadap karyawan sesuai dengan hukum yang berlaku,” tambah perwakilan perusahaan.

    eFishery menyadari bahwa kasus dugaan pelanggaran ini tidak hanya berdampak pada internal perusahaan, tetapi juga pada ekosistem startup di Indonesia. Sebagai perusahaan berbasis inovasi, kejadian ini dinilai dapat mempengaruhi kepercayaan investor terhadap iklim investasi di Tanah Air.

    “Dugaan pelanggaran di dalam grup perusahaan ini tentu mengecewakan banyak pihak dan berpotensi membahayakan kepercayaan terhadap iklim investasi di Indonesia. Kami berkomitmen untuk bertindak dengan integritas serta mematuhi hukum yang berlaku demi menjaga dan melindungi ekosistem investasi di Indonesia,” ujar perwakilan Dewan Direksi eFishery.

    Temuan Penyelidikan Awal

    Sebelumnya, hasil penyelidikan internal mengungkap bahwa eFishery diduga telah menggelembungkan pendapatan dan laba sejak perusahaan didirikan. Laporan awal yang beredar menyebutkan bahwa perusahaan mengalami kerugian total sebesar US$152 juta (sekitar Rp2,47 triliun). Selain itu, laporan keuangan selama sembilan bulan pertama 2024 juga diduga dimanipulasi, di mana perusahaan melaporkan laba US$16 juta (sekitar Rp260 miliar), padahal mengalami kerugian sebesar US$35,4 juta (sekitar Rp576 miliar).

    Lebih lanjut, laporan penyelidikan setebal 52 halaman yang dibuat oleh FTI Consulting mengungkapkan bahwa pendapatan perusahaan diduga telah digelembungkan hingga hampir US$600 juta dalam sembilan bulan hingga September 2024. Hal ini menunjukkan bahwa lebih dari 75% angka yang dilaporkan adalah tidak akurat.

    FTI Consulting juga menemukan adanya manipulasi dalam jumlah penjualan alat pemberi makan ikan. Jumlah yang dilaporkan mencapai 400 ribu unit, padahal angka sebenarnya hanya sekitar 24 ribu unit.

    Penyelidikan ini dilakukan setelah adanya laporan dari seorang pelapor kepada anggota dewan perusahaan yang mengungkap ketidaksesuaian data keuangan eFishery. Laporan tersebut telah beredar di kalangan investor dan dikonfirmasi telah dibaca oleh Bloomberg News.

    Ke depan, eFishery berjanji akan terus melakukan investigasi menyeluruh serta bekerja sama dengan pihak berwenang guna menyelesaikan kasus ini secara transparan dan akuntabel.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Dewan Direksi eFishery Buka Suara soal Temuan Fraud Rp9,74 Triliun

    Dewan Direksi eFishery Buka Suara soal Temuan Fraud Rp9,74 Triliun

    Bisnis.com, JAKARTA — eFishery Pte Ltd. (eFishery) dan anak perusahaannya bakal mengambil langkah tegas terkait dugaan pelanggaran yang melibatkan pihak manajemen tertentu dalam Grup mereka, yang mencakup potensi tindakan fraud.

    Langkah ini diambil setelah menerima informasi terkait masalah tersebut pada akhir tahun 2024 dan meninjau laporan sementara dari FTI Consulting mengenai tata kelola dan kondisi keuangan perusahaan. FTI melaporkan bahwa terjadi fraud sebesar Rp9,74 triliun. 

    Sebagai respons terhadap masalah ini, eFishery telah memutuskan untuk melibatkan FTI Consulting sebagai manajemen sementara perusahaan, yang akan berlaku segera, dengan persetujuan dari seluruh pemegang saham. 

    Langkah ini dimaksudkan untuk memastikan kajian yang menyeluruh, objektif, dan transparan terhadap kondisi bisnis Grup dan untuk menentukan tindakan yang terbaik di masa depan.

