Produk: startup

  • White Paper East Ventures Soroti Potensi AI untuk Transformasi Asia Tenggara

    White Paper East Ventures Soroti Potensi AI untuk Transformasi Asia Tenggara

    JAKARTA – Perusahaan venture capital (VC) startup Indonesia dan Asia Tenggara East Ventures telah merilis white paper berjudul “AI-first: Decoding Southeast Asia trends”. 

    White paper ini menyajikan analisis mendalam tentang bagaimana kecerdasan buatan (AI), khususnya Generative AI (GenAI), membentuk ulang lanskap bisnis dan inovasi di Asia Tenggara.

    Teknologi AI juga diperkirakan akan berkontribusi mendorong pertumbuhan ekonomi Asia Tenggara secara signifikan, dengan potensi kontribusi mencapai sekitar 950 miliar dolar AS atau sekitar Rp15.200 triliun pada tahun 2030. 

    Dari total kontribusi AI, Indonesia diperkirakan akan meraih manfaat ekonomi terbesar senilai 366 miliar dolar AS (Rp5.856 triliun), disusul oleh Thailand sebesar 117 miliar dolar AS (Rp1.872 triliun), dan Malaysia sebesar 115 miliar dolar AS (Rp1.840 triliun).

    East Ventures melihat bahwa implementasi AI di kawasan Asia Tenggara telah memberikan hasil nyata di berbagai sektor:

    Ritel: Konversi penjualan naik hingga 30 persen berkat sistem rekomendasi berbasis AIKesehatan: Waktu tunggu pasien turun hingga 34 persen melalui diagnostik otomatisManufaktur: Efisiensi produksi naik 22 persen, downtime alat turun 17 persenPetrokimia: Biaya operasional berkurang 12 persen melalui perawatan prediktifPertanian: Konsumsi air turun 28 persen, hasil panen naik 32 persen.

    East Ventures mencatat bahwa kekuatan GenAI terletak pada kemudahan penerapan dan biaya rendah. Banyak startup di Asia Tenggara, termasuk di Indonesia, sudah memanfaatkan GenAI tanpa perlu keahlian teknis mendalam atau infrastruktur mahal.

    Namun, saat ini Asia Tenggara masih menyumbang porsi kecil dari total investasi global di bidang AI.

    Meskipun ekosistem AI di kawasan ini masih berada pada tahap awal, East Ventures melihat potensi pertumbuhan yang kuat di aplikasi hilir, terutama dalam pemanfaatan GenAI.

    Dalam konteks ini, East Ventures menegaskan kembali keyakinannya untuk terus berinvestasi di sektor AI, dengan menempatkan startup berbasis AI-first sebagai salah satu fokus utama pada tahun 2025.

    “Kami percaya bahwa inovasi seharusnya dapat diakses oleh semua orang. AI seharusnya tidak diadopsi hanya untuk mengikuti tren, melainkan digunakan untuk membangun solusi yang lebih intuitif, efisien, dan dapat ditingkatkan skalanya,” kata Willson Cuaca, Co-Founder dan Managing Partner East Ventures. 

  • 5 Keuntungan Buat Startup yang Masuk Semesta AI

    5 Keuntungan Buat Startup yang Masuk Semesta AI

    Jakarta

    Lintasarta secara resmi meluncurkan program Semesta AI, sebuah inisiatif akselerasi startup berbasis AI yang menjadi langkah konkret dalam memperkuat ekosistem AI di Indonesia.

    Program ini melanjutkan inisiatif sebelumnya, yaitu peluncuran Sahabat-AI, kumpulan Large Language Model (LLM) dan layanan AI yang dikembangkan dengan NVIDIA NeMoTM dan NVIDIA NIMTM, yang ditujukan untuk industri Indonesia dan lebih dari 277 juta
    penutur bahasa lokal.

    Sejak pendaftaran dibuka pada akhir 2024, Semesta AI mendapat sambutan positif dari ekosistem startup Tanah Air. Tercatat 155 startup dari berbagai daerah di Indonesia telah mendaftar.

    Setelah proses seleksi yang ketat, 20 startup terpilih untuk mengikuti program mentoring intensif yang difasilitasi oleh Lintasarta. Kemudian 30 peserta lain akan mendapatkan pendampingan tekhnis untuk pengembangan solusi berbasis AI.

    President Director dan CEO Lintasarta Bayu Hanantasena menyebutkan, Semesta AI dirancang sebagai platform nyata untuk membina dan berkolaborasi dengan para inovator lokal.

    “Jadi program ini didesain untuk memberikan dampak nyata bagi industry nasional dan menawarkan sejumlah manfaat strategis,” ujar Bayu saat memberikan kata sambutan di ‘Kick Off Semesta AI’ di Gedung Arcadia, Menara Thamrin, Jakarta, Kamis (24/2025).

    Adapun manfaat atau keuntungan yang diperoleh startup terpilih adalah sebagai berikut:

    • Pendampingan langsung dari para pakar industri dan profesional AI
    • Akses ke teknologi komputasi akselerasi NVIDIA terkini
    • Pelatihan teknis dan dukungan pengembangan solusi AI
    • Peluang kolaborasi dengan perusahaan-perusahaan terkemuka dalam jaringan Lintasarta
    • Voucher GPU Merdeka senilai hingga USD 15.000 untuk proyek AI terbaik.

    “Tentunya kami harapkan ini bukan sekadar program akselerasi tapi juga menjadi komitmen kita Bersama untuk membangun ekosistem AI, masa depan AI yang berdaulat, inklusif, dan berdampak nyata untuk Indonesia,” tutupnya.

    (rns/rns)

  • 20 Startup Masuk Semesta AI Lintasarta, Ini Rahasia Mereka Terpilih

    20 Startup Masuk Semesta AI Lintasarta, Ini Rahasia Mereka Terpilih

    Jakarta

    Sejak pendaftaran dibuka pada akhir 2024, Semesta AI mendapat sambutan positif dari ekosistem startup Tanah Air. Tercatat 155 startup dari berbagai daerah di Indonesia telah mendaftar.

    Setelah proses seleksi yang ketat, 20 startup terpilih untuk mengikuti program mentoring intensif yang difasilitasi oleh Lintasarta, dan 30 peserta lain akan mendapatkan pendampingan teknis untuk pengembangan solusi berbasis AI.

    Startup yang terpilih tentu saja merupakan perusahaan rintisan yang dinilai inovatif. Chief Cloud Officer Lintasarta, Gidion Suranta Barus menekankan pentingnya membangun solusi AI yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lokal Indonesia.

    “Program Semesta AI merupakan upaya terintegrasi yang menghubungkan talenta AI, infrastruktur, hingga kebutuhan industri agar mampu menghasilkan use case AI yang relevan dan berdampak di Indonesia,” ujarnya saat berbicara di acara ‘Kick Off Program Semesta AI’ di Gedung Arcadia, Menara Thamrin, Jakarta, Kamis (24/2025).

    Gidion menambahkan bahwa inisiatif ini bukan proyek yang berdiri sendiri, melainkan satu rangkaian yang dimulai dari peluncuran GPU Merdeka, AI Merdeka, hingga Laskar AI sebagai wujud transformasi Lintasarta menjadi AI Factory di bawah naungan Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) Group.

    President Director dan CEO Lintasarta Bayu Hanantasena memberikan bocoran, bagaimana sebuah startup dilirik. Ia menekankan pada dampak dari inovasi yang dikembangkan.

    “Di sini ujung-ujungnya kita mau lihat, mereka (startup) itu bisa kasih impact, business impact, value impact yang signifikan. Karenanya, (solusi mereka) harus meng-address real problem yang ada di sekitar,” ujarnya.

    Masalah itu tidak selalu sesuatu yang besar dan rumit, namun bisa dimulai dari hal yang kita temui sehari-hari. Bayu mencontohkan sebuah startup yang membuat system untuk membantu perusahaan melakukan background check ketika akan mempekerjakan seseorang.

    “Ngecek background satu orang itu lama, kita sendiri scrolling, belum lagi keterbatasan resource. Nah, they (startup) solve that problem dengan system background check. Masih banyak lagi contohnya,” Bayu menjelaskan.

    Ia menambahkan , Semesta AI dirancang sebagai platform nyata untuk membina dan berkolaborasi dengan para inovator lokal. Tujuannya bukan hanya mempercepat pengembangan teknologi AI, tetapi juga mendorong dampak berkelanjutan bagi ekonomi digital Indonesia.

    20 Startup yang terpilih lanjut ke proyek Semesta AI Lintasarta. Foto: Rachmatunnisa

    Berikut daftar 20 perusahaan yang akan lanjut ke fase pilot project Semesta AI 2025:

    Algobash.comLexiconOvy HealthSokratechAutomaLunashProsperoSQOUTSBETA UASMTDSSafelog.aiTAGFLOW AIDoctor ToolMomofinSimplifyVidavoxFineksiNexmedisSkorlifeWidya Robotics. 30 peserta yang mendapatkan pendampingan teknis untuk pengembangan solusi berbasis AI. Foto: Rachmatunnisa

    (rns/rns)

  • Diskusi Panel Sinergi Ekosistem AI

    Diskusi Panel Sinergi Ekosistem AI

    Jakarta

    Lintasarta resmi meluncurkan Semesta AI, yaitu sebuah program akselerasi untuk mendukung startup lokal yang mengembangkan solusi berbasis AI. Program ini menjadi salah satu program yang ada di dalam ekosistem Gerakan AI Merdeka yang memiliki 3 pilar yaitu Laskar AI, AI Use Case, dan Semesta AI.

    President Director & CEO Lintasarta, Bayu Hanantasena mengatakan sejak pertama kali diperkenalkan pada November tahun lalu dalam peluncuran gerakan AI Merdeka, Semesta AI telah menarik lebih dari 150 startup dan ISV dari berbagai wilayah di Indonesia.

    “Dari jumlah tersebut, 20 peserta terbaik akan terpilih untuk melangkah ke fase utama program Semesta AI,” ujar Bayu saat acara Kick Off Semesta AI 2025 di Jakarta, Kamis (24/7/2025).

    Bermitra dengan NVIDIA, Bayu mengatakan program Semesta AI akan memberikan akses kolaborasi dengan lebih dari 2.300 pelanggan Lintasarta yang diharapkan dapat membantu mempercepat akselerasi startup masuk ke market.

    Semesta AI merupakai bagian dari NVIDIA Inception Program dan didesain untuk memberikan dampak nyata bagi industri nasional.

    “Program ini akan menawarkan sejumlah dampak strategis, yang pertama pendampingan one-on-one dari para profesional, kemudian proyek percontohan atau piloting untuk startup, akses ke infrastruktur AI NVIDIA melalui voucher GPU Merdeka hingga US$ 15.000,” ungkap Bayu.

    Bayu pun berharap program ini tidak hanya menjadi program akselerasi saja, tetapi juga menghadirkan komitmen membangun ekosistem dan masa depan AI yang berdaulat, inklusif dan berdampak nyata bagi Indonesia.

    Diskusi Panel Menyoroti Masalah Nyata

    Dalam sesi diskusi panel, President Director & CEO Lintasarta Bayu Hanantasena menjelaskan bahwa Semesta AI adalah bagian dari inisiatif besar menuju AI Factory, ekosistem produksi solusi AI yang menyelesaikan masalah konkret di Indonesia.

    “AI Factory itu ibarat pabrik yang mengeluarkan token berupa use case yang bisa menyelesaikan problem nyata, bukan future problem (masalah yang akan terjadi di masa depan),” ujar Bayu dalam diskusi panel yang diadakan sebagai rangkaian acara Kick Off Semesta AI 2025 di Gedung Arcadia, Menara Thamrin, Jakarta, Kamis (24/7/2025).