    “Keputusan ini merupakan langkah yang diperlukan untuk memastikan integritas tata kelola perusahaan. Kami akan terus bertindak dengan penuh integritas dan menjalankan segala proses sesuai dengan hukum dan peraturan yang berlaku,” kata Dewan Direksi eFishery dalam pernyataannya, Selasa (4/2/2025).

    Selama beberapa minggu terakhir, perusahaan telah melakukan sejumlah keputusan sulit yang diperlukan untuk menyesuaikan biaya operasional dengan kondisi bisnis Grup yang sebenarnya. 

    Keputusan-keputusan tersebut tetap mengedepankan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan bertujuan untuk melindungi integritas jangka panjang perusahaan.

    eFishery mengakui bahwa situasi ini memberikan dampak besar bagi karyawan dan seluruh pemangku kepentingan yang terlibat. Dalam hal ini, perusahaan berkomitmen untuk memperhatikan hak-hak karyawan dan memastikan mereka mendapatkan perlindungan sesuai dengan hukum yang berlaku. 

    “Kami mengapresiasi dukungan dari seluruh karyawan dan pemangku kepentingan yang tetap berdiri bersama kami dalam menghadapi kondisi sulit ini,” tulisnya

    Selain dampak internal, perusahaan juga menyadari bahwa kejadian ini dapat mempengaruhi ekosistem startup di Indonesia, yang selama ini mengandalkan eFishery sebagai sumber inspirasi inovasi dan kewirausahaan. 

    Dugaan pelanggaran ini, terutama yang terkait dengan potensi fraud, berpotensi merusak kepercayaan terhadap iklim investasi di Indonesia, yang menjadi tempat utama anak perusahaan eFishery beroperasi. 

    Oleh karena itu, eFishery berkomitmen untuk terus bertindak dengan integritas dan mematuhi hukum yang berlaku guna melindungi iklim investasi di Indonesia.

  • Update Isu Fraud, eFishery Tunjuk Konsultan Bisnis FTI Consulting: Keputusan Sulit

    Update Isu Fraud, eFishery Tunjuk Konsultan Bisnis FTI Consulting: Keputusan Sulit

    PIKIRAN RAKYAT – Perusahaan eFishery sebelumnya diduga melakukan pemalsuan laporan keuangan sampai Rp9,7 Triliun. Kabar ini menjadi pembicaraan publik mengingat perusahaan tersebut sudah terkenal dalam teknologi manajemen budidaya ikan.

    Langkah besar harus dilakukan perusahan tersebut dalam menghadapi isu fraud yang menghebohkan. Sebelumnya perusahaan itu didirikan pada 2013 lalu oleh Gibran Huzaifah Amsi El Farizy, Muhammad Ihsan Akhirulsyah, Chrisna Aditya, Aldi Haryopratomo, kantor pusatnya di Bandung, Jawa Barat.

    Langkah eFishery hadapi isu fraud

    Perusahaan eFishery menyatakan pihaknya kini menunjuk FTI Consulting sebagai manajemen sementara perusahaan. Ini merupakan putusan yang diambil atas persetujuan dari pada pemegang saham saat ini.

    “Keterlibatan pihak ketiga yang independen dalam manajemen bertujuan untuk memfasilitasi kajian yang menyeluruh dan objektif terhadap bisnis perusahaan, untuk menentukan langkah terbaik bagi Grup ke depannya,” kata Dewan Direksi eFishery dalam surat edaran yang diterima Pikiran-rakyat.com.

    “Selama beberapa minggu terakhir, kami harus mengambil sejumlah keputusan sulit agar dapat menyelaraskan biaya operasional dengan skala bisnis Grup sesungguhnya. Keputusan-keputusan ini dibuat dengan mematuhi hukum dan peraturan yang berlaku, dan tetap mengedepankan prinsip tata kelola perusahaan yang baik dan melindungi integritas Grup,” ujarnya melanjutkan.