    Menurutnya, Semesta AI dibangun sebagai jembatan antara talenta AI, infrastruktur digital, dan kebutuhan nyata industri. Lintasarta yang juga merupakan NVIDIA Cloud Partner (NCP) pertama di Indonesia, siap mendukung startup tidak hanya lewat akses GPU dan platform, tetapi juga melalui kolaborasi langsung dengan ribuan klien B2B mereka.

    “Kami tidak hanya mempertemukan startup dengan infrastruktur, tapi juga demand. Ada ribuan enterprise di ekosistem kami yang butuh solusi AI, dan itu peluang untuk teman-teman startup,” jelas Bayu.

    Diskusi juga menyoroti pentingnya kecepatan adaptasi. Bayu menegaskan bahwa semua industri kini bergeser menjadi tech company atau TechCo.

    “Problem is money. Kalau (startup) mau dapat real money, harus selesaikan real problem. Kalau bicara masalah masa depan, ya uangnya juga masa depan, nggak datang-datang. Semua industri hari ini, ujung-ujungnya harus embrace AI. Kalau tidak, ya akan tertinggal,” tegasnya.

    UMKM Siap Diakselerasi NVIDIA

    Dalam program Semesta AI, Lintasarta bermitra dengan NVIDIA. NVIDIA pun menyatakan kesiapannya untuk membantu Lintasarta mengembangkan startup AI yang terpilih dalam program ini.

    Enterprise Business Country Manager NVIDIA Indonesia Andry Gunawan mengatakan program ini diinisiasi dua tahun lalu. Saat itu salah satu profesor NVIDIA datang ke Jakarta dan membahas program ini bersama Lintasarta.

    Untuk mendukung startup di program Semesta AI, NVIDIA pun siap memberikan edukasi dengan menghadirkan satu orang yang fokus dalam edukasi startup.

    “Bagi yang sudah pernah coba masuk ke dalam Deep Learning Institute-nya NVIDIA. Buat developer, apa manfaatnya? Untuk bisa dapetin hitsheet, script-script apa yang baru,” ungkap Andry.

    Menurut Andry, NVIDIA juga siap memberikan infrastruktur yang mendukung startup di Semesta AI. Salah satunya yaitu dengan masuk ke dalam platform ai.nvidia.com yang menyediakan banyak sekali use case.

    Andry mengatakan menurut NVIDIA, startup adalah aset dan rekan kerja, sehingga ketika mereka membutuhkan, NVIDIA siap dikontak untuk memberikan bantuan.

    “Jika menggunakan Cloudeka sebagai cloud-nya Lintasarta, juga ada dukungan NVIDIA 24 jam. Jadi kalau ada kendala, performance problem, silahkan untuk direct report,” imbuhnya.

    Ajak Startup Ciptakan Use Case Khas Lokal

    Chief Cloud Officer Lintasarta Gidion Suranta Barus menekankan pentingnya membangun solusi AI yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lokal Indonesia.

    Program Semesta AI merupakan upaya terintegrasi yang menghubungkan talenta AI, infrastruktur, hingga kebutuhan industri agar mampu menghasilkan use case AI yang relevan dan berdampak di Indonesia.

    Gidion menyampaikan bahwa inisiatif ini bukan proyek yang berdiri sendiri, melainkan satu rangkaian yang dimulai dari peluncuran GPU Merdeka, AI Merdeka, Laskar AI, lalu Semesta AI hingga menuju AI Factory.

    “Dari Laskar AI yang dimulai awal tahun ini, sekarang kita sudah masuk ke Semesta AI. Jadi, dari Laskar AI, teman-teman kemudian membangun use case, ujung-ujungnya, kita harap solusi ini bisa masuk ke AI Factory,” jelas Gidion.

    Dalam program Semesta AI, para startup tidak hanya akan memanfaatkan GPU Merdeka, tetapi juga tool dan platform AI dari NVIDIA, termasuk NVIDIA AI Enterprise hingga NVIDIA Inception Program.

    Lintasarta dan NVIDIA mendorong peserta terbaik untuk bergabung di NVIDIA Inception Program, dengan peluang dibawa ke ajang global seperti NVIDIA GTC (GPU Technology Conference).

    “Tahun ini, sudah ada satu (dari Indonesia) yang dibawa ke San Jose di acara GTC event NVIDIA. Diharapkan tahun depan ada yang use case-nya unik dan khas Indonesia, bukan yang bisa ditemukan di negara lain,” tegas Gidion.

    20 Startup Bakal Masuk ke Pilot Project Semesta AI

    Dalam kegiatan ini, Lintasarta juga mengumumkan 20 startup yang terpilih ke tahap berikutnya. Dalam tahapan ini, 20 startup yang terpilih tersebut akan mendapatkan mentoring intensif, hingga masuk ke fase Pilot Project dan Demo Day.

    “Yang 20 akan masuk fase Pilot Project, kemudian ada one-on-one mentoring. Sedangkan yang 30 di Technical Assistance akan masuk ke program Semesta AI 2026 untuk bisa dikembangkan lagi,” tambah Gidion.

    Lintasarta juga berencana menggelar enterprise hackathon pada bulan Agustus yang akan melibatkan sekitar 10 perusahaan klien mereka. Dari enterprise hackathon ini, use case akan dicocokkan dengan kebutuhan nyata di industri, sehingga peserta bisa langsung mengembangkan solusi berbasis AI untuk klien yang riil.

    “Jadi teman-teman setelah selesai program, akan langsung punya klien untuk mengembangkan use case mereka,” kata Gidion.