    Grup yang dimaksud adalah eFishery beserta anak perusahaannya yang berjumlah tiga. Ketiga anak perusahaan tersebut yaitu PT Multidaya Teknologi Nusantara, PT eFishery Aquaculture Indonesia, dan PT Teknologi Untuk Pembudidaya.

    eFishery mengakui ini adalah situasi sulit yang harus dihadapi semua pihak khususnya karyawan dan pemangku kepentingan. Pihaknya tetap berupaya menangani dampaknya dengan tetap memperhatikan pegawai sesuai aturan hukum yang berlaku.

    “Kami juga menyadari, di luar dampak terhadap Grup, kejadian ini turut berdampak pada ekosistem startup Indonesia dan komunitas di dalamnya. eFishery didirikan dengan visi inovasi dan kewirausahaan yang menginspirasi dan memotivasi banyak pihak,” ujarnya.

    “Dugaan pelanggaran (termasuk fraud) di dalam Grup tentu mengecewakan bagi banyak pihak, dan dapat membahayakan kepercayaan terhadap iklim investasi di Indonesia, tempat anak perusahaan utama kami beroperasi. Untuk itu, kami akan terus bertindak dengan integritas dan mematuhi hukum yang berlaku sebagai bagian dari komitmen kami untuk turut menjaga dan melindungi iklim investasi di Indonesia,” katanya.

    Demikian langkah eFishery terkait isu fraud atau pemalsuan laporan keuangan yang diduga mencapai Rp9,7 Triliun. Konsultan bisnis FTI Consulting ditunjuk untuk menangani masalah tersebut.***

    Simak update artikel pilihan lainnya dari kami di Google News

  • Pembuat ChatGPT Siapkan Gadget Pengganti Smartphone

    Pembuat ChatGPT Siapkan Gadget Pengganti Smartphone

    Jakarta

    OpenAI, raksasa AI pembuat ChatGPT, dilaporkan berencana untuk membuat perangkat keras baru yang berfokus pada AI. Menurut laporan dari Nikkei Asia, perangkat tersebut ditujukan untuk menggantikan smartphone.

    Dikutip detikINET dari India Mag, Sam Altman selaku CEO OpenAI, mengungkapkan bahwa perusahaan berencana untuk menciptakan perangkat tersebut bekerja sama dengan mantan kepala desain Apple, Jony Ive.

    Tahun lalu, dilaporkan juga bahwa kemitraan antara OpenAI dan Ive telah digarap untuk menciptakan perangkat yang menggunakan AI generatif untuk menangani interaksi pengguna yang kompleks secara lebih efisien daripada software tradisional.

    “Kami telah mendiskusikan ide-ide,” kata Altman dalam episode podcast pada Mei 2024, mengisyaratkan kemitraan dan kemungkinan menjalankan AI pada smartphone dan berapa kira-kira harganya. Namun, Altman mengatakan perangkat yang murah bukanlah solusi. “Hampir semua orang bersedia membayar untuk sebuah ponsel,” kata Altman.

    Beberapa tahun yang lalu, Altman pernah berinvestasi di sebuah startup bernama Humane Inc, yang bertujuan menciptakan produk perangkat keras untuk AI generatif. Altman menginvestasikan USD 30 juta dalam pendanaan Seri A untuk Humane, didirikan mantan karyawan Apple Imran Chaudhri dan Bethany Bongiorno.

    Meskipun demikian, Humane AI Pin dan perangkat keras lain yang fokus pada AI, Rabbit R1, tidak diterima dengan baik. Berdasarkan ulasan, kedua perangkat tersebut terpengaruh oleh banyak bug dan memberikan pengalaman pengguna yang buruk. Misalnya, Engadget menyebut Rabbit R1 sebagai mainan AI seharga USD 199 yang gagal dalam hampir semua hal.

    Sebagian besar perusahaan teknologi besar saat ini berfokus pada pengintegrasian fitur AI pada smartphone yang ada daripada membangun perangkat baru sendiri.