    Semesta AI Dihadiri Wamen Ekraf

    Peluncuran Semesta AI 2025 juga dihadiri oleh Wakil Menteri Ekonomi Kreatif RI Irene Umar. Ia menyampaikan generasi muda Indonesia bukan sekadar pengguna teknologi, melainkan agen perubahan yang punya peran penting dalam mewujudkan AI yang berdampak.

    “Kita enggak cuma punya bonus demografi, tapi ada bonus laskar AI. Kalau kita infuse dengan AI, kita bisa punya satu miliar sumber daya produktif tergantung seberapa cepat kita menyelesaikan masalah,” jelasnya.

    Dalam pesannya kepada para startup yang sudah punya solusi AI, Irene mengingatkan agar mereka tidak terjebak dalam jargon teknis atau pitch yang terlalu muluk. Ia mendorong startup untuk menciptakan solusi berbasis AI yang benar-benar menyelesaikan masalah nyata.

    “Jangan bikin solusi buat masalah yang enggak ada. Jangan pitch pakai istilah besar yang orang awam tidak paham. Fokus ke dampak. Ciptakan produk yang menyelesaikan masalah,” katanya.

    Irene menyoroti pentingnya pembangunan talenta sebagai elemen kunci ekosistem AI nasional. Ia menyebut, tanpa talenta, teknologi secanggih apa pun tidak akan memberi dampak signifikan.

    “Apa yang perlu kita siapkan sekarang? Laskarnya dulu. Karena tanpa talenta, AI tidak ada apa-apanya,” tegasnya.

    Di tengah kekhawatiran banyak orang bahwa AI akan menggantikan manusia, Irene justru menyatakan sebaliknya. Menurutnya, AI tak akan pernah mampu menggantikan manusia Indonesia yang memiliki hati dan kreativitas yang luar biasa.

    “AI itu garbage in, garbage out. Tapi, manusia punya hati. Indonesia punya sumber kreativitas yang luar biasa. Dengan itu, kita punya kuasa untuk membentuk arah AI ke depan,” ujar Irene.

    Sebagai informasi, peluncuran Semesta AI menjadi tonggak penting transformasi Lintasarta menjadi AI Factory dari Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) Group.

    (prf/ega)

  • Wamen Ekraf Sebut Perlunya Persiapkan Laskar AI

    Wamen Ekraf Sebut Perlunya Persiapkan Laskar AI

    Jakarta

    Pemanfaatan kecerdasan buatan (AI) di segala bidang adalah sebuah keniscayaan. AI bisa dibentuk untuk kemajuan, khususnya dalam memecahkan masalah mendasar dan menciptakan dampak positif.

    Hal ini disampaikan Irene Umar, Wakil Menteri Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf). Ia menyebutkan, di era digital yang berkembang pesat, semua negara harus bergerak maju.

    “We need to move. Dan untungnya dengan danya AI dan teknologi yang ada, dan dengan adanya kalian (talenta) semua, ada pembinaan, negara ini bisa maju dengan cepat,” ujarnya saat memberikan sambutan di acara ‘Kick Off Program Semesta AI’ di Gedung Arcadia, Menara Thamrin, Jakarta, Kamis (24/2025).

    Untuk bisa berjalan cepat, lanjutnya, maka perlu dipersiapkan sumber daya dan talenta di bidang ini. Irene menyebutnya ‘laskar AI’. “Karena tanpa talenta, AI tidak ada apa-apanya. Laskar-laskarnya dulu kita persiapkan,” sebut Irene.

    Irene Umar, Wakil Menteri Kementerian Ekonomi Kreatif (Ekraf). Foto: Rachmatunisa

    Disebutkan Irene, apa yang dilakukan Lintasarta, berkolaborasi dengan NVIDIA meluncurkan program Semesta AI, adalah salah satu dari upaya tersebut.

    “Laskarnya disiapkan dulu, prajuritnya kita siapkan dulu. Let’s create a universe where all of us sit down and say ‘let’s solve this problems,” kata Irene.

    President Director dan CEO Lintasarta Bayu Hanantasena menyebutkan, Lintasarta, sebagai AI Factory di bawah naungan Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH), secara resmi meluncurkan program Semesta AI.

    Program ini adalah sebuah inisiatif akselerasi startup berbasis AI yang menjadi langkah konkret Lintasarta dalam memperkuat ekosistem AI nasional Indonesia. Semesta AI merupakan bagian dari gerakan AI Merdeka yang dijalankan Lintasarta bekerja sama dengan NVIDIA melalui program Inception-nya untuk startup.

    President Director dan CEO Lintasarta Bayu Hanantasena. Foto: Rachmatunisa

    Sebagai satu-satunya NVIDIA Cloud Partner (NCP) di Indonesia, peluncuran Semesta AI menjadi kelanjutan strategis dari komitmen Lintasarta dalam mendorong kemandirian teknologi nasional, khususnya melalui pemberdayaan startup dan pengembangan solusi AI lokal yang siap digunakan secara nyata.

    “Kami memiliki tujuan mulia memberdayakan Indonesia untuk mempercepat pencapaian potensi digital bangsa. Dan hari ini, Bersama kita mulai Langkah penting berikutnya,” kata Bayu.

    “Tentunya kami harapkan ini bukan sekadar program akselerasi tapi menjadi komitmen kita bersama untuk membangun ekosistem AI, masa depan AI yang berdaulat, inklusif, dan berdampak nyata untuk Indonesia,” harapnya.

    (rns/rns)

  • Wamen Ekraf Soroti Peran Talenta Muda Ciptakan Solusi Nyata Manfaatkan AI

    Wamen Ekraf Soroti Peran Talenta Muda Ciptakan Solusi Nyata Manfaatkan AI

    Jakarta

    Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar menyampaikan di era digital yang serba cepat, Indonesia butuh lebih dari sekadar bonus demografi. Diperlukan laskar-laskar AI, yakni talenta muda yang mampu menciptakan solusi nyata lewat teknologi AI.

    “Kita tidak punya banyak waktu. Di era digital sekarang, kita harus bergerak sangat cepat. Untungnya, dengan adanya AI dan kalian semua di sini, negara ini bisa maju dengan sangat cepat,” kata Irene dalam keynote speech-nya di acara Kick Off Semesta AI 2025 Lintasarta di Gedung Arcadia, Jakarta, Kamis (24/7/2025).

    Berbicara di depan puluhan startup peserta Semesta AI, Irene menyoroti pentingnya pembangunan talenta sebagai elemen kunci ekosistem AI nasional. Ia menyebut, tanpa talenta, teknologi secanggih apa pun tidak akan memberi dampak signifikan.

    “Apa yang perlu kita siapkan sekarang? Laskarnya dulu. Karena tanpa talenta, AI tidak ada apa-apanya,” tegasnya.

    Di tengah kekhawatiran banyak orang bahwa AI akan menggantikan manusia, Irene justru menyatakan sebaliknya. Menurutnya, AI tak akan pernah mampu menggantikan manusia Indonesia yang memiliki hati dan kreativitas luar biasa.

    “AI itu garbage in, garbage out. Tapi, manusia punya hati. Indonesia punya sumber kreativitas yang luar biasa. Dengan itu, kita punya kuasa untuk membentuk arah AI ke depan,” ujar Irene.

    Semesta AI Foto: dok. Angga Laraspati/detikcom

    Lebih lanjut, ia menegaskan bahwa generasi muda Indonesia bukan sekadar pengguna teknologi, melainkan agen perubahan yang punya peran penting dalam mewujudkan AI yang berdampak.

    “Kita enggak cuma punya bonus demografi, tapi ada bonus laskar AI. Kalau kita infuse dengan AI, kita bisa punya satu miliar sumber daya produktif tergantung seberapa cepat kita menyelesaikan masalah,” jelasnya.

    Dalam pesannya kepada para startup yang telah mengembangkan solusi AI, Irene mengingatkan agar mereka tidak terjebak dalam jargon teknis atau pitch yang terlalu muluk. Ia mendorong startup untuk menciptakan solusi yang benar-benar menyelesaikan masalah nyata.

    “Jangan bikin solusi buat masalah yang enggak ada. Jangan pitch pakai istilah besar yang orang awam tidak paham. Fokus ke dampak. Ciptakan produk yang menyelesaikan masalah,” katanya.

    Menurutnya, ekonomi kreatif menjadi mesin pertumbuhan baru karena tak lekang waktu. Oleh karena itu, peran startup dan inovator AI sangat dibutuhkan untuk mempercepat transformasi digital Indonesia.

    “Impact kalian dibutuhkan dunia, sekecil apa pun menurut kalian itu. Kadang kita tidak sadar kalau kita sendiri adalah dampaknya,” pungkasnya.

    (prf/ega)

  • Lintasarta Jadikan Semesta AI Bagian Inisiatif Besar Menuju AI Factory

    Lintasarta Jadikan Semesta AI Bagian Inisiatif Besar Menuju AI Factory

    Jakarta

    President Director & CEO Lintasarta Bayu Hanantasena menjelaskan bahwa Semesta AI adalah bagian dari inisiatif besar menuju AI Factory. Ini adalah ekosistem produksi solusi AI yang menyelesaikan masalah konkret di Indonesia.

    “AI Factory itu ibarat pabrik yang ngeluarin token berupa use case yang bisa menyelesaikan problem nyata, bukan future problem (masalah yang akan terjadi di masa depan),” ucap Bayu dalam Panel Discussion acara Kick Off Semesta AI 2025 di Menara Arcadia, Jakarta, Kamis (24/7/2025)

    Menurutnya, Semesta AI dibangun sebagai jembatan antara talenta AI, infrastruktur digital, dan kebutuhan nyata industri. Lintasarta yang juga merupakan mitra cloud NVIDIA di Indonesia, siap mendukung startup tidak hanya lewat akses GPU dan platform, tetapi juga melalui kolaborasi langsung dengan ribuan klien B2B mereka.

    “Kami tidak hanya mempertemukan startup dengan infrastruktur, tapi juga demand. Ada ribuan enterprise di ekosistem kami yang butuh solusi AI, dan itu peluang untuk teman-teman startup,” jelas Bayu.

    Bayu Hanantasena mengatakan program ini menjadi bagian dari NVIDIA Inception Program dan didesain untuk memberikan dampak nyata bagi industri nasional.

    “Program ini akan menawarkan jumlah dampak strategis, yang pertama pendampingan one-on-one dari para profesional, kemudian proyek percontohan atau piloting untuk startup, akses ke AI infrastructure NVIDIA melalui voucher GPU Merdeka hingga US$ 15.000,” ungkap Bayu.

    Tak hanya itu, Semesta AI juga memberikan akses kolaborasi dengan lebih dari 2.300 pelanggan Lintasarta yang berada di jaringan yang diharapkan dapat membantu mempercepat akselerasi startup ke market.

    Keberadaan Semesta AI pun mendapatkan sambutan yang cukup baik dari startup yang ada di Indonesia. Bayu mengungkapkan sejak pertama kali diluncurkan tahun lalu pada acara peluncuran AI Merdeka, Semesta AI telah menarik lebih dari 150 startup dan ISV dari berbagai wilayah di Indonesia.

    “Dari jumlah tersebut, 20 peserta terbaik akan terpilih untuk melangkah ke fase utama program Semesta AI,” imbuhnya.

    Program Semesta AI merupakan upaya terintegrasi yang menghubungkan talenta AI, infrastruktur, hingga kebutuhan industri agar mampu menghasilkan use case AI yang relevan dan berdampak di Indonesia.

    Chief Cloud Officer Lintasarta Gidion Suranta Barus menyampaikan inisiatif ini bukan proyek yang berdiri sendiri, melainkan satu rangkaian yang dimulai dari Laskar AI hingga menuju AI Factory.