    Beberapa tahun terakhir, Google telah berfokus pada penambahan kemampuan AI generatif ke jajaran ponsel pintar Pixel dan menyediakan beberapa fitur secara lokal. Demikian pula OpenAI bermitra dengan Apple untuk mengintegrasikan ChatGPT dengan iPhone, menggunakan Apple Intelligence.

    (fyk/afr)

  • DeepSeek Hajar Raksasa AS, Startup Jelata Ketiban Berkah

    DeepSeek Hajar Raksasa AS, Startup Jelata Ketiban Berkah

    Jakarta, CNBC Indonesia – DeepSeek, perusahaan AI asal China baru-baru ini mengguncang dunia teknologi. Saham raksasa teknologi kawakan ramai-ramai rontok karena kehadiran DeepSeek yang diklaim lebih murah dan sama canggihnya dengan AI buatan Amerika Serikat (AS).

    Kendati begitu, hadirnya DeepSeek dengan model R1 teranyar juga membawa berkah bagi startup AI kecil, karena memudahkan pengembangan inovasi AI mereka dengan biaya lebih terjangkau. 

    Salah satunya dialami Hemanth Mandapati, bos Novo AI yang merupakan startup asal Jerman.

    NovoAI diketahui sebagai pengguna awal chatbot DeepSeek. Ia memilih beralih ke model AI China dari ChatGPT OpenAI dua minggu yang lalu.

    “Jika Anda telah membangun aplikasi Anda menggunakan OpenAI, Anda dapat dengan mudah bermigrasi ke yang lain, hanya butuh beberapa menit untuk beralih,” katanya dalam sebuah wawancara, dikutip dari Reuters, Selasa (4/2/2025).

    Kemunculan DeepSeek dinilai mengubah lanskap AI, menawarkan perusahaan akses ke teknologi dengan biaya yang lebih murah, menurut para eksekutif startup dan investor.

    Hal ini juga berpotensi mendorong perusahaan AI lainnya untuk meningkatkan model mereka dan menurunkan harga.

    “Ada tawaran dari DeepSeek yang lima kali lebih rendah dari harga sebenarnya,” kata Mandapati.

    “Saya menghemat banyak uang dan pengguna tidak melihat adanya perbedaan,” imbuhnya.

    Startup teknologi Eropa sendiri kini tengah berjuang untuk mengadopsi teknologi baru dengan kecepatan yang sama seperti AS, yang memiliki akses lebih mudah ke pendanaan. Para eksekutif mengatakan bahwa DeepSeek bisa menjadi game changer.

    “Ini menandai langkah maju yang signifikan dalam mendemokratisasi AI dan menyamakan kedudukan dengan Big Tech,” kata Seena Rejal, COO NetMind.AI, yang merupakan pengguna awal DeepSeek.

    Analis di Bernstein memperkirakan bahwa harga DeepSeek 20 hingga 40 kali lebih murah daripada model yang setara dari OpenAI.

    OpenAI mematok biaya US$2,5 untuk 1 juta token input, atau unit data yang diproses oleh model AI, sementara DeepSeek saat ini mengenakan biaya $0,014 untuk jumlah token yang sama.

    (fab/fab)

  • Kami Investasi dalam Teknologi dan SDM

    Kami Investasi dalam Teknologi dan SDM

    Bisnis.com, JAKARTA – PT Indosat Tbk. (ISAT) menyampaikan ekspansi jaringan yang dilakukan ke berbagai daerah di Indonesia bukan hanya untuk memperkenalkan layanan dan teknologi, juga memberdayakan masyarakat. Hal itu diwujudkan dengan komitmen perusahaan yang gencar mendorong literasi digital.

    SVP Head of Corporate Communications Indosat Ooredoo Steve Saerang mengatakan kehadiran infrastruktur selalu diiringi dengan literasi sehingga manfaat yang diterima masyarakat lebih besar. 

    Indosat tidak hanya berfokus pada investasi dalam teknologi, juga menaruh perhatian pada pengembangan sumber daya manusia (SDM). 