    “Dari Laskar AI yang dimulai awal tahun ini, sekarang kita masuk ke Semesta AI. Jadi, dari Laskar AI, teman-teman dalam membangun use case, ujung-ujungnya, kita harap solusi ini bisa masuk ke AI Factory,” jelas Gidion.

    Di sisi lain, Wakil Menteri Ekonomi Kreatif Irene Umar menyampaikan di era digital yang serba cepat, Indonesia butuh lebih dari sekadar bonus demografi. Diperlukan laskar-laskar AI, yakni talenta muda yang mampu menciptakan solusi nyata lewat teknologi.

    “Kita tidak punya banyak waktu. Di era digital sekarang, kita harus bergerak sangat cepat. Untungnya, dengan adanya AI dan kalian semua di sini, negara ini bisa maju dengan sangat cepat,” kata Irene.

    Di tengah kekhawatiran banyak orang bahwa AI akan menggantikan manusia, Irene justru menyatakan sebaliknya. Menurutnya, AI tak akan pernah mampu menggantikan manusia Indonesia yang memiliki hati dan kreativitas luar biasa.

    “AI itu garbage in, garbage out. Tapi, manusia punya hati. Indonesia punya sumber kreativitas yang luar biasa. Dengan itu, kita punya kuasa untuk membentuk arah AI ke depan,” ujar Irene.

    Dalam pesannya kepada para startup, Irene mengingatkan agar mereka tidak terjebak dalam jargon teknis atau pitch yang terlalu muluk. Ia mendorong startup untuk menciptakan solusi yang benar-benar menyelesaikan masalah nyata.

    “Jangan bikin solusi buat masalah yang enggak ada. Jangan pitch pakai istilah besar yang orang awam tidak paham. Fokus ke dampak. Ciptakan produk yang menyelesaikan masalah,” tuturnya.

    (akn/ega)

  • Ini 20 Startup yang Akan Lanjut ke Pilot Project Semesta AI

    Ini 20 Startup yang Akan Lanjut ke Pilot Project Semesta AI

    Jakarta

    Sebanyak 50 startup lokal terpilih untuk mengikuti program Semesta AI 2025 milik Lintasarta. Dari jumlah tersebut, 20 startup akan lanjut ke tahap pilot project, sementara 30 lainnya akan mendapatkan technical assistance untuk pengembangan use case berbasis AI.

    Program Semesta AI merupakan bagian dari inisiatif AI Merdeka yang bertujuan membangun ekosistem AI berdaulat di Indonesia. Dalam tahap awal ini, peserta disaring dari berbagai sektor mulai dari kesehatan, finansial, edukasi, hingga pertanian.

    “20 peserta terbaik akan dipilih untuk melangkah ke fase utama dan tentunya kami harap ini bukan sekadar program akselerasi, tapi jadi komitmen bersama untuk bangun
    ekosistem AI yang berdaulat, inklusif, dan berdampak nyata untuk Indonesia,” ucap President Director & CEO Lintasarta, Bayu Hanantasena dalam acara Kick Off Semesta AI 2025 di Menara Arcadia, Jakarta, Kamis (24/7/2025).

    Adapun berikut daftar 20 perusahaan yang akan lanjut ke fase pilot project Semesta AI 2025:

    1. Algobash.com
    2. Lexicon
    3. Ovy Health
    4. Sokratech
    5. Automa
    6. Lunash
    7. Prospero
    8. SQOUTS
    9. BETA UAS
    10. MTDS
    11. Safelog.ai
    12. TAGFLOW AI
    13. Doctor Tool
    14. Momofin
    15. Simplify
    16. Vidavox
    17. Fineksi
    18. Nexmedis
    19. Skorlife
    20. Widya Robotics

    Mereka akan mendapatkan sesi mentoring intensif one-on-one serta berpeluang mengembangkan use case bersama jaringan klien Lintasarta.

    Wakil Menteri Ekonomi Kreati, Irene Umar, yang turut menghadiri acara kick off ini, menyampaikan apresiasinya atas inisiatif Semesta AI dan partisipasi para startup.

    “Impact kalian dibutuhkan dunia, sekecil apa pun menurut kalian itu. Kadang kita tidak sadar kalau kita sendiri adalah dampaknya,” ucapnya.

    Ia juga menekankan pentingnya kecepatan inovasi di era digital ini.

    “Dengan adanya AI ini, kita bisa memultiplikasi produktivitas kita. Jadi, kalau bonus demografis kita 287 juta, bisa jadi 1 miliar, dan bahkan lebih,” lanjutnya.

    Melalui program ini, Lintasarta berharap dapat mendorong terbentuknya use case AI yang lahir dari data dan kebutuhan khas Indonesia yang tak dimiliki di negara lain.

    (prf/ega)

  • Perang Dunia 3 Meletus, Pasukan Kecoak Siap Meluncur

    Perang Dunia 3 Meletus, Pasukan Kecoak Siap Meluncur

    Jakarta, CNBC Indonesia – Amerika Serikat (AS) selama ini dikenal royal dalam mengalokasikan anggaran untuk memperkuat sistem pertahanan militernya. Namun, fakta mengejutkan diungkap Aviation Week Network pada Mei 2025.

    Platform intelijen global untuk industri pertahanan dan penerbangan tersebut mengungkap Eropa mulai menggenjot investasi di sektor pertahanan. Bahkan, untuk pertama kalinya dalam beberapa dekade, investasi pertahanan Eropa kini sudah melampauai AS.

    Dikutip dari EIN Presswire, investasi pertahanan Eropa sepanjang 2025 diproyeksikan mencapai US$170,1 miliar. Sementara itu, investasi yang disiapkan oleh Departemen Pertahanan AS (Pentagon) diproyeksikan ‘hanya’ sebesar US$167,7 miliar pada periode yang sama.