    “Kalau hanya menghadirkan jaringan, mungkin semua orang bisa datang. Tapi kami datang untuk investasi dalam teknologi dan SDM. Ini dua hal yang ingin kami sampaikan sebagai pembeda kami hadir di daerah-daerah,” kata Steve dalam media update di Universitas Nusa Dipa, Selasa (4/2/2025).

    Diketahui, Indosat getol dalam memperluas dan meningkatkan kapasitas jaringan internet. Pada kuartal III/2024, Indosat menambah 21.400 base transceiver station (BTS) 4G secara tahunan sehingga total menjadi 247.100 BTS. 

    Sejalan dengan BTS yang makin luas, Indosat juga gencar melakukan literasi digital dengan melibatkan berbagai pemangku kepentingan. 

    Indosat, kata Steve, tidak hanya sekedar menghadirkan teknologi, tetapi juga berupaya memberikan nilai lebih kepada masyarakat. 

    Hal ini tercermin dalam berbagai inisiatif sosial yang mereka jalankan, yang bertujuan memberikan dampak positif bagi masyarakat dan memajukan ekonomi digital di Indonesia.

    Steve juga berbicara mengenai pentingnya mendukung program Gensi, yang menurutnya lebih dari sekedar program tambahan. 

    “Program Gensi ini harus kita dukung bersama, karena pada akhirnya ini akan kembali bermanfaat untuk seluruh masyarakat,” ujarnya.

    Sebagai bagian dari visi perusahaan untuk mendukung anak muda, Steve menyebutkan bahwa banyak revolusi besar di dunia ini dimulai oleh generasi muda, termasuk revolusi teknologi seperti perkembangan kecerdasan buatan (AI). 

    Dirinya mencontohkan para pendiri perusahaan besar seperti OpenAI di Amerika Serikat dan ekosistem startup di China yang mayoritas digerakkan oleh anak muda. 

    Oleh karena itu, Indosat berkomitmen untuk terus mendukung anak muda Indonesia agar mereka dapat berinovasi dan memberikan dampak positif di dunia digital.

    “Generasi muda ini tidak hanya mengikuti pelatihan, tetapi mereka juga bisa menciptakan perubahan dan beraksi,” ucap Steve.

  • Apple akan Luncurkan Fitur Confetti di iPhone, Apa Kegunaannya? – Page 3

    Apple akan Luncurkan Fitur Confetti di iPhone, Apa Kegunaannya? – Page 3

    DeepSeek, startup AI asal China besutan Liang Wengfeng ini sedang menjadi pembicaraan hangat di industri AI dan disebut-sebut mampu menyaingi model buatan OpenAI, Google, dan Meta.

    Tak hanya itu, biaya operasional DeepSeek sendiri diklaim jauh lebih rendah dibandingkan ChatGPT juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Apple.

    Laporan terbaru menyebutkan, perusahaan tengah menguji integrasi DeepSeek ke dalam Apple Intelligence. Jika sukses, langkah ini dapat membuka peluang besar bagi Apple untuk kembali bersaing di pasar smartphone China, yang saat ini didominasi oleh produsen lokal.

    Walau integrasi DeepSeek ke Apple Intelligence dapat menjadi solusi penjualan iPhone di China, hal ini belum menjamin apakah fitur-fitur AI yang ditawarkan akan dirilis bersamaan.

    Hingga kini, fitur AI buatan Apple masih belum tersedia sepenuhnya untuk pengguna iPhone, iPad, maupun perangkat lainnya.

  • Apple bakal Pakai DeepSeek untuk Apple Intelligence, Strategi Dongkrak Penjualan iPhone 16 di China? – Page 3

    Apple bakal Pakai DeepSeek untuk Apple Intelligence, Strategi Dongkrak Penjualan iPhone 16 di China? – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Apple hingga kini belum meluncurkan fitur AI mereka, Apple Intelligence, untuk pengguna mereka di pasar China. Namun, hal ini mungkin segera berubah.