    Co-founder Helsing, Gundbert Scherf, mengatakan Eropa sepertinya berada di titik puncak transformasi dalam inovasi pertahanan yang mirip dengan Proyek Manhattan, yakni proyek senjata nuklir AS yang membuat negara tersebut unggul selama Perang Dunia-II.

    Sebagai informasi, Helsing merupakan startup pertahanan paling bernilai di Eropa saat ini yang berbasis di Munich, Jerman. Melalui pendanaan terbarunya pada bulan lalu, Helsing mampu melipatgandakan valuasinya menjadi US$12 miliar.

    Menurut laporan Reuters, Kamis (24/7/2025), berdasarkan wawancara dengan beberapa sumber, pemerintahan Kanselir Jerman Friedrich Merz memandang AI dan startup teknologi sebagai kunci rencana pertahanannya.

    Pemerintah Jerman berencana memangkas birokrasi untuk menghubungkan langsung startup teknologi ke pejabat tinggi militer, menurut sumber dalam Reuters.

    Pasca Perang Dunia-II, Jerman cenderung berhati-hati dalam pengembangan sektor pertahanan. Hal ini juga dikarenakan Jerman mendapat jaminan perlindungan keamanan dari AS sebagai sekutunya.

    Pendekatan model bisnis Jerman yang menghindari risiko juga lebih mengutamakan peningkatan bertahap ketimbang inovasi yang disruptif. Namun, strategi itu tampaknya mulai ditinggalkan.

    Dukungan militer AS kini makin tidak pasti. Jerman yang merupakan salah satu pendukung terbesar Ukraina dilaporkan akan melipatgandakan anggaran pertahanan reguler menjadi sekitar 162 miliar euro (US$175 miliar) per tahun pada 2029 mendatang.

    Helsing adalah bagian dari gelombang startup pertahanan Jerman yang mengembangkan teknologi mutakhir, mulai dari robot AI seperti tank dan kapal selam mini tanpa awak, hingga pasukan kecoak mata-mata yang siap tempur.

    “Kami ingin membantu mengembalikan semangat juang Eropa,” kata Scherf.

    Pasukan Kecoak

    Kepala Pusat Inovasi Siber Budeswehr, Sven Weizenegger, mengatakan perang di Ukraina mengubah sikap sosial dan menghilangkan stigma terhadap pekerjaan di sektor pertahanan.

    “Jerman telah mengembangkan keterbukaan baru terhadap isu keamanan sejak invasi [Ukraina],” ujarnya.

    Weizenegger mengatakan ia menerima 20-30 permintaan Linkedin per hari, dibandingkan dengan sekitar 2-3 permintaan per minggu pada tahun 2020, dengan ide-ide untuk mengembangkan teknologi pertahanan.

    Beberapa ide yang sedang dikembangkan terasa seperti fiksi ilmiah (science fiction). Misalnya kecoak cyborg Swarm Biotactics yang dilengkapi dengan ransel mini khusus yang memungkinkan pengumpulan data secara real-time melalui kamera.

    Stimulus listrik seharusnya memungkinkan manusia mengendalikan pergerakan serangga dari jarak jauh. Tujuannya adalah agar mereka dapat memberikan informasi pengawasan di lingkungan yang tidak bersahabat, misalnya informasi tentang posisi musuh.

    “Robot biologis kami yang berbasis serangga hidu dilengkapi dengan stimulasi saraf, sensor, dan modul komunikasi yang aman,” kata CEO Swarm Biotactics, Stefan Wilhelm.

    “Mereka dapat dikemudikan secara individual atau beroperasi secara otonom dalam kawanan,” ia menambahkan.

    Pada paruh pertama abad ke-20, ilmuwan Jerman memelopori banyak teknologi militer yang menjadi standar global, mulai dari rudal balistik hingga pesawat jet dan senjata berpemandu.

    Namun, setelah kekalahannya dalam Perang Dunia-II, Jerman didemiliterisasi dan bakat ilmiahnya tercerai-berai.

    Wernher von Braun, penemu rudal balistik pertama untuk Nazi, adalah salah satu dari ratusan ilmuwan dan engineer Jerman yang diangkut ke AS setelah Perang Dunia-II. Ia kemudian bekerja di NASA dan mengembangkan roket yang membawa pesawat ruang angkasa Apollo ke Bulan.

    Dalam beberapa dekade terakhir, inovasi pertahanan telah menjadi pendorong kuat kemajuan ekonomi. Teknologi seperti internet, GPS, semikonduktor, dan mesin jet berawal dari program penelitian militer sebelum mengubah kehidupan sipil.

    Dilanda harga energi yang tinggi, perlambatan permintaan ekspor, dan persaingan dari China, ekonomi Jerman yang mencapai US$4,75 triliun mengalami kontraksi selama dua tahun terakhir. Peningkatan penelitian militer dinilai dapat memberikan dorongan ekonomi bagi negara tersebut.

    “Kita hanya perlu memiliki pola pikir ini: basis industri pertahanan yang kuat berarti ekonomi yang kuat dan inovasi yang luar biasa,” kata Markus Federle, Managing Partner di perusahaan investasi yang berfokus pada pertahanan, Tholus Capital.

    Waspada Perang Dunia-III

    Pertumbuhan subur industri pertahanan tak lepas dari kondisi geopolitik yang kian memanas. Berbagai negara saat ini masih terus berperang. Mulai dari perang bersenjata seperti Ukraina vs Rusia, Israel vs negara-negara Timur Tengah, hingga perang dagang antara AS dan China.

    Peneliti utama di Institut Ekonomi Dunia dan Hubungan Internasional Rusia, yang juga anggota Dewan Urusan Internasional Rusia (RIAC), Dmitry Trenin, bahkan terang-terangan menyebut Perang Dunia-III sudah terjadi.

    Hanya saja, bentuk perang kali ini jauh lebih tersembunyi dan menyebar jika dibandingkan dengan Perang Dunia-II.