    Mengutip Phone Arena, Senin (3/2/2025), raksasa teknologi berbasis di Cupertino itu berencana untuk mengintegrasikan DeepSeek ke dalam fitur Apple Intelligence.

    Satu alasan utama Apple Intelligence belum tersedia untuk pengguna iPhone di China adalah karena peraturan ketat pemerintah setempat. Undang-undang di China melarang penggunaan modal AI dari barat, seperti ChatGPT atau Gemini.

    Karena itu, Apple butuh mencari mitra AI lokal untuk memenuhi standar regulasi China. DeepSeek AI sedang mencuri perhatian belakang ini muncul sebagai kandidat utama untuk mengisi celah tersebut.

    DeepSeek, startup AI asal China besutan Liang Wengfeng ini sedang menjadi pembicaraan hangat di industri AI dan disebut-sebut mampu menyaingi model buatan OpenAI, Google, dan Meta.

    Tak hanya itu, biaya operasional DeepSeek sendiri diklaim jauh lebih rendah dibandingkan ChatGPT juga menjadi daya tarik tersendiri bagi Apple.

    Laporan terbaru menyebutkan, perusahaan tengah menguji integrasi DeepSeek ke dalam Apple Intelligence. Jika sukses, langkah ini dapat membuka peluang besar bagi Apple untuk kembali bersaing di pasar smartphone China, yang saat ini didominasi oleh produsen lokal.

    Walau integrasi DeepSeek ke Apple Intelligence dapat menjadi solusi penjualan iPhone di China, hal ini belum menjamin apakah fitur-fitur AI yang ditawarkan akan dirilis bersamaan.

    Hingga kini, fitur AI buatan Apple masih belum tersedia sepenuhnya untuk pengguna iPhone, iPad, maupun perangkat lainnya.

    Apple resmi masuk dalam persaingan teknologi AI generatif dengan memperkenalkan serangkaian fitur baru yang akan meningkatkan performa iPhone dan produk populer lainnya.

  • Deepseek Datang, Industri AI Indonesia Diuntungkan?

    Deepseek Datang, Industri AI Indonesia Diuntungkan?

    Bisnis.com, JAKARTA – Aplikasi asisten AI buatan startup asal China, DeepSeek, diprediksi dapat membuat perkembangan AI di Indonesia menjadi lebih baik.

    Direktur Ekonomi Digital Center of Economics and Law Studies (Celios) Nailul Huda hadirnya Deepseek mampu menjulang di antara platform AI global lainnya.

    Tidak hanya itu, hadirnya Deepseek dapat menjadi contoh bagi industri teknologi dalam negeri bahwa modal kecil tidak jadi hambatan. 

    Apalagi, Huda melihat saat ini Industri AI dalam negeri masih dapat dikembangkan lagi dan tidak digunakan hanya untuk business oriented seperti manajemen perusahaan.

    “Dengan membawa model yang bisa dikembangkan dari Deepseek, saya rasa perkembangan AI dalam negeri bisa lebih baik,” kata Huda kepada Bisnis, Senin (3/2/2025).

    Huda pun menjelaskan, dengan sistem Deepseek yang open source, pengembang atau pengguna dapat melihat model, mengembangkan, atau memperbaiki model di Deepseek. 

    Sehingga, pengembang atau pengguna dari negara berkembang mempunyai kesempatan untuk mengembangkan AI sendiri dari model Deepseek ini.

    “Tentu dengan modal yang cukup rendah, model Deepseek bisa menjadi alternatif,” ujarnya.

    Diberitakan sebelumnya, DeepSeek, berhasil menyalip ChatGPT dan meraih posisi sebagai aplikasi gratis berperingkat teratas di App Store Apple di Amerika Serikat.

    Melansir dari Reuters, Senin (27/1/2025), didukung oleh model AI DeepSeek-V3, aplikasi ini telah menarik perhatian besar di kalangan pengguna AS sejak dirilis pada 10 Januari, menurut data dari firma riset aplikasi Sensor Tower.