    “Perang dunia telah dimulai. Hanya saja, tidak semua orang menyadarinya,” ujar Trenin dalam analisis terbarunya yang pertama kali diterbitkan oleh majalah Profile, seperti dikutip RT.

    Trenin menilai bahwa fase praperang global bagi Rusia dimulai sejak 2014, bagi China sejak 2017, dan bagi Iran sejak 2023.

    Dalam pandangannya, sejak saat itu dunia telah memasuki babak konflik baru yang kian intensif. Bentuknya bukan sekadar adu kekuatan militer, melainkan konflik menyeluruh yang mencakup sabotase ekonomi, agitasi sosial, serta destabilisasi internal negara-negara lawan.

    Trenin juga menyoroti keterlibatan langsung negara-negara NATO, seperti Inggris dan Prancis, dalam serangan terhadap target Rusia melalui dukungan mereka kepada Ukraina. “Ukraina hanyalah alat. Brussels sedang mempersiapkan perang yang lebih luas,” katanya.

    Ia menilai perang global ini dipicu oleh ketakutan Barat terhadap kebangkitan kekuatan baru seperti Rusia dan China, yang dianggap sebagai ancaman terhadap dominasi geopolitik dan ideologi Barat.

    “Ini bukan sekadar pertarungan geopolitik, ini adalah perang eksistensial bagi Barat. Globalisme tidak mentolerir alternatif,” ujarnya.

    (fab/fab)

    [Gambas:Video CNBC]

  • Lintasarta Hadirkan Semesta AI, Ajak Startup Kembangkan Use Case Khas RI

    Lintasarta Hadirkan Semesta AI, Ajak Startup Kembangkan Use Case Khas RI

    Jakarta

    Lintasarta resmi memperkenalkan program Semesta AI 2025 sebagai kelanjutan dari gerakan AI Merdeka. Dalam presentasinya, Chief Cloud Officer Lintasarta, Gidion Suranta Barus menekankan pentingnya membangun solusi AI yang sesuai dengan kebutuhan dan karakteristik lokal Indonesia.

    Program Semesta AI merupakan upaya terintegrasi yang menghubungkan talenta AI, infrastruktur, hingga kebutuhan industri agar mampu menghasilkan use case AI yang relevan dan berdampak di Indonesia. Gidion menyampaikan bahwa inisiatif ini bukan proyek yang berdiri sendiri, melainkan satu rangkaian yang dimulai dari peluncuran GPU Merdeka, AI Merdeka, hingga Laskar AI sebagai wujud transformasi Lintasarta menjadi AI Factory dari Indosat Ooredoo Hutchison (Indosat atau IOH) Group.

    “Dari Laskar AI yang dimulai awal tahun ini, sekarang kita masuk ke Semesta AI. Jadi, dari Laskar AI, teman-teman dalam membangun use case, ujung-ujungnya, kita harap solusi ini bisa masuk ke AI Factory,” jelas Gidion dalam pemaparannya di acara Kick Off Semesta AI 2025, Gedung Arcadia, Menara Thamrin, Jakarta, Kamis (24/7/2025).

    Dalam program ini, para startup tidak hanya akan memanfaatkan GPU Merdeka, tetapi juga tool dan platform AI dari NVIDIA, termasuk NVIDIA AI Enterprise hingga NVIDIA Inception Program.

    Lintasarta dan NVIDIA mendorong peserta terbaik untuk bergabung di NVIDIA Inception Program, dengan peluang dibawa ke ajang global seperti NVIDIA GTC (GPU Technology Conference).

    “Tahun ini, sudah ada satu (dari Indonesia) yang dibawa ke San Jose di acara GTC event NVIDIA. Diharapkan tahun depan ada yang use case-nya unik dan khas Indonesia, bukan yang bisa ditemukan di negara lain,” tegas Gidion.

    Setelah melalui proses startup scouting, Semesta AI 2025 menargetkan 50 tim startup, yang diseleksi menjadi 20 peserta program lanjutan dan 30 peserta Technical Assistance. 20 tim yang terpilih ini akan mendapat mentoring intensif, hingga masuk ke fase Pilot Project dan Demo Day.

    “Yang 20 akan masuk fase Pilot Project, kemudian ada one-on-one mentoring. Sedangkan 30 startup yang diberikan Technical Assistance ini akan masuk ke program Semesta AI 2026 untuk terus dikembangkan lagi,” tambah Gidion.

    Lintasarta juga merencanakan enterprise hackathon pada bulan Agustus yang akan melibatkan sekitar 10 perusahaan klien mereka. Dari enterprise hackathon ini, use case akan dicocokkan dengan kebutuhan nyata di industri, sehingga peserta bisa langsung mengembangkan solusi untuk klien yang riil.

    “Jadi teman-teman setelah selesai program, akan langsung punya klien untuk mengembangkan use case mereka,” kata Gidion.

    Sebagai bagian dari penguatan ekosistem, program ini juga akan berjalan hingga tahun 2026, dengan harapan bisa terus berkembang secara eksponensial, bukan hanya dari sisi jumlah peserta, tapi juga sebaran geografis hingga ke wilayah Timur Indonesia.

    “Tahun ini kita mulai dengan 10 klien, semoga tahun depan tidak hanya 10, tapi ratusan. Indonesia butuh lebih banyak use case AI yang benar-benar berasal dari datanya sendiri,” pungkas Gidion.

    Dalam kesempatan yang sama, Enterprise Business Country Manager NVIDIA Indonesia, Andry Gunawan, menjelaskan, NVIDIA terus berkomitmen untuk mendukung edukasi serta pengembangan startup lokal lewat Inception Program dan pelatihan di Deep Learning Institute.

    “Kami ingin bantu teman-teman startup masuk ke ekosistem global, sekaligus membangun AI yang lahir dari kebutuhan Indonesia sendiri,” ujarnya.

    (prf/ega)