    Adapun model AI DeepSeek-V3 diklaim oleh para pengembangnya memimpin papan peringkat di antara model sumber terbuka (open source) dan menyaingi model sumber tertutup (closed source) tercanggih di dunia.

    Pencapaian ini menunjukkan betapa DeepSeek berhasil meninggalkan jejaknya di Silicon Valley, sekaligus meruntuhkan anggapan umum tentang dominasi Amerika Serikat dalam pengembangan kecerdasan buatan (AI). 

    Keberhasilan ini juga menguji efektivitas kebijakan kontrol ekspor Washington yang menargetkan chip canggih dan teknologi AI China.

    Model-model AI seperti ChatGPT dan DeepSeek memerlukan chip canggih untuk pelatihan. Pemerintahan Presiden Joe Biden telah memperkenalkan serangkaian pembatasan sejak 2021 yang bertujuan untuk menghentikan ekspor chip tersebut ke China, dengan tujuan mencegah pengembangan model-model AI yang kompetitif dari perusahaan-perusahaan China.

  • 5 Negara Ini Waspadai hingga Larang Penggunaan DeepSeek – Page 3

    5 Negara Ini Waspadai hingga Larang Penggunaan DeepSeek – Page 3

    Liputan6.com, Jakarta – Chatbot dan modul AI besutan startup Tiongkok, DeepSeek, menjadi fenomena AI baru di dunia teknologi yang membuat perhatian banyak orang.

    Perusahaan-perusahaan teknologi AS pun sempat was was dibuatnya. Pasalnya, dengan biaya yang disebut jauh lebih sedikit, startup Tiongkok ini membuat DeepSeek AI memiliki hasil pengujian yang melampaui ChatGPT.

    Tokoh-tokoh di perusahaan teknologi seperti Mark Zuckerberg, Sam Altman, bahkan sekelas Presiden AS Donald Trump juga ikut mengomentari DeepSeek AI.

    Dalam waktu singkat, DeepSeek merajai toko aplikasi App Store dan Google Play Store di Amerika Serikat dan 51 negara lainnya.

    Sayangnya, tak lama setelah ramai jadi bahan pembicaraan, kecerdasan buatan DeepSeek  justru terkena serangan siber. Hal ini membuat sejumlah negara mewaspadai DeepSeek, apalagi startup ini menyimpan data pengguna di server Tiongkok dan mengatur data tersebut berdasarkan hukum setempat.

    Tidak butuh waktu lama, beberapa negara bahkan sudah membatasi hingga melarang penggunaan DeepSeek, yuk simak di sini negara mana saja yang dimaksud, sebagaimana dikutip dari berbagai sumber:

    1. Italia

    Otoritas perlindungan data Italia, Garante, akhirnya mengumumkan pemblokiran terhadap model kecerdasan buatan (AI) asal Tiongkok, DeepSeek. Mengutip laman CNA, pemblokiran ini dilakukan karena kurangnya informasi terkait penggunaan data pribadi.

    Untuk diketahui, sejak Rabu (27/9/2025), DeepSeek tidak lagi dapat diakses di toko aplikasi Apple App Store maupun Google Play Store di Italia.

    Langkah ini diambil setelah Garante meminta klarifikasi mengenai data pribadi apa saja yang dikumpulkan, dari mana sumbernya, untuk tujuan apa, berdasarkan dasar hukum apa, dan apakah data tersebut disimpan di China?

    “Garante menilai informasi yang diberikan oleh perusahaan Tiongkok penyedia layanan chatbot AI untuk DeepSeek sama sekali tidak mencukupi,” demikian pernyataan resmi di situs web mereka.

    Keputusan Italia blokir DeepSeek diambil untuk melindungi data pengguna di Italia. Garante menambahkan bahwa keputusan ini “berlaku segera” dan mereka juga telah membuka investigasi lebih lanjut.

    DeepSeek AI hadir sebagai pesaing baru ChatGPT. Apakah AI China ini lebih unggul?